Anda di halaman 1dari 19

Manifestasi Klinis, Klasifikasi, dan Tata Laksana Hemoroid

Desca Nathalia Tae (102015171)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Email:calbudesember24@gmail.com

PENDAHULUAN

Hemoroid sebagai suatu penyakit, merupakan suatu istilah yang umum dijumpai di
masyarakat dan dalam dunia kedokteran. Hemoroid berasal dari bahasa yunani yang berarti
darah yang mengalir (haem = darah, rhoos = mengalir). Hemoroid bukan hanya pelebaran vena
di dalam plexus hemoroidalis saja, tetapi juga melibatkan pembuluh darah jaringan lunak, dan
otot kanalis anus. Sebenarnya hemorhoid tidaklah merupakan keadaan patologik, hanya apabila
menimbulkan keluhan atau penyulit maka perlu dilakukan tindakan.

Hemoroid, ambein atau wasir dapat dialami oleh siapapun. Namun seringakali merasa
malu atau dianggap tidak penting maka kurang memperhatikan kesehatan ini. Secara anatomi
hemoroid merupakan perubahan fisiologis yang terjadi pada bantalan pembuluh darah di rektum,
berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Fungsi bantalan
ini sebagai klep/katup yang membantu otot-otot di rektum menahan feses. Bila terjadi gangguan
(bendungan) aliran darah, maka pembuluh darah akan melebar dan membengkak, keadaan ini
disebut hemoroid.
PEMBAHASAN

ANAMNESIS 1

Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga
dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan
kesehatan. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau
terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak
memungkinkan untuk diwawancarai.

Anamnesis yang baik akan terdiri dari:

 Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua
atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku bangsa
dan agama.
 Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter
atau mencari pertolongan.
 Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang
kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan
utama sampai pasien datang berobat.
 Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.
 Riwayat penyakit dalam keluarga – penting untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi.
 Riwayat penyakit dalam keluarga – penting untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi.
 Riwayat pribadi dan sosial – meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan
kebiasaan.

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan
tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-jam di WC, dan
dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
PEMERIKSAAN FISIK 2

Keadaan umum  kesadaran, kesan sakit, tinggi badan, berat badan, BMI, gizi, sikap pasien,
mobilisasi
Tanda vital  tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh

Teknik pemeriksaan fisis meliputi pemeriksaan visual atau pemeriksaan pandang (Inspeksi),
periksa raba (Palpasi), pemeriksaan ketok (Perkusi) dan pemeriksaan dengar dengan
menggunakan stetoskop (Auskultasi).
1. Inspeksi
Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu kelainan di regio anal yang dapat
dideteksi dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat benjolan mukosa
yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat kelihatan
sebagai pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama, terutama sekali pada posisi anterior
kanan. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan segera dapat dikenali dengan adanya
]massa yang menonjol dari lobang yang bagian luarnya ditutupi kulit dan bagian
dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan atau merah.
2. Palpasi
Hemoroid interna pada stadium-stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang lunak
dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya setelah
hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan ikat mukosa
mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba. Hemoroid interna tersebut dapat diraba
sebagai lipatan longitudinal yang lunak ketika jari tangan meraba sekitar rektum bagian
bawah. Sebenarnya ada tiga pokok keluarnya vena yang kemudian berkelok-kelok dan
seringkali semua tampak bersatu, sehingga ada istilah hemoroid sirkuler. Ketiga tempat
tersebut disebut “primary piles/sites of Morgan” dan berada pada jam 3,7 dan 11.

Pemeriksaan colok dubur:


Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis
dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy:


Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak,
besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissure ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.

Pemeriksaan proktosigmoidoskopi:
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 2
 Rontgen (colon inloop) dan atau kolonoskopi.
 Pemeriksaan darah, urin, feses
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS 3,5
1. Hemoroid interna & externa
Interna
 Vena yang berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan media yang timbul di
atas linea dentata dan mukosa yang mendasarinya.
 derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri
ke dalam anus secara spontan.
 Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
 Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infark.

Eksterna

 Vena rektalis inferior yang terletak di bawah linea dentata dan ditutupi oleh epitel
gepeng.
 Diklasifikasikan sebagai akut dan kronik
 Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid
thrombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
 Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus
yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2. Kanker kolon
 Merupakan penyakit pada orang tua, dan insidens puncak adalah pada dekade
keenam dan ketujuh.
 Jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat
colitis ulseratif atau poliposis familial.
 Gejala-gejala tersering dari kanker usus besar adalah perubahan kebiasaan
defekasi, perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia dan penurunan berat badan.
WORKING DIAGNOSIS 3

Hemoroid interna derajat III.

Definisi hemoroid

Lama: pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus
hemorrhoidalis.

Baru: bantalan yang terdiri dari pembuluh dan jaringan ikat, dilapisi selaput lendir dan terdapat
bagian distal rektum dalam sa6luran anus, diatas linea dentata.

Hemoroid interna: Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea
dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan
vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat
pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral
(jam 3).

Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi strangulata. Tanda satu-
satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah perdarahan darah segar tanpa nyeri per
rektum selama dan setelah deekasi.

Hemoroid interna derajat III: hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk
kembali secara manual oleh pasien. .
ETIOLOGI 4

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat; fibroma arteri dan tumor rektum.
Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak
mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.

FAKTOR RESIKO 4

Faktor Resiko hemoroid :


1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang
mendapat sokongan otot dan fasia sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,
mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
4. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter
menjadi tipis dan atonis.
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus (sekresi hormon
kelaksin)
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga
perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensasio
hordis atau sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang

EPIDEMIOLOGI 4

Penyakit hemoroid merupakan kelainan anorektal yang paling sering dijumpai, dengan
insidensi diperkirakan 4.4% dari jumlah penduduk. Jumlah penderita yang tercatat diperkirakan
jauh dibawah insidensi sebenarnya, karena sepertiga pasien dengan keluhan sesuai suatu
penyakit hemoroid, tidak pernah datang ke seorang dokter. Prevalensi hemoroid sama antara
wanita dan lelaki, namun lelaki akan lebih cenderung untuk mencari pengobatan. Prevalensi
hemoroid juga meningkat dengan usia, hingga usia 70 tahun di mana akan tampak sedikit
penurunan insidensi.

PATOFISIOLOGI 5

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena
kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.
Hemoroid interna:
Sumbatan aliran darah sistem porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan terbentuk
kolateral pada vena hemoroidalis superior dan medius. Selain itu sistem vena portal tidak
mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.

MANIFESTASI KLINIS 6

1. Perdarahan pada waktu defekasi merupakan gejala utama. Ciri khas adanya darah segar
pada kertas toilet, feses, atau air dalam toilet. Darah dapat menetes keluar dari anus
beberapa saat sesudah defekasi.
2. Prolapsus suatu massa pada waktu defekasi merupakan gejala utama yang kedua. Massa
ini mula-mula dapat kembali lagi secara spontan sesudah defekasi, tetapi kemudian harus
dimasukkan secara manula dan akhirnya tidak dapat dimasukkan lagi.
3. Pengeluaran lendir dialami oleh beberapa pasien menderita hemoroid yang prolapsus.
4. Iritasi dari kulit perianal yang disebabkan lembab dan basahnya daerah itu oleh discharge
hampir selalu menyertai hemoroid derajat III yang besar.
5. Gejala-gejala anemi sekunder penting untuk diingat sebagai akibat dari perdarahan
hemoroid interna. Gejala-gejala itu dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing bila
berdiri, lemah, pucat.

PENATALAKSANAAN 3,7,8,9

Penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis,


farmakologis dan tindakan minimal invasive. Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk
hemoroid interna derajat I sampai dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada
kontraindikasi operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan
untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon
terhadap pengobatan medis.
Penatalaksanaan medis non farmakologis

 Perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/cara defekasi.
 Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet,
cairan, serat tambahan, pelicin feses dan perubahan perilaku buang air.
 Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok (squatting)
sewaktu defekasi. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus
ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke
bawah atau ke luar rektum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena
hemoroid, dan akan memperparah timbulnya hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak
diperlukan mengedan lebih banyak.
 Bersamaan dengan program BMP di atas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan
local dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2 - 4 kali sehari.
Dengan perendaman ini maka eksudat yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat atau sisa
tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
 Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak dan banyak berjalan.
Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik.
 Pasien diharuskan banyak minum 30-40 ml/kgBB/hari untuk melembekkan tinja.
 Pasien harus banyak makan serat antara lain buah-buahan, sayur-sayuran, cereal dan
suplementasi serat komersial bila kurang serat dalam makanannya.

Penatalaksanaan medis farmakologis

Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu pertama: memperbaiki
defekasi, kedua: meredakan keluhan subyektif, ketiga: menghentikan perdarahan dan keempat
menekan atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala.

1. Obat memperbaiki defekasi


I. Suplemen serat (fiber supplement)
 Psyllium atau isphagula Husk yang berasal dari kulit biji Plantago ovata
yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk.
 Dalam saluran cerna bubuk ini agak menyerap air dan bersifat sebagai
bulk laxative, yang bekerja membesarkan volume tinja dan meningkatkan
peristalsis.
 ES: kentut, kembung dan konstipasi, alergi, sakit perut dan lain-lain.
Untuk mencegah konstipasi atau obstruksi saluran cerna dianjurkan
minum air yang banyak.
II. Pelincir atau pelicin tinja (stool softener)
 Obat laksan atau pencahar antara lain natrium dioktil sulfosuksinat.
 Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan
ke dalam tinja. Dosis 300 mg/hari.
2. Obat simtomatik
 Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri atau karena
kerusakan kulit didaerah anus.
 Obat pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas (lubricant), vasokonstriktor
dan antiseptik lemah.
 Untuk menghilangkan nyeri, tersedia sediaan yang mengandung anestesi lokal.
Pemberian anestesi lokal tersebut dilakukan sesingkat mungkin untuk
menghindarkan sensitisasi atau iritasi kulit anus.
 Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam bentuk ointment atau
suppositoria.
 Bila perlu dapat digunakan sediaan yang mengandung kortikosteroid untuk
mengurangi radang daerah hemoroid atau anus.
 Sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan
sediaan ointment/krem digunakan untuk hemoroid eksterna.
3. Obat menghentikan perdarahan
 Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis.
 Pemberian serat komersial misal psyllium pada penelitian Perez-Miranda dkk
(1996) setelah 2 minggu pemberian ternyata dapat mengurangi perdarahan
hemoroid yang terjadi dibandingkan placebo.
 Szent-Gyorgy memberikan citrus bioflavanoids yang berasal dari jeruk lemon
antara lain diosmin, heperidin, rutin, naringin, tangeretin, diosmetin,
neohesperidin, quercetin.
 Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan
hesperidin (10%) dalam bentuk micronized.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
 Diosminthesperidin dan placebo
 Perbaikan menyeluruh keluhan dan gejala terjadi pada kedua kelompok
pengobatan.
 Tetapi perbaikan lebih nyata pada kelompok Diosminthesperidin.
Diosminthesperidin memberi perbaikan yang nyata terhadap gejala inflamasi,
kongesti, edema dan prolaps.

Penatalaksanaan minimal invasive

Tindakan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan


tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasive antara lain skleroterapi hemoroid atau
ligasi hemoroid atau terapi laser.

a) Skleroterapi
 Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan
areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut.
Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang
panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat
maka tidak ada nyeri.
 Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat,
dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan
sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk
hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah
atau prolaps.
b) Ligasi dengan gelang karet
 Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi
gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid
yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang
karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa
pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 – 4
minggu.
 Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh
dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan
dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 – 10 hari.
c) Krioterapi / bedah beku
 Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan
dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan
anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat
pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui
sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan
mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara
luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih
cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.
d) Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan photocuagulation,
tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis.
Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.
Tindakan bedah
Terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang bertujuan untuk menghentikan atau
memperlambat perburukan penyakit dan kedua untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut.
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan
anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita
hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera
dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus
digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat
prolapsus mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional ( menggunakan
pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler (
menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
I. Bedah konvensional

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu

1. Teknik Milligan – Morgan: Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di


3 tempat utama. Teknik ini dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan
Morgan pada tahun 1973. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan
dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang
jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting
untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi


elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi.
Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup
secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika
mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu
sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa
dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.


Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0.
Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya
mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder
yang biasa menimbulkan stenosis.
II. Bedah laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka
dan dengan nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post
operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut
syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf
menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan
diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6
minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat
jalan.

III. Bedah stapler


Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse
Hemorrhoids(PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai
diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama
Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri
alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan
prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan
dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di
saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama
jaringan hemoroid dan m. sfingter ani untuk melebar dan mengerut menjamin
kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi
prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena
tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 –
45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin
singkat.
PENCEGAHAN 3
Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu mempertahankan tinja tetap lunak
sehingga mudah ke luar, di mana hal ini menurunkan tekanan dan pengedanan dan
mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan mau ke belakang timbul. Latihan
olahraga seperti berjalan, dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi
konstipasi dan mengedan.

KOMPLIKASI 9
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.

2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.

3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya
jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid
semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering
terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia
terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid
keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi
yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
PROGNOSIS 7

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah
timbulnya kembali gejala hemoroid.

PENUTUP

Kesimpulannya, hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di


daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Faktor resiko terjadinya hemoroid yaitu
keturunan, anatomi, pekerjaan, umur, endokrin, mekanis, fisiologis dan radang. Hemoroid terdiri
dari 2 jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di atas garis mukokutan dan hemoroid eksterna
yang terletak di bawah garis mukokutan. Manifestasi klinis hemoroid yaitu perdarahan per anum
berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses. Diagnosis ditegakkan dengan
anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian anoskop. Bila perlu dilakukan pemeriksaan
protosigmoidoskopi untuk menyingkirkan kemungkinan radang dan keganasan. Diagnosis
banding dari hemoroid yaitu hemoroid interna derajat II,III,IV dan kanker kolon. Komplikasi
dari hemoroid yaitu perdarahan hebat, inkarserasi dan sepsis. Penatalaksanaan hemoroid yaitu
denagn konservatif, membuat nekrosis jaringan dan bedah. Prognosis hemoroid baik bila
diberikan terapi yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. 5th ed. Jakarta:
EGC; 2006. p.209-15.
2. Syamsuhidayat R, Jong W.D. Buku ajar bedah. Jakarta:EGC; p.910 – 912.
3. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Jilid I edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.587-90.
4. Thornton C.S. Hemorrhoids. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/195401-overview#a0102,
http://emedicine.medscape.com/article/195401-overview#a0199, 16 March 2010.
5. Prince, Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. edisi 4, buku 1.
Jakarta: EGC; 1995. p.420-21.
6. Schrock R. Theodore. Ilmu bedah. Edisi 7. Jakarta: EGC; 1993. p.271-72.
7. Syamsuhidayat R, Jong W.D. Buku Ajar Bedah. Edisi revisi. Jakarta:EGC; 1998. h.910-
14.
8. Mansjur A dkk ( editor ). Kapita selecta Kedokteran. Jilid II, Edisi III. FK UI,Jakarta;
1999. h.321 – 324.
9. Linchan W.M.Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II. Jakarta: EGC; 1994. hal 56 – 59.

Anda mungkin juga menyukai