PENDAHULUAN
Ilmu tentang jamur (mikologi) telah mulai berkembang pesat pada abad ke
delapan belas seiring dengan perkembangan pengetahuan manusia tentang ilmu
kehidupan pada umumnya serta ditunjang dengan penemuan peralatan bantu untuk
mengamati makhluk hidup bahkan yang berupa jasad renik sekalipun.
Dewasa ini jamur telah menjadi perhatian besar bagi para ilmuwan di bidang
taksonomi, morfologi, genetika, penyakit tanaman, ekologi dan mikrobiologi
komersial. Jamur menjadi semakin penting sebagai obyek pengamatan pada
penelitian-penelitian dasar seperti biologi molekuler. Daftar ini menunjukkan
banyaknya aspek yang menarik perhatian dari jamur, kemanfaatannya sebagai
organisma riset, dan keterlibatannya dalam banyak sisi kehidupan sehari-hari
manusia.
Jamur merupakan salah satu komponen makhluk hidup yang penting dalam
sistem lingkungan. Mereka tersebar pada berbagai lingkungan alami dimana mereka
‘memakan’ sisa-sisa bahan organik, memainkan peranan penting dalam mendaur-
ulang mineral dan karbon. Diperkirakan bahwa jamur mampu mendaur-ulang jutaan
ton sisa bahan organik pada habitat alaminya dalam setahun. Kehidupan makhluk
hidup lainnya dapat terhenti apabila tanpa adanya peran aktivitas jamur.
Secara tradisional, jamur diklasifikasikan berdasarkan kenampakan sel dan
morfologinya seperti siklus hidup dan kenampakan organ-organ reproduksinya.
Namun dewasa ini, tersedia banyak sekali informasi tentang jamur telah diperoleh
melalui pengujian-pengujian biokimia, genetika dan biologi molekuler. Dalam terang
pemahaman mengenai berbagai macam bukti-bukti baru, organisma dapat lebih secara
akurat dikelompokkan ke dalam taxa (kingdom, divisi, klas, ordo, familia dan genera)
untuk menyatakan hubungan mereka satu sama lain dan sekaligus memisahkan
mereka dari organisma yang jauh atau tidak berkaitan sama sekali.
* = Disampaikan pada Penyuluhan Jamur pangan di Desa Argo peni, Kecamatan Ayah,
Kabupaten kebumen. Rabu, 18 Februari 2015
** = Dosen Tetap Fak. Biologi Unsoed
2
Istilah pleurotus berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
pleuron yang berarti ‘samping’ dan ous yang berarti telinga. Nama ini
menggambarkan bentuk tubuh buah jamur yang menyerupai telinga dan tumbuh
menyamping, berbentuk seperti tiram atau kipas.
Tubuh buah jamur tiram terdiri dari tudung (cup) yang bias berwarna putih
(jamur tiram putih/P. ostreatus), coklat/kelabu (jamur tiram coklat/P. abalonus) dan
merah (P. flabellatus). Tubuh buah berukuran sedang dengan diameter 5 – 20 cm,
tumbuh saling tumpang tindih, lunak dan mudah membusuk. Tangkai jamur (stipes)
tumbuh eksentris, yang berarti tidak tepat di tengah tudung. Diameter tangkai 3 – 5
cm, pada permukaan bawah tudung tersusun ‘insang’ (lamella atau gills) yang berisi
basidiospora. Bentuk perlekatan lamella ini adalah memanjang sampai ke tangkai atau
disebut decurrent. Jejak spora menampakkan warna putih sampai kuning suram.
bio.unsoed.ac.id
Keterangan :
a. jamur dewasa menghasilkan spora di dalam lamellanya serta membebaskannya
bila spora ini masak.
b. Spora dilepaskan jamur dan disebarkan oleh angin.
c. Bila spora menemukan lingkungan yang cocok, terbentuk miselia primer, dengan
satu inti.
d. Bila miselia primer berkembang penuh, kemudian mengadakan anastomosis untuk
membentuk miselium sekunder. Miselium sekunder juga bias terbentuk melalui
fusi (penggabungan) dua miselia primer yang kompatibel.
3
PENUTUP
Pengenalan akan biologi jamur tiram sangat diperlukan dapat menentukan cara
pembudidayaannya dengan benar, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal karena
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur dapat dikendalikan.
PUSTAKA ACUAN
Food and Agricultural Organization of The United Nations. 1982. Growing Oyster
Mushroom
E. Moore-Landecker. 1996. Fundamentals of The Fungi. Prentice Hall, New Jersey.
bio.unsoed.ac.id