id 1
RINOSINUSITIS
Indah Indriani, Oktafiani Tri Ananda
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal
Hidung terdiri dari hidung bagian luar yang
berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas
ke bawah, yaitu pangkal hidung, dorsum nasi, puncak
hidung, ala nasi, kolumela, dan nares anterior. Hidung
etmoid yang disebut fovea etmoidalis tulang muka. Namun ada beberapa
berbatasan dengan lamina kribosa. Dinding pendapat yang dicetuskan mengenail fungsi
lateral sinus adalah lamina papirasea yang sinus paranasal yakni :
sangat tipis dan membatasi sinus etmoid a) Sebagai pengatur kondisi udara (air
dari rongga orbita. Di bagian belakang conditioning)
sinus etmoid posterior berbatasan dengan Sinus berfungsi sebagai ruang
sinus sfenoid. tambahan untuk memanaskan dan
Sinus Sfenoid mengatur kelembaban udara
Sinus sfenoid terletak dalam os inspirasi.Keberatan terhadap teori
sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. ini ialah karena ternyata tidak
Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang didapati pertukaran udara yang
disebut septum intersfenoid. Ukurannya definitive antara sinus dan rongga
adalah tinggi 2 cm , dalamnya 2.3 cm dan hidung.Lagipula mukosa sinus tidak
lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi mempunyai vaskularisasi dan
dari 5-7.5 ml. Saat sinus berkembang, kelenjar yang sebanyak mukosa
pembuluh darah dan nervus di bagian hidung.
lateral os sfenoid akan menjadi sangat b) Sebagai penahan suhu (thermal
berdekatan dengan rongga sinus dan insulators)
tampak sebagai indentasi pada dinding Sinus paranasal berfungsi sebagai
sinus etmoid. penahan (buffer) panas, melindungi
Batas-batasnya ialah, sebelah orbita dan fossa serebri dari suhu
superior terdapat fosa serebri media dan rongga hidung yang berubah-ubah.
kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap c) Membantu keseimbangan kepala
nasofaring, sebelah lateral berbatasan Sinus membantu keseimbangan
dengan sinus kavernosus dan a.karotis kepala karena mengurangi berat
interna (sering tampak sebagai indentasi) tulang muka. Akan tetapi, bila
dan di sebelah posteriornya berbatasan udara dalam sinus diganti dengan
dengan fosa serebri posterior di daerah pons. tulang, hanya akan memberikan
Kompleks Ostio-Meatal pertambahan berat sebesar 1%
Pada sepertiga tengah dinding dari berat kepala, sehingga teori
lateral hidung yaitu di meatus medius, ada dianggap tidak bermakna.
muara-muara saluran dari sinus maksila, d) Membantu resonansi suara
sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Sinus mungkin berfungsi sebagai
Daerah ini rumit dan sempit dan rongga untuk resonansi suara dan
dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), mempengaruhi kualitas suara.Akan
terdiri dari infundibulum etmoid yang tetapi ada yang berpendapat, posisi
terdapat di belakang prosesus unsinatus, sinus dan ostiumnya tidak
resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel memungkinkan sinus berfungsi
etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sebagai resonator yang
sinus maksila. efektif.Lagipula tidak ada korelasi
antara resonansi suara dan
besarnya sinus pada hewan-hewan
tingkat rendah.
e) Sebagai peredam perubahan
tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada
perubahan tekanan yang besar
dan mendadak misalnya pada
waktu bersin atau membuang ingus
f) Membantu produksi mukus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus
paranasal memang jumlahnya
Gambar3. Anatomi kompleks ostio-meatal kecil dibandingkan dengan mukus
dari rongga hidung, namun efektif
Sampai saat ini belum ada untuk membersihkan partikel yang
kesesuaian pendapat mengenai fisiologi turut masuk dengan udara
sinus paranasal. Ada yang berpendapat inspirasi karena mukus ini keluar
bahwa sinus paranasal ini tidak dari meatus medius, tempat yang
mempunyai fungsi apa-apa, karena paling strategis.
terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan
B. Rinosinusitis
1. Definisi c. Sinusitis Jamur
Sinusitis jamur adalah infeksi jamur pada
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi
sinus paranasal, suatu keadaan yang jarang
mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau
ditemukan.Angka kejadian meningkat dengan
dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut
meningkatnya pemakaian antibiotik,
Rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma
kortikosteroid, obat-obat imunosupresan dan
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
radioterapi. Kondisi yang merupakan faktor
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.Bila
predisposisi terjadinya sinusitis jamur antara
mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila
lain diabetes mellitus, neutopenia, penyakit
mengenai semua sinus paranasalis disebut
AIDS dan perawatan yang lama di rumah sakit.
pansinusitis.1
Jenis jamur yang sering menyebabkan infeksi
sinus paranasal ialah spesies Aspergillus dan
2. Epidemiologi
Candida.7
Pada tahun 2007 di Amerika Serikat,
dilaporkan bahwa angka kejadian Rinosinusitis
mencapai 26 juta individu. 3 Sinusitis kronik diderita
4. Faktor resiko
oleh 12,5% populasi Amerika Serikat pada tahun 1996 ISPA akibat virus, bermacam rinitis
4 dan meningkat hingga menjadi 16% di tahun 2015.5 terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita
hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti
Di China, penderita rhinosinusitis kronis mencapai 8%, deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan
atau kurang lebih terdapat 107 juta orang. Sinusitis kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi
kronis lebih sering terjadi pada pasien dengan kondisi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada
medis tertentu seperti rhinitis alergi, asma, COPD dan sindrom Kartagener, dan penyakit fibrosis kistik.1
Gout. 6 Faktor predisposisi yang paling lazim
Di Indonesia sendiri, data dari DEPKES adalah polip nasal yang timbul pada rinitis alergika;
RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit polip dapat memenuhi rongga hidung dan menyumbat
hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari sinus.Faktor lain yang juga berpengaruh adalah
50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta
102.817 penderita rawat jalan di rumah kebiasaan merokok. Keadaaan ini lama-lama
sakit.2Sinusitis pada anak lebih banyak ditemukan menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia. 1
karena anak-anak mengalami infeksi saluran nafas
atas 6 – 8 kali per tahun dan diperkirakan 5%– 5. Patofisiologi
10% infeksi saluran nafas atas akan menimbulkan Patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3
sinusitis.3 faktor yaitu obstruksi drainase sinus (sinus ostium),
kerusakan pada silia, serta kuantitas dan kualitas
3. Etiologi mukosa. Sebagian besar episode sinusitis disebabkan
a. Rhinogenik oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar
Segala sesuatu yang menyebabkan menginfeksi saluran pernapasan atas seperti
sumbatan pada hidung dapat menyebabkan Rhinovirus, Influenza A dan B, Parainfluenza,
sinusitis. Contohnya rinitis akut, rinitis alergi, Respiratory syncytial virus, Adenovirus dan
polip, deviasi septum dan lain-lain. Alergi juga Enterovirus. Infeksi virus akan menyebabkan
merupakan predisposisi infeksi sinus karena terjadinya edema pada dinding hidung dan
terjadi edema mukosa dan hipersekresi. Mukosa
sinus yang membengkak menyebabkan infeksi sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan
lebih lanjut, yang selanjutnya menghancurkan atau obstruksi pada ostium sinus, dan berpengaruh
epitel permukaan, dan siklus seterusnya pada mekanisme drainase dalam sinus.1
berulang.7 Selain itu inflamasi, polip, tumor, trauma, juga
b. Sinusitis Dentogen menyebabkan menurunya patensi ostium sinus. Virus
Merupakan penyebab paling sering yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim
terjadinya sinusitis kronik. Dasar sinus maksila
dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus
adala prosessus alveolaris tempat akar gigi,
bahkan kadang-kadang tulang tanpa pembatas. dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia.
Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi gigi Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan
apikal akar gigi, atau inflamasi jaringan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental,
periondontal mudah menyebar secara langsung yang merupakan media yang sangat baik untuk
ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan berkembangnya bakteri pathogen.7,8
limfe.7 Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang
Harus dicurigai adanya sinusitis
abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya
dentogen pada sinusitis maksila kronik yang
mengenai satu sisi dengan ingus yang purulen reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi
dan napas berbau busuk. Bakteri penyebabnya oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan
adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan
influenza, Streptococcus viridans, media yang menguntungkan untuk berkembangnya
Staphylococcus aureus, Branchamella catarhalis bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan
dan lain-lain.7
mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit. deviasi, polip atau tumor. Sedangkan rinoskopi
Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan posterior adalah pemeriksaan untuk melihat
mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga rongga hidung bagian belakang dan nasofaring.
drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui kelainan
bakteri patogen.7,8 yang terdapat di belakang rongga hidung dan
nasofaring seperti post nasal drip.9
6. Manifestasi Klinis c. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Task Force yang dibentuk oleh the 1. Transiluminasi
American Academy of Otolaryngologic Allergy (AAOA) Merupakan pemeriksaan yang
dan American Rhinologic Society (ARS), gejala klinis sederhana terutama untuk menilai adanya
kelainan pada sinus maksila. Pemeriksaan ini
rinosinusitis pada dewasa dapat digolongkan menjadi : dapat memperkuat diagnosis Rinosinusitis
Gejala mayor yaitu gejala yang banyak dijumpai serta apabila terdapat perbedaan hasil transiluminasi
mempunyai faktor prediksi yang tinggi. antara sinus maksila kiri dan kanan.
Termasuk dalam gejala mayor adalah : 2. Pemeriksaan Radiologis
1. Sakit pada daerah muka (pipi,dahi Pemeriksaan yang dapat dilakukan
,hidung) adalah foto sinus paranasal (Water’s, Caldwel
dan lateral), CT scan dan MRI. Foto sinus
2. Hidung tersumbat
paranasal cukup informatif pada Rinosinusitis
3. Ingus purulen/pos-nasal/berwarna akan tetapi CT scan merupakan pemeriksaan
4. Gangguan penciuman radilogis yang mempunyai nilai objektif yang
5. Sekret purulen di rongga hidung tinggi. Indikasi pemeriksaan CT scan adalah
6. Demam (fase akut) untuk evaluasi penyakit lebih lanjut apabila
Sedangkan gejala minor : pengobatan medikamentosa tidak memberi
1. Batuk respon seperti yang diharapkan. Kelainan pada
sinus maupun kompleks ostiomeatal dapat
2. Demam (di fase kronis)
terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan ini.
3. Tenggorok berlendir
4. Nyeri kepala
5. Nyeri geraham
6. Halitosis
Curiga adanya rinosinusitis didasarkan atas
adanya 2 gejala mayor atau lebih atau 1 gejala mayor
disertai 2 gejala minor.9
7. Prinsip Diagnostik
a. Anamnesis
Gambar 4. Gambaran Foto Waters dan CT Scan
Adanya penyebab infeksi baik kuman
potongan koronal yang memperlihatkan sinusitis
maupun virus,riwayat alergi atau kelainan maksilaris.
anatomis di dalam rongga hidung dapat 3. Endoskopi Nasal
dipertimbangkan dari riwayat penyakit yang Pemeriksaan endoskopi nasal merupakan
lengkap. Untuk Rinosinusitis akuy gejala yang ada pemeriksaan tambahan yang sangat berguna dalam
mungkin cukup jelas karena berlangsung akut memberikan informasi tentang penyebab
(mendadak) dan seringkali didahului oleh infeksi Rinosinusitis kronis. Dengan endoskopi nasal dapat
akut saluran nafas atas. Pada anak infeksi diketahui lebih jelas kelainan di dalam rongga
saluran nafas atas merupakan predisposisi pada hidung, termasuk memeriksa ostium sinus dan
80% Rinosinusitis akut anak. Penderita dengan kelainan pada kompleks ostiomeatal.9
latar belakang alergi mempunyai riwayat yang
khas terutama karakteristik gejala pilek 8. Alur Diagnostik dan Sistem Rujukan
sebelumnya,riwayat alergi dalam keluarga serta Rinosinusitis Akut
adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi.9
b. Pemeriksaan Fisik
Pada Rinosinusitis akut dapat terlihat
adanya hiperemi dan daerah sembab sekitar
hidung dan orbita. Pada anak gejala ini lebih
terlihat jelas terutama pada Rinosinusitis akut
berat atau dengan komplikasi. Gejala nyeri tekan
di daerah sinus terutama sinus frontal dan maksila
kadang dapat ditemukan,akan tetapi nyeri tekan
di sinus tidak selalu identik dengan sinusitis.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat
dijumpai adanya kelainan-kelainan di rongga
hidung yang berkaitan dengan Rinosinusitis
seperti hiperemi, sekret, udem, krusta, septum
10. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Antibiotik yang dipilih adalah golongan
penisilin seperti amoksisilin. Antibiotika golongan
penisilin seperti Ampisilin 4x500mg, Amoksisilin
3x500mg, Eritromisin 4x500mg, Kotrimoksasol
2x1tablet, dan Doksisiklin 2x100mg/hari. Jika
diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi
beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-
klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada Gambar 7. Gambaran hasil prosedur Caldwell – Luc.
sinusitis antibiotik diberikan selam 10-14 hari
meskipun gejala klinik sudah hilang. 11. Prognosis
Vasokonstriktor lokal dan dekongestan lokal Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu
untuk memperlancar drainase sinus sepeti Solusio sekitar 40 % akan sembuh secara spontan tanpa
efedrin 1-2% tetes hidung, Solusio Oksimetasolin HCl pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa