Anda di halaman 1dari 8

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 1

Clinical Science Session

RINOSINUSITIS
Indah Indriani, Oktafiani Tri Ananda

PENDAHULUAN luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan


Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa
mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau otot kecil yang berfungsi melebarkan atau
dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut menyempitkan lubang hidung. kerangka tulang hidung
Rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma terdiri dari os. nasal, prosesus frontalis os. maksila,
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang prosesus nasalis os. frontalis. Sedangkan, kerangka
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. 1 tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang
Rinosinusitis merupakan penyakit yang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu
sering ditemukan, dengan dampak signifikan pada sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang
kualitas hidup dan pengeluaran biaya kesehatan, kartilago nasalis lateralis inferior, dan tepi anterior
dan dampak ekonomi pada mereka yang kartilago septum.1
produktivitas kerjanya menurun. Diperkirakan setiap Tiap kavum nasi memiliki empat buah dinding,
tahun 6 miliar dolar dihabiskan di Amerika Serikat yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior.
untuk pengobatan Rinosinusitis. Pada tahun 2007 di Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk oleh
Amerika Serikat, dilaporkan bahwa angka kejadian tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh
Rinosinusitis mencapai 26 juta individu. Di perikondrium pada bagian tulang rawan dan
Indonesia sendiri, data dari DEPKES RI tahun periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya
2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding lateral
sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola terdapat 4 buah konka, yang terbesar dan letaknya
penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 paling bawah adalah konka inferior, kemudian yang
penderita rawat jalan di rumah sakit. 2 lebih kecil adalah konka media, superior, dan yang
Yang paling sering ditemukan adalah terkecil dan biasanya rudimenter adalah konka
sinusitis maxilla dan sinusitis ethmoid, sedangkan suprema. Di antara konka-konka dan dinding lateral
sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang hidung, terdapat meatus inferior, meatus media, dan
ditemukan. Pada anak hanya sinus maxilla dan meatus superior.1
sinus ethmoid yang berkembang sedangkan sinus Ada empat pasang sinus paranasal yaitu
frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus
anak berusia kurang lebih 8 tahun. Sinusitis pada sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan
anak lebih banyak ditemukan karena anak-anak hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
mengalami infeksi saluran nafas atas 6 – 8 kali terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus
per tahun dan diperkirakan 5%– 10% infeksi mempunyai muara ke rongga hidung.1
saluran nafas atas akan menimbulkan sinusitis. 1, 2
Ada begitu banyak pemeriksaan untuk
mendiagnosis sinusitis. Anamnesis dan pemeriksaan
fisik sudah dapat mencurigai adanya sinusitis, tapi
untuk memberikan diagnosis yang lebih dini, maka
diperlukan pemeriksaan radiologis. Pemeriskaan
radiologis dari sinusitis maksilaris sering
menggunakan foto waters. 3
Kejadian Rinosinusitis mungkin akan terus
meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat
mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat,
sehingga penting bagi dokter umum atau dokter Gambar1. Anatomi hidung
spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang
baik mengenai definisi, gejala, metode diagnosis
dan penatalaksanaan dari penyakit ini. 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal
Hidung terdiri dari hidung bagian luar yang
berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas
ke bawah, yaitu pangkal hidung, dorsum nasi, puncak
hidung, ala nasi, kolumela, dan nares anterior. Hidung

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

Gambar2. Anatomi sinus paranasal sekat yang terletak di garis tengah.


Kurang lebih 15% orang dewasa hanya
mempunyai satu sinus frontal dan kurang
 Sinus Maksila
lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.
Sinus maksila merupakan sinus
Ukurannya sinus frontal adalah 2.8
paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
cm tingginya, lebarnya 2.4 cm dan dalamnya
maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian
2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat
berkembang dengan cepat dan akhirnya
dan tepi sinus berleku-lekuk. Tidak adanya
mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat
gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk
dewasa.
dinding sinus pada foto Rontgen
Sinus maksila berbentuk segitiga.
menunjukkan adanya infeksi sinus. Sinus
Dinding anterior sinus ialah permukaan
frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif
fasial os maksila yang disebut fosa
tipis dari orbita dan fosa serebri anterior,
kanina, dinding posteriornya adalah
sehingga infeksi dari sinus frontal mudah
permukaan infra temporal maksila, dinding
menjalar ke daerah ini. Sinus frontal
medialnya ialah dinding lateral rongga
berdrainase melalui ostiumnya yang
hidung, dinding superiornya adalah dasar
terletak di resesus frontal. Resesus frontal
orbita dan dinding inferior ialah prosesus
adalah bagian dari sinus etmoid anterior.
alveolaris dan palatum. Ostium sinus
 Sinus Etmoid
maksila berada di sebelah superior
Dari semua sinus paranasal, sinus
dinding medial sinus dan bermuara ke
etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir
hiatus semilunaris melalui infindibulum
ini dianggap paling penting, karena dapat
etmoid. Dari segi klinik yang perlu
merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus
diperhatikan dari anatomi sinus maksila
lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus
adalah:
etomid seperti piramid dengan dasarnya di
a) Dasar dari anatomi sinus maksila
bagian posterior. Ukurannya dari anterior
sangat berdekatan dengan akar
ke posterior 4-5 cm, tinggi 2.4 cmn dan
gigi rahang atas, yaitu premolar
lebarnya 0.5 cm di bagian anterior dan 1.5
(P1 dan P2), molar (M1 dan M2),
cm di bagian posterior.
kadang-kadang juga gigi taring (C)
Sinus etmoid berongga-rongga,
dan gigi molar M3, bahkan akar-
terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang
akar gigi tersebut dapat menonjol
tawon, yang terdapat di dalam massa
ke dalam sinus, sehingga infeksi
bagian lateral os etmoid, yang terletak di
gigi geligi mudah naik ke atas
antara konka media dan dinding medial
menyebabkan sinusitis.
orbita, karenanya sering kali disebut sebagai
b) Sinusitis maksila dapat
sel-sel etmoid. Sel-sel ini jumlahnya
menyebabkan komplikasi orbita.
bervariasi antara 4-17 sel (rata-rata 9
c) Ostium sinus maksila terletak
sel). Berdasarkan letaknya, sinus etmoid
lebih tinggi dari dasar sinus,
dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang
sehingga drainase kurang baik,
bermuara di meatus medius dan sinus etmoid
lagipula drainase juga harus
posterior yang bermuara di meatus superior.
melalui infundibulum yang sempit.
Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-
Infundibulum adalah bagian dari
kecil dan banyak, letaknya di bawah
sinus etmoid anterior dan
perlekatan konka media, sedangkan sel-sel
pembengkakan akibat radang atau
sinus etmoid posterior biasanya lebih
alergi pada daerah ini dapat
besar dan lebih sedikit jumlahnya dan
menghalangi drenase sinus
terletak di postero-superior dari perlekatan
maksila dan selanjutnya
konka media.
menyebabkan sinusitus.
Di bagian terdepan sinus etmoid
 Sinus Frontal
enterior ada bagian yang sempit, disebut
Sinus frontal yang terletak di os
resesus frontal, yang berhubungan dengan
frontal mulai terbentuk sejak bulan ke
sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar
empat fetus, berasal dari sel-sel resesus
disebut bula etmoid. Di daerah etmoid
frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid.
anterior terdapat suatu penyempitan yang
Sesudah lahir, sinus frontal mulai
disebut infundibulum, tempat bermuaranya
berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan
ostium sinus maksila. Pembengkakan atau
mencapai ukuran maksimal sebelum usia
peradangan di resesus frontal dapat
20 tahun.
menyebabkan sinusitis frontal dan
Sinus frontal kanan dan kiri
pembengkakan di infundibulum dapat
biasanya tidak simetris, satu lebih besar
menyebabkan sisnusitis maksila. Atap sinus
dari pada lainnya dan dipisahkan oleh

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

etmoid yang disebut fovea etmoidalis tulang muka. Namun ada beberapa
berbatasan dengan lamina kribosa. Dinding pendapat yang dicetuskan mengenail fungsi
lateral sinus adalah lamina papirasea yang sinus paranasal yakni :
sangat tipis dan membatasi sinus etmoid a) Sebagai pengatur kondisi udara (air
dari rongga orbita. Di bagian belakang conditioning)
sinus etmoid posterior berbatasan dengan Sinus berfungsi sebagai ruang
sinus sfenoid. tambahan untuk memanaskan dan
 Sinus Sfenoid mengatur kelembaban udara
Sinus sfenoid terletak dalam os inspirasi.Keberatan terhadap teori
sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. ini ialah karena ternyata tidak
Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang didapati pertukaran udara yang
disebut septum intersfenoid. Ukurannya definitive antara sinus dan rongga
adalah tinggi 2 cm , dalamnya 2.3 cm dan hidung.Lagipula mukosa sinus tidak
lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi mempunyai vaskularisasi dan
dari 5-7.5 ml. Saat sinus berkembang, kelenjar yang sebanyak mukosa
pembuluh darah dan nervus di bagian hidung.
lateral os sfenoid akan menjadi sangat b) Sebagai penahan suhu (thermal
berdekatan dengan rongga sinus dan insulators)
tampak sebagai indentasi pada dinding Sinus paranasal berfungsi sebagai
sinus etmoid. penahan (buffer) panas, melindungi
Batas-batasnya ialah, sebelah orbita dan fossa serebri dari suhu
superior terdapat fosa serebri media dan rongga hidung yang berubah-ubah.
kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap c) Membantu keseimbangan kepala
nasofaring, sebelah lateral berbatasan Sinus membantu keseimbangan
dengan sinus kavernosus dan a.karotis kepala karena mengurangi berat
interna (sering tampak sebagai indentasi) tulang muka. Akan tetapi, bila
dan di sebelah posteriornya berbatasan udara dalam sinus diganti dengan
dengan fosa serebri posterior di daerah pons. tulang, hanya akan memberikan
 Kompleks Ostio-Meatal pertambahan berat sebesar 1%
Pada sepertiga tengah dinding dari berat kepala, sehingga teori
lateral hidung yaitu di meatus medius, ada dianggap tidak bermakna.
muara-muara saluran dari sinus maksila, d) Membantu resonansi suara
sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Sinus mungkin berfungsi sebagai
Daerah ini rumit dan sempit dan rongga untuk resonansi suara dan
dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), mempengaruhi kualitas suara.Akan
terdiri dari infundibulum etmoid yang tetapi ada yang berpendapat, posisi
terdapat di belakang prosesus unsinatus, sinus dan ostiumnya tidak
resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel memungkinkan sinus berfungsi
etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sebagai resonator yang
sinus maksila. efektif.Lagipula tidak ada korelasi
antara resonansi suara dan
besarnya sinus pada hewan-hewan
tingkat rendah.
e) Sebagai peredam perubahan
tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada
perubahan tekanan yang besar
dan mendadak misalnya pada
waktu bersin atau membuang ingus
f) Membantu produksi mukus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus
paranasal memang jumlahnya
Gambar3. Anatomi kompleks ostio-meatal kecil dibandingkan dengan mukus
dari rongga hidung, namun efektif
Sampai saat ini belum ada untuk membersihkan partikel yang
kesesuaian pendapat mengenai fisiologi turut masuk dengan udara
sinus paranasal. Ada yang berpendapat inspirasi karena mukus ini keluar
bahwa sinus paranasal ini tidak dari meatus medius, tempat yang
mempunyai fungsi apa-apa, karena paling strategis.
terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

B. Rinosinusitis
1. Definisi c. Sinusitis Jamur
Sinusitis jamur adalah infeksi jamur pada
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi
sinus paranasal, suatu keadaan yang jarang
mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau
ditemukan.Angka kejadian meningkat dengan
dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut
meningkatnya pemakaian antibiotik,
Rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma
kortikosteroid, obat-obat imunosupresan dan
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
radioterapi. Kondisi yang merupakan faktor
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.Bila
predisposisi terjadinya sinusitis jamur antara
mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila
lain diabetes mellitus, neutopenia, penyakit
mengenai semua sinus paranasalis disebut
AIDS dan perawatan yang lama di rumah sakit.
pansinusitis.1
Jenis jamur yang sering menyebabkan infeksi
sinus paranasal ialah spesies Aspergillus dan
2. Epidemiologi
Candida.7
Pada tahun 2007 di Amerika Serikat,
dilaporkan bahwa angka kejadian Rinosinusitis
mencapai 26 juta individu. 3 Sinusitis kronik diderita
4. Faktor resiko
oleh 12,5% populasi Amerika Serikat pada tahun 1996 ISPA akibat virus, bermacam rinitis
4 dan meningkat hingga menjadi 16% di tahun 2015.5 terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita
hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti
Di China, penderita rhinosinusitis kronis mencapai 8%, deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan
atau kurang lebih terdapat 107 juta orang. Sinusitis kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi
kronis lebih sering terjadi pada pasien dengan kondisi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada
medis tertentu seperti rhinitis alergi, asma, COPD dan sindrom Kartagener, dan penyakit fibrosis kistik.1
Gout. 6 Faktor predisposisi yang paling lazim
Di Indonesia sendiri, data dari DEPKES adalah polip nasal yang timbul pada rinitis alergika;
RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit polip dapat memenuhi rongga hidung dan menyumbat
hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari sinus.Faktor lain yang juga berpengaruh adalah
50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta
102.817 penderita rawat jalan di rumah kebiasaan merokok. Keadaaan ini lama-lama
sakit.2Sinusitis pada anak lebih banyak ditemukan menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia. 1
karena anak-anak mengalami infeksi saluran nafas
atas 6 – 8 kali per tahun dan diperkirakan 5%– 5. Patofisiologi
10% infeksi saluran nafas atas akan menimbulkan Patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3
sinusitis.3 faktor yaitu obstruksi drainase sinus (sinus ostium),
kerusakan pada silia, serta kuantitas dan kualitas
3. Etiologi mukosa. Sebagian besar episode sinusitis disebabkan
a. Rhinogenik oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar
Segala sesuatu yang menyebabkan menginfeksi saluran pernapasan atas seperti
sumbatan pada hidung dapat menyebabkan Rhinovirus, Influenza A dan B, Parainfluenza,
sinusitis. Contohnya rinitis akut, rinitis alergi, Respiratory syncytial virus, Adenovirus dan
polip, deviasi septum dan lain-lain. Alergi juga Enterovirus. Infeksi virus akan menyebabkan
merupakan predisposisi infeksi sinus karena terjadinya edema pada dinding hidung dan
terjadi edema mukosa dan hipersekresi. Mukosa
sinus yang membengkak menyebabkan infeksi sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan
lebih lanjut, yang selanjutnya menghancurkan atau obstruksi pada ostium sinus, dan berpengaruh
epitel permukaan, dan siklus seterusnya pada mekanisme drainase dalam sinus.1
berulang.7 Selain itu inflamasi, polip, tumor, trauma, juga
b. Sinusitis Dentogen menyebabkan menurunya patensi ostium sinus. Virus
Merupakan penyebab paling sering yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim
terjadinya sinusitis kronik. Dasar sinus maksila
dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus
adala prosessus alveolaris tempat akar gigi,
bahkan kadang-kadang tulang tanpa pembatas. dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia.
Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi gigi Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan
apikal akar gigi, atau inflamasi jaringan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental,
periondontal mudah menyebar secara langsung yang merupakan media yang sangat baik untuk
ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan berkembangnya bakteri pathogen.7,8
limfe.7 Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang
Harus dicurigai adanya sinusitis
abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya
dentogen pada sinusitis maksila kronik yang
mengenai satu sisi dengan ingus yang purulen reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi
dan napas berbau busuk. Bakteri penyebabnya oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan
adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan
influenza, Streptococcus viridans, media yang menguntungkan untuk berkembangnya
Staphylococcus aureus, Branchamella catarhalis bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan
dan lain-lain.7

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit. deviasi, polip atau tumor. Sedangkan rinoskopi
Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan posterior adalah pemeriksaan untuk melihat
mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga rongga hidung bagian belakang dan nasofaring.
drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui kelainan
bakteri patogen.7,8 yang terdapat di belakang rongga hidung dan
nasofaring seperti post nasal drip.9
6. Manifestasi Klinis c. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Task Force yang dibentuk oleh the 1. Transiluminasi
American Academy of Otolaryngologic Allergy (AAOA) Merupakan pemeriksaan yang
dan American Rhinologic Society (ARS), gejala klinis sederhana terutama untuk menilai adanya
kelainan pada sinus maksila. Pemeriksaan ini
rinosinusitis pada dewasa dapat digolongkan menjadi : dapat memperkuat diagnosis Rinosinusitis
Gejala mayor yaitu gejala yang banyak dijumpai serta apabila terdapat perbedaan hasil transiluminasi
mempunyai faktor prediksi yang tinggi. antara sinus maksila kiri dan kanan.
Termasuk dalam gejala mayor adalah : 2. Pemeriksaan Radiologis
1. Sakit pada daerah muka (pipi,dahi Pemeriksaan yang dapat dilakukan
,hidung) adalah foto sinus paranasal (Water’s, Caldwel
dan lateral), CT scan dan MRI. Foto sinus
2. Hidung tersumbat
paranasal cukup informatif pada Rinosinusitis
3. Ingus purulen/pos-nasal/berwarna akan tetapi CT scan merupakan pemeriksaan
4. Gangguan penciuman radilogis yang mempunyai nilai objektif yang
5. Sekret purulen di rongga hidung tinggi. Indikasi pemeriksaan CT scan adalah
6. Demam (fase akut) untuk evaluasi penyakit lebih lanjut apabila
Sedangkan gejala minor : pengobatan medikamentosa tidak memberi
1. Batuk respon seperti yang diharapkan. Kelainan pada
sinus maupun kompleks ostiomeatal dapat
2. Demam (di fase kronis)
terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan ini.
3. Tenggorok berlendir
4. Nyeri kepala
5. Nyeri geraham
6. Halitosis
Curiga adanya rinosinusitis didasarkan atas
adanya 2 gejala mayor atau lebih atau 1 gejala mayor
disertai 2 gejala minor.9

7. Prinsip Diagnostik
a. Anamnesis
Gambar 4. Gambaran Foto Waters dan CT Scan
Adanya penyebab infeksi baik kuman
potongan koronal yang memperlihatkan sinusitis
maupun virus,riwayat alergi atau kelainan maksilaris.
anatomis di dalam rongga hidung dapat 3. Endoskopi Nasal
dipertimbangkan dari riwayat penyakit yang Pemeriksaan endoskopi nasal merupakan
lengkap. Untuk Rinosinusitis akuy gejala yang ada pemeriksaan tambahan yang sangat berguna dalam
mungkin cukup jelas karena berlangsung akut memberikan informasi tentang penyebab
(mendadak) dan seringkali didahului oleh infeksi Rinosinusitis kronis. Dengan endoskopi nasal dapat
akut saluran nafas atas. Pada anak infeksi diketahui lebih jelas kelainan di dalam rongga
saluran nafas atas merupakan predisposisi pada hidung, termasuk memeriksa ostium sinus dan
80% Rinosinusitis akut anak. Penderita dengan kelainan pada kompleks ostiomeatal.9
latar belakang alergi mempunyai riwayat yang
khas terutama karakteristik gejala pilek 8. Alur Diagnostik dan Sistem Rujukan
sebelumnya,riwayat alergi dalam keluarga serta  Rinosinusitis Akut
adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi.9
b. Pemeriksaan Fisik
Pada Rinosinusitis akut dapat terlihat
adanya hiperemi dan daerah sembab sekitar
hidung dan orbita. Pada anak gejala ini lebih
terlihat jelas terutama pada Rinosinusitis akut
berat atau dengan komplikasi. Gejala nyeri tekan
di daerah sinus terutama sinus frontal dan maksila
kadang dapat ditemukan,akan tetapi nyeri tekan
di sinus tidak selalu identik dengan sinusitis.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat
dijumpai adanya kelainan-kelainan di rongga
hidung yang berkaitan dengan Rinosinusitis
seperti hiperemi, sekret, udem, krusta, septum

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 6

0,05% semprot hidung (untuk anak-anak memakai


 Rinosinusitis Kronis 0,025%), dan Tablet pseudoefedrin 3x60mg (dewasa).
Analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri seperti
Parasetamol 3x500mg dan Metampiron 3x500mg.
Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang
sesuai untuk kuman negatif gram dan anaerob. Selain
dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat
diberikan jika perlukan seperti analgetik, mukolitik,
steroid oral/topikal, pencucian rongga hidung dengan
NaCl atau pemanasan (diatermi).
Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat
antikolinergiknya dapat menyebabkan sekret jadi lebih
kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan
antihistamin generasi ke-2. Imunoterapi dapat
dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi
9. Alur Penatalaksanaan
yang berat.10
 Rinosinusitis Akut
b. Pembedahan
Bedah sinus endoscopic fungsional
(BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk
sinusitis kronik yang memerlukan operasi yang
berfokus pada menghilangkan penyakit mukosal.
Tulang dihilangkan dari sinus ethmoid dan sinus ostia
yang terlibat. Tindakan ini telah menggantikan hampir
semua jenis bedah sinus terdahulu karena
memberikan hasil yang lebih memuaskan dan
tindakan lebih ringan dan tidak radikal.1,8
Indikasi dari BSEF adalah sinusitis kronik
yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis
kronik disertai kista atau kelainan yang irreversibel,
Gambar 5. Alur Penatalaksanaan Rinosinusitis Akut polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta
 Rinosinusitis Kronis sinusitis jamur.5
Prosedur Caldwel – Luc juga dikenal sebagai
operasi antrum yang radikal dimana prosedur ini
dilakukan untuk perawatan dari sinusitis maksilaris
yang kronis yaitu suatu kondisi dimana terdapat
obstruksi dan inflamasi dari sinus maksilaris. Prosedur
Caldwell – Luc (sinusitomi) digunakan untuk membuat
jalan masuk peroral ke sinus maksilaris melalui fossa
canina.8

Gambar 6. Alur Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronis

10. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Antibiotik yang dipilih adalah golongan
penisilin seperti amoksisilin. Antibiotika golongan
penisilin seperti Ampisilin 4x500mg, Amoksisilin
3x500mg, Eritromisin 4x500mg, Kotrimoksasol
2x1tablet, dan Doksisiklin 2x100mg/hari. Jika
diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi
beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-
klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada Gambar 7. Gambaran hasil prosedur Caldwell – Luc.
sinusitis antibiotik diberikan selam 10-14 hari
meskipun gejala klinik sudah hilang. 11. Prognosis
Vasokonstriktor lokal dan dekongestan lokal Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu
untuk memperlancar drainase sinus sepeti Solusio sekitar 40 % akan sembuh secara spontan tanpa
efedrin 1-2% tetes hidung, Solusio Oksimetasolin HCl pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 7

mengalami relaps setelah pengobatan namun 3. Komplikasi Intracranial


jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %.Prognosis a. Meningitis akut. Infeksi dari sinus paranasalis
untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan pengobatan dapat menyebar sepanjang saluran vena atau
yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik.10 langsung darisinus yang berdekatan, seperti
lewat dinding posterior sinus frontalis atau
12. Komplikasi melalui laminan kribriformis di dekat sistem sel
1. Komplikasi orbita udara ethmoidalis.
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab b. Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura
komplikasi pada orbita yang tersering. Terdapat lima dan tabula interna kranium, sering kalimengikuti
tahapan : sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat,
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. sehingga pasien hanya mengeluhnyeri kepala
Terjadi pada isi orbita akibat infeksi dan sebelum pus yang terkumpul mampu
sinusethmoidalis didekatnya. Keadaan ini menimbulkan tekanan intra kranial.
terutama ditemukan pada anak, karena c. Abses subdural adalah kumpulan pus diantara
laminapapirasea yang memisahkan orbita dan duramater dan arachnoid atau permukaanotak.
sinus ethmoidalis sering kali merekah d. Abses otak, setelah sistem vena, dapat
padakelompok umur ini. mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka
b. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri dapatterjadi perluasan metastatik secara
telah secara aktif menginvasi isiorbita namun hematogen ke dalam otak. 8
pus belum terbentuk. Abses subperiosteal, pus e. Osteomielitis dan abses subperiosteal
terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang Penyebab tersering osteomielitis dan abses
orbita menyebabkan proptosis dan kemosis. subperiosteal pada tulang frontalis
c. Abses orbita, pus telah menembus periosteum adalahinfeksi sinus frontalis. Nyeri tekan
dan bercampur dengan isi orbita. Tahapini dahi setempat sangat berat. Gejala
disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan sistemik berupamalaise, demam dan
kebutaan unilateral yang lebih menggigil.1
serius.Keterbatasan gerak otot ekstraokular
mata yang tersering dan kemosis konjungtiva DAFTAR PUSTAKA
merupakan tanda khas abses orbita, juga 1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J,
proptosis yang makin bertambah. Restuti RD (ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
d. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
penyebaran bakteri melalui saluranvena kedalam Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu Kedokteran Universitas Indonesia. 2012 : 96-
tromboflebitis septik. Secara patognomonik, 100.
trombosis sinus kavernosus terdiri dari : 2. Arivalagan, Privina. The Picture Of Chronic
- Oftalmoplegia. Rinosinusitis in RSUP Haji Adam Malik in
- Kemosis konjungtiva. Year 2011. E – Jurnal FK-USU Volume 1 No.
- Gangguan penglihatan yang berat. 1 Tahun 2013.
- Kelemahan pasien. 3. Posumah, AH . Gambaran Foto Waters Pada
- Tanda-tanda meningitis oleh karena Penderita Dengan dugaan Klinis Sinusitis
letak sinus kavernosus yang Maksilaris Di Bagian Radiologi Fkunsrat/Smf
berdekatan dengan sarafkranial II, Radiologi Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
III, IV dan VI, serta berdekatan juga Manado Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1,
dengan otak.1 Nomor 1, Maret 2013, hlm. 129-134
2. Mukokel 4. Donald YM, Leung MD, Denns MD. Chronic
Mukokel adalah suatu kista yang Rhinosinusitis: Epidemiology and medical
mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kistaini management. Boston : Clinical reviews in
paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering allergy and immunology; 2011, 694.
disebut sebagai kista retensi mukusdan biasanya tidak 5. Fokkens W, Lund V. European Position
berbahaya.Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps.
sphenoidalis, kista ini dapat membesar danmelalui USA: UPSIT; 2005, 8-9.
atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini 6. Shi JB. Fu QL, Zhang H, Wang YJ, Zhu DD.
dapat bermanifestasi sebagaipembengkakan pada Epidemiology of chronic rhinosinusitis :
dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata results from a cross-sectional survey in seven
ke lateral. Dalam sinus sphenoidalis, kista dapat Chinese cities. Guangzhou : Europen Journal
menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan of allergy and clinical immunology; 2015, 533.
denganmenekan saraf didekatnya. 7. Anonim, Sinusitis, dalam ; Arif et all, editor.
Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3, Penerbit
Media Ausculapius FK UI, Jakarta 2001, 102
– 106.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.


http://jurnal.fk.unand.ac.id 8

8. Adams GL, Boies LR, Higler PH. Hidung dan


sinus paranasalis. Buku ajar penyakit tht.
Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1994.h.173-240

9. Teuku Husni T.R. Diagnosis dan


Penanganan Rinosinusitis. Conference
paper. Divisi Rinologi, Bagian Telinga Hidung
Tenggorokan-Kepala Leher, Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSU Dr.
Zainoel Abidin, Banda Aceh. 2016.
10. Setiadi M., [thesis]. Analisis Hubungan Antara
Gejala Klinik, Lama Sakit, Skin Prick Test,
Jumlah Eosinofil Dan Neutrofil Mukosa Sinus
Dengan Indeks Lund-Mackay Ct Scan Sinus
Paranasal Penderita Rinosinusitis Kronik.
2009 : FK undip

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.

Anda mungkin juga menyukai