Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS KEDELAI


BERUMUR GENJAH

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

(KARIL I)

Diajukan oleh :
JIHAN FADHILLAH
1625010033/A

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2018
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max. L Merr) merupakan tanaman pangan penting di


Indonesia. Pemanfaatan kedelai mayoritas sebagai bahan baku tempe dan tahu dan
sisanya sebagai bahan baku kecap, pakan ternak, dan keperluan lain. Menurut
Silitonga & Djanuwardi (1996) dikutip Ginting et al. (2009), pemanfaatan kedelai
sebagai bahan baku tempe mencapai 50 persen dan sebagai bahan baku tahu
mencapai 40 persen. Perkembangan pemanfaatan kedelai sebagai bahan baku tahu
dan tempe mulai tahun 2007 sampai tahun 2011 berturut-turut adalah 77.52
persen, 88.35 persen, 87.97 persen, 88.91 persen, dan 89.20 persen meskipun
konsumsi perkapita per tahun mengalami penurunan sejak tahun 2007, yaitu dari
0.104 kg pada tahun 2007 menjadi 0.052 kg dari tahun 2008 sampai 2011
(Pusdatin Kementan 2012).
Secara nasional, konsumsi kedelai per tahun mencapai 2.25 juta ton,
sementara jumlah produksi dalam negeri sekitar 779 juta ton (Nugrayasa 2013).
Menurut data Pusdatin Kementan (2012) penggunaan kedelai dalam negeri tahun
2011 mencapai 2.944 juta ton, sementara produksi dalam negeri sebesar 851 ribu
ton dan sisanya sebesar 2.093 dipenuhi dari impor.
Produktivitas kedelai dalam negeri di tingkat petani tergolong masih
rendah, yaitu rata-rata 1,2 ton per hektar (BPS 2013), padahal pada tingkat
penelitian potensi kedelai dalam negeri mampu memberikan produktivitas 1,7
hingga 3,2 ton per hektar (Balitkabi 2012). Rendahnya produktivitas memberikan
kontribusi terhadap rendahnya produksi kedelai dalam negeri. Faktor lain yang
menyebabkan rendahnya produksi kedelai dalam negeri adalah sempitnya areal
tanam. Luas areal tanam kedelai di Indonesia pada tahun 2013 adalah 554 132 ha,
sehingga apabila luas areal tanam dikalikan dengan rata-rata produktivitas, akan
diperoleh produksi sebesar 626 113 ton. Apabila luas tanam tetap dan
produktivitas dapat ditingkatkan hingga mencapai potensi hasilnya, maka akan
diperoleh produksi sebesar 942 024 ton sampai 1 773 222 ton atau meningkat
sebesar 50.46 persen hingga 283.21 persen. Konsumsi kedelai dalam negeri
sebesar 2.944 juta ton akan terpenuhi apabila dilakukan perluasan areal tanam dan
penggunaan inovasi teknologi.

Upaya peningkatan produksi kedelai di Indonesia terus dilakukan oleh


pemerintah melalui program intensifikasi antara lain dengan penggunaan zat
pengatur tumbuh (ZPT). Salah satu ZPT yang berpotensi digunakan dalam
budidaya kedelai adalah Gibberellic Acid (GA3), dimana zat ini berperan dalam
berbagai proses fisiologis yang mampu mendongkrak peningkatan produksi
kedelai. Peran ZPT jika diberikan dalam jumlah yang sesuai dapat mengubah
proses fisiologis tanaman mulai semenjak berkecambah sampai panen.
Penggunaan ZPT ini sudah biasa dilakukan diberbagai tempat, namun belum ada
hasil yang konsisten tentang bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
komponen produksi.

Perlakuan pemberian hormon GA3 pada varietas grobogan dan gema


dalam diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman kedelai sehingga
produktivitas kedelai nasional juga meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas pemberian hormone GA3 pada pertumbuhan dan
produktivitas tanaman kedelai varietas grobogan dan gema.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemberian hormon GA3 terhadap pertumbuhan


dan hasil tanaman kedelai varietas grobogan dan gema?
2. Berapakah konsentrasi hormon GA3 yang paling efektif meningkatkan
pertumbuhan dan hasil pada tanaman kedelai?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui pengaruh pemberian hormon GA3 terhadap pertumbuhan
dan hasil dari tanaman kedelai
2. Mengetahui konsentrasi pemberian hormon GA3 yang paling efektif
pada tanaman kedelai
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Didapatkan informasi mengenai pengaruh hormone GA3 terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai

2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk


mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan

antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai

juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang,

Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di

Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai

yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-

pulau lainnya. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill

Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan

merupakan tanaman semusim. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam,

yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang.

Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari

bagian bawah hipokotil (Aep, 2006). Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen

(N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium

japonicum. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada


karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke

dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat

nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi

lingkungan tanah dan suhu.

Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke

permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Stadia perkecambahan dicirikan

dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia pertumbuhan vegetatif

dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Stadia vegetatif

umumnya dimulai pada buku ketiga. Stadia pertumbuhan reproduktif (generatif)

dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong,

perkembangan biji, dan pemasakan biji.

2.2 Varietas Kedelai Umur Genjah

Umur masak pada kedelai ditentukan oleh faktor genetik (varietas) dan

lingkungan, seperti perbedaan iklim (panjang hari dan suhu) dan ketinggian

tempat (Fachruddin 2000; Yullianida dan Susanto 2007). Suhu hangat

mempercepat pembungaan dan umur masak, sebaliknya suhu dingin akan

menunda pembungaan dan umur masak. Varietas unggul kedelai yang disukai

konsumen saat ini adalah berdaya hasil tinggi, berukuran biji besar, dan berumur

genjah. Preferensi terhadap kedelai berumur genjah lebih tinggi daripada berumur

dalam karena dapat meningkatkan indeks pertanaman. Di samping itu, kedelai

berumur genjah juga dapat digunakan untuk menghindari kegagalan panen akibat

cekaman kekeringan karena periode pengisian polong lebih pendek. Lama

pengisian polong merupakan periode kritis terjadinya kekeringan yang dapat

menurunkan hasil kedelai (Made, 2010).


Adie (2007) mengelompokkan umur kedelai di Indonesia menjadi sangat

genjah (<70 hari), genjah (70-80 hari), sedang (80-85 hari), dalam (86-90 hari),

dan sangat dalam (>90 hari). Penelitian yang dilakukan oleh Lukman Hakim

(2010), menunjukkan bahwa galur Ajs/Arg-199-21 mempunyai daya hasil cukup

tinggi (2 t/ha) dan umur polong masak sangat genjah (74 hari). Varietas kedelai

yang berumur sangat genjah diperlukan agar tanaman terhindar dari kekeringan,

terutama pada lahan sawah tadah hujan MK I (April-Juni).

Kedelai umur genjah yang dilepas sebelum varietas Gema tahun 2011,

sebagian besar berasal dari pemurnian varietas lokal (Grobogan, Gepak kuning,

dan Gepak Ijo). Tengger, Mitani dan Meratus merupakan varietas genjah hasil

teknik mutasi radiasi yang dilakukan BATAN (Sidiq, 2013).

Tabel 1. Pengelompokan varietas kedelai di Indonesia berdasarkan umur masak

Pandiangan (2012) menyatakan bahwa umur panen pada tanaman sangat

erat hubungannya dengan umur berbunga. Sehingga dapat diketahui berapa lama

suatu varietas kedelai melakukan pengisian biji dan mencapai saat penen.

Tanaman kedelai yang mempunyai umur berbunga lebih cepat, cenderung

mempunyai umur panen yang lebih cepat pula.


Tahun 2008 telah dilepas varietas Grobogan, Gepak Kuning dan Gepak Ijo

yang merupakan varietas unggul yang berumur genjah dan berproduktivitas lebih

dari 2,5 t/ha. Varietas Grobogan merupakan hasil pemurnian populasi lokal dari

Grobogan memiliki ukuran biji yang besar dan berkembang di daerah Grobogan,

Jawa Tengah. Bobot 100 biji varietas Grobogan nilainya dua kali lebih besar

dibandingkan varietas Wilis dan Kaba. Sedangkan Gepak Kuning dan Gepak Ijo

berukuran biji kecil dan mempunyai keunggulan sebagai bahan baku pembuatan

tahu karena mempunyai rendemen tinggi dan lebih tinggi dibandingkan kedelai

impor. Kedua varietas tersebut telah berkembang di daerah Ponorogo, Jawa Timur

(Balitkabi, 2009).

2.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai salah satunya

adalah dengan menggunakan paket teknologi tanaman yang dianjurkan yaitu

penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang bertujuan untuk meningkatkan

produksi kedelai. Tujuan penggunaan zat pengatur tumbuh ini adalah untuk

menambah kadar hormon yang telah ada agar mempercepat pertumbuhan tanaman

sehingga diperoleh hasil yang baik. Auksin merupakan salah satu hormon yang

dapat berpengaruh terhadap pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-

sel meristem, pembentukan bunga, pembentukan buah dan terhadap gugurnya

daun dan buah (Dwidjoseputro, 1994) dalam (Utri, 2013). Hormon Auksin banyak

ditemukan di bagian akar, ujung batang, dan bunga. Giberelin merupakan hormon

yang mempercepat perkecambahan biji, pertumbuhan tunas, pemanjangan batang,

pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah,


mempengaruhi pertumbuhan dan deferensiasi akar (Campbell, 2003). Hormon

sitokinin berperan penting dalam merangsang proses pembelahan sel tumbuhan.

Castro dan Morales (1981) dalam Panca, Aslim, dan Nurbaiti (2014),

menyatakan bahwa pemberian giberelin 100 ppm seminggu menjelang umur

berbunga menyebabkan kenaikan berat polong, jumlah biji dan hasil biji. Menurut

Lakitan (1996), manfaat aplikasi giberelin sebagai zat pengatur tumbuh tanaman

sangat ditentukan oleh jenis tanaman, varietas, konsentrasi, dosis yang digunakan,

metode dan waktu aplikasi.

Penelitian yang dilakukan Yeni (2012), menunjukkan bahwa pengaruh

induksi giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah

menunjukkan adanya pengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman cabai

merah terletak pada perlakuan giberelin dengan konsentrasi 200 ppm. Giberelin

akan merangsang pemanjangan batang dengan merangsang pembelahan sel

sehingga sel akan memanjang, selain itu giberelin akan merangsang dan

mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah karena giberelin dapat

merangsang pembungaan serta dapat mengurangi gugurnya bunga dan buah

sebelum waktunya.

2.4 Hipotesis

1. Pemberian hormon GA3 dengan konsentrasi 100 ppm menunjukkan hasil

yang lebih baik terhadap umur panen kedelai

2. Pemberian hormon GA3 dengan konsentrasi 100 ppm terhadap varietas

Grobogan menunjukkan hasil yang lebih baik


III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan mulai dari bulan Januari sampai

April 2020 di Screen House Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah biji kedelai varietas Grobogan dan Gema,

hormon GA3, tanah taman dan pupuk kompos sebagai media tanam. Alat

yang digunakan adalah polibag, handsprayer, beaker glass, alat tulis, dan

gembor.

3.3 Metodologi Penelitian

3.3.1 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap dengan 2 faktor. Faktor pertama varietas dan faktor kedua

konsentrasi hormon.

Faktor pertama yaitu varietas menggunakan dua jenis varietas kedelai

Grobogan dan Gema :

V1 = Grobogan

V2 = Gema.

Faktor kedua yaitu konsentrasi pemberian hormon GA3:

G0 = 0 ppm (kontrol)

G1 = 100 ppm

G2 = 200 ppm
G3 = 300 ppm.

Dari rancangan tersebut diperoleh 8 kombinasi perlakuan, setiap

kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 32 plot

penelitian.

3.3.2 Denah Penelitian

V1G0 (2) V1G2 (2) V1G2 (1) V1G3 (4)

V1G1 (1) V1G1 (2) V2G1 (2) V1G3 (2)

V2G3 (3) V1G1 (3) V2G3 (4) V1G3 (3)

V1G0 (4) V2G0 (3) V2G1 (4) V2G0 (1)

V1G1 (4) V2G1 (1) V2G2 (1) V2G3 (1)

V2G0 (2) V2G2 (2) V1G0 (3) V2G3 (2)

V1G2 (4) V2G1 (3) V2G2 (3) V1G0 (1)

V2G0 (4) V1G3 (1) V2G2 (4) V1G2 (3)

Gambar 1. Denah Penelitian

Keterangan: (1), (2), (3), (4) = Ulangan


V1G0 = Varietas Grobogan dengan pemberian GA3 0 ppm
V1G1 = Varietas Grobogan dengan pemberian GA3 100 ppm
V1G2 = Varietas Grobogan dengan pemberian GA3 200 ppm
V1G3 = Varietas Grobogan dengan pemberian GA3 300 ppm

V2G0 = Varietas Gema dengan pemberian GA3 0 ppm


V2G1 = Varietas Gema dengan pemberian GA3 100 ppm
V2G2 = Varietas Gema dengan pemberian GA3 200 ppm
V2G3 = Varietas Gema dengan pemberian GA3 300 ppm

3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah taman dengan pupuk

kompos dengan perbandingan 2 : 1

2. Menyiapkan benih tanaman kedelai varietas Grobogan dan Gema masing-

masing sebanyak 12 benih. Benih dipilih yang seragam, tidak cacat, dan

bebas dari hama dan penyakit

3. Menanam benih pada polibag yaitu sebanyak 3 benih tiap polibag

4. Melakukan pemeliharaan berupa penyiraman, penyiangan, dan

pengendalian organisme pengganggu tanaman

5. Memberikan perlakuan pemberian hormon GA3 sesuai dengan denah yang

telah dibuat. Pemberian perlakuan dengan cara disemprotkan pada seluruh

bagian tanaman. Penyemprotan dilakukan setiap minggu sampai muncul

bunga

6. Melakukan pengamatan tiap minggu terhadap parameter pengamatan

7. Melakukan pemanenan setelah tanaman kedelai sebagian besar daun sudah

menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur,

buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-

retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak

coklat.
3.5 Parameter Pengamatan

1. Tinggi tanaman, yaitu pengukuran dari pangkal batang sampai titik

tumbuh tanaman

2. Jumlah daun, yaitu penghitungan helai daun yang sudah membuka

sempurna

3. Waktu munculnya bunga, yaitu saat dimana kuncup bunga pertama kali

muncul

4. Jumlah polong, yaitu banyaknya polong yang terbentuk pada satu

tanaman

5. Umur panen, yaitu waktu dimana tanaman sudah siap untuk dipanen

6. Bobot 100 biji, yaitu karakter yang menunjukkan ukuran biji kedelai.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan ANOVA untuk

mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati. Apabila

terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut menggunakan Beda

Nyata Jujur (BNJ) pada taraf uji 5%.

Model linier untuk RAL adalah sebagai berikut :

Yij = µ + Ti + ij ; i = 1,2, ... t

j = 1,2, ... r

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

µ = nilai tengah umum

Ti = pengaruh perlakuan ke-i

ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
DAFTAR PUSTAKA

Adie, M.M. 2007. Panduan pengujian individual, kebaruan, keunikan,


keseragaman dan kestabilan kedelai. Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman. Departemen Pertanian Republik Indonesia. 12 hlm.

Aep Wawan Irwan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)
Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor

Campbell, N.A., J.B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid
II. (diterjemahkan dari : Biology, 5th Edition, penerjemah : W. Manalu).
Penerbit Erlangga. Jakarta. 404 p.

Fachruddin, Lisdiana, Ir. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

I Made J. Mejaya, Ayda Krisnawati, dan Heru Kuswantoro. 2010. Identifikasi


Plasma Nutfah Kedelai Berumur Genjah dan Berdaya Hasil Tinggi.
Buletin Plasma Nutfah Vol.16 No.2

Lakitan, B.1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja


Grafindo Persada. Jakarta

Pandiangan, M.B.S.P.K. 2012. Uji Daya Hasil Kedelai (glycine max (l.) Merril)
Berdaya Hasil Tinggi di Kampung Sidey Makmur SP 11 Manokwari. 65
hlm. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian dan Teknologi
Pertanian Universitas Negeri Papua Manokwari.

Sidiq. 2013. BATAN Perkenalkan Varietas Kedelai Unggul Super Genjah.


http://infonuklir.com. Diakes pada tanggal 20 November 2017

Titin Yeni. 2012. Pengaruh Induksi Giberelin terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L) sebagai Sumber Belajar
Biologi. FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Anda mungkin juga menyukai