Anda di halaman 1dari 40

BUKU PANDUAN POKDARWIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harus disadari dan disyukuri oleh semua pihak, terutama oleh masyarakat
Lombok Barat bahwa sesungguhnya daerah kabupaten Lombok Barat memiliki potensi
kekayaan alam yang melimpah yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik
wisata, baik wisata alam, budaya maupun wisata religi. Daratan yang indah, gunung
yang menjulang tinggi, lembah yang mempesona, laut yang luas dengan pantai
berpasir putih, gili-gili yang mungil, semua itu dapat dijadikan sebagi obyek wisata alam.
Demikian pula kekayaan budaya yang berupa adapt-istiadat, kesenian, sejarah, dan
budaya hidup masyarakat serta berbagai keterampilan yang dimiliki masyarakatnya
untuk membuat kerjainan tangan dan industri rumah tangga lainnya dapat jua dijadikan
sebagai daya tarik wisata budaya. Dan berbagai peninggalan sejarah seperti makam-
makam bersejarah yang tersebar di berbagai tempat merupakan obyek wisata religi
yang tak kalah menariknya serta menjadi daya tarik yang tiada ternilai harganya baik
bagi masyarakat/wisatawan lokal, nasional maupun mancanegara.
Oleh sebab itu kekayaan alam dan budaya tersebut, di samping harus
dieksplorasi dan dimanfaatkan secara optimal untuk memajukan dan mensejahterakan
masyarakat Lombok Barat, harus pula dijaga, dipelihara, dirawat dan dilestarikan
keberadaannya. Oleh karena itu, semua lapisan masyarakat harus berpartisipasi aktif
dan melibatkan diri baik secara langsung maupun tidak langsung untuk ikut memelihara
dan melestarikan kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya.
Sekaitan dengan hal tersebut, dibutuhkan kelompok-kelompok yang tumbuh
dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, yang peduli akan keberadaan dan
pelestarian kekayaan alam dan budaya yang dimiliki masyarakat Lombok Barat. Untuk
itu diperlukan sumber informasi yang memadai sebagai acuan dan pegangan dalam
membentuk kelompok-kelompok yang dimaksud. Kelompok-kelompok yang tumbuh
dari, oleh dan untuk masyarakat dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
kekayaan alam dan budaya inilah yang disebut dengan Kelompok Sadar Wisata atau
disingkat POKDARWIS
Buku Pedoman Pokdarwis ini merupakan salah satu sumber informasi yang
dapat dijadikansebagai pegangan atau panduan dalam membentuk kelompok-
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Lombok Barat. Selain itu, buku ini dimaksudkan
sebagai sumber informasi tentang keberadaan dan perkembangan kelompok-kelompok
sadar wisata yang sudah ada. Dengan adanya buku pegangan tentang Pokdarwis ini
diharapkan inisitaf dan partisipasi masyarakat untuk ikut memelihara dan melestarikan
serta memajukan pariwisata di kabupaten Lombok Barat akan tumbuh dan
berkembang, sehingga visi dan misi pemerintahan baru Dr. H. Zaini Arony, M.Pd – Dr.
H. Mahrip, SE, MM yang pada intinya mengajak masyarakat Lombok Barat untuk
berhijrah dari keterbelakangan, keterpurukan dan kemiskinan menuju masyarakat yang
Maju, Mandiri dan ber-Martabat, dengan dilandasi nilai-nilai patut, patuh, patju, akan
segera terwujud.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan Buku Pedoman Pokdarwis ini adalah :
1. Memberikan informasi terperinci tentang kelompok-kelompok
sadar wisata dan perkembangannya di Lombok Barat.
2. Membantu memberikan informasi kepada masyarakat tentang
bagaimana membentuk kelompok-kelompok sadar wisata di Lombok Barat.
3. Membantu pemerintah daerah kabupaten Lombok Barat meningkatkan dan
memajukan industri pariwisata sehingga dapat dijadikan sebagai
sektor andalan pembangunan di masa depan.
4. Meningkatkan peran serta / partisipasi masyarakat dalam memajukan dan
meningkatkan industri pariwisata serta memperluas pengetahuan dan wawasan
masyarakat tentang kepariwisataan di daerah kabupaten Lombok Barat khususnya dan
di pulau Lombok pada umumnya.
1.3 Dasar Penulisan
Adapun dasar penulisan Buku Pedoman Pokdarwis ini adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
2. Peraturan daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 12 Tahun 2002 tentang
Usaha Jasa Priwisata.
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok
Barat
tahun 2010-2014
4. DPA Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat Tahun Anggaran 2012.

BAB II
KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata


a. Wisata
Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka wakktu
sementara.
b. Wisatawan
Orang yang melakukan wisata
c. Pariwisata
Berbagai macam kegiatan wisata dn didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
d. Kepariwisataan
Keseluruhan kegiatan yang terkai t dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta
interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha
e. Daya Tarik Wisata
Segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindhan dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
f. Daerah Tujuan Pariwisata Destinasi Pariwisata
Kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

g. Usaha Pariwisata
Usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata

h. Pengusaha Pariwisata
Orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata

i. Industri Pariwisata
Kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dlam rangka menghasilkan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dlam penyelenggaraan
pariwisata.

j. Kawasan Strategis Pariwisata


Kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber
daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta perthanan dan keamanan.

2.2 Asas
Asaz pembangunan kepariwisataan, yaitu : (a) manfaat, (b) kekeluargaan, (c) adil dan
merata, (d) keseimbangan, (e) kemandirian, (f) kelestarian, (g) partisipatif, (h)
berkelanjutan, (i) demokratis, (j) kesetraan, dan (k) azas kesatuan

2.3 Fungsi
a. memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan
rekreasi dan perjalanan
b. meningkatkan pendpatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
2.4 Tujuan
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. menghapus kemiskinan
d. mengatasi pengangguran
e. melestarikan alam, lingkungan , dan sumber daya
f. memajukan kebudayaan
g. mengangkat citra bangsa
h. memupuk rasa cinta tanah air
i. memperkuat jati diri dan kesatuan bangsa
j. mempererat pershabatan antarbangsa

2.5 Prinsip
a. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep
hidup dalam keseimbangan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan
antara manusia dan lingkungan
b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan local
c. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proporsionalitas
d. Memelihara kelestarian alam dan linkungan hidup
e. Memberdayakan masyarakat setempat
f. Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang
merupakan satu keatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan
antar pemangku kepentingan

2.6 Ruang Lingkup


a. industri pariwisata
b. destinasi pariwisata
c. pemasaran
d. kelembagaan kepariwisata

BAB III
KELOMPOK SADAR WISATA

3.1 Pengertian Kelompok Sadar Wisata


Kelompok Sadar Wisata atau disingkat POKDARWIS merupakan kelompok
swadaya dan swakarsa yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat serta bertujuan
untuk meningkatkan pengembangan pariwisata daerah dan mensukseskan
pembangunan pariwisata nasional. Dengan demikian kelompok sadar wisata
merupakan kelompok yang tumbuh atas inisiatif dan kemauan serta kesadaran
masyarakat sendiri guna ikut berpartisipasi aktif memelihara dan melestarikan berbagai
obyek dan daya tarik wisata dalam rangka meningkatkan pembangunan kepariwisataan
di daerah.
Pembangunan kepariwisataan diarahkan kepada peningkatan pariwisata menjadi
sektor andalan yanag mampu menggalang kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor
lain ysng terkait sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan
Daerah dan Negara serta penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan
dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan Nasional.
Pembangunan Kepariwisataan merupakan kegiatan lintas sektoral, karena itu
suksesnya pembangunan kepariwisataan Nasional dan daerah sangat ditentukan oleh
adanya dukungan serta partisipasi aktif sseluruh lapisan masyarakat, baik unsur
pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat lainnya.

3.2 Maksud dan Tujuan


Buku Pedoman Pembinaan Pokdarwis ini dibuat dengan maksud dan tujuan
untuk memberikan arah/acuan kepaada aparat Pemarintah Daerah di tingkat
Kabupaten Kecamatan dan Desa dalam melakukan pembinaan terhadap kelompok
sasdar wisata dengan tujuan agar tercipta persamaan persepsi dalam melakukan dan
kegiatan pembinaan Kelompok Sadar Wisata.

3.3 Keanggotaan
Karena Kelompk Sadar Wisata (Pokdarwis) merupakan kelompok yang tumbuh
dan berkembang atas inisiatif dan kemauan masyarakat sendiri dalam rangka
melestarikan obyek dan daya tarik wisata dalam rangka memajukan industri priwisata
di Lombok Barat, maka keanggotaan Pokdarwis tidak hanya terbatas pada mereka
yang terlibat langsung dalam industri pariwisata, tetapi juga mereka yang secara tidak
langsung ikut mendukung pembangunan di bidang kepariwisataan. Dengan demikian
Pokdarwis dapat beranggotakan sebagai berikut:

a. Masyarakat yang mata pencahariannya berkaitan dengan penyediaan barang


dan / atau jasa bagi kebutuhan wisatawan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
b. Masyarakat yang tidak mata pencaharian sebagaimana tersebut pada point (a),
namun bertempat tinggal di sekitar Obyek/Daya tarik wisata atau wilayah
lain yang berkaitan dengan penyediaan barang atau jasa bagi kebutuhan
wisatawannya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan Nusantara maupun Mancanegara.

Jumlah anggota setiap kelompok sadar wisata maksimum 50 orang, dan


minimal 10 orang di setiap lokasi Obyek wisata atau lokasi-lokasi lainnya yang banyak
dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal, nasional maupun wisatawan mancanegara.
Dengan kata lain, di setiap obyek wisata atau tempat-tempat lain yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan dapat dibentuk satu kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

3.4 Strurktur Organisasi Pokdarwis


Kelompok sadar wisata merupakan kelompok swadaya masyarakat yang
memiliki kepengurusan, karena kelompok sadar wisata ini pada hakikatnya juga
merupakan lembaga kemasyarakatan, yang keberadaannya diakui dan didukung penuh
oleh pemerintah, baik pemerintah daerah kabupaten, provinsi maupun pemerintah
pusat. Oleh sebab itu kelompok sadar wisata di Lombok Barat khususnya harus
memiliki struktur organisasi atau kepengurusan sebagai berikut:
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi
f. Anggota

Besarnya Struktur Organisasi Pokdarwis sangat ditentukan oleh jumlah


keanggotaan dan dapat dilengkapi beberapa seksi yang menangani bidang / kegiatan
yang berlainan. Dan setiap bidang dapat dikoordinir oleh satu orang Koordinator dan
terdiri dari minimal 2 orang anggota. Sedangkan Pokdarwis yang jumlah anggotanya
relatif kecil dapat dilengkapi dengan 2 seksi atau tanpa seksi.
Contoh Struktur Organisasi Pokdarwis yang memiliki koordinator bidang:

a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi
1) Seksi Guiding
a) Koordinator :
b) Anggota :
1.
2.
3. dst
2) Seksi Kesenian
a) Koordinator :
b) Anggota :
1.
2.
3. dst
3) Seksi Keamanan
a) Koordinator :
b) Anggota :
1.
2.
3. dst
4) Seksi Dokumentasi dan Publikasi
a) Koordinator :
b) Anggota :
1.
2.
3. dst
5) Dst
Di samping itu setiap kelompok Sadar Wisata dapat pula membentuk sub
kelompok atau sub-lembaga, misalnya membentuk kelompok/Lembaga Koperasi Sadar
Wisata.
Setiap Pokdarwis diharuskan untukl memiliki ruangan Sekretariat yang
berfungsi sebagai tempat mengurus masalah yang berhubungan dengan
kesekretariatan dan sekaligus sebagai tempat untuk pertemuan anggota.

3.5 Kegiatan
Pada hakikatnya kelompok-kelompok sadar wisata memiliki dan / atau dapat
melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
masing-masing kelompok. Namun semua jenis kegiatan tersebut harus diarahkan
untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan para anggota Pokdarwis dalam bidang
kepariwisataan.
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada anggota dalam mengelola bidang
usaha pariwisata dan usaha lainnya.
c. Mendorong atau memotivasi masyarakat agar menjadi tuan rumah yang baik bagi
wisatawan.
d. Mendorong atau memotifasi masyarakat untuk meningkatkan daya tarik pariwisata
setempat melalui upaya perwujudan dan pemberdayaan Sspra Pesona.
e. Mengumpulkan mengolah dan memberikan pelayanan informasi kepariwisataan kepada
wisatawan dan masyarkat setempat.
f. Memberikan masukan-masukan kepada aparat pemerintah yanag berwenang dalam
bidang kepariwisataan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata.
Disamping kegiatan di atas, kegiatan –kegiatan pokdarwis juga dapat
siarahkan untuk melakukan aktifitas sebagai berikut.
a. Diskusi kelompok ( rutin )
b. Mencari bahan informasi
c. Mendengarkan acara radio ” Indahnya Indonesia ”
d. Mengikuti acara pariwisata dimedia televisi
e. Menyelenggarakan perpustakaan
f. Mengadakan gerakan kebersihan dan penghijauan
g. Latihan seni budaya dan pariwisata
h. Partisipasi pada event-event pariwisata dan olah raga
i. Partisipasi pada acara penyuluhan dan sarasehan
j. Mtu dalam pelayanan informasi
k. Menyampaikan saran-saran kepada kanwil Dep. Parbud, Diparda, Pemda dan
industri Pariwisata.
l. Latihan membuat cendramata
m. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat sekitar

3.6 Persyaratan Pembentukan Pokdarwis


Untuk membentuk organisasi, lembaga atau kelompok sadar wisata
(Pokdarwis), harus memenuhi beberapa kriteria atau persyartan sebagai berikut:
1. Setiap anggota memiliki usaha barang dan /atau jasa untuk dijual kepada wisatawan
baik wisatawan lokal, nasional (nusantara) maupun wisatawan mancanegara
2. Memiliki kepengurusan yang sekurang-kurangnya terdiri dari 1 orang Ketua, 1 orang
Sekretaris dan 1 orang Bendahara serta 10 orang sebagai anggota.
3. Mempunyai sekretariat di sekitar lokasi /obyek wisata
4. Menyerahkan rekomendasi pendirian Pokdarwis dari Kepala Desa Setempat
5. Menyerahkan foto copy KTP dan Pas Photo ukuran 3 X 4 cm masing-masing 1 Lembar
Agar keberadaan Pokdarwis lebih diakui secara hukum (legal formal), sebaiknya setiap
Pokdakwis membuat Akta Notaris. Hal ini dimaksudkan di samping sebagai pengakuan
secara hukum, juga dapat dijadikan sebagai salah satu persyaratan untuk mendirikan
Koperasi Pokdarwis, dan sebagainya.
Contoh Akta Notaris dapat dibaca berikut ini:
3.7 Contoh Akta Notaris

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT


DINAS PARIWISATA
KELOMPOK SADAR WISATA “ DORUS ANGIN ”
ALAMAT: Jalan Raya Lingsar Pura Lingsar : 63365 Lombok Barat N T B, PH. 081
917966 223

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN


Pasal 1.

(1) Kelompok Sadar Wisata ini bernama “ Dorus Angin” dan dalam Anggaran Dasar ini
disingkat “Pokdarwis Doang”, berkendudukan di Jalan Raya Lingsar Pura Lingsar Desa
Lingsar Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
(2) Pokdarwis Doang hanya memiliki satu Sekretariat tunggal sebagaimana tersebut di
atas dan tidak memiliki perwakilan di tempat lain .

WAKTU
Pasal 2.

Pokdarwis Doang ini telah mulai berdiri sejak tanggal Akta ini ditandatangani dan
didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

AZAS
Pasal 3.

Pokdarwis Doang ini berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.


MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4.

Pokdarwis Doang ini didirikan dan bergerak di bidang Pariwisata, dengan


dititikkberatkan pada usaha jasa Guiding, Pemberian Informasi kepada Wisatawan,
Pemeliharaan Pura Lingsar, Menjaga Keamanan dan Ketertiban P
Wisatawan, serta Penyediaan barang-barang kebutuhan wisatawan, dengan maksud
dan tujuan sebagai berikut:
1) Membantu pemerintah dalam mensukseskan berbagai program pembangunan di
bidang kepariwisataan dalam rangka memajukan kesejahteraan masyarakat.
2) Menggali, mengembangkan dan memanfaatkan sekaligus memelihara berbagai
potensi dan asset yang terdapat pada pura Lingsar dan sekitarnya untuk dijadikan
sebagai bahan promosi pariwisata kepada para wisatawan dalam rangka meningkatkan
kunjungan wisatawan
3) Mengembangkan dan melestarikan budaya daerah yang terdapat pada masyarakat
Lingsar dan sekitarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4) Membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, mandiri, dan bermartabat secara adil dan makmur serta
sejahtera lahir dan bathin.

USAHA-USAHA
Pasal 5.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Pokdarwis Doang ini menjalankan
berbagai usaha dan kegiatan sebagai berikut:
(1) Bidang Guiding
1. Membentuk Kelompok Guide (Pemandu Wisata/ Tourist Guide)
2. Menyediakan tenaga Pramuwisata dan memberikan pelayanan guiding kepada
wisatawan yang dating berkunjung ke Pura Lingsar dan sekitarnya.
3. Memberikan informasi yang faktual berdasarkan data dan fakta kepada wisatawan
4. Mengadakan perekrutan dan pelatihan untuk para pemuda setempat yang ingin ikut
berpartisipasi di bidang pariwisata.

(2) Bidang Perdagangan


1. Membentuk kelompok pedagang yang menyediakan berbagai barang kebutuhan
wisatawan, termasuk cindramata.
2. Menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan mutu dan kuantitas produk bagi
anggota kelompok pedagang.
(3) Bidang Keamanan dan Sosial Kemasyarakatan

1. Membentuk kelompok Pamswakarsa untuk memelihara dan menjaga asset dan


potensi wisata yang ada di Pura Lingsar dan sekitarnya serta keamanan para
pengunjung/wisatawan
2. Membantu pemerintah dan masyarakat melestarikan adapt-istiadat dan budaya
dengan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan budaya, seperti dalam acara Perang
Ketupat, Peresean, Pujawali, dan lain-lain.

(4) Bidang pemeliharaan Sarana dan Prasarana

1. Membentuk satu kelompok yang khusus bertugas menjaga dan memelihara sarana
dan prasarana yang terdapat pada Pura Lingsar
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Pokdarwis Doang dan atau
Wisatawan.
3. Membantu menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk berbagai
kegiatan kepariwisataan yang dilaksanakan di Pura Lingsar dan sekitarnya.

KEKAYAAN DAN PENDAPATAN


Pasal 6.
1. Kekayaan Pokdarwis Doang terdiri dari:
a. Kekayaan awal yang berasal dari kekayaan Pendiri yang dipisahkan sebagaimana
dinyatakan dalam bagian awal Akta ini;
b. Pemberian jasa hasil pelayanan kepada wisatawan, termasuk biaya tiket masuk ke
tempat-tempat tertentu yang telah dtentukan oleh rapat anggota
c. Tip yang diberikan wisatawan kepada anggota
d. Bantuan dari Instansi dan badan-badan pemerintah, swasta, baik perorangan maupun
kelompok / masyarakat yang menaruh minat pada Pokdarwis Doang ini, baik dari dalam
maupun luar negeri yang tidak mengikat.
e. Infaq, shadaqoh, dan hibah, serta sumbangan dari para donator simpatisan Pokdarwis
Doang
f. Penghasilan-penghasilan dari usaha Pokdarwis Doang ini;
g. Pendapatan-pendapatan lain yang sah dan tidak mengikikat Pokdarwis Doang ini.
2. Uang yang tidak segera dibutuhkan guna keperluan Pokdarwis Doang, disimpan dan
dijalankan menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh Pengurus dengan persetujuan
Pembina. Sedangkan bantuan keuangan maupun barang yang diperuntukan bagi
kegiatan kepariwisataan seperti event perang Ketupat dan lain-lain harus segera
dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersangkutan dan tidak boleh disimpan. Semua
harta yang ada dalam kekuasaan Pokdarwis Doang harus digunakan demi kemajuan
Pokdarwis Doang dalam arti yang seluas-luasnya.

ORGAN YAYASAN
Pasal 7.
Pokdarwis Doang mempunyai organ yang terdiri dari:

a. Pembina
b. Pengurus
c. Pengawas

PEMBINA
Pasal 8.

(1) Pembina adalah organ Pokdarwis Doang yang mempunyai kewenangan yang tidak
diserahkan kepada Pengurus dan Pengawas
(2) Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota Pembina
(3) Dalam hal lebih dari seorang anggota Pembina, maka seorang di antaranya dapat
diangkat sebagai Ketua Pembina
(4) Yang dapat diangkat sebagai anggota Pembina adalah orang perseorangan sebagai
Pendiri Pokdarwis Doang dan atau mereka yang berdasarkan keptusan rapat anggota
Pembina diniliai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan
Pokdarwis Doang.
(5) Anggota Pembina tidak diberi gaji atau tunjangan oleh Pokdarwis Doang
(6) Dalam hal Pokdarwis Doang oleh karena sebab apapun tidak mempunyai anggota
Pembina, maka dalam waktu tiga puluh hari (30) sejak terjadinya kekosongan tersebut
wajib diangkat anggota Pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota
pengawas dan pengurus.
(7) Seorang anggota Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan
membritahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada Pokdarwis Doang
paling lambat tiga puluh hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
(8) Pengangkatan dan pemberhentian anggota pembina dilakukan oleh rapat gabungan
anggota pembina, pengawas dan pengurus dengan ketentuan bahwa usul yang
bersangkutan harus disetujui oleh sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah
anggota yang hadir.

Pasal 9
(1) Masa jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya
(2) Jabatan anggota Pembina berakhir dengan sendirinya apabila:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri sebagai mana diatur pada Pasal 8, ayat (7) di atas;
c. tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan
pengadilan;
e. diberhentikan berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota Pembina, pengawas
dan pengurus.

TUGAS DAN WEWENANG PEMBINA


Pasal 10.
(1) Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pokdarwis Doang
(2) Kewenangan Pembina meliputi :
a. Membuat keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar Pokdarwis Doang
b. Menetapkan garis-garis kebijakan umum dan sasaran dari Pokdarwis Doang
c. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas
d. Menerima dan mengesahkan pertanggung-jawaban mengenai segala usaha dan
kegiatan Pokdarwis Doang, termasuk mengesahkan laporan dan pertanggungjawaban
keuangan serta program kerja dan rancangan anggaran tahunan Pokdarwis Doang
e. Penetapan keputusan mengenai pembubaran Pokdarwis Doang
(3) Dalam hal hanya ada seorang anggota pembina, maka segala tugas dan wewenang
yang diberikan kepada ketua pembina atau anggota pembina berlaku pula baginya.

Pasal 11
RAPAT PEMBINA

(1) Rapat pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat
dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan,
sebagaimana dimaksud dalam pasaL 13, pembina dapat juga mengadakan rapat setiap
waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota
pembina, anggota pengurus atau anggota pengawas.
(2) Panggilan rapat pembina dilakukan oleh pembina secara lansung, atau melalui surat
dengan mendapat tanda terima, paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diadakan
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(3) Panggilan rapat itu harus mencatumkan hari, tanggal, waktu, tempat dan acara rapat
(4) Rapat pembina diadakan di tempat kedudukan Pokdarwis Doang, atau di tempat
kegiatan Pokdarwis Doang.
(5) Dalam hal semua anggota pembina hadir, atau diwakili panggilan tersebut tidak
disyaratkan dan rapat pembina dapat diadakan dimanapun juga dan berhak mengambil
keputusan yang sah dan mengikat.
(6) Rapat pembina dipimpin oleh ketua pembina, dan jika ketua pembina tidak hadir atau
berhalangan, maka rapat pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan
dari anggota pembina yang hadir
(7) Seorang anggota pembina hanya dapat diwakili oleh anggota pembina lainnya dalam
rapat pembina berdasarkan surat kuasa.

Pasal 12.

(1) Rapat pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota pembina
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka
dapat diadakan pemanggilan rapat pembina kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling
lambat tiga (3) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan
tanggal panggilan dan tanggal rapat
d. Rapat pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak rapat pembina pertama
e. Rapat pembina kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang sah dan
mengikat, apabila dihadiri lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota pembina.
(2) Keputusan rapat pembina diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
(3) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka
keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (setengah) jumlah suara yang
sah.
(4) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak
(5) Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut:
a. Setiap anggota pembina yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan
tambahan 1 (satu) suara untuk setiap anggota pembina lain yang diwakilinya.
b. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa
tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbuka dan ditanda-tangani, kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada
keberatan dari yang hadir,
c. Suara yang abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah
suara yang dikeluarkan.
(6) Setiap rapat pembina dibuat berita acara rapat yang ditanda-tangni oleh ketua rapat
dan sekretaris rapat
(7) Panandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) tidak disyarakatkan apabila
berita acara rapat dibuat dengan akta notaris
(8) Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat pembina,
dengan ketentuan semua anggota pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua
anggota pembina memberikan persetujuan mengenai usul yang di ajukan secara
tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut
(9) Keputusan yang di ambil sebagaimana dikamsud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat pembina
(10) Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang pembina, maka dia dapat mengambil keputusan
yang sah dan mengikat.

RAPAT TAHUNAN
Pasal 13
(1) Pembina wajib menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah tahun buku Pokdarwis Doang ditutup
(2) Dalam rapat tahunan pembina melakukan :
a. Evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban Pokdarwis Doang tahun yang
lampau sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan
Pokdarwis Doang untuk tahun yang akan datang
b. Pengesahan laporan tahunan yang diajukan pengurus
c. Penetapan kebijakan umum Pokdarwis Doang
d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Pokdarwis Doang
(3) Pengesahan laporan tahunan oleh pembina dalam rapat tahunan, berarti memberikan
pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota
pengurus dan pengawas atas kepengurusan dan kepengawasan yang telah dijalankan
selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam laporan
tahunan.
PENGU RUS
Pasal 14.

(1) Pengurus adalah organ Pokdarwis Doang yang melaksanakan kepengurusan


Pokdarwis Doang yang sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Seorang Ketua
b. Seorang Wakil Ketua
c. Seorang sekretaris,
d. Seorang bendahara
e. Empat Koordinator Bidang, yakni:
1. Bidang Guiding
2. Bidang Penyediaan Barang
3. Bidang Keamanan dan Sosial kemasyarakatan
4. Bidang Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
(2) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang ketua, maka 1 ( satu) orang diantaranya
diangkat sebagai ketua umum
(3) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang sekretaris, maka 1 (satu) orang
diantaranya diangkat sebagai sekretaris umum
(4) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang bendahara, maka 1 (satu) orang
diantaranya diangkat sebagai bendahara umum

Pasal 15

(1) Yang dapat diangkat sebagai anggota pengurus adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan
pengurusan Pokdarwis Doang yang menyebabkan kerugian bagi Pokdarwis Doang,
masyarakat, atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
(2) Pengurus diangkat kembali oleh pembina melalui rapat pembina untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali
(3) Pengurus dapat menerima gaji, upah, atau honorarium apabila pengurus Pokdarwis
Doang melaksanakan kepengurusan secara lansung dan penuh.
(4) Dalam hal jabatan pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya kekosongan, pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengisi kekosongan itu
(5) Dalam hal semua jabatan pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, pembina harus
menyelenggarakan rapat untuk mengangkat pengurus baru, dan untuk sementara
Pokdarwis Doang diurus oleh pengawas.
(6) Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara
tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada pembina paling lambat 7 (tjuh) hari
sebelum tanggal pengunduran dirinya.
(7) Dalam hal terdapat penggantian pengurus Pokdarwis Doang, dalam jangka waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian
pengurus Pokdarwis Doang, pembina wajib menyampaikan pemberhentian secara
tertulis kepada Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan
instansi terkait.
Pasal 16
Jabatan anggota pengurus berakhir apabila:
(1) Meninggal dunia
(2) Mengundurkan diri
(3) Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun.
(4) Diberhentikan berdasarkan keputusan tetap pembina
(5) Masa jabatan berakhir
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Pasal 17
(1) Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Pokdarwis Doang untuk
kepentingan Pokdarwis Doang
(2) Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Pokdarwis
Doang untuk disahkan pembina
(3) Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh
pengawas.
(4) Setiap anggota pengurus wajib dengan itikad baik dan pennuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan mengidahkan peraturan dan keputusan Pokdarwis
Doang, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku
(5) Pengurus berhak mewakili Pokdarwis Doang di dalam maupun di luar pengadilan
tentang segala hal dan dalam segala kejadian dengan pembatasan terhadap hal-hal
sebagai berikut:
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Pokdarwis Doang (tidak termasuk
mengambil uang Pokdarwis Doang di Bank)
b. Mendirikan suata usaha baru atau melakukan pernyataan dalam berbagai bentuk
usaha baik di dalam maupun di luar negeri
c. Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap
d. Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atas nama
Pokdarwis Doang.
e. Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Pokdarwis Doang serta
menggunaka/membebani kekayaan Pokdarwis Doang.
(6) Perbuatan pengurus sebagaimana diatur ayat 5 (lima) huruf a,b,c,d,dan e harus
mendapat persetujuan dari pembina.
Pasal 18
Pengurus tidak berwenang mewakili Pokdarwis Doang dalam hal ini:
(1) Mengikat Pokdarwis Doang sebagai penjamin utang
(2) Membebani kekayaan Pokdarwis Doang untuk kepentingan diri pribadi dan atau pihak
lain
Pasal 19
(1) Ketua umum bersama-sama dengan salah seorang anggota pengurus lainnya
berwenang bertindak untuk atas nama pengurus serta mewakili Pokdarwis Doang.
(2) Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga,
maka seorang ketua lainnya besama sama dengan Sekretaris umum atau apabila
sekretaris umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, bersama-
sama dengan seorang sekretaris lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama
pengurus serta mewakili Pokdarwis Doang.
(3) Dalam hal hanya ada Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada
ketua umum berlaku juga bagianya
(4) Sekretasis umum bertugas mengelola administrasi Pokdarwis Doang dalam hal hanya
ada seorang sekretaris maka segala sesuatu tugas dan wewenang yang diberikan
kepada sekretaris berlaku juga baginya
(5) Bendahara umum bertugas mengelola keuanga Pokdarwis Doang, dalam hal han ya
da seorang bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada
bendahara umum berlalku juga baginya.
(6) Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota pengurus ditetapkan oleh pembina
melalui rapat pembina
(7) Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau
kuasanya berdasarkan suart kuasa

RAPAT PENGURUS
Pasal 20
(1) Rapat pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan
tertulis dari satu orang atau lebih pengurus pengawas atau pembina
(2) Panggilan rapat pengurus dilakukan oleh pengurus yang berhak mewakili pengurus
(3) Panggilan rapat pengurus disampaikan kepada setiap anggota pengurus secara
lansung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan
tanggal rapat
(4) Panggilan rapat pengurus itu harus mencatumkan tanggal, waktu, tempat dan acara
rapat
(5) Rapat pengurus diadakan di tempat kedudukan Pokdarwis Doang atau di tempat
kegiatan Pokdarwis Doang.
Pasal 21
(1) Rapat pengurus dipimpin oleh Ketua
(2) Dalam hal Ketua tidak dapat hadir atau berhalangan maka rapat pengurus akan
dipimpin oleh seorang anggota pengurus yang dipilih oleh dan dari pengurus yang hadir
(3) Satu orang pengurus hanya dapat diwakili oleh pengurus lainnya dala m rapat
pengurus berdasarkan surat kuasa
(4) Rapat pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a. Dihadiri paling sedikit oleh 2/3 (dua per tiga) jumlah pengurus
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapat, maka
dapat diadakan pemanggilan rapat pengurus kedua
c. Pemanggilan sebgaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan
tanggal panggilan dan tanggal rapat
d. Rapat pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak rapat pengurus pertama.
e. Rapat pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila
dihadiri lebih dari ½ (setengah) jumlah pengurus.
Pasal 22

(1) Keputusan rapat pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal keputusan berdasarakan musyawarah untk mufakat tidak tercapai maka
keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (setengah) jumlah suara yang
sah
(3) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak
(4) Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa
tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara
terbuka, kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
(5) Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak terhitung dalam menentukan jumlah
suara yang dikeluarkan
(6) Setiap rapat pengurus dibuat berita acara rapat yang ditanda-tanganai oleh ketua rapat
dan 1(satu) orang anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai
sekretaris rapat.
(7) Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak diisyaratkan apabila berita
acara rapat dibuat dengan akta notaris
(8) Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat
pengurus, dengan ketentuan semua anggota pengurus telah diberitahukan secara
tertulis dan semua anggoata memberikan persertujuan mengenai usul yang diajukan
secara tertulis serta menandatanganai persetujuan tersebut
(9) Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) mempunya kekuatan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat pengurus.
PENGAWAS
Pasal 23
(1) Pengawas adalah organ Pokdarwis Doang yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan Pokdarwis Doang
(2) Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota pengawas
(3) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang pengawas maka 1 (satu) orang
diantaranya dapat diangkat sebagai ketua Pokdarwis Doang
Pasal 24
(1) Yang dapat diangkat sebagai anggota pengawas adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan
pengawasan Pokdarwis Doang yang menyebabkan kerugian bagi Pokdarwis Doang,
masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap
(2) Pengawas diangkat oleh pem bina melalui rapat pembina untuk jangka waktu 5(lima)
tahun dan dapat diangkat kembali
(3) Dalam hal jabatan kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak terjadinya kekosonga, pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi
kekosongan itu.
(4) Dalam hal semua jabatan pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut pembina harus
menyelenggarakan rapat untuk mengangkat pengawas baru, dan untuk sementara
yayasan diurus oleh pengurus
(5) Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan meberitahukan secara
tertulis mengenai maksud tersebut kepada pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal pengunduran dirinya.
(6) Dalam hal terdapat penggantian pengawas Pokdarwis Doang, maka dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian
pengawas Pokdarwis Doang, pembina wajib menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis kepada mentri kehakiman dan hak asasi manusia republik Indonesia dan
instansi terkait.
(7) Pengawas tidak dapat merangkap sebagai pembina, pengurus atau pelaksanaan
kegiatan
Pasal 25
Jabatan pengawas berakhir apabila:
(1) Meninggal dunia
(2) Mengundurkan diri
(3) Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun
(4) Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat pembina
(5) Masa jabatan berakhir
TUGAS DAN WEWENANG PENGAWAS
Pasal 26
(1) Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
kepengawasan untuk kepentingan Pokdarwis Doang.
(2) Ketua pengawas dan satu anggota berwenang bertindak untuk dan atas nama
pengawas
(3) Pengawas berwenang
a. Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan Pokdarwis Doang
b. Memeriksa dokumen
c. Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas atau
d. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus
e. Memberi peringatan kepada pengurus
(4) Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih pengurus,
apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran dasar atau
Peraturan perundang-undangan yang berlaku
(5) Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkautan disertai alasannya.
(6) Dalam jangka waktu 7 (Tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementera
itu, pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada pembina.
(7) Dalam jangka waktu 7 ( Tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh
pembina sebagaimana maksud dalam ayat (6 ), maka pembina wajib memanggil
anggota pengurus yang bersangkutan untuk di beri kesempatan membela diri.
(8) Dalam jangka waktu 7 ( Tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), pembina dalam keputusan rapat pembina:
a. Mencabut keputusan pemberhentian sementara atau
b. Memberhentikan anggota pengurus yang bersangkuta.
(9) Dalam hal pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana di maksud dalam ayat
(7)dan (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang bersangkutan
menjabat kembali jabatannya semula.
(10) Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara
pengawas diwajibkan mengurus Yayasan.
RAPAT PENGAWAS
Pasal 27
(1) Rapat pengawas dapat di adakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan
tertulis dari seorang atau lebih pengawas atau pembina
(2) Panggilan rapat pengawas di lakukan oleh pengawas yang berhak mewakili pengawas.
(3) Panggilan rapat pengawas di sampaiakan kepada setiap pengawas secara langsung
atau melalui surat dengan mendapat tanda terima paling lambat 7 hari sebelum rapat di
adakan, dengan tidak memperhitungkan panggilan dan tanggal rapat.
(4) Panggilan rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
(5) Rapat pengawas di adakan di tempat kedudukan Pokdarwis Doang atau di tempat
kegiatan Pokdarwis Doang.

Pasal 28
(1) Rapat pengawas di pimpin oleh Ketua Pengawas.
(2) Dalam hal ketua pengawas tidak dapat hadir atau berhalangan maka rapat pengawas
akan dipimpin oleh satu orang pengawas yang dipilih oleh dan dari pengawas yang
hadir.
(3) Satu orang pengawas hanya diwakili oleh pengawas lainnya dalam rapat pengawas
berdasarkan surat kuasa
(4) Rapat pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila;
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana di maksud dalam ayat (4) , huruf a tidak tercapai, maka
dapat diadakan, pemanggilan rapat kedua
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4), huruf b, harus dilakukan
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diselenggarakan dengan tidak
memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat
d. Rapat pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak rapat pengawas pertama.
e. Rapat pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat,
apabila dihadiri oleh paling sedikit ½ (setengah) jumlah pengawas.

TAHUN BUKU
Pasal 29
(1) Tahun buku Pokdarwis Doang dimulai dari tanggal 1 (Satu) bulan Januari sampai
dengan tanggal 31 bulan Desember
(2) Pada akhir bualan Desember tiap tahun, buku Pokdarwis Doang ditutup
(3) Untuk pertama kalinya tahun buku Pokdarwis Doang dimulai pada tanggal dari Akta
Pendirian Pokdarwis Doang dan ditutup tanggal 31 Desember tahun 2010.

LAPORAN TAHUNAN
Pasal 30
(1) Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat lima bulan
setelah berakhirnya tahun buku Pokdarwis Doang.
(2) Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya:
a. Laporan keadaan kegiatan Pokdarwis Doang selama tahun buku yang lalu serta hasil
yang telah dicapai
b. Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode,
laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan.
(3) Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh pengurus dan pengawas

(4) Dalam hal terdapat anggota pengurus atau pengawas yang tidak menandatangani
laporan tersebut, maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan tertulis
(5) Laporan tahunan disyahkan oleh pembina dalam rapat tahunan
(6) Ikhtisar laporan tahunan Pokdarwis Doang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku dan diumumkan di sekretariat/kantor Pokdarwis Doang

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR


Pasal 31
(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan rapat
pembina, yang dihadiri paling sedikit 2/3 dari jumlah pembina.
(2) Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(3) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka
keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 dari seluruh jumlah
pembina yang hadir atau yang diwakili.
(4) Dalam hal korum sebagaimana di maksud dalam ayat (1) tidak tercapai, maka
diadakan pemanggilan rapat pembina yang kedua paling cepat 3 (Tiga) hari terhitung
sejak tanggal rapat pembina pertama.
(5) Rapat pembina kedua tersebut sah, apabila di hadiri oleh ½ (setengah) dari seluruh
pembina
(6) Keputusan rapat pembina kedua sah, apabila diambil berdasarkan persetujuan suara
terbanyak dari jumalah pembina yag hadir atau yang di wakili.
Pasal 32
(1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam bahasa
Indonesia
(2) Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan
Pokdarwis Doang.
(3) Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan
Pokdarwis Doang, harus mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia
4) Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana di maksud
dalam ayat (3) cukup diberitahukan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
5) Perubahan Aggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Pokdarwis Doang
dinyatakan pailit, kecuali atas peprsetujuan kurator.

PEMBUBARAN
Pasal 33
(1) Pokdarwis Doang bubar karena :
a. Alasan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran
dasar berakhir
b. Tujuan Pokdarwis Doang yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau
tidak tercapai
c. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
1) Pokdarwis Doang melanggar ketertiban umum dan kesusilaan
2) Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit atau
3) Harta kekayaan Pokdarwis Doang tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah
pernyataan pailit dicabut
(2) Dalam hal Pokdarwis Doang bubar sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf a dan b,
pembina menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Pokdarwis Doang
(3) Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka pengurus bertindak sebagai likuidator.
Pasal 34
(1) Dalam hal Pokdarwis Doang bubar tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali
untuk membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi
(2) Dalam hal Pokdarwis Doang sedang dalam proses likuidasi, untuk semua surat keluar
dicantumkan frasa”dalam likuidasi” dibelakang nama Pokdarwis Doang
(3) Dalam hal Pokdarwis Doang bubar karena putusan pengadilan, maka pengadilan juga
menunjuk likuidator.
(4) Dalam hal pembubaran Pokdarwis Doang karena pailit, berlaku peraturan perundang-
undangan dibidang kepalitan.
(5) Ketentuan mengenai penunjukan, pengangkatan, pemberhentian sementara,
pemberhentian, wewenang, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta pengawasan
terhadap pengurus, berlaku juga bagi likuidator.
(6) Lingkungan atau kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan Pokdarwis Doang
yagn bubar atau di bubarkan, paling lambat 5 (Lima) hari terhitung sejak tanggal
penunjukkan wajib mengumumkan pembubaran Pokdarwis Doang dan proses
likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia
(7) Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (Tiga puluh) hari terhitng
sejak tanggal proses likuidasi berkhir, wajib mengumumkan hasil likuidasi dalam surat
kabar harian berbahasa Indonesia.
(8) Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 7 (Tujuh) hari terhitng sejak
tanggal proses likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Pokdarwis Doang
kepada pembina
(9) Dalamhal laporan mengenai pembubaran Pokdarwis Doang sebagaimana dimaksud
dalam ayat (8) dan pengumuman hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
tidak dilakukan, maka bubarnya Pokdarwis Doang tidak berlaku bagi pihak ketiga

PERATURAN PENUTUP
Pasal 35
(1) Hal-hal yang tidak diatur atau belum diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran
Dasar ini akan diputuskan oleh Rapat Pembina
(2) Menyimpang dari ketentuan dalam pasal 7 ayat (4), Pasal 13 ayat (1), dan pasal 24
ayat (1) Anggaran Dasar ini mengenai tata cara pengangkatan Pembina, pengurus dan
Pengawas untuk pertama kalinya diangkat (Dewan) Pembina, (Dewan) pengurus, dan
(Dewan) Pengawas Pokdarwis Doang dengan susunan sebagai berikut:

A. BADAN PEMBINA
Ketua :
Wakil Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Anggota- Anggota :
1.
2.
3.
4. dst
B. BADAN PENGURUS
Ketua Umum :
Wakil Ketua :
Sekretaris :
Koordinator Bidang :
1. Guiding :
2. Penyediaan Barang :
3. Keamanan dan Sosial Kemasyarakatan :
4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana :

C. BADAN PENGAWAS
1. Ketua :
2. Sekretaris :
3. Anggoat-Anggota
a.
b.
d. dst

Demikian Anggaran Dasar ini dibuat bersama di Kabupaten Lombok Barat, pada
hari dan tanggal tersebut dalam Anggaran Dasar ini.
3.8 Pembinaan Pokdarwis

Adapun aparat pembina yang melakukan pembinaan, termasuk monitoring dan


evaluasi terhadap kelompok-kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), yaitu:
1. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, yakni melalui Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan.
2. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (
Dibudpar).
3. Kepala wilayah Kecamatan
4. Kepala Desa

Pembinaan terhadap kelompok-kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di


kabupaten Lombok Barat khususnya diarahkan pada upaya-upaya :
1. Menciptakan kondisi yang dapat merangsang tumbuhnya kelompok-kelompok sadar
wisata baru di setiap obyek wisata atau tempat-tempat lain yang banyak dikunjungi
wisatawan lokal, nasional maupun mancanegara.
2. Mendorong kelompok-kelompok sadar wisata yang telah dibentuk atau yang telah ada
agar terus mengembangkan diri dan kegiatannya dalam upaya meningkatkan tugas,
fungsuii dan perannya dalam memajukan pariwisata di daerah.
3. Meningkatkan kualitas /peranan kelompok yang telah ada

3.9 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Faktor-Faktor Kunci


a. Visi
Visi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat tahun 2010–
2014 adalah merupakan suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang ingin
diwujudkan, sekaligus merupakan penjabaran dari Visi, Misi Pemerintah Kabupaten
Lombok Barat tahun 2010-2014. Salah satu tujuan pembangunan Kabupaten Lombok
Barat adalah Peningkatan Kesempatan Kerja dan Investasi di Kabupaten Lombok Barat
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2010-2014.
Adapun Visi Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat tahun 2010-2014,
adalah :

“TERWUJUDNYA SAPTA PESONA YANG BERBASIS MASYARAKAT”


Visi pembangunan sektor pariwisata periode 2010-2014, memiliki makna
“SAPTA PESONA”, yang berasal dari dua patah kata, yaitu “Sapta” dan “Pesona”.
Sapta Pesona ini dipahami sebagai 7 (tujuh) unsur yang terkandung dalam setiap
produk pariwisata serta dipergunakan sebagai tolak ukur peningkatan kualitas produk
pariwisata. Yang termasuk ke dalam tujuh unsur produk pariwisata itu adalah: Aman,
Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan.
1. Keamanan, memiliki makna menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan
berlansungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan
dapat menikmati kunjungannya kesuatu destinasi wisata.
2. Ketertiban, mengandung makna menciptakan lingkungan yang tertib bagi
berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur
dan efektif bagi wisatawan.

3. Kebersihan, mengandung makna menciptakan lingkungan yang bersih bagi


berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis
bagi wisatawan.

4. Kesejukan, mengandung makna menciptakan lingkungan yang nyaman bagi


berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang
nyaman dan rasa betah bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan
kunjungan yang lebih panjang.

5. Keindahan, mengandung makna menciptakan lingkungan yang indah bagi


berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang
menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga
mendorong promosi ke kalangan / pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang.

6. Keramah-Tamahan, mengandung makna menciptakan lingkungan yang ramah bagi


berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang
akrab, bersahabat serta seperti rumah sendiri bagi wisatawan, sehingga mendorong
minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.

7. Kenangan, mengandung makna menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan,


sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus
membekas dalam benak wisatawan dan menumbuhkan motivasi untuk melakukan
kunjungan ulang.

b. Misi
Misi merupakan upaya untuk meraih Visi. Misi adalah sesuatu yang harus
diemban atau suatu cita-cita dan citra yang ingin dicapai. Misi pembangunan
Kabupaten Lombok Barat tahun 2010-2014 dibidang pariwisata dan budaya adalah
sebagai berikut :
1. Mengembangkan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya saing global.
2. Melestarikan budaya daerah berdasarkan nilai luhur dan mengembangkan potensi
sumber daya pariwisata.
3. Mewujudkan masyarakat sadar wisata.

c. Tujuan
1. Berkembangnya obyek dan daya tarik wisata serta sistem pemasaran yang berdaya
saing global.
2. Melestarikan budaya daerah dan pemeliharaan potensi sumber daya pariwisata.
3. Meningkatkan kerjasama kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan kwalitas
pelayanan.

d. Sasaran
1. Terciptanya obyek dan daya tarik wisata yang alami dan lestari, baik secara kualitas
maupun kuantitas serta sistem pemasaran yang berdaya saing.
2. Terwujudnya kelestarian budaya daerah dan terpeliharanya potensi sumber daya
pariwisata.
3. Meningkatnya kerjasama kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan kwalitas
pelayanan.

e. Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan


Berdasarkan Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2010-2014, dalam pengelolaan, pengembangan dan
pembangunan pariwisata seni dan budaya, serta dengan melihat situasi dan kondisi
yang berkembang saat ini, maka untuk memacu pencapaian Visi dan Misi tersebut
perlu diidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilannya. Faktor kunci keberhasilan
tersebut menjadi pertimbangan dalam penentuan tujuan dan sasaran pengembangan
dan pembangunan pariwisata seni dan budaya.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat dalam menjamin tercapainya
Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, adalah :
- Meningkatkan pengelolaan destinasi wisata dan aset-aset warisan budaya menjadi
obyek daya tarik wisata yang atraktif,
- Menciptakan promosi pariwisata yang efektif dengan pendekatan profesional, kemitraan
antara swasta, pemerintah dan masyarakat dan memperkuat jaringan kelembagaan,
- Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemberdayaan masyarakat; hal ini
berkaitan dengan peningkatan profesionalisme aparatur dan pelaku pariwisata dalam
kegiatan kepariwisataan,
- Memperkuat ketahanan budaya dan citra pariwisata; hal ini dibutuhkan dalam upaya
mengantisipasi pengaruh budaya asing dan memperbaiki citra pariwisata,
- Mengembangkan dan memperkuat jaringan kerjasama antara Pemerintah, swasta dan
masyarakat serta pelaku industri budaya dan pariwisata.
- Meningkatkan pengelolaan administrasi, pengelolaan keuangan dan perencanaan
teknis pengembangan pariwisata.
Dengan memperhatikan syarat-syarat tersebut diatas dan memperhatikan
analisis lingkungan internal dan eksternal, maka dapat disimpulkan faktor-faktor
penentu keberhasilan pencapaian Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Lombok Barat, adalah :
- Mengoptimalkan komitmen seluruh stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat)
untuk meningkatkan citra pariwisata dan budaya dalam upaya menjadikan Kabupaten
Lombok Barat sebagai salah satu daerah tujuan utama pariwisata yang sapta pesona.
- Mengoptimalkan komitmen pemerintah dalam peningkatan dan pengembangan sarana
dan prasarana pendukung serta penataan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan.
- Komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat)
dalam meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) dan
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat.
- Komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat)
untuk meningkatkan, mengembangkan dan melestarikan budaya daerah menjadi
pesona seni budaya sebagai penunjang pariwisata.
- Meningkatkan dukungan pemerintah dan peningkatan kualitas pengelolaan administrasi
dan pengembangan perencanaan teknis pariwisata dalam upaya pembangunan dan
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Semangat pemerintahan baru Dr. H. Zaini Arony, M.Pd - H. Mahrip, SE, MM


yang tengah berkobar membara bagai api untuk meningkatkan kesejahteraan warga
masyarakat Lombok Barat layak disambut dan diberikan apresiasi serta disyukuri oleh
segenap masyarakat Lombok Barat. Karena di samping memiliki semangat juang yang
tinggi dan berbagai ide cemerlang, juga telah mencanangkan berbagai program
pembangunan di Lombok Barat
Sekaitan dengan hal tersebut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Lombok Barat telah membuat Rencana Strategis Pembangunan di Bidang Priwisata
(Renstra) 2010-2014. renstra ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pengembangan dan pembangunan di bidang pariwisata selama lima (5) tahun ke
depan. Dengan Renstra yang telah dibuat dan ditetapkan bersama diharapkan
pengembangan dan pembangunan di bidang pariwisata akan lebih terarah, terukur dan
dapat dicapai secara optimal, efektif dan efisien.
Salah satu program yang dikembangkan dalam Renstra 200-2014 tersebut,
yakni pembinaan dan monitoring serta pengembngan kelompok-kelompok sadar wisata
(Pokdarwis). Karena pemerintah menyadari bahwa Pokdarwis memiliki peranan yang
penting dalam ikut berpartisipasi membangun dan mengembangkan sektor pariwisata di
daerah dan di tingkat nasional
Keberhasilan pengembangan dan pembangunan di bidang pariwisata tidak
hanya ditentukan oleh Pokdarwis semata, tetapi juga dibutuhkan dukungan dan peran
serta dari masyarakat luas baik kalangan pemuda, mahasiswa, pelajar, tokoh agama,
tokoh adat, cendekiawan, budayawan, seniman, kalangan usaha maupun aparat
pemerintah sendiri.

4.2 Saran dan Tindak Lanjut


Untuk mempercapat pengembangan dan pembangunan di bidang pariwisata
dan memajukan kelompok –kelompok sadar wisata yang ada di Lombok Barat, maka
berikut saran-saran dan tindak lanjut serta langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan
untuk dilaksanakan:
a. Bagi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Kelompok-kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang idang pariwisata umumnya dan
meningkatkan peran serta Pokdarwis, maka aparat pemerintah hendaknya:
1. Memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok sadar wisata (pokdarwis) baik
berupa dana maupun pelatihan-pelatihan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
Pokdarwis.
2. Memberikan lebh banyak perhatian dalam bentuk program-program monitoring dan
evaluasi serta membantu melagalisasi keberadaan mereka dengan memberikan Surat
Keputusan (SK) baik yang dibuat oleh desa, kecamatan/Kelurahan, Dinas pariwisata
maupun oleh Bupati langsung secara bertahap sesuai dengan peran dan prestasi yang
diraih.
3. Memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok sadar wisata yang telah
berjasa dan berprestasi dalam mengembangkan kepariwisataan di daerah atau tempat
pokdarwis tersebut berada.
4. Membantu menyediakan Sekretariat bagi masing-masing kelompok sadar wisata
sebagai tempat berkoordinasi dan sebagnya.

c. Bagi Dunia Usaha


Bagi dunia usaha, khususnya mereka yang secara langsung terlibat dalam penyediaan
barang dan jasa kepariwisataan hendaknya:
1. Membantu kelompok-kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang ada di sekitar tempat
usahanya dengan menyediakan lahan/space untuk kegiatan usaha anggota Pokdariwis.
2. Memberikan kesempatan untuk praktik atau OJT ( on the job training) bag anggota
Pokdarwis yang telah diberikan pelatihan sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan.
3. Membantu memberikan dana atau pelatihan bagi Pokdarwis sesuai dengan kemamuan
dan keadaan yang dimilki.

d. Bagi Toga dan Toma

Bagi tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh adat, budayawan
dan cendekiawan hendaknya memberikan dukungan dan partisipasi dalam
pengembangan dan pembangunan pariwisata di daerah Lombok Barat, sebab harus
diakui bahwa masyarakat Lombok Barat merupakan salah satu masyarakat yang
religius dan masih memegang teguh adat-istiadat serta tradisi dan kepercayaan yang
diterima sejak turun temurun. Sehingga tidaklah mengherankan bahwa di tengah-
tengah masyarakat masih berkembang anggapan bahwa pembangunan pariwisata
merupakan usaha untuk merusak tatanan masyarakat dan nilai-nilai agama, khususnya
aqidah islam. Oleh sebab itu para tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat,
budayawan, cendikiawan hendaknya:
1. Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan pembangunan
pariwisata di daerah
2. Ikut berpartisipasi aktif menjelaskan kepada masyarakat tentang manfaat pariwisata
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai