TINJAUAN PUSTAKA
4. Fungsi Keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan
hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) dari berbagai
fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya, adalah :
1) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa
aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia
dan kebutuhannya.
2) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan
perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara,
sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang
sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.
3) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak,
sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam
mempersiapkan masa depannya.
6. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial
dan spriritual.
7. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8
tahap perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari
46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya
bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
b) Struktur kekeuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga, yang berhubungan denga kesehatan.
5) Fungsi-fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota
keluarga
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah :
1) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan
2) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan panjang
- Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6
bulan.
- Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
berespon terhadap situasi / stresor.
c) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
10. Penerapan prioritas masalah
Skala untuk menentukan prioritas
Asuhan Keperawatan Keluarga
(Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Murwani, 2008)
NO KRITERIA BOBOT
1 Sifat masalah 1
Skala : Tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
Skoring :
a) Tentukan skore untuk setiap kriteria
b) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot
Skore
x Bobot
Angka Kematian
13. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasidengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status
kesehatankeluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil
dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan percapaian
tujuan keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak / berhasil sebagian, perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga evaluasi
yangdilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu
pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga
(Murwani,2008).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasionalmenurut
Murwani (2008) :
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
tujuan yang terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi
B. Konsep Perawatan Kesehatan Gerontik
1. Definisi
Keperawatan gerontik adalah salah satu bentuk pelayanan
professional yang didasarkan lmu dan kiat keperawatan gerontik yang
berbentuk Boipsikososial spiritual yang komperhensip, ditujukan pada
lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkatan individu, keluarga,
kelompok/pantiatau masyarakat. Menua atau menjadi tua adalah suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap berbeda, baik secara
biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya : kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh
yang tidak proporsional.
WHO dan undang-undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab I pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun
adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kematian. Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan
Dr.H.hadi Martono (1994) mengatakan bahwa “ menua “ (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
c. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
2. Proses Penuaan
Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang
mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu
membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen,
sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya
membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah
terjadi infeksi.
Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan,
fisik, psikis dan sosial. Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat
mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet ; suka memakan oksidator,
yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat
mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang,
misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang
diperolehnya.
c. Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan
oleh adanya kerusakan sel otak.
Fakta : 1. banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar
2. daya pikir masih jernih dan cenderung cemerlang
3. banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
daya ingat.
d. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif,
bahkan menjadi beban keluarganya.
Fakta : tidak demikian. Banyak individu yang mencapai ketenaran,
kematangan, kemantapan, serta produiktivitas mental dan material di
masa lanjut usia.
e. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa lanjut usia minat, dorongan, gairah,
kebutuhan dan daya seks dalam hubungan seks menurun.
Fakta : 1. kebutuhan seks pada lanjut usia berlangsung normal
2. frekwensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya
usia, tetapi masih tetap tinggi.
f. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah
kepada lawan jenis.
Fakta : 1. perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa
2. perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut
usia.
Keperawatan Komunitas
a. Harnilawati (2013) menjelaskan bahwa keperawatan komunitas
mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health family) juga
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat
mengindentifikasi masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang
lain (WHO,1947).
b. Kesatuan yang unik dari praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat
yag ditujukan pada pengembangan serta peningkatan kemampuan
kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif
sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat (Ruth B.
Freeman,1981)
c. Praktik Keperawatan komunitas (communiy health nursing practice)
merupakan sintesi teori keperawatan dan teori kesehatan masyarakat
untuk promosi, pemeliharaan dan perawatan kesehatan populasi melalui
pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga dan
kelompok yag mempunyai pengaruh terhadapat kesehatan komunitas
(Stanhope dan Lancaster, 2010).
d. Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan promosi
kesehatan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan menggunakan
pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan
masyarakat yang berfokus pada tindakan promotif dan pencegahan
penyakit yang sehat (Anderson & McFarlane, 2011).
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.