Anda di halaman 1dari 11

group sosiology

Senin, 12 September 2011


sejarah perkembangan sosiologi di eropa dan indonesia

Perkembangan Sosiologi di Eropa


Setelah mengetahui bahwa sosiologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan, Anda mungkin
bertanya bagaimana perkembangan sosiologi hingga mencapai bentuknya seperti sekarang.
Sosiologi awalnya menjadi bagian dari fllsafat sosial. Ilmu ini membahas tentang masyarakat.
Namun saat itu, pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar pada hal-hal yang menarik
perhatian umum saja, seperti perang, ketegangan atau konflik sosial, dan kekuasaan dalam
kelas-kelas penguasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pembahasan tentang masyarakat
meningkat pada cakupan yang lebih mendalam yakni menyangkut susunan kehidupan yang
diharapkan dan norma-norma yang harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Sejak itu,
berkembanglah satu kajian baru tentang masyarakat yang disebut sosiologi.
Menurut Berger dan Berger, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena
adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap sudah seharusnya
demikian nyata dan benar (threats to the taken for granted world). L. Laeyendecker
mengidentifikasi ancaman tersebut meliputi:
1. terjadinya dua revolusi, yakni revolusi industri dan revolusi Prancis,
2. tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15,
3. perubahan di bidang sosial dan politik,
4. perubahan yang terjadi akibat gerakan reformasi yang dicetuskan Martin Luther,
5. meningkatnya individualisme,
6. lahirnya ilmu pengetahuan modern,
7. berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri.
Menurut Laeyendecker, ancaman-ancaman tersebut menyebabkan perubahan-perubahan
jangka panjang yang ketika itu sangat mengguncang masyarakat Eropa dan seakan
membangunkannya setelah terlena beberapa abad.
Auguste Comte, seorang filsuf Prancis, melihat perubahan-perubahan tersebut tidak saja
bersifat positif seperti berkembangnya demokratisasi dalam masyarakat, tetapi juga
berdampak negatif. Salah satu dampak negatif tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas
dalam masyarakat. Menurut Comte, konflik-konflik tersebut terjadi karena hilangnya norma
atau pegangan (normless) bagi masyarakat dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang
terjadi dalam masyarakat Prancis ketika itu (abad ke-19). Setelah pecahnya Revolusi Prancis,
masyarakat Prancis dilanda konflik antarkelas. Comte melihat hal itu terjadi karena
masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan
hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan sosial masyarakat.
Oleh karena itu, Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan
menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan suatu penemuan hukum-
hukum yang dapat mengatur gejala-gejala sosial. Namun, Comte belum berhasil
mengembangkan hukum-hukum sosial tersebut menjadi sebuah ilmu. la hanya memberi
istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah sosiologi. Sosiologi baru berkembang
menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi sosiologi melalui
bukunya Rules of Sociological Method. Meskipun demikian, atas jasanya terhadap lahirnya
sosiologi, Auguste Comte tetap disebut sebagai Bapak Sosiologi.
Meskipun Comte menciptakan istilah sosiologi, Herbert Spencer-lah yang mempopulerkan
istilah tersebut melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer
mengembangkan sistem penelitian tentang masyarakat. la menerapkan teori evolusi organik
pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang
diterima secara luas di masyarakat. Menurut Comte, suatu organ akan lebih sempurna jika
organ itu bertambah kompleks karena ada diferensiasi (proses pembedaan) di dalam bagian-
bagiannya. Spencer melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang tersusun atas bagian-
bagian yang saling bergantung sebagaimana pada organisme hidup. Evolusi dan
perkembangan sosial pada dasarnya akan berarti jika ada peningkatan diferensiasi dan
integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi dari homogen ke heterogen dari
kondisi yang sederhana ke yang kompleks. Setelah buku Spencer tersebut terbit, sosiologi
kemudian berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sosiologi di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu. Walaupun tidak
mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, para pujangga dan tokoh bangsa Indonesia
telah banyak memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran-ajaran mereka. Sri Paduka
Mangkunegoro IV, misalnya, telah memasukkan unsur tata hubungan manusia pada berbagai
golongan yang berbeda (intergroup relation) dalam ajaran Wulang Reh. Selanjutnya, Ki
Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai peletak dasar pendidikan nasional Indonesia banyak
mempraktikkan konsep - konsep penting sosiologi seperti kepemimpinan dan kekeluargaan
dalam proses pendidikan di Taman Siswa yang didirikannya. Hal yang sama dapat juga kita
selidiki dari berbagai karya tentang Indonesia yang ditulis oleh beberapa orang Belanda
seperti Snouck Hurgronje dan Van Volenhaven sekitar abad 19. Mereka menggunakan unsur-
unsur sosiologi sebagai kerangka berpikir untuk memahami masyarakat Indonesia. Snouck
Hurgronje, misalnya, menggunakan pendekatan sosiologis untuk memahami masyarakat
Aceh yang hasilnya dipergunakan oleh pemerintah Belanda untuk menguasai daerah tersebut.
Dari uraian di atas terlihat bahwa sosiologi di Indonesia pada awalnya, yakni sebelum Perang
Dunia II hanya dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Dengan kata lain, sosiologi belum dianggap cukup penting untuk dipelajari dan digunakan
sebagai ilmu pengetahuan, yang terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.
Secara formal, Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsshogeschool) di Jakarta pada waktu itu
menjadi saru-satunya lembaga perguruan tinggi yang mengajarkan mata kuliah sosiologi di
Indonesia walaupun hanya sebagai pelengkap mata kuliah ilmu hukum. Namun, seiring
perjalanan waktu, mata kuliah tersebut kemudian ditiadakan dengan alasan bahwa
pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di
dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum. Dalam pandangan mereka, yang perlu
diketahui hanyalah perumusan peraturannya dan sistem-sistem untuk menafsirkannya.
Sementara, penyebab terjadinya sebuah peraturan dan tujuan sebuah peraturan dianggap
tidaklah penting.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sosiologi di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Adalah Soenario Kolopaking yang pertama kali
memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa Indonesia pada tahun 1948 di Akademi Ilmu
Politik Yogyakarta (sekarang menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM). Akibatnya,
sosiologi mulai mendapat tempat dalam insan akademisi di Indonesia apalagi setelah semakin
terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menuntut ilmu di luar negeri sejak
tahun 1950. Banyak para pelajar Indonesia yang khusus memperdalam sosiologi di luar
negeri, kemudian mengajarkan ilmu itu di Indonesia.
Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia pertama kali diterbitkan oleh Djody Gondokusumo
dengan judul Sosiologi Indonesia yang memuat beberapa pengertian mendasar dari sosiologi.
Kehadiran buku ini mendapat sambutan baik dari golongan terpelajar di Indonesia mengingat
situasi revolusi yang terjadi saat itu. Buku ini seakan mengobati kehausan mereka akan ilmu
yang dapat membantu mereka dalam usaha memahami perubahan-perubahan yang terjadi
demikian cepat dalam masyarakat Indonesia saat itu. Selepas itu, muncul buku sosiologi yang
diterbitkan oleh Bardosono yang merupakan sebuah diktat kuliah sosiologi yang ditulis oleh
seorang mahasiswa.
Selanjutnya bermunculan buku-buku sosiologi baik yang tulis oleh orang Indonesia maupun
yang merupakan terjemahan dari bahasa asing. Sebagai contoh, buku Social Changes in
Yogyakarta karya Selo Soemardjan yang terbit pada tahun 1962. Tidak kurang pentingnya,
tulisan-tulisan tentang masalah-masalah sosiologi yang tersebar di berbagai majalah, koran,
dan jurnal. Selain itu, muncul pula fakultas ilmu sosial dan politik berbagai universitas di
Indonesia di mana sosiologi mulai dipelajari secara lebih mendalam bahkan pada beberapa
universitas, didirikan jurusan sosiologi yang diharapkan dapat mempercepat dan memperluas
perkembangan sosiologi di Indonesia.
Diposkan oleh "ROWAN" X9.blogspot.com di 03.53
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ▼ 2011 (7)
o ▼ September (5)
 jwaban pr sosiology
 jenis dan macam sosiologi
 tokoh-tokoh sosiology
 ciri , tujuan, sejarah sosiology
 sejarah perkembangan sosiologi di eropa dan indone...
o ► Agustus (1)
o ► Juli (1)

Mengenai Saya
"ROWAN" X9.blogspot.com
Lihat profil lengkapku

Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.


MAKALAH
SOSIOLOGI
Disusun Oleh:
FEBI SOLEKHAH
NIM:
71.20.1.15.019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
TAHUN 2015/2016

DAFTAR ISI
BAB I i
LATAR BELAKANG ii
BAB II iii
ISI iv
DSAFTAR PUSTAKA v

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.ada
aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu dan individu, indivisu dan
kelompok, kelompok dan kelompok.
Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak skunder. Sedangkan
komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Faktor yang
mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, simpati
dan empati.

BAB II
ISI
INTERAKSI SOSIAL
Sebagai makhluk sosial, seseorang tidak dapat lepas dari orang lain. untuk
memenuhi keperluannya seseorang harus berinteraksi dengan orang lain. dalam
interaksi tersebut kemungkinan terjadi pertentangan. Meskipun demikian, interaksi
sosial sangat dibutuhkan dalam masyarakat. Dilakukannya interaksi sosial
memungkinkan terjadinya pengembangan pola keteraturan serta dinamika dalam
kehidupan sosial.
Manusia adalah makhluk yang unik, selain sebagai makhluk individu manusia
juga termasuk makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup
sendiri manusia membutuhkan orang lain untuk saling membantu dan saling
berinteraksi.
Setiap harinya, kita tentu melakukan hubungan dan kerja sama dengan orang
lain, secara individu maupun secara kelembagaan. Manusia tidak dapat lepas dari
kehidupan sosialnya dimana mereka harus bergaul dengan sesamanya salah satunya
untuk memenuhi kebetuhan manusia yang terwujud dalam tindakan. Dalam
tindakan sosial akan terjadi hubungan timbal balik antar pihak yang terlibat dalam
prosesnya. Di dalam ilmu sosiologi, ini yang di sebut dengan interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakam intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial
tampak secara konkret dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang
lain.
A. Tindakan sosial
Menurut max weber, tindakan sosial adalah tindakan yang mempunyai makna,
tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan keberadaan orang
lain atau tindakan individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lain
dalam masyarakat. Hal itu perlu diperhatikan mengingat tindakan sosial menjadi
perwujudan dari perhubungan atau interaksi sosial. Pada dasarnya tindakan
sosial dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Bersifat Rasional (instrumental)
Tindakan yang dilakukan dengan pertimbangan dan pilihan secara
sadar (masuk akal).

2. Berorientasi Nilai
Dilakukan dengan memperhitungkan manfaat, sedangkan tujuan yang ingin
dicapai tidak perlu dipertimbangkan. Tindakan ini menyangkut kriteria baik
dan benar menurut penilaian masyarakat.

3. Tradisional
Tindakan sosial yang menggunakan pertimbangan kondisi kebiasaan
yang telah baku dan ada di masyarakat.
4. Afektif
Tindakan sosial yang sebagian besar tindakannya dikuasai oleh
perasaan (efektif) ataupun emosi, tanpa melakukan pertimbangan yang
matang.
B. INTERAKSI SOSIAL MENURUT PARA AHLI
 ASTRID.S. SUSANTO
Interaksi sosial adalah hubungan antara manusia yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
sosial.
 BONNER
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih
yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya.
 KIMBALL YOUNG & RAYMOND W. MACK
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut
hubungan antar individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok
dengan kelompok lainnya.
 SOERJONO SOEKANTO
Interaksi sosial adalah dasar proses sosial yang terjadi karena adanya
hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antara
individu, antara kelompok, atau anatara individu dan kelompok.
 MARYATI & SURYAWATI
Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau
interstimulasi dan respons anatara individu, antar kelompok atau antar
individu dan kelompok.
C. YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL
 Imitasi : proses belajar dengan cara meniru prilaku orang lain.
 Sugesti : pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain
dengan cara tertentu.
 Identifikasi : kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan individu lain yang ditiru.
 Simpati : perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan
membuatnya ,erasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.
 Motivasi : dorongan, rangsangan, atau stimulus yang diberikan
seseorang kepada orang lain, sehingga orang yang diberi motivasi
menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis,
rasional, dan penuh rasa tanggung jawab.
 Empati : proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan
orang lain baik suka maupun duka.
D. TINGKAT HUBUNGAN DALAM INTERAKSI SOSIAL
1. Tingkat hubungan dangkal
Hubungan seperti ini hanya bertahan sesaat, tidak berkeseimbangan,
dan tidak menimbulkan jalinan.
2. Tingkat hubungan dalam
Interaksi ini berlangsung terus-menerus tanpa batas, berkeseimbangan,
dan ada jalinan.
E. BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
a) BERSIFAT ASOSIATIF
b) BERSIFAT DISSOSIATIF

 IDEOOGI ORANG PAPUA DALAM INTERAKSI SOSIAL


Rukun keluarga bagi orang papua bukan hal yang baru melainkan
sudah membudaya diseluruh kalangan orang deawasa maupun anak-
anak atau bersifat turun temurun yang diwariskan oleh moyang kita. Hal
itu dapat dilihat dari cara orang itu berinteraksi dengan orang lain,
bagaimana sikapnya ketika bertemu. Setiap orang yang dikenalnya
ketika orang lain memberi sapaan atau bentuk ekspresi yang wajar orang
papua memberikan lebih wajar lagi dengan orang itu, baik, orang papua
memang sangat baik. Tidak segan-segan memberikan apa yang ia miliki
secara Cuma-Cuma. Rendah hati, inilah yang paling banyak dalam
prilaku sosial dipapua apalagi hal itu terjadi di kaum pemimpin. Apabila
ada persaingan dalam hak pemimpin salah 1 pasti mengalah apalgi
persaingan itu dengan orang luar.

DAFTAR PUSTAKA
Effendi,ridwan dan elly
Malihah.(2007) . pendidikan lingkungan sosial budaya dan teknologi
Bandung : yasindo multi aspek
Catur, etik budiati (2000), sosiologi konsektual,
jakarta : dinas pendidikan nasional
hermawan, ruswandi dan kanda rukandi. (2007).

Anda mungkin juga menyukai