Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup
pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi
tersebut. 6
Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan
ruang, kista, gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan
8
kondisi sistemik. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi
gigi adalah ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan
ukuran gigi adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu
hal yang perlu diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi
tetap tidak berubah. 7
Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta
letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal
tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi
permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan
salah satu penyebab terjadinya impaksi. 7
Gigi molar tiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut,
yaitu pada usia 18-24 tahun. Keadaan ini kemungkinan menyebabkan gigi molar
tiga lebih sering mengalami impaksi dibandingkan gigi yang lain karena
seringkali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi gigi untuk erupsi. Menurut Chu
yang dikutip oleh Alamsyah dan Situmarong, 28,3 % dari 7468 pasien mengalami
impaksi, dan gigi molar tiga mandibula yang paling sering mengalami impaksi
(82,5%).6
Penyebab meningkatnya impaksi gigi geraham rahang bawah disebabkan
oleh karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara
lain jenis makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk
mencerna tidak memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya
8
rahang bawah menjadi kurang berkembang. Istilah impaksi biasanya diartikan
untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab terhalang, sehingga gigi tersebut tidak
keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan
gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa hambatan dari sekitar gigi
1
atau hambatan dari gigi itu sendiri. 9
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena : 9
a. Tulang yang tebal serta padat
b. Tempat untuk gigi tersebut kurang
c. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut
d. Adanya gigi desidui yang persistensi
e. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat
Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena :
a. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distal dan lain-lain.
b. Daya erupsi gigi tersebut kurang.
2
gangguan erupsi terbanyak pada gigi molar ketiga baik di rahang atas maupun
rahang bawah diikuti gigi kaninus rahang atas. Gigi dengan gangguan letak salah
benih akan menyebabkan kelainan pada erupsinya, baik berupa erupsi di luar
lengkung yang benar atau bahkan terjadi impaksi. Gigi dinyatakan impaksi
apabila setelah mengalami kegagalan erupsi ke bidang oklusal. 10
Andreasen melaporkan frekuensi impaksi gigi molar ketiga sebesar 18%
sampai dengan 32%; Björk et al dan Ventä et al melaporkan frekuensi sebesar
22,3% sampai dengan 66,6%.12
3
Pada tehnik proyeksi ini mula-mula dilakukan tehnik periapikal
kesejajaran biasa setelah diketahui gigi impaksi (gigi premolar dan molar)
maka dilakukan proyeksi true oklusal dengan menggunakan film periapikal
no.2 atau film oklusal no.4. Proyeksi sinar X diarahkan tegak lurus pada film
sedangkan fiksasi filmnya dioklusal plane diusahakan dalam proyeksi ini
sinar X menelurusi inklinasi gigi impaksi.
2. Interpretasi
Pada roentgenogram proyeksi true oklusal, terlihat gambaran radiopak
dari gigi impaksi bila dekat dengan kortek tulang rahang bukalis maka gigi
tersebut berada di bukal atau bila gigi impaksi tersebut dekat dengan kortek
tulang rahang di lingualis atau palatalis maka gigi tersebut berada di lingualis
atau palatalis. Untuk rahang bawah tehnik ini lebih mudah dilakukan daripada
rahang atas oleh karena inklinasi rahang bawah lebih vertikal disbanding
rahang atas.
4
reaksi radang pada jaringan operkulum yang tampak hiperemi, bengkak dan rasa
sakit bila ditekan. Kesemuaanya itu merupakan gejala yang lazim disebut sebagai
perikoronitis. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi
molar tiga rahang bawah. 8
5
tersebut mengalami rintangan sehingga pembentukannya terganggu menjadi
tidak sempurna dan dapat menimbulkan primordial kista dan folikular kista.
4. Rasa Sakit
Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf atau menekan
gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam
deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit.
Rasa sakit dapat timbul karena :
a. Periodontitis pada gigi yang mengalami trauma kronis
b. Gigi terpendam langsung menekan nervus alveolaris inferior pada kanalis
mandibularis.
Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat mengganggu fungsi
pengunyah dan sering menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang
terjadi dapat berupa resorbsi patologis gigi yang berdekatan, terbentuknya kista
folikuler, rasa sakit neurolgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahang akibat
lemahnya rahangdan berdesakan gigi anterior akibat tekanan gigi impaksi ke
anterior. Dapat pula terjadi peritonitis, neoplasma, dan komplikasi lainnya. 10
Mengingat banyaknya masalah dan keluhan yang ditimbulkan oleh
impaksi gigi molar tiga mandibula ini, maka dirasakan perlu untuk meneliti
prevalensi impaksi gigi molar tiga mandibula serta masalah dan keluhan yang
sering ditimbulkan oleh impaksi tersebut. 6
6
diakibatkan gigi impaksi molar ketiga maka perlu dilakukan tindakan
pencabutan.23
7
BAB IV
DISKUSI KASUS
2.1 Resume
Seorang perempuan 38 tahun datang dengan keluhan nyeri pada gigi kiri
bawah belakang. Onset 2,5 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri hilang
timbul, dan muncul terutama di malam hari, menghilang dengan tidur. Nyeri gigi
saat makan (-), trismus (-), bengkak di wajah (-), nyeri kepala (-). Pasien
kemudian memeriksakan diri ke dokter keluarga dan diberi obat anti nyeri.
Setelah dikonsumsi beberapa kali, pasien merasa nyeri yang dirasakan tidak
membaik sehingga pasien memeriksakan diri lagi ke dokter keluarga tersebut dan
dirujuk ke dokter gigi RSND untuk tindakan lebih lanjut. Pasien merupakan
penderita gastritis. Riwayat oral hyigine teratur, pasien menyikat gigi setiap 2 hari
sekali.
Dari hasil pemeriksaan fisik ekstra oral didapatkan kelenjar limfe
submandibula kanan kiri pasien tidak membesar dan tidak ada asimetri pada
wajah pasien. Pada pemeriksaan intra oral dan jaringan periodontal tidak
ditemukan adanya kelainan yang berupa edema, hiperemis, pucat maupun
peradarahan. Pada pemeriksaan periodontal juga tidak ditemukan adanya
kalkulus/plak. Mukosa intra oral dan jaringan periodontal pasien dalam batas
normal.
Status Lokalis: ginggiva rahang bawah kiri: dari inspeksi tampak bahwa
gigi 3.8 telah mengalami erupsi sebagian. Tidak terdapat nyeri pada sondasi,
perkusi maupun palpasi. Vitalitas gigi 3.8 (+), mobilitas (-).
Status Dental pada Gigi 3.7 tampak karies di sisi distal, tidak nyeri pada
perkusi maupun palpasi. Vitalitas (+), mobilitas (-).
Pasien telah melakukan pemeriksaan penunjang berupa x foto periapikal
gigi 3.8. Dari hasil pemeriksaan penunjang tampak gigi 3.8 tumbuh ke arah
mesial. Pada bagian servikal distal gigi 3.7 tampak gambaran radiolusen.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, pasien didiagnosis mengalami impaksi gigi 3.8 dan karies distal
servikal gigi 3.7.
8
Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan adalah Na diklofenak 50 mg
untuk mengatasi keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Kemudian pasien
dirujuk ke dokter gigi untuk tatalaksana lebih lanjut. Setelah dilakukan
odontektomi, pasien juga diberikan edukasi berupa hari pertama setelah dilakukan
pencabutan gigi, pasien harus menghindari konsumsi makanan panas, kompres
dingin jika bekas operasi mengalami pembengkakan, jika berdarah luka ditekan
menggunakan kapas, kapas digigit dan diganti setiap 10-15 menit, jika perdarahan
tidak berhenti, segera periksakan ke dokter keluarga / IGD, benang jahitan akan
terlepas dengan sendirinya
2.2 Pembahasan
Pada kasus ini, pasien perempuan berusia 38 tahun didiagnosis mengalami
impaksi gigi 3.8 arah horisontal dan karies distal servikal gigi 3.7. Gigi molar
ketiga adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, terutama pada
usia 18-24 tahun. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan impaksi molar
ketiga mandibula yaitu antara lain jaringan sekitarnya terlalu padat, adanya retensi
gigi susu berlebihan, tanggalnya gigi susu yang terlalu awal, atau tidak
tersedianya cukup tempat untuk erupsi akibat mandibula yang sempit. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hassan (2010) yang mengatakan
bahwa molar ke tiga merupakan gigi yang paling sering impaksi dimana
prevalensi impaksi molar ke tiga terjadi antara 16,7% sampai 68,6%.6 Hassan
(2010) juga menjelaskan bahwa tingginya frekuensi yang terjadi pada perempuan
dikarenakan perbedaan masa pertumbuhan antara perempuan dan laki-laki.
Perempuan biasanya berhenti pertumbuhannya ketika molar ke tiga baru mulai
erupsi. Pada laki-laki pertumbuhan dari rahang mereka masih berlangsung selama
masa erupsi molar ke tiga, sehingga memberikan ruang yang lebih untuk erupsi
molar ke tiga.23
Pada pasien ini terjadi impaksi gigi 3.8 dengan arah horizontal. Diagnosis
arah horizontal didapatkan dari pemeriksaan radiologi rontgen periapikal. Arah
9
horisontal karena axis gigi molar 3 horizontal. Temuan ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jung, dkk pada tahun 2013 di Korea yang
menunjukkan bahwa impaksi gigi molar 3 horizontal ditemukan pada 38,3%
pasien yang merupakan arah impaksi gigi molar 3 terbanyak dibandingkan dengan
9
arah yang lainnya. 21
Pasien mengeluhkan nyeri pada gigi belakang pada rahang bawah kanan
yang dimulai sejak 2,5 minggu yang lalu. Nyeri yang dirasakan oleh pasien dapat
merupakan akibat dari adanya impaksi maupun akibat karies yang diderita oleh
pasien. Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf atau menekan
gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga lain di dalam
deretan gigi.10 Nyeri juga dapat diakibatkan oleh karies apabila karies tersebut
meurupakan karies media maupun profunda dimana karies media telah mengenai
dentin sedangkan karies profunda telah mengenai pulpa. Apabila gigi yang
berlubang dan invasi bakteri semakin dalam pada email ataupun dentin maka rasa
sakit akan muncul sesekali dan semakin tajam, namun apabila sudah mencapai
pulpa gigi yang terdiri dari bagian-bagian sensitif yaitu pembuluh darah dan
syaraf gigi, maka dapat menyebabkan infeksi pulpa yang biasa disebut dengan
pulpitis yaitu radang pulpa dengan gejala rasa sakit yang sangat berdenyut.
Pada kasus ini, karies yang diderita oleh pasien berkaitan dengan impaksi
gigi molar ketiga pasien. Siagian (2011) dalam laporan kasusnya mengatakan
karies pada gigi molar kedua disebabkan karena gigi molar ketiga mandibula yang
timbul sebagian dapat menyebabkan timbunan makanan, plak, dan debris
sehingga mempermudah munculnya karies gigi. Selain itu, sering juga dijumpai
gigi molar kedua yang memiliki karies pada bagian distal. Karies tersebut terjadi
akibat tekanan kronis dari gigi molar ketiga.25
Pasien didiagnosis didiagnosis mengalami impaksi gigi 3.8 dan karies
distal servikal gigi 3.7 berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Terapi definitif pada impaksi adalah sesegera mungkin dilakukan
pengambilan gigi yang mengalami impaksi sebelum terjadi komplikasi lebih
lanjut seperti perikoronitis, karies, penyakit periodontal, resorbsi akar ataupun
nyeri yang tidak diketahui asalnya.22 Terdapat beberapa patokan untuk tindakan
yang akan dilakukan bila menghadapi kasus molar ketiga impaksi sehubungan
dengan molar kedua tetangganya. Bila gigi molar ketiga angular terhadap molar
kedua, maka gigi molar kedua perlu dicabut sedangkan gigi molar ketiga
dibiarkan. Bila gigi molar kedua dan molar ketiga karies, maka gigi molar kedua
10
diekstraksi terlebih dahulu, kemudian disusul molar ketiga. Pada keadaan ini,
kadangkadang diperlukan pembukaan flap. Hal ini tergantung dari banyaknya
tulang yang mengelilingi gigi. Sering juga dijumpai gigi molar kedua yang
memiliki karies pada bagian distal. Dalam hal ini gigi molar kedua diekstraksi,
kemudian gigi molar ketiga diambil.25
11
DAFTAR PUSTAKA
12
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics
2006;129(1):37
11. Beek GCV. Morfologi gigi 2 Jakarta:EGC;1996,p.101 ed. Editor: Andrianto
P. Alih Bahasa: Yuwono L.
12. Harshanur IW. Anatomi gigi. Jakarta : EGC;1991,p.221,239
13. Metalita M. Pencabutan gigi molar ketiga untuk mencegah terjadinya gigi
berdesakan anterior rahang bawah. Available from :URL: http://www.pdgi-
online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=582&Itemid=
1 Accessed Juli 20, 2018
14. Obimakinde OS. Impacted mandibular third molar surgery; an overview.
Dentiscope 2009;16:2-3
15. Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut 2 ed. Alih Bahasa: Purwanto,
Basoeseno. Jakarta: EGC; 1996,hal.61-3
16. Fragiskos D. Oral surgery. Editor: Schroder GM, Heidelberg. Alih Bahasa:
Tsitsogianis H. Berlin: Springer; 2007,p.126-7
17. Lukman D. Penentuan lokasi roentgnografi gigi impaksi. Journal of the
Indonesian Dental Association 2004;54(1):10-13
18. Marzola C, Comparin E, Filho JLT. Third molars classifications prevalence in
the cities of cunha pora, maravilha and palmitos in the northwest of santa
catarina state in brazil.
Available from: URL:http://www.actiradentes.com.br/revista/2007/text
os/3RevistaA TO-Prevalence_Third_Molars_Positions-2007.pdf Accessed
Juli 20, 2018
19. Jung, Yun-Hoa. Cho, Bong-Hae. Prevalence of missing and impacted third
molars in adults aged 25 years and above.Imaging Science in Dentistry 2013;
43: 219-25
20. Kidd EAM, Joyston-Bechal S. Dasar-dasar karies: Penyakit dan
penanggulangannya. Alih Bahasa Sumawinata N. Jakarta: EGC, 1992
21. Arisetiadi, dkk.2017. Hubungan Antara Gigi Impaksi Molar Ketiga Dengan
Kejadian Karies Molar Kedua Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali Dental Journal,
2017: hlm 30-38.
13
22. Marzola C, Comparin E, Filho JLT. Third molars classifications prevalence in
the cities of cunha pora, maravilha and palmitos in the northwest of santa
catarina state in brazil. Available from:
URL:http://www.actiradentes.com.br/revista/2007/textos/3 RevistaATO-
Prevalence_Third_Molars_Positions-2007.pdf Accessed Juli 20, 2018
23. Hassan AH. Pattern of Molar Impaction in a Saudi Population. Clinical,
Cosmetic and Investigational Dentistry, 2010: 2; hal 109- 113
24. Siagian K. 2011. Penatalaksanaan Impaksi Gigi Molar Ketiga Bawah Dengan
Komplikasinya Pada Dewasa Muda. Jurnal Biomedik, 2011, 3:hlm. 186-194
14