2018
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah agar mahasiswa kedokteran
mampu menegakkan diagnosis, melakukan penatalaksanaan awal dan melakukan
rujukan yang tepat pada pasien dengan otitis media akut berdasarkan data yang
diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2
1.3 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
proses belajar untuk penegakkan diagnosis, penatalaksanaan awal dan rujukan
yang tepat pada pasien otitis media akut.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn.S
Umur : 64 tahun
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 5 Mei 1954
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Brumbungan, Semarang
Pekerjaan : Penjahit
Pendidikan Terakhir : SMA
No. CM : 229062
Masalah Aktif Masalah Pasif
Telinga gatal dan berdengung
ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 27 September 2018 pukul 10.30 WIB di Ruang
Poliklinik THT BKIM
Keluhan Utama:
Nyeri telinga gatal
Sejak + 4 hari yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada telinga kirinya,
gatal dirasakan hilang timbul, diperberat saat siang hari dan setelah mandi, gatal
tidak mengganggu aktifitas. Untuk mengurangi gatalnya pasien mengorek
telinganya dengan cotton bud. Pasien juga mengeluhkan cekot-cekot dan
4
berdenging pada telinga kiri sejak 2 hari yang lalu, dan membuat pasien sulit tidur
dengan nyaman. Keluar cairan dari telinga disangkal, gangguan pendengaran
disangkal, telinga terasa penuh (+), gangguan pada hidung maupun tenggorokan
disangkal. Karena keluhan tersebut, pasien memeriksakan diri ke BKIM.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2018 10.30 WIB di Ruang
Poliklinik THT BKIM
Status Generalis
5
Kulit : Turgor kulit cukup
Konjungtiva : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Jantung : Tidak diperiksa
Paru : Tidak diperiksa
Hati : Tidak diperiksa
Limpa : Tidak diperiksa
Limfe : Tidak diperiksa
Status Lokalis:
Telinga:
6
menempel pada dinding liang
telinga.
Perforasi (-),warna putih Perforasi (-), warna putih
Membran cemerlang, edem (-), bulging cemerlang, edem (-), bulging
timpani (-), reflek cahaya (+) arah jam (-),reflek cahaya (+) arah jam
5 7
Pemeriksaan luar
Inspeksi : simetris (+), deformitas (-),warna kulit
Hidung sama dengan sekitar, allergic crease (-)
Palpasi : Os nasal : krepitasi (-/-), nyeri tekan (-/-)
Sinus maksilaris
Nyeri tekan (-/-) pada daerah sinus maksilaris
Nyeri ketok (-/-) pada daerah sinus maksilaris
Sinus frontalis
Sinus Nyeri tekan (-/-) pada daerah sinus frontalis
Nyeri ketok (-/-) pada daerah sinus frontalis
Sinus ethmoidalis
Nyeri tekan (-/-) pada daerah sinus ethmoidalis
Nyeri ketok (-/-) pada daerah sinus ethmoidalis
Rinoskopi Anterior
Sekret Tidak ada sekret Tidak ada secret
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konka Konka inferior edem (-) Konka inferior edem (-)
Tumor Massa (-) Massa (-)
Septum Deviasi septum (-)
Tenggorok:
7
Orofaring
Palatum Bombans (-), hiperemis (-)
Arkus Faring Simetris, uvula ditengah
Mukosa Hiperemis (-), granula (-)
Ukuran T1, hiperemis (-), Ukuran T1, hiperemis (-
permukaan rata, kripte ), permukaan rata, kripte
Tonsil
melebar (-), detritus (-), melebar (-), detritus (-),
membran (-) membran (-)
Peritonsil Abses (-), hiperemis (-)
Nasofaring (rinoskopi posterior) : tidak dilakukan pemeriksaan
Laringofaring (laringoskopiindirek) : tidak dilakukan pemeriksaan
Laring (laringoskopiindirek) : tidak dilakukan pemeriksaan
RINGKASAN
8
cekot dan berdenging pada telinga kiri sejak 2 hari yang lalu, dan membuat pasien
sulit tidur.
. Berdasarkan pemeriksaan fisik pada telinga kiri didapatkan bahwa telinga
luar hiperemis, membrane timpani telinga intak, reflek cahaya (+) arah jam 5,
sedangkan telinga kanan dalam batas normal.
DIAGNOSIS BANDING
1. Otomikosis
2. Otitis eksterna bakterial
DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Otomikosis sinistra
RENCANA PENGELOLAAN
1. Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesis, pemeriksaan fisik (otoskopi)
2. Terapi
- Ear Toilet
- Medikamentosa :
Kotrimazol cream 1% dioleskan pada lubang telinga
Asam asetat 2% tetes
3. Pemantauan
- Keadaan umum
- Suhu
- Progresivitas penyakit (Nyeri telinga, penjalaran jamur ke telinga
tengah)
4. Edukasi
- Gunakan obat sesuai petunjuk
- Pasien dianjurkan untuk tidak mengorek-ngorek liang telinga.
- Sebaiknya kedua telinga tidak terkena air dulu. Bila mandi, kedua
telinga ditutup menggunakan kapas.
9
5. Prognosis
- Quo ad sanam : dubia ad bonam
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a. Membran timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani yang
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki
11
panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9
mm dengan ketebalannya rata-rata 0,1 mm.
b. Kavum timpani
Kavum timpani merupakan rongga yang dibatasi oleh membran timpani di
bagian lateral dan di bagian medial oleh promontorium. Pada bagian superior
kavum timpani dibatasi oleh tegmen timpani dan di inferior oleh bulbus jugularis
dan nervus fasialis. Dinding posterior dekat ke atap, terdapat satu saluran yang
12
disebut aditus, berfungsi sebagai penghubung kavum timpani dengan antrum
mastoid melalui epitimpanum.
Kavum timpani terutama berisi udara yang mempunyai ventilasi ke
nasofaring melalui tuba Eustachius. Menurut ketinggian batas superior dan
inferior membran timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
epitimpanum, mesotimpanum, dan hipotimpanum. Epitimpanum merupakan
bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran timpani.
Sedangkan mesotimpanum merupakan ruangan di antara batas atas dengan batas
bawah membran timpani. Hipotimpanum yaitu bagian kavum timpani yang
terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani. Di dalam kavum
timpani terdapat tiga buah tulang pendengaran (osikel) yaitu maleus, inkus dan
stapes.
c. Tuba eusthachius
Tuba Eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani,
bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan
antara kavum timpani dengan nasofaring. Tuba Eustachius terdiri dari 2 bagian
yaitu: bagian tulang yang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian)
dan bagian tulang rawan yang terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
13
bagian). Fungsi tuba Eusthachius untuk ventilasi telinga yang mempertahankan
keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan udara luar,
drainase sekret yang berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring menuju ke kavum timpani.6
Tuba biasanya dalam keadan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen
diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan, dan
menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli palatine apabila
perbedaan antara 20-40 mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa
hal, seperti tuba terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi
tuba.
Tuba Eustachius berkembang hingga mencapai ukuran seperti dewasa pada
usia 7 tahun dengan panjang sekitar 36 mm, sedangkan pada bayi sekitar 18 mm.
Pada orang dewasa, tuba Eustachius membentuk sudut 45° terhadap bidang
horizontal, sedangkan pada bayi bervariasi dari horizontal hingga membentuk
sudut sekitar 10° terhadap bidang horisontal serta tidak membentuk sudut pada
istmus tetapi menyempit. Sudut yang menghubungkan antara tensor veli palatini
dan kartilago bervariasi pada bayi, sedangkan relatif stabil pada dewasa.
14
vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli, sednagkan dasar skala media adalah
membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ corti.
3.2 Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi telinga akut, subakut, dan kronik pada epitel
skuamosa pinna dan kanalis auditorius externa yang disebabkan terutama oleh
infeksi jamur. Namun, otomikosis juga dapat terjadi akibat infeksi bakteri kronis
yang menyebabkan turunnya imunitas lokal sehingga memudahkan terjadinya
infeksi jamur sekunder. Pada kasus dengan adanya perforasi membrane timpani,
jamur juga dapat menyebabkan infeksi pada telinga tengah.
15
jamur. Perubahan tersebut juga dapat mengakibatkan flora normal dalam
saluran telinga berubah menjadi patologis.
Perenang
Jika terlalu banyak air masuk ke dalam saluran telinga, misalnya saat
berenang, terutama di air yang mengandung klorin atau membersihkan
telinga dengan air pada saat mandi akan memudahkan jamur bertumbuh
dan berproliferasi karena air tersebut meningkatkan kelembaban,
meningkatkan pH dan membersihkan serumen yang melengket pada
mukosa saluran telinga yang pada keadaan normal sebenarnya berfungsi
melindungi dan mempertahankan mukosa saluran telinga. Dengan
demikian, perenang sebaiknya menggunakan ear plug atau penyumbat
telinga pada saat berenang.
Terlalu sering membersihkan telinga
Terlalu sering membersihkan telinga menggunakan cotton bud dapat
mengakibat trauma lokal pada saluran telinga sehingga memudahkan
terjadinya infeksi, pertumbuhan dan proliferasi bakteri dan jamur.
16
dari kanalis akustikus eksterna, serta membuat permukaan kanalis tidak
permeabel, mencegah maserasi dan kerusakan epitel.
Flora normal atau komensal yang terdapat di dalam kanalis akustikus
eksterna diantaranya, Staphylococcus epirdemidis, Corynebacterium sp,
Bacillus sp, Gram positive cocci (Staphylococcus aureus, Streptococcus sp,
non-pathogenic micrococci), Gram negative bacilli (Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, Hemophilus influenza, Morazella catarrhalis,
etc) dan jenis jamur miselia dari genus Aspergillus dan Candida sp. Flora
normal atau komensal ini tidak bersifat patogen apabila lingkungan kanalis
aksutikus eksterna dan keseimbangan antara bakteri dan jamur tetap terjaga.
Faktor – faktor yang berperan dalam perubahan lingkungan kanalis
akustikus eksterna yang kemudian mengakibatkan jamur saprofit menjadi
patogen, diantaranya faktor lingkungan (suhu dan kelembaban), perubahan
pada epitel kanalis akustikus eksterna akibat dermatitis atau trauma mikro,
peningkatan pH, penurunan kualitas dan kuantitas serumen, faktor sistemik
(imunokompromis, neoplasma, diabetes melitus, penggunaan antibiotik
lama, agen sitostatik dan kortikosteroid), riwayat otitis eksterna bakteri atau
otitis media supuratif, dermatomikosis, serta kondisi sosial.
17
Telinga : lampu kepala, corong telinga, otoskop, garputala 1 set
Hidung : spekulum hidung, alat pengait benda asing hidung
Tenggorok: spatula lidah, kassa, kaca tenggorok, tissue.
Teknik Pemeriksaan
1. Pemeriksa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Pemeriksa menerangkan pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Pemeriksa mengatur posisi pasien, duduk berhadapan dengan
pemeriksa dengan posisi lutut bersisian
Pada pemeriksaan dengan inspeksi dan palpasi akan ditemukan
tanda-tanda inflamasi pada kanalis telinga disertai nyeri tekan pada
tragus dan aurikula. Discharge dapat terlihat pada kanal. Pada
pemeriksaan dengan otoskop dapat terlihat kanal yang hiperemis,
sedikit edem dan tampak hifa berfilamen putih dengan titik-titik hitam
yang tumbuh dari permukaan kulit.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis
adalah swab telinga dan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH. Akan
tampak hifa dan spora pada pemeriksaan mikroskopis. Sedangkan untuk
menentukan spesies yang menginveksi dapat dilakukan kultur.
18
spesifik, seperti preparat yang mengandung nystatin, ketoconazole,
klotrimazole, dan anti jamur yang diberikan secara sistemik.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak
secar komplit mengobati proses dari otomikosis ini, karena agen-agen diatas
tidak menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps
kembali. Hal ini menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan
anti jamur topikal, juga harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius
eksternus itu sendiri, yakni dengan tidak melakukan maneuver-manuver
pada daerah tersebut, mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah
kelembaban, mendapatkan terapi yang adekuat, juga menghindari situasi
apapun yang dapat merubah homeostasis local.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada daerah yang beriklim hangat dan lembab seperti pada Indonesia yang
merupakan daerah tropis otomikosis sangat banyak ditemui, karena faktor
predisposisi penyakit ini diantaranya, suhu dan kelembaban lingkungan.
otomikosis termasuk dalam level 4A. Level 4A artinya, dokter umum mampu
mendiagnosis dan memberikan terapi sampai tuntas.
3
5.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat
menyusun makalah lebih baik di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
4
3. Djafar, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah dan dalam. Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, penyunting. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi ke-7. Jakarta:
Balai penerbit FKUI;2012.
4. Nugroho P. ANATOMI DAN FISIOLOGI PENDENGARAN PERIFER. J
THT-KLVol2,No2. 2011;2(2):6–10.
5. Soepardi, E. A., Iskandar, N., Bashiruddin, J. & Restuti, R. D. Telinga,
Hidung, Tenggorokan, Kepala, dan Leher. (Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2014).