Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek, yaitu aspek

menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek keterampilan

itu menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan

pendapat, baik secara lisan maupun tertulis sesuai dengan konteks

komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa.


Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

sangat penting. Pengetahuan keterampilan membaca sangat perlu

diketahui, baik oleh guru maupun oleh siswa. Pengetahuan tentang

keterampilan membaca sebagai gabungan berbagai proses dapat

berdampak positif terhadap strategi belajar mengajar. Membaca sebagai

suatu pengalaman yang aktif adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

sadar dan bertujuan. Setiap guru bahasa harus dapat membantu dan

membimbing para pelajar untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan dalam membaca. Tentu saja, pengalaman

siswa pun ikut berperan sebagai unsur penting dalam kegiatan membaca.
Penguasaan keterampilan membaca, seperti halnya ketiga

keterampilan berbahasa yang lainnya yang mengalami suatu proses

perkembangan. Membaca menuntut pengalaman, waktu, kesempatan,

latihan, keterampilan khusus, dan pengajaran bimbingan langsung. Oleh

karena itu, pembaca harus dapat menangkap pikiran atau gagasan yang

dikemukakan atau disampaikan oleh penulis. Hanya saja tidak semua

pembaca dapat menangkap gagasan atau pokok pikiran yang disampaikan

1
2

oleh penulis. Sering pembaca sulit menentukan pokok pikiran dan

penjelasan yang terdapat pada sebuah tulisan sehingga pembaca kadang

keliru atau tidak dapat menangkap gagasan dan pesan yang disampaikan

oleh penulis. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, pemahaman,

dan keterampilan yang dibutuhkan dalam membaca.


Kemampuan membaca merupakan salah satu dari empat aspek

keterampilan berbahasa yang merupakan kemampuan yang harus dimiliki

oleh semua siswa, termasuk di kelas IV SDN Maccini Sombala Kota

Makassar. Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif

yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat

menyeluruh tetang bacaan itu dan penilaiaan terhadap keadaan, nilai,

fungsi, dan dampak bacaan itu (Oka, 1983: 17).


Pembelajaran membaca sangat perlu diketahui oleh guru maupun

siswa. Pengetahuan tentang keterampilan sebagai gabungan berbagai

proses dapat berdampak positif terhadap metode belajar mengajar.

Membaca sebagai suatu pengalaman yang aktif adalah suatu kegiatan yang

dilakukan secara sadar dan bertujuan. Tentu saja, pengalaman anak didik

pun ikut berperan sebagai unsur penting dalam kegiatan membaca.


Salah satu penetapan kegiatan membaca di SD mata pelajaran

bahasa Indonesia yaitu membaca pemahaman. Membaca pemahaman

merupakan kegiatan membaca yang sesungguhnya, yang ditujukan kepada

kemampuan memahami bacaan secara tepat dan cepat. Dalam proses

membaca ini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami,

membandingkan, menemukan mengorganisasikan, dan pada akhirnya

merupakan suatu yang terkandung dalam bacaan.


3

Hasil yang dicapai dalam membaca di kelas IV SDN Maccini

Sombala Kota Makassar yaitu (1) buku bacaan masih tergolong kurang

karena sekolah kami yang letaknya didaerah pinggiran Kota (2)

Keterampilan siswa dalam membaca pemahaman masih rendah. Karena

siswa hanya sekedar membaca biasa saja tanpa mengetahui makna yang

dibacanya. (3) Siswa kurang memiliki keaktifan dan kretifitas dalam

belajar membaca pemahaman. Karena pemahaman siswa dalam membaca

pemahaman masih kurang (4) Siswa sulit memahami isi teks bacaan.

Karena siswa tidak memahami maksud dari bacaan yang dibaca. (5) Siswa

sulit memahami pokok informasi dalam teks bacaan. Karena pengetahuan

siswa mengenai pokok informasi masih kurang. (6) Hasil belajar membaca

pemahaman rata-rata 30% sehingga belum mencapai target kurikulum,

yaitu 65%. Sementara, tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu

siswa diharapkan mampu menguasai semua keterampilan berbahasa

dengan menerapkan standar penilaian rata-rata 70 (Kriteria Ketuntasan

Minimal). Karena tingkat kecerdasan dari setiap siswa berbeda. Hal

tersebut disebabkan oleh banyaknya hambatan yang dihadapi siswa

sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal.


Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC pertama kali dikembangkan

oleh Robert E Slavin dkk. Alasan utama pengembangan metode ini karena

kekhawatiran mereka terhadap pengajaran membaca oleh guru masih

dilakukan secara tradisional. Untuk itu digunakan model ini yang nantinya

dapat membantu guru dalam pembelajaran. Karena model ini siswa

ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri

atas 4 orang dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin,
4

suku/bangsa atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini

sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang/lemah dan masing-masing siswa

merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan

para siswa dapat menghasilkan cara berpikir kritis, kreatif dan

menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

B. Permasalahan Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Observasi langsung Kelas IV SDN Maccini Sombala

Kota Makassar didapatkan bahwa membaca pemahaman masih rendah

karena ketersediaan buku paket masih kurang dan siswa kuranf memiliki

keaktifan dan kreatifitas dalam membaca pemahaman sehingga belum

mencapai target kurikulum yang berlaku.

2. Rumusan Maslah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas IV SDN Maccini Sombala Kota Makassar melalui

model pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC)?

3. Alternatif Pemecahan Maslah

Bersadrkan rumusan maslah penelitian bertujuan meningkatkan

keaktifan membaca pemahan dengan bimbingan lansung melaui model

pembelajran cooperative integrated reading and composition (CIRC) pada

siswa kelas IV SDN Maccini Sombala Kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian
5

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui model

pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC)

pada siswa kelas IV SDN Maccini Sombala Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis dan praktis.


1. Secara teoretis.
Dapat dijadikan acuan dan teori baru tentang model cooperative

integrated reading and composition (CIRC) dalam pembelajaran

membaca siswa kelas IV SDN Maccini Sombala Kota Makassar.


2. Secara praktis.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu :
a. Bagi siswa, yaitu mengembangkan model cooperative integrated

reading and composition (CIRC) dalam pembelajaran keterampilan

membaca.
b. Bagi guru, yaitu memberikan sumbangan pemikiran kepada guru-guru

mata pelajaran bahasa Indonesia dalam hal penerapan model

kooperatif pada pembelajaran membaca pemahaman, memberikan

sumbangan pemikiran yang berharga bagi pengembangan metodologi

pengajaran, pengembangan minat dan kemampuan siswa.


c. Bagi sekolah, yaitu sebagai bahan masukan dan acuan dalam

melaksanakan pembelajaran, terutama pembelajaran bahasa Indonesia .


d. Bagi peneliti, dapat dijadikan bahan pertimbangan dan referensi bagi

peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan

penelitian ini.
6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian terkait dengan model cooperative integrated reading

and composition (CIRC) yang sudah berhasil, namun penulis mengambil tiga
7

contoh penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai acuan dalam

penulisan proposal ini.

1. Darliani (2012) “Penerapan Model cooperative integrated reading and

composition (CIRC) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Dengan Menggunakan Media Suku Kata Di Kelas II SD Negeri 056022

Payaperupuk Kecamatan Tanjung Pura”. Model cooperative integrated

reading and composition (CIRC) ini dapat meningkatkan keterampilan

membaca karena dapat dilihat meningkatnya persentase jumlah siswa yang

mampu membaca dengan baik siswa menjadi senang mengikuti kegiatan

berlangsung baik aktifitas mandiri maupun aktifitas kelompok.

2. Ma’rifatus (2012) “Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Narasi

Ekspositoris Siswa Kelas V SD Negeri 5 Gambirono Melalui Model

cooperative integrated reading and composition (CIRC)”. Berdasarkan

hasil penelitian ini, diketahui bahwa model cooperative integrated reading

and composition (CIRC) mempengaruhi hasil belajar siswa hal tersebut

dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Terjadi

peningkatan hasil belajar siswa yang menunjukkan peningkatan

kompetensi belajar siswa pula.

3. Setiyarini (2014) “Peningkatan Keterampilan Membaca Lancar dan


7
Melengkapi Cerita Rumpang Melalui Model cooperative integrated

reading and composition (CIRC) Tema Kegiatan Sehari-hari Siswa Kelas

II SD 4 Karang Malang”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas II SD 4 Karang Malang

Kudus dapat meningkat dan berhasil dengan baik setelah digunakannya


8

model pembelajaran cooperative integrated reading and composition

(CIRC).

2. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga

melibatkan aktivasi visual, berpikir, psikolingustik, dan metakongnitif.

Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol

tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir,

membaca mencakup aktivasi pengenalan kata, pemahaman literal,

interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.


Membaca merupakan aktifitas pencarian informasi melalui

lambang- lambang tertulis, membaca adalah suatu proses bernalar yang

dilakukan untuk mendapatkan dan memproses informasi hingga menjadi

sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu kemudian menjadi suatu dasar untuk

dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensinya, berjuang

mempertahankan hidup dan mengembangkan dalam bentuk sains dan

teknologi sebagai bentuk kehidupan manusia (Ahmad, 2010:15).


Klien, dkk. (dalam Rahiem, 2005: 13) mengemukakan bahwa

membaca meliputi:
“(1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah startegi, dan

(3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses

informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca yang

mempunyai peranan utama dalam membentuk makna.


Membaca adalah kegiatan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan

teks bergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks
9

yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya,

teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi

interaksi antara pembaca dan teks. Selain itu, Oka (1983: 21) berpendapat

bahwa membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif

yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat

menyeluruh tentang bacaan itu dan penilain terhadap keadaan, nilai,

fungsi, dan dampak bacaan itu.


Tarigan (1987: 8) mengartikan bacaan sebagai: “(a) suatu metode

yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan

kadang-kadang dengan orang lain, yaitu mengomunikasikan makna yang

terkadang dan tersirat pada lambang-lambang tertulis; (b) suatu proses

memahami yang tersirat dan yang tersurat melihat pikiran yang

terkandung dalam kata-kata tertulis. Tingkat hubungan antara makna yang

hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi

pembaca turut menentukan ketepatan membaca. ”


Hudson (dalam Tarigan, 1987: 7) mengemukakan bahwa membaca

adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata/bahasa tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

III (Alwi, 2005: 83), membaca adalah melihat serta memahami isi dari

sesuatu yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.


Selanjutnya, Nurhadi (2005: 123) mengemukakan bahwa membaca

adalah aktifasi yang kompleks yang libatkan berbagai faktor yang

datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, membaca

juga dapat dikatakan sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk

belajar dari lingkungan, dan bukan kemampuan yang bersifat instingtif


10

atau naluri yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, proses membaca yang

dilakukan oleh seorang dewasa (dapat membaca) merupakan usaha

mengolah dan menghasilkan sesuatu penggunaan model tertentu.


Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa membaca merupakan suatu proses penyampaian informasi yang

secara tidak langsung melalui kegiatan membaca dan dapat menambah

pengetahuan atau wawasan dari pembaca.


b. Proses Membaca
Membaca merupakan proses berpikir, untuk memahami bacaan,

pembaca harus terlebih dahulu memahami kata- kata dan kalimat melalui

proses asosiasi dan eksperimental sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Kemudian ia membuat kesimpulan dengan isi preposisi yang terdapat

dalam materi bacaan. Untuk itu, dia harus mampu berpikir secara

sistimatis, logis, dan kreatif. Bertitik tolak dari kesimpulan itu pembaca

dapat menilai bacaan. Kegiatan menilai menuntut kemampuan berpikir

kritis Syafi’ie (Syahrun, 2007:10).


Pendapat lain, C. J. Wallen (dalam Said, 2007:11) secara

sederhana bahwa dalam membaca terjadi proses yaitu:


a. Proses penerjemahan media tulis kebahasa.
b. Proses penerjemahan bahasa ke pikiran.

c. Tujuan Membaca

Waples (dalam Nurhadi, 2005: 136) berpendapat bahwa tujuan

membaca meliputi:

1) Untuk memperoleh sesuatu yang bersifat praktis;


2) Ingin mendapat rasa lebih (self image) dibandingkan dengan orang

lain dalam lingkungan pergaulannya;


3) Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan;
11

4) Mengganti pengalaman berharga yang sudah lama, untuk

mendapatkan pengalaman baru melalui penikmatan emosional bahan

bacaan; dan
5) Membaca untuk menghindari diri dari kesulitan, ketakutan atau

penyakit tertentu.
Nurhadi (2005: 137) mengemukakan tujuan pembaca secara khusus, yaitu:
1) Membaca untuk mendapatkan informasi faktual;
2) Membaca untuk memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus

dan bersifat problematis bagi pembaca;


3) Membaca untuk memberikan penilain terhadap karya tulis seseorang;
4) Membaca untuk memperoleh kenikmatan emosi semata: dan
5) Membaca hanya untuk tujuan mengisi waktu.

Menurut Tarigan (1987: 9) tujuan membaca yaitu:

1) Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for detail

orfacts);
2) Memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas);
3) Mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for

sequence ororganisation);
4) Menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference);
5) Mengelompokkan dan mengklasifikasikan (reading to classify);
6) Menilai dan mengevaluasi (reading to evaluance);
7) Membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or

contrast).

Seseorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih

memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan.

Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan

membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan

membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.

Rahiem (2005: 11) berpendapat bahwa tujuan membaca mencakup:

1) Kesenangan;
2) Menyempurnakan membaca nyaring;
12

3) Menggunakan strategi tertentu;


4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;
6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;
7) Mengonfirmasikan atau menolak prediksi;
8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari

tentang stuktur teks; dan


9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta

mempeoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna

dan arti erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan atau intensif kita

membaca. Tujuan yang jelas akan memberikan motivasi intrinsik yang

besar bagi seseorang. Seseorang yang sadar sepenuhnya akan tujuan

membacanya akan dapat mengarahkan sasaran daya pikir kritisnya

mengolah bahan bacaan sehingga memperoleh kepuasan dalam .

membacanya.

3 Model Pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC)

a. Pengertian Model Pembelajaran cooperative integrated reading and

composition (CIRC)

Menurut Slavin (2009: 16-17), model cooperative integrated reading

and composition (CIRC) merupakan program komprehensif untuk

mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar, pada tingkat

yang lebih tinggi, dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru

menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita.

guru dapat menggunakan atau tidak menggunakan kelompok bacaan, seperti

dalam kelas membaca tradisional. Para siswa ditugasi berpasangan dalam tim
13

untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk

membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai akhir dari

sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis

tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa

kata. Para siswa juga belajar dalam timnya untuk menguasai gagasan utama

dan kemampuan komprehensif lainnya. Selama periode seni berbahasa, siswa

terlibat dalam pelatihan penulisan, konsep penulisan, saling merevisi dan

menyunting karya yang satu dengan yang lainnya, dan mempersiapkan

pemuatan hasil kerja tim atau buku-buku kelas.

Dalam kebanyakan kegiatan CIRC, para siswa mengikuti serangkaian

pengajaran guru, praktik tim, pra-penilaian tim, dan kuis. Para siswa tidak

mengerjakan kuis sampai teman satu timnya menyatakan bahwa mereka sudah

siap. Penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan kepada tim

berdasarkan kinerja rata-rata dan semua anggota tim dalam kegiatan membaca

dan menulis. Karena siswa belajar dengan materi yang sesuai dengan tingkat

kemampuan mereka, maka mereka punya kesempatan yang sama untuk

sukses. Kontribusi siswa pada timnya didasarkan pada skor kuisnya dan

membuat karangan tertulis secara independen, yang memastikan adanya

tanggung jawab individu.

Tujuan utama CIRC adalah menggunakan tim-tim untuk membantu

para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat

diaplikasikan secara luas. Beberapa unsur CIRC memang diarahkan untuk

tujuan ini. Selama masa tindak lanjut, para siswa bekerja berpasangan untuk

mengidentifikasi lima fitur penting dari tiap cerita narasi: karakter, latar
14

belakang kejadian, masalah, usaha yang dilakukan, solusi akhir. Pengajaran

mengenai struktur cerita ditemukan telah meningkatkan pemahaman membaca

siswa-siswa berprestasi rendah.

Para siswa dalam CIRC juga membuat penjelasan terhadap prediksi

mengenai bagaimana masalah-masalah akan diatasi dan merangkum unsur-

unsur utama dan cerita kepada satu sama lain yang keduanya merupakan

kegiatan-kegiatan yang ditemukan dapat meningkatkan pemahaman dalam

bacaan.

Tujuan utama dan para pengembang program CIRC terhadap pelajaran

menulis dan seni berbahasa adalah merancang, mengimplementasikan, dan

mengevakuasi pendekatan proses menulis pada pelajaran menulis dan seni

berbahasa yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman satu kelas.

Respons dari kelompok teman adalah unsur khas dan model-model proses

penulisan, tetapi keterlibatan teman jarang sekali menjadi kegiatan sentralnya.

Akan tetapi, dalam program CIRC, para siswa merencanakan, merevisi, dan

menyunting karangan mereka dengan kolaborasi yang erat dengan teman satu

tim mereka. Pengajaran mekanika bahasa benar-benar terintegrasi sekaligus

menjadi bagian dari pelajaran menulis, dan pelajaran menulis sendiri

terintegrasi dengan pengajaran pelajaran memahami bacaan baik dengan

keterpaduan kegiatan-kegiatan proses menulis dalam program membaca

maupun dengan menggunakan kemampuan memahami bacaan yang baru

dipelajari dalam pengajaran pelajaran menulis.


15

b. Unsur Model cooperative integrated reading and composition (CIRC)

CIRC terdiri atas tiga unsur penting, yaitu: kegiatan-kegiatan dasar

terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaan, dan seni berbahasa

dan menulis terpadu. Dalam kegiatan ini, para siswa bekerja dalam tim-tim

yang heterogen. Semua kegiatan mengikuti siklus regular yang melibatkan

presentasi dari guru. Latihan tim, latihan independen, prapenilaian teman,

latihan tambahan, dan tes.

Selanjutnya, unsur utama pembelajaran kooperatif tipe CIRC menurut

Slavin (2009: 204-212) sebagai berikut:

1) Kelompok Membaca
Jika menggunakan kelompok membaca, para siswa dibagi ke dalam

15kelompok-kelompok yang terdiri atas dua atau tiga orang berdasarkan

tingkat kemampuan membaca mereka yang dapat ditentukan oleh guru

mereka, atau jika tidak, diberikan pengayaan kepada seluruh kelas.


2) Tim
Para siswa dibagi ke dalam pasangan (atau trio) dalam kelompok

membaca mereka dan selanjutnya pasangan-pasangan tersebut dibagi ke

dalam tim yang terdiri atas pasangan-pasangan dan dua kelompok

membaca atau tingkat. Misalnya, sebuah tim bisa saja terdiri atas dua

siswa dan kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa dari kelompok

tingkat rendah. Anggota tim menerima poin berdasarkan kinerja individual

mereka pada semua kuis, karangan, dan buku laporan, dan poin-poin inilah

yang membentuk skor tim.

3) Kegiatan-kegiatan yang Berhubungan dengan Cerita.


Para siswa menggunakan baik bahan bacaan dasar maupun novel.

Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang


16

diarahkan guru yang memakan waktu kurang lebih dua puluh menit tiap

harinya. Dalam kelompok-kelompok ini, guru menentukan tujuan dan

membaca, memperkenalkan kosa kata baru, mengulang kembali kosa kata

lama, mendiskusikan ceritanya setelah para siswa selesai membacanya,

dan sebagainya. Diskusi mengenai cerita disusun untuk menekankan

kemampuan-kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung

prediksi dan mengidentifikasi masalah dalam bentuk narasi.


4) Membaca Berpasangan
Para siswa membaca ceritanya dalam hati dan kemudian secara

bergantian membaca cerita tersebut dengan keras bersama pasangannya,

bergiliran untuk tiap paragraf. Si pendengar mengoreksi tiap kesalahan

yang dibuat oleh si pembaca. Guru memberi penilaian kepada kinerja

siswa dengan cara berkeliling dan mendengarkan saat para siswa saling

membaca satu sama lain.


5) Menulis Cerita yang Bersangkutan dan Tata Bahasa Cerita.
Para siswa diberikan pertanyaan (mencari Harta Karun) yang

berkaitan dengan tiap cerita yang menekankan tata bahasa cerita struktur

yang digunakan pada semua narasi. Setelah mencapai setengah dan cerita,

mereka diminta untuk menghentikan bacaan dan diminta untuk

mengidentifikasi karakter, latar belakang kejadian, dan masalah dalam

cerita tersebut, dan untuk memprediksi bagaimana masalah tersebut akan

diselesaikan. Pada akhir cerita para siswa merespon cerita secara

keseluruhan dan menulis beberapa paragraf mengenai topik yang berkaitan

dengan itu (misalnya, mereka bisa saja diminta untuk menulis akhir cerita

yang berbeda untuk cerita tersebuit).


6) Mengucapkan Kata-kata dengan Keras
17

Para siswa diberikan daftar kata-kata baru atau sulit yang terdapat

dalam cerita, mereka harus belajar membaca kata-kata ini dengan benar

supaya tidak ragu atau salah mengucapkannya. Para siswa berlatih

mengucapkan daftar kata-kata ini bersama pasangannya atau teman satu

tim lainnya sampai mereka bisa membacanya dengan lancar.


7) Makna Kata
Para siswa diberi daftar kata-kata dalam cerita yang tergolong baru

dalam kosa kata bicara mereka dan diminta untuk melihat kata-kata

tersebut di dalam kamus, menuliskan definisinya dengan cara yang lebih

mudah dipahami, dan menuliskan kalimat yang memperlihatkan makna

kata tersebut (sebagai contoh misalnya, “seekor gurita membelit kaki

perenang itu dengan kedelapan kakinya yang panjang, “ bisa membuat

kalimat “ saya punya seekor gurita”).


8) Menceritakan Kembali Cerita
Setelah membaca ceritanya dengan mendiskusikannya dalam

kelompok membaca mereka, para siswa merangkum poin-poin utama dan

cerita tersebut untuk pasangannya.


9) Ejaan
Para siswa saling menguji daftar ejaan kata-kata satu sama lain tiap

minggunya, selanjutnya selama kegiatan program minggu tersebut saling

membantu satu sama lain untuk menguasai daftar tersebut. Para siswa

menggunakan strategi “ daftar yang hilang “, di mana mereka membuat

daftar baru dan kata-kata yang hilang tiap kali selesai melakukan penilaian

sampai daftar itu habis. Lalu mereka bisa kembali membuat daftar baru,

mengisi daftar tersebut, mengulangi prosesnya sampai tak ada lagi kata-

kata yang hilang.


10) Pemeriksaan oleh Pasangan
18

Jika para siswa telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan

mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa

mereka telah menyelesaikan atau memenuhi kriteria terhadap tugas

tersebut. Para siswa diberikan sejumlah kegiatan-kegiatan harian yang

diharapkan bisa diselesaikan, tetapi mereka boleh mengerjakannya sesuai

kemampuan mereka dan boleh juga menyelesaikan kegiatan tersebut lebih

awal jika mereka tau, di mana ini memberikan waktu tambahan untuk

membaca secara independen (akan dibahas secara singkat).


11) Tes
Pada akhir dan tiga periode kelas, para siswa diberikan tes

pemahaman terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat

bermakna untuk tiap kosa kata, dan diminta untuk membacakan daftar

kata-kata dengan keras kepada guru. Pada tes ini siswa diperbolehkan

saling membantu. Hasil tes dan evaluasi dan menulis cerita yang

bersangkutan adalah unsur utama dan skor tim mingguan siswa.


12) Pengajaran Langsung dan Memahami Bacaan
Satu hari dalam tim mingguan, para siswa menerima pengajaran

langsung dalam kemampuan khusus memahami bacaan, seperti

mengidentifikasikan gagasan utama, memahami hubungan sederhana, dan

membuat kesimpulan.
13) Seni Berbahasa dan Menulis Terintegrasi
Selama periode seni berbahasa, guru menggunakan kurikulum seni

berbahasa dan menulis yang dikembangkan khusus untuk CIRC.

Penekanan kurikulum ini adalah pada proses penulis dan kemampuam

mekanika bahasa diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap

pelajaran menullis dibandingkan sebagai topik yang terpisah. Misalnya,

para siswa belajar mengenal kata-kata yang menentukan sifat selama


19

pelajaran menulis paragraf deskriptif dan tanda bacaan saat menulis dialog

untuk cerita naratif.


14) Membaca Independen dan Buku Laporan
Para siswa diminta untuk membaca buku yang ditukar sesuai

dengan pilihan mereka minimal sekitar dua puluh menit tiap malamnya.

Formulir paraf orang tua wali mengindikasi bahwa siswa telah membaca

selama waktu yang diminta, dan siswa akan memberikan kontribusi poin

kepada timnya bila mereka mengumpulkan formulir yang telah selesai tiap

minggunya. Para siswa juga diminta untuk menyelesaikan buku laporan

secara reguler, dimana mereka juga mendapatkan poin tim untuk tugas ini.

Membaca dan buku laporan independen menggantikan semua pekerjaan

rumah lainnya dalam pelajaran membaca dan seni berbahasa. Apabila

siswa telah menyelesaikan paket cerita mereka atau kegiatan-kegiatan

lainnya lebih cepat, mereka boleh membaca buku yang bebas mereka pilih

di dalam kelas.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Slavin (2009: 225) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

CIRC sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.


2) Guru memberikan wacana /kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok

dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada

lembar kertas.
4) Mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok.
5) Guru membuat kesimpulan bersama.
6) Penutup.
4. Membaca Pemahaman
a. Pengertian Membaca Pemahaman
20

Membaca bergantung pada pengalaman. Jika sesuatu kata tidak

mempunyai hubungan dengan pengalaman, maka hal itu perlu

diterjemahkan kedalam kata yang sudah diketahui. Selain itu, kemampuan

mental atau integensi mempunyai pengaruh terhadap proses pemahaman

dalam membaca pada setiap jenjang pendidikan.


Keterampilan membaca pemahaman merupakan keterampilan

mengembangkan kemampuan bahasa. Kemampuan membaca lebih banyak

dikembangkan melalui bahasa tertulis, tetapi tidak bisa disangkal juga

pengembangan keterampilan bahasa dalam pemakaian bahasa lisan.


Mengenai penelitian pemahaman, ada beberapa pendapat yang satu

dengan yang lainnya saling melengkapi (Wiryodijoyo, 1989: 15), yaitu:


1) Untuk menilai pemahaman harfiah dalam membaca, digunakan

pertanyaan mengenai teks. Dipakai juga teks penyimpilan isi bacaan,

karena yang terakhir ini merupakan pusat dari proses pemahaman;


2) Tes isian dan pilihan ganda dapat mengukur keterampilan-

keterampilan yang sama. Untuk mengukur pemahaman, pelaksanaan

teks berbeda-beda sesuai dengan tuntutan pelajaran yang dites.


Selanjutnya, Suhendar (1992: 3) mengemukakan bahwa membaca

memahami merupakan kegiatan membaca yang sesungguhnya yang

ditunjukan kepada kemampuan memahami bacaan yang sesungguhnya

yang ditujukan kepada kemampuan memahami bacaan secara tepat dan

cepat. Dalam proses membaca ini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti

mengingat, memahami membandingkan, menemukan, mengorganisasikan,

dan pada akhirnya merupakan sesuatu yang terkandung dalam bacaan.


Pearson dan Johnson (dalam Burns, Roe, dan Ross, 1996: 207)

menyatakan bahwa membaca pemahaman dibatasi sebagai suatu kesatuan

proses dan serangkaian proses yang mempunyai ciri tersendiri. Menurut


21

Turner (dalam Alexander, 1988: 159) membaca pemahaman melibatkan

penyerapan makna untuk memperoleh makna dari bacaan yang dibaca.

Turner (dalam Alexander, 1988: 159) menyatakan bahwa seseorang

dapat dikatakan memahami bacaan secara baik apabila ia dapat (1)

mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan atau mengetahui

maknanya, (2) menghubungkan makna baik konotatif maupun denotatif

yang dilmiliki dengan makna yang terdapat dalam bacaan, (3) mengetahui

seluruh makna tersebut atau persepsinya terhadap makna itu secara

konstektual, dan (4) membuat pertimbangan nilai isi bacaan yang

didasarkan pada pengalamannya. Lebih lanjut, Turner (dalam Alexander,

1988:159) menjelaskan bahwa membaca mencakup dua keterampilan

mendasar, yaitu (1) keterampilan memprediksi makna, dan (2)

keterampilam memahami dan memanfaatkan seefisien mungkin informasi

visual yang ada dalam bacaan.

Menurut Palinesar, Ogle, Jones, Carr, dan Ramson (dalam Farris,

1993: 304), bahwa membaca pemahaman yaitu (1) suatu proses

konstruktif aktif, (2) proses berpikir sebelum, selama, dan setelah

membaca, dan (3) interaksi antara pembaca, teks, dan konteks.

Sehubungan dengan ini Anderson dan Armbruster (dalam Farris, 1993:

304) menjelaskan bahwa ketika pembaca menginterpretasi sebuah teks,

pembaca menggali pengetahuan yang tersimpan berhubungan denga topik

teks yang dibaca.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembaca

pemahaman adalah suatu proses makna yang secara aktif melibatkan


22

pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki dan menghubungkannya

dengan bacaan. Pengertian tersebut terdapat tiga elemen pokok dalam

membaca pemahaman, yaitu (1) pengetahuan dan pengalaman yang telah

dimiliki tentang topik, (2) menghubungkan pengetahuan dan pengalaman

dengan teks yang akan dibaca, dan (3) proses pemerolehan makna secara

aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.

b. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman

Pemahaman bacaan adalah proses kompleks yang melibatkan

pemanfaatan berbagai kemampuan yang berhasil maupun yang gagal setelah

membaca, seharusnya kita mampu mengingat informasi dalam bacaan

tersebut.

Menurut Rahiem (2005: 3) prinsip-prinsip membaca yang didasarkan

pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti

yang dikemukakan berikut:

1. Pemahaman merupakan proses konstruklivis sosial yang memandang

pemahaman dan penyusunan bahasa sebagai suatu proses membangun.


2. Guru membaca yang unggul menpengaruhi belajar siswa. Guru yang

unggul mengetahui pentingnya setiap siswa memiliki pengalaman

kemahiraksaraan.
3. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif

dalam proses pembaca.


4. Membaca terjadi dalam konteks yang bermakna.
5. Siswa menemukan manfaat bertransaksi dengan berbagai teks pada

berbagai tingkat.
6. Perkembangan kosakata dan pengajaran mempengaruhi pemahaman

membaca.
7. Pengikutsertaan merupakan faktor kunci dalam proses pemahaman.
8. Strategi dengan keterampilan pemahaman bisa diajarkan.
23

9. Asesmen dinamis menginformasikan pengajaran pemahaman.

c. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca

Untuk mendorong siswa dapat memahami berbagai bahan bacaan, guru

seharusnya menggabungkan kegiatan prabaca, saat baca dan pascabaca

dalam pembelajaran membaca.


(1). Kegiatan Prabaca
Guru yang efektif harus mampu mengarahkan siswa kepada topic

pelajaran yang akan dipelajari siswa. Burns, dkk. (1996) serta Rubin

(1993) mengemukakan bahwa pengajaran membaca dilandasi oleh

pandangan teori skemata.


(2). Kegiatan Saat Baca
Setelah kegiatan prabaca, kegiatan berikutnya ialah kegiatan saat baca

(during reading). Beberapa strategi dan kegiatan biasa digunakan dalam

kegiatan saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa. Kegiatan saat

baca bisa dikembangkan dengan cara seperti: sesudah siswa membaca

suatu cerita atau bab, suruh satu kelompok siswa berlatih membaca bagian

bacaan. Tugas siswa mengambil bagian dari karakter yang berbeda di

dalam adegan dan seorang menjadi narator. Siswa yang lain disuruh

mengikutinya bersama-sama. kegiatan ini membantu siswa memahami

dialog dan penggunaan tanda-tanda kutipan.


(3). Kegiatan Pascabaca
Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan

informasi baru yang dibacanya ke dalam schemata yang telah dimilikinya

sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi (Burns, dkk. ,

1996).

d. Penilaian Membaca Pemahaman


24

Penilaian kemampuan membaca pemahaman dapat dilakukan

melalui tahap berikut ini:


Pertama, kemampuan membaca dengan tingkat ingatan. Tes

kemampuan membaca pada tingkat ingatan sekedar menghendaki siswa

untuk menyebutkan kembali fakta, definisi atau konsep yang terdapat

didalam karangan yang diujikan oleh karena fakta, definisi atau konsep

yang terdapat dalam karangan itu dapat ditemukan dan dapat dibaca

berkali-kali pada hakikatnya tes tingkat ingatan tersebut hanya mengenali,

menemukan dan memindahkan fakta yang dalam karangan kelembar

jawaban yang dituntut.


Kedua, Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman, seperti

halnya tes tingkat pemahaman pada kemampuan menyimak, tes

kemampuan membaca pada tingkat pemahaman juga dituntut siswa untuk

dapat memahami karangan yang dibacanya. Pemahaman yang dilakukan

pun dimaksudkan untuk memahami isi bacaan mencari hubungan antar

hal, sebab akibat, perbedaan dan persamaan antarhal, dan sebagainya.

Nugryantoro (2008: 235) menyatakan bahwa butir tes kemampuan

membaca untuk tingkat pemahaman ini sebelum tergolong sulit, masih

dalam aktivitas kongnitif tingkat sederhana walau sudah tinggi dari

sekedar kemampuan ingatan. Penyusunan tes hendaklah tidak dilakukan

sekedar mengutip kalimat dalam konteks secara verbatin, tetapi dibuat

parafrasenya. Dengan demikian, siswa dituntut dapat memahaminya.

Kemampuan siswa memahami dan memilih parafrase secara tepat

merupakan bukti bahwa siswa mampu memahami bacaan yang diujikan.


Ketiga, tes membaca tingkat penerapan. Nurgiyantoro (2008: 237)

menyatakan bahwa tes tingkat penerapan (C3) menghendaki siswa untuk


25

mampu menerapkan pemahamannya (C2) pada situasi atau hal yang lain

yang ada kaitannya. Demikian pada halnya dengan tes kemampuan

membaca. Siswa dituntut untuk menerapkan dan memberikan contoh baru,

misalnya tentang suatu konsep, pengertian atau pandangan yang ditujukan

dalam karangan. Kemampuan siswa dalam memberikan contoh,

demonstrasi atau hal-hal lain atau merupakan bukti bahwa siswa telah

memahami isi karangan yang bersangkutan. Contoh: karangan yang

diujikan, misalnya dengan meminta siswa mencari atau mengenali contoh-

contoh kongkrit bentuk kebahasaan yang dimaksud.


Keempat, Tes kemampuan membaca tingkat analisis, Nurgiyantoro

(2008: 239) menyatakan bahwa tes kemampuan membaca pada tingkat

analisis menuntut siswa untuk mampu menganalisis informasi tertentu

dalam karangan. Mengenali, mengidentifikasi, atau membedakan pesan

atau informasi dan sejenisnya. Aktivitas kongnitif yang dituntut dalam

tugas ini lebih sekedar memahami isi karangan. Pemahaman yang dituntut

adalah pemahaman secara lebih kritis dan terinci sampai bagian-bagian

yang lebih khusus.


Kelima, tes kemapuan membaca tingkat sintesis. Nurgiyantoro

(2008: 242) menyatakan bahwa tes kemampuan pada tingkat sintesis

menurut siswa untuk mampu menghubungkan atau menggeneralisasikan

antara hal-hal, konsep, masalah atau pendapat yang terdapat dalam

karangan. Aktivitas kongnitif tingkat sintesis ini berupa kegiatan untuk

menghasilkan komunikasi yang baru, meramalkan, dan menyelesaikan

masalah. Aktivitas kongnitif tingkat sintesis merupakan aktivasi tingkat

tinggi dan kompleks. Tes yang diberikan pun menuntut kerja kongnitif
26

yang tidak sederhana, maka tidak setiap siswa mampu berfikir yang tidak

sederhana, maka tidak setiap siswa mampu berfikir atau mengerjakan

tugas-tugas.
Keenam, tes kemampuan membaca tingkat evaluasi. Nurgiyantoro

(2008: 244) menyatakan bahwa tes kemampuan membaca dari tingkat

evaluasi menuntut siswa untuk mampu memberikan penilaian yang

berkaitan dengan karangan yang dibacanya, baik yang menyangkut isi atau

permasalahan yang dikemukakan maupun cara penuturan karangan itu

sendiri. Penilaian terhadap isi karangan misalnya berupa penilaian

terhadap gagasan, konsep, cara pemecahan masalah dan bahkan

menemukan dan menilai bagaimana pemecahan masalah yang baik.


Pembelajaran membaca di tingkat SD menekankan pada tujuan

pemahaman, penyerapan informasi perolehan kesan dan pesan, atau

gagasan yang tersurat maupun yang tersirat. Untuk tujuan tersebut seorang

siswa harus dapat mengenal kata demi kata, pemahaman kelompok

kata/frase, klausa, kalimat atau teks secara keseluruhan. Selain itu, juga

dilakukan dengan berbagai tingkat kecepatan, bergantung pada tujuan

membaca serta kondisi bahan bacaan.


Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa kegiatan membaca yang

dilaksanakan di SD melibatkan pemikiran, penalaran, emosi dan sikap

siswa sesuai dengan tema dan jenis bacaan yang dihadapinya. Untuk

mengembangkan kemampuan siswa memahami bacaan, Supratiningsih

(2005: 15) mengemukakan pembelajaran membaca sebagai berikut:


a. Pemahaman Harfiah
Pemahaman harfiah membimbing siswa untuk menemukan

informasi yang secara jelas diungkapkan dalam bacaan. Rancangan

pertanyaan ditujukan untuk melatih siswa mengenal dan mengingat


27

kembali suatu fakta atau kejadian. Tujuan dan pertanyaan dalam tingkat ini

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1) Melokasikan atau mengidentifikasi pokok-pokok pikiran atau

informasi yang diungkapkan secara eksplisit didalam karangan itu

sendiri atau dalam latihan-latihan yang menggunakan pokok pikiran

yang eksplisit dan inplisit yang ada dalam karangan, dengan tugas

seperti:
a) Pengenalan kembali detal-detail, contoh melokalisasi atau

mengidentifikasi fakta-fakta seperti nama-nama pelaku, waktu, dan

tempat kejadian dalam bacaan.


b) Pengenalan kembali pikiran utama contoh mengidentifikasi pikiran

utama dan paragraf atau suatu bagian dan karangan.


c) Pengenalan kembali suatu urutan contoh mengidentifikasi urutan

dan peristiwa atau tindakan yang dinyatakan didalam bacaan.


d) Pengenalan kembali perbandingan contoh melokalisasi tau

mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara pelaku-pelaku,

waktu dan tempat kejadian didalam cerita yang ditulis secara

eksplisit didalam bacaan.


e) Pengenalan hubungan sebab-akibat contoh melokalisasi atau

mengidentifikasi alasan-alasan yang dinyatakan eksplisit bagi

terjadinya peristiwa-peristiwa atau tindakan-tindakan tertentu

dalam bacaan.
f) Pengenalan watak contoh mengidentifikasi atau melokalisasi

pernyataan-pernyataan yang eksplisit tentang seorang pelaku yang

dapat membantu menunjukan tipe pelaku tersebut.


2) Mengingat kembali, menghendaki siswa memproduksi dari ingatannya

tentang pokok-pokok dan informasi yang secara eksplisit dikemukakan

dalam karangan, dengan tugas seperti:


28

a) Mengingat kembali rincian, contoh memproduksi dari ingatannya

fakta-fakta seperti pelaku, waktu, dan tempat kejadian bacaan.


b) Mengingat kembali pikiran-pikiran utama, contoh menyatakan sutau

pikiran utama dari sebuah paragraf atau bagian yang lebih besar dari

sebuah karangan berdasarkan ingatan, bila pikiran utama itu

dinyatakan secara eksplisit dalam karangan.


c) Mengingat kembali perbandingan, contoh mengingat kembali

persamaan dan perbedaan pelaku-pelaku, waktu dan tempat kejadian

dalam bacaan.
d) Mengingat kembali hubungan sebab-akibat, contoh mengingat

kembali sebab-akibat, sebagaimana dikemukakan secara eksplisit

dalam bacaan.
e) Mengingat kembali watak, contoh menyatakan kembali berdasarkan

ingatan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan secara eksplisit

tentang pelaku-pelaku yang menggambarkan tipe bagaimana pelaku-

pelaku tersebut (Supratiningsih, 2005: 15)


b. Mengorganisasi
Dalam mengorganisasi menghendaki siswa menganalisis,

mensintesis, dan mengorganisasikan buah pikiran atau informasi yang

dikemukakan secara eksplisit dalam karangan. Tugas-tugas

mengorganisasi menurut Supratinigsih (2005: 15) adalah:


1) Mengklasifikasi
2) Meragakan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan langsung

atau pernyataan yang difarafrasekan.


3) Mengikhtisarkan atau membuat rangkuman mensintesiskan.
c. Pemahaman Inferensial
Pemahaman inferensial ditunjukan kepada siswa bila dapat mencari

kesimpulan dan hal-hal yang diketahui dari bacaan. Pertanyaan-pertanyaan

menurut Supratiningsih (2005: 16) hendaknya merangsang jawaban siswa

di luar halaman bacaan, seperti berikut:


29

1) Menarik rincian penguat, misalnya menduga fakta-fakta tambahan

yang seharusnya disertakan oleh penulis.


2) Menarik pikiran utama
3) Menyimpulkan perbandingan, misalnya menduga persamaan-

persamaan dan perbedaan-perbedaan antara pelaku, waktu, dan

tempat.
4) Menyimpulkan hubungan sebab-akibat
5) Menarik kesimpulan tentang watak
6) Menerka kelanjutan suatu cerita.
d. Pemahaman Evaluasi
Bila siswa dapat menunjukkan titik evaluatif dengan

membandingkan buah pikiran yang sajikan karangan dengan kriteria yang

ada dalam dirinya atau kriteria dari sumber lain, maka siswa tersebut telah

mempunyai kemampuan pemehaman evaluasi. Pemikiran evaluasi dapat di

tunjukan dengan meminta siswa membuat pendapat sebagai berikut:


1) Pendapat tentang realitas fantasi
2) Pendapat fakta dtukan bagian dan opini
3) Pendapat tentang validitas yang sejalan dengan informassi yang telah

dibaca mengenai masalah yang serupa dari sumber lain.


4) Pendapat ketepatan menentukan bagian cerita yang paling jelas atau

tepat melukiskan pelaku utama.


5) Pendapat mengenai nilai benar/salah pelaku dalam cerita itu

melakukan apa yang diperbuatnya, misalnya menilai moral atau

sistem nilai Supratiningsih (2005: 17).

e. Pemahaman Apresiasi

Pemahaaman apresiasi berhubungan dengan psikologis dan estetis siswa.

Selain itu, membimbing siswa mengenai teknik-teknik, bentuk, gaya, serta

struktur kata. Pertanyaan pada kategori ini dapat diarahkan kepada cara

pengarang merangsang emosi pembaca. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan cara seperti berikut:


30

3 Respon emosional terhadap isi, misalnya mengungkap perasaannya

mengenai isi bacaan dan segi daya tarik, kegairahan, kebencian, dan

lain-lain;
4 Identifikasi dengan pelaku atau peristiwa. Pertanyaan guru dalam hal

ini haruslah memancing reaksi siswa yang menunjukan dalam dimensi

semantik dari suatu karya, yakni konotasi dan denotasi;

Reaksi terhadap bahasa pengarang dalam hal ini siswa diminta bereaksi

terhadap kemahiran pengarang dalam menggunakan bahasa pada dimensi

suatu karya seperti konotasi dan denotasi dari kata-kata; imajinasi, pembaca

diminta mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan kemampuan

artistik pengarang untuk melukiskan dengan kata-kata sehingga pembaca

dapat melihat, mencium, mengecap, mendengar atau merasakan.

Supratiningsih (2005: 19).

D. Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SD diarahkan pada penguasaan

empat kemampuan utama, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Keempat keterampilan itu menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan

pikiran, gagasan, dan pendapat, baik secara lisan maupun tertulis, sesuai

dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa.

Salah satu aspek keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia adalah membaca, khususnya membaca pemahaman. Membaca

pemahaman merupakan kegiatan membaca yang sesungguhnya yang ditujukan

kepada kemampuan memahami bacaan secara cepat dan tepat bagi siswa.
31

Dalam membaca pemahaman model yang digunakan yaitu model

pembelajaran CIRC dengan langkah-langkah sebagai berikut : (a). Membentuk

kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen. (b). Guru memberi

wacana/klipping sesuai dengan topic pembelajaran. (c). Siswa saling

bekerjasama dalam membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi

tanggapan terhadap wacana/klipping dan ditulis pada lembar kertas. (d).

mpresentasikan/membacakan hasil kelompok. (e). Guru membuat kesimpulan

bersama. (f). Penutup. Selanjutnya akan dilakukan analisis untuk mendapatkan

suatu temuan yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman pada siswa kelas IV, untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan

berikut:

Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD

Keterampilan Berbahasa

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Membaca Pemahaman

Siklus I dan II
Pendahuluan
32

Model Pembelajaran CIRC

Kegiatan inti Evaluasi


kkegiatanpembelaja
ranPembelajaran

Analisis

Hasil

Gambar 2. 1 Bagan kerangka Pikir

Keterangan :
: Terhubung tetapi tidak diteliti
: Terhubung tetapi diteliti

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika model pembelajaran cooperative

integrated reading and composition (CIRC) diterapkan, maka dapat

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN

Maccini Sombala Kota Makassar.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian


Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) Kunandar (2008:96) mengatakan bahwa dalam 2 (dua) siklus


34

terdiri dari empat langkah yaitu : a. perencanaan (planning), b. Aksi atau

tindakan (acting), c. Observasi (observing), dan d. Refleksi (reflecting).


Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman melalui model cooperative integrated

reading and composition (CIRC). Mekanisme pelaksanaannya dengan dua

siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan tahap perencanaan, tindakan dan

pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian


Penelitian PTK ini dilaksanakan di kelas IV SDN Maccini Sombala

Kota Makassar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Maccini

Sombala Kota Makassar. yang berjumlah 36 orang yang terdiri 21 laki-laki

dan 15 perempuan. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada semester genap

Tahun Pelajaran 2014-2015. Rencana penelitian ini, penentuan waktunya

mengacu kepada kelender akademik sekolah serta program semester.

C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini, yaitu proses dan hasil peningkatan

37
keterampilan membaca pemahaman melalui penerapan model pembelajaran

cooperative integrated reading and composition (CIRC) pada siswa Kelas IV

SDN Maccini Sombala Kota Makassar.


D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap

siklus terdiri dari empat komponen utama. Keempat komponen itu adalah

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Perencanaan
Refleksi

Siklus I Tindakan
Perencanaa
n
Observasi
Refleksi Siklus II
35

Tindakan
Observasi

Siklus Ke -N
Bagan 3. 1 Siklus penelitian Tindakan kelas (PTK)

1. Gambaran Kegiatan pada Siklus I


a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti dan guru secara berkolaborasi melakukan

kegiatan sebagai berikut:


1) Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi

guru dalam pembelajaran membaca pemahaman.


2) Merumuskan alternatif tindakan pembelajaran dengan menerapkan suatu

metode alternatif dan metode yang lazim sebagai upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan dilakukan saat perencanaan

tindakan siklus I.
3) Menyusun rancangan tindakan dan menyusun RPP setiap pertemuan.
4) Menyusun LKS.
5) Pelatihan bagi guru untuk membuat perencanaan pembelajaran,

melaksanakan dan mengevakuasi pelajaran dengan melalui cooperative

integrated reading and composition (CIRC), yang meliputi:


a) Pelatihan membuat perencanaan pembelajaran yang ditekankan

pada pelatihan perumusan tujuan pembelajaran.


b) Pelatihan dan memilih pelajaran atau menetapkan materi yang akan

diajarkan, menentukan alokasi waktu, media dan sumber belajar.

Kemudian merencanakan evaluasi.


c) Pelatihan pelaksanaan pembelajaran dengan cara guru. Dilatih

untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model


36

cooperative integrated reading and composition (CIRC), sementara

peneliti mengamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pelatihan tersebut disesuaikan dengan rancangan yang telah

disusun atau dibuat.


d) Guru dilatih untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran, baik

evaluasi proses selama pembelajaran yang telah disusun atau

dibuat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru dan peneliti melaksanakan tindakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:


1) Peneliti melaksanakan pembelajaran dalam mengajarkan materi di kelas

sebagai model pertama, sedangkan guru sebagai partisipan yang aktif

mencermati dan mengamati atau ia berlaku sebagai pengamat terlibat

Kegiatan ini dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I.


2) Guru bertindak sebagai model kedua yang dengan melaksanakan model

cooperative integrated reading and composition (CIRC) dalam mengajar,

sementara itu peneliti bertindak sebagai pengamat terlibat.


3) Peneliti melaksanakan pengamatan secara komprehensif terhadap proses

kegiatan dalam meningkatkan hasil belajar siswa oleh guru sebagai kedua

untuk memperoleh data-data empiris tentang penerapan model cooperative

Integrated reading and composition (CIRC) dalam upaya meningkatkan

hasil belajar siswa. Data-data tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai

bahan dalam melaksanakan refleksi.


c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilaksanakan untuk mengumpulkan

data tentang proses pembelajaran membaca pemahaman dengan model

pembelajaran CIRC. Observasi dalam penelitian ini adalah tentang

pengamatan penelitian tentang kegiatan siswa selama penelitian


37

berlangsung. Obsevasi dilaksanakan peneliti dengan bantuan teman

sejawat selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini diungkap

tentang segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran, baik

aktivitas siswa selama proses maupun respon terhadap pembelajaran

membaca pemahaman melalui media bacaan yang telah disediakan guru

dengan model pembelajaran CIRC.


Pelaksanaan observasi dengan menggunakan lembar observasi oleh

pengamat yang menggunakan teman sejawat. Observasi meliputi aktivitas

siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.


d. Refleksi
Refleksi dilakukan setiap tindakan berakhir. Dalam tahap ini,

peneliti dan guru mengadakan diskusi terhadap tindakan yang telah

dilakukan. Hal-hal ini yang dilaksanakan adalah (1) menganalisis tindakan

yang baru dilaksanakan, (2) mendiskusikan dan membahas kesesuaian

tindakan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan dan temuan lain

yang muncul selama kegiatan pelaksanaan berklangsung, (3)

mendiskusikan dan menemukan pemecahan masalah apabila terdapat

kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan (4) melakukan

pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh.


Hasil refleksi ini dimanfaatkan sebagai masukan untuk

menentukan perlu atau tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. Tindakan

pada siklus berikutnya tidak perlu dilaksanakan bila hasil pada refleksi

menunjukan keberhasilan yang signifikan.


2. Gambaran Kegiatan Siklus II
Siklus II ini juga terdiri atas empat tahap seperti halnya pada siklus

I, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Jadi, siklus

kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti siklus pertama tetapi didahului


38

dengan perencanaan ulang untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan

pada pembelajaran siklus pertama.


e. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti dan guru secara berkolaborasi melakukan

kegiatan sebagai berikut:


1) Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendukung yang

dihadapi guru dalam pembelajaran membaca pemahaman.


2) Merumuskan alternatif tindakan pembelajaran dengan menerapkan

suatu metode alternatif dan metode yang lazim sebagai upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan dilakukan saat

perencanaan tindakan siklus I.


3) Menyusun rancangan tindakan dan menyusun RPP setiap pertemuan.
4) Menyusun LKS.
5) Pelatihan bagi guru untuk membuat perencanaan pembelajaran,

melaksanakan dan mengevakuasi pelajaran dengan melalui

cooperative integrated reading and composition (CIRC), yang

meliputi:
a) Pelatihan membuat perencanaan pembelajaran yang ditekankan

pada pelatihan perumusan tujuan pembelajaran.


b) Pelatihan dan memilih pelajaran atau menetapkan materi yang akan

diajarkan, menentukan alokasi waktu, media dan sumber belajar.

Kemudian merencanakan evaluasi.


c) Pelatihan pelaksanaan pembelajaran dengan cara guru. Dilatih

untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model

cooperative integrated reading and composition (CIRC),

sementara peneliti mengamati selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Pelatihan tersebut disesuaikan dengan rancangan

yang telah disusun atau dibuat.


39

d) Guru dilatih untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran, baik

evaluasi proses selama pembelajaran yang telah disusun atau

dibuat.
f. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru dan peneliti melaksanakan tindakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:


1) Peneliti melaksanakan pembelajaran dalam mengajarkan materi di

kelas sebagai model pertama, sedangkan guru sebagai partisipan yang

mencermati dan mengamati atau ia berlaku sebagai pengamat terlibat

Kegiatan ini dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I.


2) Guru bertindak sebagai model kedua yang dengan melaksanakan

model cooperative integrated reading and composition (CIRC) dalam

mengajar, sementara itu peneliti bertindak sebagai pengamat terlibat.


3) Peneliti melaksanakan pengamatan secara komprehensif terhadap

proses kegiatan dalam meningkatkan hasil belajar siswa oleh guru

sebagai kedua untuk memperoleh data-data empiris tentang penerapan

model cooperative Intwgrated reading and composition (CIRC) dalam

upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Data-data tersebut kemudian

dimanfaatkan sebagai bahan dalam melaksanakan refleksi.


g. Observasi
Observasi atau pengamatan dilaksanakan untuk

mengumpulkandata tentang proses pembelajaran membaca pemahaman

dengan model pembelajaran CIRC. Observasi dalam penelitian ini adalah

tentang pengamatan penelitian tentang kegiatan siswa selama penelitian

berlangsung. Obsevasi dilaksanakan peneliti dengan bantuan teman

sejawat selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini diungkap

tentang segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran, baik

aktivitas siswa selama proses maupun respon terhadap pembelajaran


40

membaca pemahaman melalui media bacaan yang telah disediakan guru

dengan model pembelajaran CIRC.


Pelaksanaan observasi dengan menggunakan lembar observasi oleh

pengamat yang menggunakan teman sejawat. Observasi meliputi aktivitas

siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.


h. Refleksi
Refleksi dilakukan setiap tindakan berakhir. Dalam tahap ini,

peneliti dan guru mengadakan diskusi terhadap tindakan yang telah

dilakukan. Hal-hal ini yang dilaksanakan adalah (1) menganalisis tindakan

yang baru dilaksanakan, (2) mendiskusikan dan membahas kesesuaian

tindakan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan dan temuan lain

yang muncul selama kegiatan pelaksanaan berlangsung, (3) mendiskusikan

dan menemukan pemecahan masalah apabila terdapat kendala dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan (4) melakukan pemaknaan dan

penyimpulan data yang diperoleh.


Hasil refleksi ini dimanfaatkan sebagai masukan untuk

menentukan perlu atau tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. Tindakan

pada siklus berikutnya tidak perlu dilaksanakan bila hasil pada refleksi

menunjukan keberhasilan yang signifikan.


E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik atau instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara

mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya

dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti

(Sanjaya, 2010: 86).


2. Tes (Evaluasi)
41

Tes instrumen pengumupulan data dapat diartikan sebagai

instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam

aspek kognitif, atau tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pembelajaran (Sanjaya, 2010: 86).

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data nilai

rata-rata siswa yang diperoleh dari nilai raport, selain itu juga untuk

memperoleh data guru dan jumlah siswa Kelas V SDN Maccini Sombala

Kota Makassar.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi

data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan

fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan

tujuan penelitian (Sanjaya, 2010: 86). Data yang terkumpul selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

Analisis data kuantitatif digunakan untuk melihat data hasil tes belajar

siswa, atau digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa

sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan. Sedangkan analisis

data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar

khususnya berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru. Menurut Miles

dan Huberman (Rahmi, 2012: 23) data hasil belajar siswa dapat ditafsirkan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah Skor Perolehan


NA = x 100
Jumlah Skor Maksimal
42

Analisis kuantitatif dapat digunakan teknik kategorisasi dengan

berpedoman pada skala angka 0-100 seperti pada Tabel 3. 1 di bawah ini.

Tabel. 3. 1. Kategori Keberhasilan

No. Nilai Kategori


1 85 – 100 Sangat Tinggi
2 70 – 84 Tinggi
3 55 – 69 Sedang
4 46 – 54 Rendah
5 0 – 45 Sangat Rendah
(Sumber: Depdikbud, 2011: 24)

G. Indikator Keberhasilan

Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan hasil penelitian ini,

maka penulis menetapkan indikator keberhasilan hasil penelitian, sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini diterapkan ketuntasan belajar secara individual,

dengan kriteria minimal 70.


2. Secara klasikal dinyatakan tuntas apabila nilai siswa yang sudah tuntas

mencapai 85% dari jumlah keseluruhan siswa atau 31 orang dari 36 siswa.
43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing

siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan

tindakan, (3) observasi (pengamatan), dan (4) refleksi tindakan.

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Perencanaan disusun dan dikembangkan oleh peneliti yang

dikonsultasikan dengan guru kelas. Adapun materi pembelajaran yang

dilaksanakan pada tindakan siklus I adalah membaca teks. Dengan standar

kompetensi adalah memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring,

dan membaca pantun. Dengan kompetensi dasar adalah menemukan kalimat

utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. Indikatornya adalah mampu

menemukan kalimat utama pada tiap paragraf dan menyimpulkan isi teks bacaan

menggunakan kalimat sederhana dan runtut.

b. Implementasi Tindakan Siklus I

Pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan

yaitu tanggal 29 dan 30 Juli, serta 5 dan 6 Agustus 2015 yang diimplementasikan

berdasarkan RPP yang telah disusun.

Berdasarkan RPP tersebut implementasi tindakan pada semua pertemuan

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

1) Pertemuan Pertama
44

Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menemukan

kalimat utama pada tiap paragraf dan menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan
48
kalimat sederhana dan runtut.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen siswa. Setelah

mengabsen guru memotivasi siswa berani menjawab pertanyaan dengan

memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru

menjelaskan tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran. Membentuk

kelompok yang anggotanya 7 orang secara heterogen. Guru memberikan teks

bacaan sesuai dengan topik pembelajaran. Siswa bekerja sama saling

membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap teks

bacaan yang telah dibagikan dan ditulis pada lembar kertas. Siswa

mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok. Guru membuat kesimpulan

bersama.

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral,

kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Temuan pada

pertemuan ini adalah siswa mampu menemukan makna dari kata-kata sulit dari

teks bacaan.

2) Pertemuan Kedua

Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menemukan

kalimat utama pada tiap paragraf dan menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan

kalimat sederhana dan runtut.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen siswa. Setelah

mengabsen guru memotivasi siswa berani menjawab pertanyaan dengan

memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru


45

menjelaskan tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran. Membentuk

kelompok yang anggotanya 7 orang secara heterogen. Guru memberikan teks

bacaan sesuai dengan topik pembelajaran. Siswa bekerja sama saling

membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap teks

bacaan yang telah dibagikan dan ditulis pada lembar kertas. Siswa

mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok. Guru membuat kesimpulan

bersama.

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral,

kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Temuan pada

pertemuan ini adalah siswa mampu menemukan makna dari kata-kata sulit dalam

teks bacaan setelah mencari dalam kamus bahasa Indonesia.

3) Pertemuan Ketiga

Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menemukan

kalimat utama pada tiap paragraf dan menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan

kalimat sederhana dan runtut.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen siswa. Setelah

mengabsen guru memotivasi siswa berani menjawab pertanyaan dengan

memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru

menjelaskan tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran. Membentuk

kelompok yang anggotanya 7 orang secara heterogen. Guru memberikan teks

bacaan sesuai dengan topik pembelajaran. Siswa bekerja sama saling

membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap teks

bacaan yang telah dibagikan dan ditulis pada lembar kertas. Siswa
46

mempresentasikan / membacakan hasil kelompok. Guru membuat kesimpulan

bersama.

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral,

kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Temuan pada

pertemuan ini adalah siswa mampu menemukan makna dari kata-kata sulit dalam

teks bacaan setelah mencari dalam kamus bahasa Indonesia.

4) Pertemuan Keempat

Pertama-tama guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam,

kemudian mengecek kesiapan siswa dan menginstruksikan untuk menyiapkan alat

tulis-menulisnya.

Setelah siswa siap, guru membagikan tes siklus I yang harus dikerjakan

oleh setiap siswa, siswa tidak diperbolehkan untuk menyontek dan bekerjasama,

waktu yang diberikan sampai bel pergantian pelajaran berbunyi.

Kegiatan evaluasi siklus I ini berjalan dengan lancar. Dan hasilnya

dikumpulkan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Setelah semua siswa

mengumpulkan lembar jawabannya, guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam.

c. Observasi dan Evaluasi

Berikut ini data hasil observasi yang digunakan untuk mengetahui

seberapa jauh penerapan model pembelajaran cooperative integrated reading and

composition (CIRC) pada siswa kelas IV SDN Maccini Sombala Kota Makassar.

Berdasarkan hasil observasi itulah peneliti menggambarkannya data yang

diperoleh sebagai berikut:


47

Tabel 4. 1: Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV


SDN Maccini Sombala Kota Makassar Selama Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) pada Siklus I Pertemuan I, Pertemuan II, Dan
Pertemuan III.

No Aspek yang Diamati Pertemuan Rata- Persentase


1 2 3 Rata
1 Siswa yang hadir pada saat 35, 7
pembelajaran. 35 36 36 99, 2
2 Siswa yang memperhatikan
penjelasan guru. 27 27 27 27 75
3 Siswa yang bertanya
5 6 8 6, 3 17, 5
4 Siswa yang keluar masuk
pada saat proses 10 9 9 9, 3 25, 8
pembelajaran.
5 Siswa yang
mempresentasekan hasil 5 6 6 5, 7 15, 8
kerja kelompoknya.
6 Siswa yang mengajukan
tanggapan / komentar kepada
kelompok lain saat 8 9 12 9, 7 26, 9
mempersentasekan hasil
kerjasama mereka.
7 Siswa yang bekerjasama dan
berpartisipasi dalam 25 25 25 25 69, 4
kelompok

Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh gambaran mengenai aktivitas

belajar siswa pada siklus I, dimana dari 36 siswa kelas IV SDN Maccini Sombala

Kota Makassar yang di observasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar, hasilnya

dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut; Siswa yang hadir pada

saat pembelajaran sebesar 99, 2%; Siswa yang memperhatikan penjelasan guru

sebesar 75%; Siswa yang bertanya sebesar 17, 5%; Siswa yang keluar masuk pada

saat proses pembelajaran sebesar 25, 8%; Siswa yang mempresentasekan hasil

kerja kelompoknya sebesar 15, 8%; siswa yang mengajukan tanggapan / komentar

kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka sebesar 26,
48

9%; dan Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok sebesar 69,

4%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas IV SDN

Maccini Sombala Kota Makassar, peneliti memperoleh dan mengumpulkan data

melalui instrumen tes siklus I. Dari hasil tes Siklus I dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4. 2: Nilai Statistik Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN


Maccini Sombala Kota Makassar Setelah Penerapan
Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) pada Siklus I

Statistik Nilai Statistik

Subjek 36

Nilai ideal 100

Nilai tertinggi 80

Nilai terendah 40

Rentang nilai 40

Nilai rata-rata 60, 1

Sumber: Data Tes Siklus I

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata – rata membaca

pemahaman siswa sebanyak 60, 1. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 40

dari nilai yang mungkin dicapai 0-54 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa

adalah 80 dari nilai ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang nilai 40, ini

menunjukkan kemampuan siswa cukup bervariasi.

Jika nilai Pemahaman dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka

diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagaimana berikut ini:


49

Tabel 4. 3: Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Membaca


Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Maccini Sombala Kota
Makassar Setelah Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Siklus I
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase
1 85 – 100 Sangat Tinggi - 0%
2 70 – 84 Tinggi 16 44, 4%

3 55 – 69 Sedang 5 13, 9%

4 46 – 54 Rendah 10 27, 8%

5 0 – 45 Sangat Rendah 5 13, 9%

Jumlah 36 100
Sumber: Data Tes Siklus I

Dari tabel 4. 6 di atas menunjukkan bahwa persentase nilai pemahaman

siswa setelah diterapkan siklus I adalah 5 orang siswa atau 13, 9% berada pada

kategori sangat rendah, 10 orang siswa atau 27, 8% berada pada kategori rendah,

5 orang siswa atau 27, 8% berada pada kategori sedang, 16 orang siswa atau 44,

4% berada pada kategori tinggi, dan tidak ada siswa atau 0% berada pada kategori

sangat tinggi.

Gambar 4. 1: Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus I


50

Adapun presentase ketuntasan membaca pemahaman yang diperoleh dari

hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Maccini Sombala Kota

Makassar setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 4: Persentase Ketuntasan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV


Setelah Penerapan Pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) pada Siklus I

Persentase
No Nilai Kategori Frekuensi
(%)

1 0 – 69 Tidak Tuntas 20 55, 6%


2 70 – 100 Tuntas 16 44, 4%
Jumlah 36 100
Sumber: Data Tes Siklus I

Berdasarkan tabel di atas hasil belajar membaca pemahaman yang

diperoleh siswa dengan nilai rata–rata dan pada ketuntasan hasil belajar membaca

pemahaman diperoleh 55, 6% dikategorikan tidak tuntas dan 44, 4% tuntas. Dari

hasil yang diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi ketuntasan dalam

proses belajar mengajar karena siswa yang mencapai ketuntasan hanya siswa dari
51

36 siswa. Karena itulah, peneliti berusaha untuk mengadakan perbaikan dengan

cara melanjutkan penelitian pada siklus II untuk melihat seberapa jauh membaca

pemahaman siswa itu tercapai.

d. Refleksi Tindakan Siklus I

Dalam menentukan ide pokok suatu bacaan dengan menggunakan model

Cooperative integrated reading and composition (CIRC). Hasil refleksi yang

terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut :

1) Siswa belum mampu menghubungkan judul dengan pengetahuan yang

dimiliki.
2) Siswa belum maksimal dalam bekerjasama dengan kelompok dalam

menemukan makna dari kata-kata sulit yang ada dalam teks bacaan dan

menentukan ide pokok.


3) Berdasarkan hasil tes akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa masih

kurang dalam menentukan ide pokok suatu bacaan.

Berdasarkan hasil refleksi di atas dan mengacu pada kriteria yang

ditetapkan belum mencapai 85% siswa memiliki nilai ≥70, disimpulkan bahwa

pembelajaran belum berhasil. Oleh karena itu, materi ini perlu diulang pada siklus

II dengan beberapa penyempurnaan sebagai berikut:

1) Guru memberikan penjelasan atau pernyataan yang akan membantu siswa

menghubungkan judul bacaan.

2) Mengusahakan untuk memfokuskan perhatian siswa terutama kemampuan

bekerja sama dalam kelompok.

3) Guru harus melakukan semua kegiatan yang di rencanakan, menjelaskan

langkah-langkah kegiatan belajar mengajar sesuai CIRC.

4) Memaksimalkan pengelolaan kelas, dan lebih memotivasi siswa.


52

5) Menggunakan waktu dengan seefisien mungkin serta menggunakan media

gambar berupa gambar letak ide pokok suatu paragraf, memberikan contoh

dalam bentuk kalimat harus jelas sehingga siswa dapat memahaminya.

2. Siklus II

Penerapan pembelajaran Membaca Pemahaman pada siklus II melalui

penerapan model cooperative integrated reading and composition (CIRC) adalah

sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pelaksanaan tindakan kelas yang akan berlangsung pada siklus II sebagian

sama dengan kegiatan pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II merupakan

tindak lanjut pelaksanaan siklus pertama yang telah ditetapkan 4 x pertemuan

yakni Rabu 12 Agustus, Kamis 13 Agustus, Sabtu 15 Agustus, Rabu 19 Agustus

dan Kamis 20 Agustus 2015.

b. Implementasi Tindakan Siklus II

Tahap pelaksanaan pada siklus II selama 4 kali pertemuan yang

diimplementasikan berdasarkan RPP yang telah disusun dan dapat dilihat pada

lampiran.

Pelaksanaan tindakan II hampir sama dengan pelaksanaan tindakan I hanya

pada pelaksanaan tindakan II ini terdapat perbaikan yang masih diperlukan dari

tindakan I. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan II, yaitu

membaca teks. Temuan pada tindakan II ini adalah siswa mampu bekerjasama

dengan kelompok dan menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan kalimat yang

sederhana dan runtut. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai

berikut:
53

1) Pertemuan Pertama

Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menemukan

kalimat utama pada tiap paragraf dan menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan

kalimat sederhana dan runtut.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen siswa. Setelah

mengabsen guru memotivasi siswa berani menjawab pertanyaan dengan

memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru

menjelaskan tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran. Membentuk

kelompok yang anggotanya 7 orang secara heterogen. Guru memberikan teks

bacaan sesuai dengan topik pembelajaran. Siswa bekerja sama saling

membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap teks

bacaan yang telah dibagikan dan ditulis pada lembar kertas. Siswa

mempresentasikan / membacakan hasil kelompok. Guru membuat kesimpulan

bersama.

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral,

kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Temuan pada

pertemuan ini adalah siswa mampu bekerjasama dengan kelompok dan

menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan kalimat yang sederhana dan runtut.

2) Pertemuan Kedua

Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menemukan

kalimat utama pada tiap paragraf dan menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan

kalimat sederhana dan runtut.


54

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen siswa. Setelah

mengabsen guru memotivasi siswa berani menjawab pertanyaan dengan

memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru

menjelaskan tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran. Membentuk

kelompok yang anggotanya 7 orang secara heterogen. Guru memberikan teks

bacaan. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan

memberi tanggapan terhadap teks bacaan yang telah dibagikan dan ditulis pada

lembar kertas. Siswa mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok. Guru

membuat kesimpulan bersama.

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral,

kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Temuan pada

pertemuan ini adalah siswa mampu bekerjasama dengan kelompok dan

menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan kalimat yang sederhana dan runtut.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga ini diawali dengan mengucapkan salam kemudian

dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Indikator yang diharapkan dicapai pada

pertemuan ini membahas tentang menemukan kalimat utama pada tiap paragraf

dan menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan kalimat sederhana dan runtut.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen siswa. Setelah

mengabsen guru memotivasi siswa berani menjawab pertanyaan dengan

memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru

menjelaskan tujuan, manfaat dan langkah-langkah pembelajaran. Membentuk

kelompok yang anggotanya 7 orang secara heterogen. Guru memberikan teks

bacaan sesuai dengan topik pembelajaran. Siswa bekerja sama saling


55

membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap teks

bacaan yang telah dibagikan dan ditulis pada lembar kertas. Siswa

mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok. Guru membuat kesimpulan

bersama.

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral,

kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Temuan pada

pertemuan ini adalah siswa mampu bekerjasama dengan kelompok dan

menyimpulkan isi teks bacaan menggunakan kalimat yang sederhana dan runtut.

4) Pertemuan Keempat

Pertama-tama guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam,

kemudian mengecek kesiapan siswa dan menginstruksikan untuk menyiapkan alat

tulis menulisnya dan mengumpulkan alat tulisnya dimeja guru.

Setelah siswa siap, guru membagikan tes siklus II yang harus dikerjakan

oleh setiap siswa, siswa tidak diperbolehkan untuk menyontek dan bekerjasama,

waktu yang diberikan sampai bel pergantian pelajaran berbunyi.

Kegiatan evaluasi siklus II ini berjalan dengan lancar. Dan hasilnya

dikumpulkan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Setelah semua siswa

mengumpulkan lembar jawabannya, guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam.

c. Observasi dan Evaluasi

Berikut ini data dari hasil observasi siklus II yang digunakan untuk

mengetahui seberapa jauh penerapan pembelajaran cooperative integrated

reading and composition (CIRC) pada siswa kelas IV SDN Maccini Sombala
56

Kota Makassar. Berdasarkan hasil observasi itulah peneliti menggambarkannya

data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4. 5: Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV SDN


Maccini Sombala Kota Makassar Selama Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) pada Siklus II Pertemuan I, Pertemuan II, dan
Pertemuan III.

No Aspek yang Diamati Pertemuan Rata- Persentase


1 2 3 Rata
Siswa yang hadir pada saat
1 pembelajaran. 36 36 36 36 100
2 Siswa yang memperhatikan
penjelasan guru. 30 33 35 32, 7 90
3 Siswa yang bertanya 8 8 10 8, 7 24, 2
4 Siswa yang keluar masuk pada
saat proses pembelajaran. 8 4 1 4, 3 11, 9
5 Siswa yang mempresentasekan
hasil kerja kelompoknya. 10 15 20 15 41, 7
siswa yang mengajukan
6 tanggapan / komentar kepada
kelompok lain saat 15 20 25 20 55, 6
mempersentasekan hasil
kerjasama mereka.
7 Siswa yang bekerjasama dan
berpartisipasi dalam kelompok 33 34 34 33, 7 93, 6

Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh gambaran mengenai aktivitas

belajar siswa pada siklus I, dimana dari 36 siswa kelas IV SDN Maccini Sombala

Kota Makassar yang di observasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar, hasilnya

dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut; Siswa yang hadir pada

saat pembelajaran sebesar 100%; Siswa yang memperhatikan penjelasan guru

sebesar 90%; Siswa yang bertanya sebesar 24, 2%; Siswa yang keluar masuk pada

saat proses pembelajaran 11, 9%; Siswa yang mempresentasekan hasil kerja

kelompoknya sebesar 41, 7%; siswa yang mengajukan tanggapan / komentar

kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka sebesar 55,
57

6%; dan Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok sebesar 93,

6%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas IV SDN

Maccini Sombala Kota Makassar, peneliti memperoleh dan mengumpulkan

data melalui instrumen tes siklus II, dan hasil tes Siklus II dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4. 6: Nilai Statistik Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN


Maccini Sombala Kota Makassar setelah Penerapan
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) pada Siklus II
Statistik Nilai Statistik
Subjek 36
Nilai ideal 100
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 50
Rentang nilai 50
Nilai rata-rata 86, 7
Sumber : Hasil Olahan Data Siklus II

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata – rata membaca

pemahaman siswa sebanyak 86, 7. Nilai yang terendah yang diperoleh siswa

adalah 50 dari nilai yang mungkin dicapai 0-45 sampai nilai tertinggi yang

diperoleh siswa 100 dari nilai ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang

nilai 50, ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa cukup bervariasi.

Jika nilai pemahaman dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka

diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagaimana berikut ini:

Tabel 4. 7: Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Membaca Pemahaman


Siswa Kelas IV SDN Maccini Sombala Kota Makassar setelah
Penerapan Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) pada Siklus II
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase
1 85 – 100 Sangat Tinggi 20 55, 6%
2 70 – 84 Tinggi 13 36, 1%
58

3 55 – 69 Sedang 2 5, 6%

4 46 – 54 Rendah 1 2, 8%

5 0 – 45 Sangat Rendah - 0%

Jumlah 36 100
Sumber : Hasil Olahan Data Siklus II

Dari tabel 4. 7 diatas menunjukkan bahwa persentase nilai membaca

pemahaman siswa setelah diterapkan siklus II adalah tidak ada siswa atau 0%

berada pada kategori sangat rendah, 1 orang siswa atau 2, 8% berada pada

kategori rendah, 2 orang siswa atau 5, 6% berada pada kategori sedang, 13

orang siswa atau 36, 1% berada pada kategori tinggi dan 20 orang siswa atau

55, 6% berada pada kategori sangat tinggi.

Gambar 4. 2: Diagram Batang Hasil Evaluasi Siklus II


59

Adapun presentase ketuntasan membaca pemahaman yang diperoleh

dari hasil belajar siswa Kelas IV SDN Maccini Sombala Kota Makassar setelah

penerapan siklus II ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 8: Persentase Ketuntasan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV


SDN Maccini Sombala Kota Makassar pada Siklus II
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 – 69 Tidak tuntas 3 8, 3%
2 70 - 100 Tuntas 33 91, 7%
Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas hasil belajar membaca pemahaman yang

diperoleh siswa nilai rata-rata dan pada ketuntasan hasil belajar membaca

pemahaman diperoleh 8, 3% dikategorikan tidak tuntas dan 91, 7% tuntas. Dari

hasil yang diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa terjadi ketuntasan dalam proses

belajar mengajar karena siswa yang mencapai ketuntasan siswa dari 36 siswa.

Berarti tinggal 3 siswa yang perlu dibimbing dan diadakan perbaikan karena

mereka belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Dari hasil yang diperoleh, ini

dapat dinyatakan bahwa terjadi ketuntasan dalam proses belajar mengajar.

Karena itulah, peneliti beranggapan pemahaman belajar membaca pemahaman

itu telah tercapai, maka peneliti menghentikan siklusnya.


60

d. Refleksi Tindakan Siklus II

Pada siklus II perhatian dan keaktifan siswa semakin memperlihatkan

kemajuan. Hal ini terjadi karena siswa semakin tertarik untuk menemukan ide

pokok dalam bacaan dan mengingat kembali materi pelajaran yang telah

diberikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Hasil observasi aktivitas

mengajar guru pun menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran

dengan baik sesuai dengan indikator yang direncanakan. Demikian pula dengan

hasil observasi aktivitas belajar siswa yang menunjukkan tercapainya indikator

yang telah direncanakan. Rasa percaya diri siswa menunjukkan adanya

peningkatan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil-hasil penelitian secara umum

berupa hasil analisis kualitatif dan hasil analisis secara kuantitatif. Berdasarkan

indikator yang telah diterapkan yaitu indikator keberhasilan kinerja dari penelitian

ini adalah nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas IV SDN Maccini Sombala Kota

Makassar meningkat dari siklus ke siklus berikutnya. Berdasarkan KKM (kriteria

ketuntasan minimal), jika mendapat skor minimal 70 secara klasikal dan terdapat

85% siswa yang tuntas dari keseluruhan siswa. Hasil ini akan memberikan

gambaran tentang hasil belajar membaca pemahaman siswa setelah diterapkan

model cooperative integrated reading and composition (CIRC) pada kelas IV

SDN Maccini Sombala Kota Makassar.

Seperti yang diungkapkan oleh Darliani (2012) dengan judul Penerapan

Model Cooperative integrated reading and composition (CIRC) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Media Suku


61

Kata Di Kelas II SD Negeri 056022 Payaperupuk Kecamatan Tanjung Pura

dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu: Model Cooperative integrated

reading and composition (CIRC) dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa

Indonesia, hal ini dapat dilihat pada awal pembelajaran nilai rata-rata yang

diperoleh siswa 58, 40% kemudian mengalami peningkatan 23, 82% menjadi 82,

22 dari 30 siswa. Sejalan dengan itu Ma’rifatus (2012) dengan judul

Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas IV SD

Negeri 5 Gambirono melalui model cooperative integrated reading and

composition (CIRC) dengan hasil penelitian yaitu: Model cooperative

integrated reading and composition (CIRC) dapat meningkatkan hasil belajar

Bahasa Indonesia, hal ini dapat dilihat dari hasil tes menulis karangan deskripsi

siklus I 68, 05 dengan ketuntasan belajar klasikal 31, 57%, meningkat siklus II 80,

27 dengan ketuntasan belajar klasikal 77, 27% dari 38 siswa. Hal senada juga

diungkap oleh Setiyarini (2014) dengan Peningkatan Keterampilan Membaca

Lancar dan Melengkapi Teks bacaan Rumpang Melalui Model Cooperative

Learning Tipe cooperative integrated reading and composition (CIRC) Tema

Kegiatan Sehari-hari Siswa Kelas II SD 4 Karang Malang dengan hasil

penelitian yaitu: Model cooperative integrated reading and composition (CIRC)

dapat meningkatkan keterampilan membaca lancar dan melengkapi teks bacaan

rumpang, hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan

siklus II yang mengalami peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah 53

pada siklus I, sedangkan pada rata-rata nilai hasil belajar adalah 73 pada siklus II.

Selain itu ketuntasan belajar pada siklus I untuk kualifikasi cukup adalah 62% dan

kualifikasi baik adalah 42% dan mengalami peningkatan pada siklus II untuk
62

kualifikasi kurang adalah 0, kualifikasi cukup adalah 14%, kualifikasi baik adalah

86%.

Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar membaca

pemahaman siswa kelas IV SDN Maccini Sombala Kota Makassaryang diajar

melalui penerapan model pembelajaran Cooperative integrated reading and

composition (CIRC). Pada siklus I sebesar 60, 1 dan siklus II sebesar 86, 7. Nilai

rata-rata tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar membaca pemahaman siswa

yang diajar melalui penerapan model pembelajaran cooperative integrated

reading and composition (CIRC) mengalami peningkatan nilai dari siklus I ke

siklus II.

Pada siklus I peneliti lebih mendorong siswa untuk mencintai pelajarannya

terlebih dahulu, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa yang

sebelumnya menanggapi pelajaran dengan cuek, mulai ada kemauan untuk

mengikuti pelajaran. Siswa belum mampu menghubungkan judul dengan

pengetahuan yang dimiliki. Siswa belum maksimal dalam bekerjasama dengan

kelompok dalam menemukan makna dari kata-kata sulit yang ada dalam teks

bacaan dan menentukan ide pokok. Hal ini disebabkan adanya tugas yang

diberikan pada setiap akhir pertemuan sampai pada akhir siklus I telah dapat

terlihat kesenangan pada siswa untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Akibatnya

hasil belajar siswa mencapai nilai rata-rata 60, 1 dan jika dimasukkan ke dalam

kategori skala lima berada pada kategori rendah.

Setelah diadakan refleksi kegiatan pada siklus I, maka dilakukan beberapa

perbaikan kegiatan yang dianggap perlu, salah satunya memperbanyak

kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dan berpendapat. Hal ini
63

dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar siswa sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II.

Pada siklus II, terlihat bahwa kemauan Siswa untuk belajar mengalami

peningkatan, dimana siswa semakin tertarik untuk menemukan ide pokok dalam

bacaan dan mengingat kembali materi pelajaran yang telah diberikan pada

pertemuan-pertemuan sebelumnya. Siswa yang dulunya belum mampu menjawab

pertanyaan yang ditanyakan peneliti, kini sudah mulai berlomba-lomba untuk

menjawab pertanyaan. siswa juga sudah percaya diri untuk mengeluarkan

pendapatnya dan menjelaskan serta memaparkan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan. Hasil observasi aktivitas mengajar guru pun menunjukkan bahwa guru

telah melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan indikator yang

direncanakan. Setelah diberikan tes akhir siklus II, nilai rata-rata yang dicapai

adalah 86, 7 dan jika dimasukkan ke dalam kategori skala lima berada pada

kategori tinggi dibandingkan dengan akhir siklus I.

Setelah melihat hasil penelitian yang telah dianalisis dapat diketahui

bahwa hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Maccini Sombala

Kota Makassar setelah diterapkan Model cooperative integrated reading and

composition (CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman ternyata

mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada nilai rata-rata siswa setelah

penerapan model cooperative integrated reading and composition (CIRC) siklus I

dan siklus II mengalami peningkatan dari 60, 1 menjadi 86, 7. Jika dimasukkan ke

kategori skala lima peningkatan hasil belajar membaca pemahaman meningkat

dari rendah ke tinggi.

Selain itu terjadi pula perubahan pada pola belajar siswa di mana semakin
64

banyak siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, dan

semakin banyak siswa yang mengerjakan tugas yang yang diberikan. Berdasarkan

hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran dengan

menerapkan model cooperative integrated reading and composition (CIRC)

semula kaku dengan langkah-langkahnya akhirnya siswa dapat tertarik dan senang

dengan model tersebut. ketertarikan dan dorongan siswa yang dimiliki tersebut,

maka dengan sendirinya meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, maka disimpulkan bahwa

penelitian dihentikan pada siklus II, target penelitian sebesar 90% sudah

terpenuhi.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
65

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat disimpulkan bahwa bahwa

hasil belajar membaca pemahaman Bahasa Indonesia dengan menerapkan model

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas IV

SDN Maccini Sombala Kota Makassar meningkat pada setiap siklus. Siklus I

nilai rata-rata siswa adalah 60, 1 dan menjadi 86, 7 pada siklus II.

Ketuntasan belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Maccini

Sombala Kota Makassar juga mengalami peningkatan. Pada siklus I, dari 16 (44,

4%) siswa mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus II sebanyak 33

(91, 7%) siswa mencapai ketuntasan belajar dan ketuntasan belajar klasikal

tercapai. Penerapan model Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) juga dapat melibatkan siswa secara lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Hal ini ditunjukkan dari peningkatan aktivitas dari siklus I ke siklus II.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan pengalaman peneliti dalam penelitian

ini, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa

Indonesia khususnya membaca pemahaman, maka diharapkan kepada guru

terkhusus guru bahasa Indonesia untuk mempertimbangkan menggunakan

model pembelajaran cooperative 70


integrated reading and composition

(CIRC) sebagai alternatif dalam pembelajaran.

2. Sebagai tindak lanjut penerapan, pada saat proses pembelajaran,

diharapkan guru lebih kreatif dalam menyajikan permasalahan agar siswa


66

dapat lebih termotivasi, dan lebih terlatih dalam berfikir untuk menemukan

penyelesaian terhadap masalah.

3. Diharapkan kepada peneliti lain dalam bidang kependidikan khususnya

pendidikan bahasa Indonesia supaya dapat meneliti lebih lanjut tentang

metode yang efektif dan efisien untuk mengatasi kesulitan siswa dalam

pembelajaran bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Listiyanto. 2010. Teknik dan Metode Membaca Cepat. Jakarta: A+Plus
Books.
67

Alwi, Hasan. , dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai
Pustaka.

Alexander, J. E. , (Ed). , 1988. Teaching Reading. Boston: Scott, Foresman, and


Company.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi


Aksara.

Asrori. 1998. Media pengajaran . Proyek OPF IKIP Malang

Burhan. 1980 penilaian dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Yogyakarta: BPFE.

Burns, P. C. , Betty, D Ahmad, Listiyanto. 2010. Teknik dan Metode Membaca


Cepat. Jakarta: A+Plus Books.

Darliani. 2012. Penerapan Model cooperative integrated reading and


composition (CIRC) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Dengan Menggunakan Media Suku Kata Di Kelas II SD
Negeri 056022 Payaperupuk Kecamatan Tanjung Pura.

Depdikbud, 2008. Kamus Besar Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Depdiknas. 2006. Kurikulum Sekolah Menengah Atas

DaVes. Keith and William, Agus darman (pent) . Perilaku Dalam Organisasi,
Jakarta : Erlangga. 1996

Farris, Pamela J. 1993. Language Arts a Process Approach. Boston: Brown &
Benchmark Publishing.

Hardjono, Sartina. 1998. Prinsip-Prinsip Pengajaran Sastra. Jakarta: Ditjen Dikti.

Kamus besar Bahasa Indonesia, 2008, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


Republik Indonesia

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Ma’rifatus. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Narasi Ekspositoris Siswa
Kelas V SD Negeri 5 Gambirono Melalui Model cooperative integrated
reading and composition (CIRC). 72

Miller. 1993 Implementing A holistic Curiculum. Curiculum education ReVew


Fall. .

Nurgiyantoro, Burhan. 2008. Penilaiandan Pengajaran Bahasa dan Sasrta.


Yogyakarta: BPFE.
68

Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nurkancana. 2000. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar Pembaca dan Pengajarannya. Surabaya:


Usaha Nasional.

Rahiem. 2005. Keterampilan Membaca Pemahaman mahasiswa Perguruan Tinggi


Swasta Kopertis Wilayah IX Sulawesi. Disertasi. Makassar:
Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Said D M, M. Ide. 2007. Keterampilan Membaca Diktat. Unismuh Makassar.

Setiyarini. 2014. Peningkatan Keterampilan Membaca Lancar dan Melengkapi


Cerita Rumpang Melalui Model cooperative integrated reading and
composition (CIRC) Tema Kegiatan Sehari-hari Siswa Kelas II SD 4
Karang Malang.

Slavin. Richard J. and Johnson D. Dale, 2009. Teaching and Children to Read.
Second Edition, USA: Addison-prentice. Hall, Inc.

Suhendar. 1992. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1987. Strategi Pengajaran dan
Pembelajaran Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wiryodijoyo, 1989. Peran Metode Dalam Pembelajaran Membaca. Makalah


dalam rangka Dies Natalis ke-41 IKIP Bandung

Anda mungkin juga menyukai