Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI

KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUMAH

SAKIT PANTI WALUYA MALANG

Oleh :

Afrian Triya Irma

NIM. 161365

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG


2019PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK


DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RS
PANTI WALUYA MALANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan penelitian


yang akan dilakukan dalam bentuk Studi Kasus

Oleh :
AFRIAN TRIYA IRMA
NIM. 16.1365

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANTI WALUYA MALANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

1
2019HALAMAN PERNYATAAN

Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini:

Nama : Afrian Triya Irma

NIM : 16.1365

Institusi : Prodi D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti

Waluya Malang

Menyatakan bahwa Proposal Karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Bronkopneumonia Pada Anak Dengan Masalah Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang” bukan proposal karya tulis ilmiah orang lain, baik sebagian maupun

keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi yang ditentukan

oleh akademis.

Malang, 28 Januari 2019

Yang membuat pernyataan

(Afrian Triya Irma )

NIM: 16.1365

2
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK


DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RS
PANTI WALUYA MALANG

Untuk memenuhi persyaratan Dilanjutan Penelitian

Oleh:

Afrian Triya Irma

NIM: 16.1365

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar Ahli Madya


Keperawatan (A.Md.Kep.) pada Stikes Panti Waluya Malang

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III

Wibowo,S.Kep.Ns,M.Biomed Wisoedhanie Widi A, S.KM., M.Kes Yuliani, S.Kep. NS

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya penulis

dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Anak Bronkopneumonia dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti

Waluya Malang”. Penulis membuat proposal ini untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Akademi

Keperawatan Panti Waluya. Penyusunan proposal ini, peneliti telah banyak

mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Maria Magdalena Setyaningsih, Ns.Sp.Kep.Mat selaku Kepala

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang yang telah

memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang


2. Bapak Wibowo, S.Kep., Ns. M.Biomed selaku pembimbing 1,

yang telah memberikan bimbingan, saran, ide untuk penyusunan proposal

ini.
3. Ibu Wisoedhanie Widi Anugrahanti, S.KM., M.Kes selaku

pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dan saran untuk

penyusunan proposal ini.


4. Ibu Yuliani, S.Kep. Ns selaku pembimbing 3 yang telah

memberikan saran dan bersedia membimbing penulis untuk penyusunan

proposal ini.

4
5. Bapak Ibu dosen STIKes Panti Waluya Malang yang selama

pendidikan 3 tahun ini yang telah membimbing saya dalam belajar.


6. Kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan semangat dan

dorongan selama penulisan karya proposal tulis ilmiah ini.


7. Semua teman-teman angkatan XIX STIKes Panti Waluya Malang

yang telah memberikan banyak bantuan, semangat, dan dorongan untuk

penulisan proposal karya tulis ilmiah ini.


8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

membantu penulisan proposal karya tulis ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi sempurnanya penelitian ini.

Malang, 28 Januari 2019

Peneliti

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN..................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Batasan Masalah........................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.4 Tujuan........................................................................................................5
1.5 Manfaat......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Konsep Anak..................................................................................................8
2.2 Konsep Bronkopneumonia...........................................................................14
2.3 Konsep Nutrisi..............................................................................................21
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia Pada Anak......................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................40
3.1. Desain Penelitian.....................................................................................40
3.2. Batasan Istilah.........................................................................................40
3.3. Partisipan.................................................................................................41
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................41
3.5. Pengumpulan Data..................................................................................41
3.6. Uji Keabsahan Data.................................................................................42
3.7. Analisis Data...........................................................................................43
3.8. Etik Penelitian.........................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................45

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkopneumonia merupakan penyakit peradangan pada parenkim paru yang

terjadi pada jaringan paru, cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan

atas melalui hematogen sampai ke bronkus (Marni, 2014). Bronkopneumonia

disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, atau pun benda asing yang

biasanya sering menyerang infeksi saluran pernafasan atas selama beberapa hari,

dengan disertai gejala gejala demam tinggi, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan

dangkal, muntah, penurunan nafsu makan, diare, batuk kering dan produktif

(Djojodibroto, 2012).

Bronkopneumonia banyak terjadi pada anak dikarenakan oleh beberapa faktor

seperti anak yang kurang gizi, makan dan minum yang terkontaminasi,imunisasi

tidak lengkap, faktor orang tua seperti kebiasaan merokok didekat anak, dan

faktor lingkungan, sehingga sistem kekebalan tubuh anak mudah melemah dan

mudah terserang infeksi yang mengakibatkan penyakit pada saluran pernafasan

(Fida&Maya, 2012). Apabila tidak segera ditangani dengan cepat maka

bronkopneumonia dapat menimbulkan komplikasi seperti empisema, otitis media

akut, atelektasi dan meningitis. Dari komplikasi tersebut dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak (Marni, 2014).

1
2

Berdasarkan data yang disampaikan oleh World Health Organization (WHO) 6

juta anak meninggal dunia 16% dari jumlah tersebut disebabkan oleh penyakit

Bronkopneumonia. Berdasarkan Kemenkes tahun 2016 angka kematian akibat

bronkopneumonia mencapai 496 kasus dengan jumlah penderita 657.490 kasus,

di wilayah provinsi Jawa Timur kasus Bronkopneumonia mencapai 130,479 kasus

dan dikota malang sebanyak 6,719 anak yang menderita bronkpneumonia

(Kemenkes RI, 2016). Dari pengkajian data Rekam Medis di RS Panti Waluya

Malang dari bulan Januari 2018-Desember 2018, didapatkan jumlah anak dengan

diagnosa Bronkopneumonia sebanyak 193 kasus, pada usia bayi sebanyak 60

kasus, pada usia toddler sebanyak 73 kasus, pada usia prasekolah sebanyak 44,

pada usia sekolah sebanyak 15 kasus, dan pada usia remaja sebanyak 1 kasus

dengan jumlah angka kematian sebanyak 0 kasus (Rekam Medis RS.Panti Waluya

Malang, 2018).

Fenomena yang penulis dapatkan pada saat praktek klinik di ruangan St.Theresia

Rumah Sakit Panti Waluya Malang pada tanggal 15-30 Februari 2018 ditemukan

2 klien anak laki-laki penderita Bronchopnemonia dengan (usia 4 tahun lebih 6

bulan dan 2 tahun lebih 1 bulan) dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh dikarenakan klien mengeluhkan saat makan sering

sesak dan batuk, karena sesak dan batuk anak mengalami kesulitan untuk menelan

sehingga terjadi penurunan nafsu makan dalam 2 hari anak hanya menghabiskan

3sendok makan saja, klien mengalami mual saat makan, membran mukosa kering

(pucat) dan anak mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg selama 5hari
3

dirawat dirumah sakit, sedangkan pada klien yang kedua mengalami penurunan

berat badan sebanyak 1,5 kg selama 3hari dirawat dirumah sakit.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada klien anak dengan

bronkopnemonia diakibatkan oleh adanya mual, muntah, nafsu makan berkurang.

Hal ini terjadi karena virus, bakteri, jamur masuk ke invasi saluran nafas atas lalu

kuman berlebihan di bronkus menimbulkan peradangan yang hebat dan

menghasilkan secret. Semakin lama peradangan di bronkus maka produksi sputum

akan menjadi semakin meningkat. Jika mikroorganisme penyebab

bronkopneumonia terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi

peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah, dan

anoreksia, sehingga timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh (Riyadi&Sukirman, 2009).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan salah satu

masalah yang perlu diperhatikan oleh perawat. Ketidakseimbangan nutrisi akan

berakibat fatal jika tidak segera ditangani dan berdampak buruk terhadap anak.

Beberapa dampak tersebut antara lain gizi buruk yang mengakibatkan

pertumbuhan badan dan perkembangan mental bisa terhambat seperti

perkembangan pada otak, bila tidak mendapatkan nutrisi yang baik akan

mengalami masalah pada ingatan (IQ), perkembangan bahasa anak yang buruk,

menurunnya daya tahan tubuh disebabkan oleh asupan makanan tidak dapat

memenuhi kebutuhan tubuh, maka dapat membuat daya tubuh atau sistem

kekebalan tubuh menurun dan mudah untuk terserang infeksi (Krisnasari, 2010).
4

Oleh karena itu, sebagai perawat adalah memberikan asuhan keperawatan kepada

klien bertujuan agar nutrisi klien kembali seimbang dan masalah klien

terselesaikan dengan memberikan intervensi berupa memberikan lingkungan yang

nyaman selama makan, mengauskultasi bising usus, memberikan makanan sedikit

tapi sering dan mudah dikunyah. Tidak hanya itu, sebagai seorang perawat

hendaknya memberikan edukasi dan pemahaman tentang penyakit

bronkopneumonia kepada klien dan keluarga. Dengan begitu, diharapkan klien

anak yang mengalami bronkopneumonia dapat sembuh dari penyakitnya. Oleh

karena itu, penulis menulis karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawaran Pada Klien Anak Bronkopneumonia dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti

Waluya Malang”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah dalam karya tulis ilmiah ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada

Klien Anak Bronkopneumonia dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Asuhan Pada Klien Anak

Bronkopneumonia dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang?


5

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian karya tulis ilmiah ini adalah untuk melakukan asuhan

keperawatan pada klien anak Bronkopneumonia dengan masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah

Sakit Panti Waluya Malang.

1.4.2 Tujuan Khusus


1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien anak

Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.


2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien anak

Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang


3) Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien anak

Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.


4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak

Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrsisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.


5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien anak

Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis


1) Bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan yang

preventif, kuratif, rehabilitatif dan kolaboratif di bidang perawatan pada


6

klien anak Bronkopneumonia dengan berbagai masalah atau perubahan,

salah satunya masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh.
2) Sebagai bahan rujukan penelitian tentang pemberian asuhan

keperawatan yaitu memberikan lingkungan yang nyaman selama

makan, mengauskultasikan bising usus, memberikan makanan sedikit

tapi sering dan mudah dikunyah pada klien anak Bronkopneumonia

dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Tubuh.
1.5.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Perawat
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan yang lebih bermutu dan efektif pada

klien yang mengalami Bronkopneumonia dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.


2) Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Panti Waluya Malang dalam

memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien dan hasil

penelitian dapat digunakan dalam rangka upaya penatalaksanaan

terhadap masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Tubuh pada klien anak Bronkopneumonia di Rumah Sakit Panti Waluya

Malang.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih

mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang lebih

inovatif lagi dan dapat dijadikan sumber referensi baru bagi mahasiswa

tentang intervensi untuk mengatasi Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh pada pasien anak Bronkopnemonia.


4) Bagi Klien
7

Melalui penelitian ini membantu klien untuk mengatasi masalahnya dan

mengurangi resiko bertambah buruknya prognosis kondisi

Bronkopneumonia karena Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang teori “Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh pada klien anak Bronkopneumonia”. Pada bab ini

juga akan disajikan materi sebagai berikut: konsep anak, konsep

Bronkopneumonia, konsep nutrisi, dan asuhan keperawatan Bronkopneumonia

pada anak.

2.1 Konsep Anak

2.1.1 Pengertian Anak

Anak merupakan seseorang yang usianya kurang dari 21 tahun dalam masa

tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik,

psikologis, sosial, spiritual dan belum menikah (Sutini, 2018).

2.1.2 Klasifikasi Anak

Menurut Rizki dkk, 2015, usia anak dari 1 – 21 tahun di karakteristik,

sebagai berikut :

1) Bayi : 0 – 12 bulan
2) Usia toddler : 1 – 3 tahun
3) Anak prasekolah : 4 – 6 tahun
4) Anak sekolah : 6 – 12 tahun
5) Usia remaja : 12 – 18 tahun

8
9

a) Remaja awal : 12 – 13 tahun


b) Remaja pertengahan : 14 – 16 tahun
c) Remaja akhir : 17 – 21 tahun

2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1) Pertumbuhan (growth)

Merupakan perubahan dalam ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi

tingkat sel, organ maupun individu yang bisa dinilai dengan ukuran besar

(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) (Dony dkk, 2014)

a) Indikator pertumbuhan diantaranya :


(a) Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran berat badan dilakukan untuk mengetahui keadaan gizi

dan tumbuh kembang pada anak (Rizki dkk, 2015).


(b) Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak usia 0-2 tahun dilakukan

secara berbaring, sedangkan pada usia >2 tahun dilakukan dengan

berdiri (Dony dkk, 2014)


(c) Pengukuran Lingkar Kepala (LK)
Pengukuran lingkar kepala adalah cara yang biasa dipakai untuk

mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya

ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak,

sehingga apabila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak, maka

perkembangan otak anak juga terhambat (Rizki dkk, 2015)


(d) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Salah satu untuk penentuan status gizi anak dengan pengukuran

yang dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan

ujung siku dalam ukutan centi meter, yang bertujuan untuk

mengetahui anak kekurangan nutrisi atau kelebihan nutrisi, dengan


10

rentang normal lila menurut anak usia toddler: 16 cm, usia

prasekolah : 17 cm dan usia remaja : 24,5 cm (Dony dkk, 2014).


b) Klasifikasi Status Gizi berdasarkan Antropomeri
Menurut Kemenkes RI, 2011. Alat ukur pertumbuhan menggunakan Z

score dengan rumus sebagai berikut:

TB/U =

BB/U =

BB/TB =
Keterangan:
Jika pengukuran > median maka menggunakan rumus + 1 SD
Jika pengukuran < median maka menggunakan rumus – 1 SD

Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U


Gizi lebih : > 2 SD
Tinggi : >2SD Gemuk : >2 SD
Gizi baik : -2 SD s/d 2 SD
Normal : -2 SD s/d 2 SD Normal : -2 Sd s/d 2 SD
Gizi kurang : -3 SD s/d <-
Pendek : -3 SD s/d <-2 SD Kurus : -3 SD s/d <-2 SD
2 SD
Sangat pendek : <-3 SD Sangat kurang : <-3 SD
Gizi buruk : <-3 SD
Tabel 2.1 Klasifkasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri 0 – 18 tahun
(Sumber: Kemenkes RI, 2011)

Klasifikasi Interpretasi
< 16 Sangat kurus
16.00- 16,99 Kurus
17.00-18.48 Kurus ringan
18.50-24.99 Normal
25.00-29.99 Derajat 1 overweight
30.00-39.99 Derajat 2 overweight
40.00 Derajat 3 overweight
11

Tabel 2.2 Klasifkasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri >18 tahun


(Sumber: Kemenkes RI, 2011)

2) Perkembangan pada anak

Perkembangan terkait dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu

perubahan – perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses

pematangan fungsi – fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara

berkelanjutan, yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan

melalui proses maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu proses

menyempurnakan, pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang

terjadi secara alami. Proses learning merupakan belajar , melalui pengalaman

pada jangka waktu tertentu untuk menuju kedewasaan (Hidayat, 2013).

a) Perkembangan Motorik
1) Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan

anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-

otot besar seperti duduk, berdiri, dsb.


2) Motorik halus adalah bagian dari aktivitas motoric yang

melibatkan gerak otot-otot kecil, seperti mengambil benda kecil dengan

ibu jari dan telunjuk, menggambar dan menulis (Rizki, dkk, 2015).
b) Perkembangan Personal – Sosial
Personal – sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Perkembangan personal meliputi berbagai kemampuan yang

dikelompokkan sebagai kebiasaan, kepribadian, watak dan emosi.


12

Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan anak berinteraksi

dan bersosialisasi dengan lingkungannya (Sugeng & Weni, 2011).


c) Perkembangan Bahasa
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons

terhadap suara, berbicara, berkomunikasi mengikuti perintah, dsb (Rizky,

dkk, 2015)
3) Menurut Adriana D (2011) memberikan terapi bermain dapat mengalihkan

perhatian anak saat makan yang bertujuan untuk meningkatkan nafsu makan

anak, karena dengan dilakukan terapi bermain dapat mengubah tingkah

lakunya.
4) Menurut Soetjiningsih (2013) terapi bermain pada anak usia toddler

permainan yang sering dilakukan adalah bermain boneka, puzzle dan tebak

gambar.

2.1.4 Deteksi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan pada anak diantaranya dengan

melakukan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini dapat

meliputi BB, TB, LK, LILA.

1) Pengukuran berat badan digunakan untuk mrnilai hasil peningkatan

atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh.


2) Pengukuran tinggi badan yaitu pengukuran antropometrik yang

digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetic.


Untuk deteksi perkembangan anak usia 0-6 tahun:
1) Anak pada usia 1-2 bulan menggenggam benda yang disentuhkan

pada ujung jari dan telapak tangan selama beberapa saat.


2) Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada

posisi tengkurap.
3) Anak pada usia 7-8 bulan memindahkan benda dari tangan yang

satu ke tangan yang lain.


13

4) Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.


5) Anak pada usia 13-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa

tumpah.
6) Anak pada usia 18-24 bulan mencoret-coret dengan alat tulis
7) Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa

berpegangan, melepas pakaian sendiri.


8) Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling

sedikit satu warna.


9) Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa

bantuan.
10) Anak pada usia 5-6 tahun membuat atau menggambar objek

dengan lebih detail dan udah berkali.


(Soetjiningsih&Ranun, 2013)

2.2 Konsep Bronkopneumonia

2.2.1 Definisi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan suatu peradangan pada paru, yang tidak saja

jaringan paru tetapi juga pada brokioli. Bronkopneumonia adalah salah satu

jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam

satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki, dan meluas ke parenkim

paru yang berdekatan disekitarnya (Padila, 2013).


Bronkopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan

diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronki

(Muttaqin, 2014).

2.2.2 Etiologi Bronkopneumonia

Berikut etiologi bronkopneumonia menurut Padila (2013):


1) Bakteri
14

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme

gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan

streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus

influenza, klebsiella pneumonia dan P.Aeruginosa.


2) Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi

droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab

utama pneumonia virus.

3) Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar

melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya

ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.


4) Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).

Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

2.2.3 Manifestasi Klinis Bronkopneumonia

Menurut Padila (2013) manifestasi klinis Bronkopneumonia sebagai berikut:


1) Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a) Nyeri pleuritik
b) Nafas dangkal dan mendengkur
c) Takipnea
2) Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi
a) Mengecil, kemudian menjadi hilang
b) Krekels, ronki, egofoni
3) Gerakan dada tidak simetris
4) Menggigil dan demam 38,8oc sampai 41,1oc, delirium
5) Diafoesis
6) Anoreksia
7) Malaise

8) Batuk kental, produktif


15

Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau

berkarat.
9) Gelisah.
10) Sianosis
a) Area sirkumoral
b) Dasar kuku kebiruan
11) Masalah-masalah psikososial: disorientasi, ansietas, takut mati.

2.2.4 Patofisiologi Bronkopneumonia

Kuman penyebab bronkopneumonia seperti bakteri, virus, jamur, dan

protozoa masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernafasan atas

sampai ke bronkhiolus, karena daya tahan tubuh lemah maka infeksi

menyebar ke paru-paru alveolus yang menyebabkan peradangan pada

dinding bronkus atau bronkiolus. Penyebaran mikroorganisme yang terdapat

di dalam paru dapat menyebar dan mengakibatkan peradangan pada bronkus

dan terjadilah infeksi ditandai dengan terjadinya demam, batuk produktif,

suara nafas tambahan ronchi dan terdapat penumpukan sekret. Penumpukan

dan peningkatan sekret mengakibatkan kuman masuk ke saluran pencernaan

dan menginfeksinya, kemudian mengakibatkan asam lambung meningkat,

sehingga terjadi masalah mual atau muntah dan penurunan nafsu makan

sehingga mengakibatkan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(Riyadi dan Sukirman, 2009).


16

2.2.5 Pathway

Virus, Bakteri, Jamur Masuk ke


saluran
(Penyebab) pernapasan atas

Masuk ke
alveoli
Kuman berlebihan di bronkus

Inflamasi pada bronkus


Akumulasi secret di bronkus meningkat
Kuman masuk ke saluran pencernaan
Asam lambung meningkat

Mual, muntah, penurunan nafsu makan

Intake kurang

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan


Tubuh

Gambar 2.1 Pathway Bronkopneumonia dengan masalah ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Riyadi&Sukirman, 2009)

2.2.6 Pemeriksaan Penunjung

Menurut Ridha, (2014) pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam

membantu menegakkan diagnosis klien Bronkopneumonia meliputi :


17

1) Foto thoraks : gambaran radiologis menunjukkan difusi bilateral

dengan peningkatan corak bronkovaskuler dan infiltrate kecil dan

halus yang tersebar dipinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering

terlihat pada lobus bawah.


2) GDA: analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokarbia,

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis resoiratorik.


3) Pemeriksaan kultur sputum dan darah: Didapatkan dengan rieedle

biopsy (biopsi jarum), aspirasi transtrakheal, fiberoptic bronchospy

atau biopsy paru-paru terbuka untuk mengatasi organisme penyebab.


4) LED: Meningkat.
5) Pemeriksaan darah : leukosit biasanya timbul, meskipun nilai

pemeriksaan darah putih (White blood count (WBC)) rendah pada

infeksi virus, terdapat penurunan albumin serum, dan hemoglobin

mengalami penurunan.
6) Elektrolit : sodium dan klorida ditemukan rendah.

2.2.7 Komplikasi Bronchopnemonia

Apabila penyakit ini tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka akan

timbul komplikasi yang dapat terjadi pada bronkopneumonia yaitu :

1) Otitis Media Akut


Kondisi ini terjadi jika tidak diobati maka sputum yang berlebihan

akan masuk ke dalam tuba eusthacii sehingga menghalangi masuknya

udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara dan

kemudian gendang telinga akan tetarik ke dalam timfus efusi.


2) Atelektasis
Kondisi ini terjadi akibat penyumbatan saluran udara pada bronkus

atau bronkiolus sehingga menyebabkan alveolus kurang berkembang

atau bahkan tidak berkembang dan akhirnya kolaps


18

3) Meningitis
Kondisi ini terjadi disebabkan oleh bakteri yang sama dengan

pnemonia. Pada pnemonia bakteri masuk ke saluran nafas bagian

bawah dan dapat menyerang pembuluh darah masuk ke otak sehingga

menyebabkan radang selaput otak.


4) Abses paru
Pada pnemonia yang memberat akan menjadi abses paru dan seringnya

pada pnemonia aspirasi yang disebabkan oleh mikroorganisme anaerob


5) Gagal nafas
Kondisi ini terjadi karena berkurangnya volume paru secara fungsional

karena inflamasi akan menganggu proses difusi dan akan

menyebabkan gangguan pertukaran gas yang akan menyebabkan

hipoksia.
(Ridha, 2014)

2.2.8 Penatalaksanaan Bronkopneumonia

1) Penatalaksanaan Suhu tubuh dalam batas normal melalui

pemberian kompres hangat.


2) Lakukan latihan batuk efektif dan fisioterapi dada
3) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan anak dan sesuai program

pengobatan
4) Berikan cairan intravena untuk mencegah dehidrasi
5) Berikan nutrisi yang adekuat
6) Penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan seperti

antibiotik untuk mencegah infeksi, apabila ringan tidak perlu diberikan

antibiotik, tetapi apabila penyakit berat klien dapat dirawat inap, maka

perlu pemilihan antibiotik berdasarkan usia, keadaan umum, dan

kemungkinan penyebab, seperti pemberian penisilin prokain dan

kloramfenikol atau sejenisnya.

(Hidayat, 2013).
19

2.2.9 Pencegahan Bronkopneumonia

Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan

bronkopneumonia pada anak yang terdiri dari pencegahan melalui imunisasi

dan non-imunisasi. Imunisasi terhadap phatogen yang bertanggung jawab

terhadap bronkopneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik.

Contohnya yaitu imunisasi lengkap dan tepat waktu untuk menurunkan

proporsi kematian balita akibat pneumonia. Pencegahan non-imunisasi

merupakan pencegahan non-spesifik misalnya mengatasi berbagai faktor

resiko seerti polusi udara dalam ruangan, merokok, kebiasaan tidak sehat

atau bersih dan batuk-batuk. Tingkatkan daya tahan tubuh dan asupan gizi.

Menghindarkan bayi atau anak dari paparan asap rokok, polusi udara dan

keramaian yang berpotensi penularan (Said, 2012).

2.3 Konsep Nutrisi

2.3.1 Konsep Nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh

tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas

tubuh (A. Hidayat, 2015). Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang

berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses

dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari

lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk


20

aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya

(Tartowo&Wartonah, 2015).

2.3.2 Jenis-jenis Nutrisi

Menurut Karta&Marsetyo (2010) jenis-jenis nutrisi meliputi:

1) Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa kimia yang tersusun atas karbon, oksigen,

dan hidrogen. Karbohidrat merupakan bahan makanan penting untuk

sumber tenaga. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga

berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh,

pembentuk struktur sel dan mengikat protein dan lemak. Karbohidrat

dapat diperoleh dari berbagai makanan seperti beras, kentang, jagung,

singkong, gandum, selai, gula, madu, dan sirup. Jika kekurangan

karbohidrat tubuh akan terasa lemah atau malas untuk melakukan

berbagai aktivitas. Kekurangan karbohidrat juga mengakibatkan darah

akan bersifat asam yang disebut asidosi.


2) Protein
Protein berguna sebagai zat pembangun tubuh. Makanan berprotein

berguna untuk pertumbuhan, perkembangan, dan mengganti sel-sel

tubuh yang rusak termasuk sel tulang, kulit, dan hormon. Manusia

dapat memperoleh protein dari hewan dan tumbuhan. Protein yang

berasal dari hewan dinamakan protein hewani. Protein yang berasal

dari tumbuhan dinamakan protein nabati.


Bahan makanan dari hewan yang mengandung protein antara lain

daging, ikan, unggas, keju, susu, dan telur. Bahan makanan dari
21

tumbuhan yang mengandung protein antara lain kacang kacangan

terutama kedelai.
3) Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga selain karbohidrat. Lemak berfungsi

sebagai cadangan makanan. Jika persediaan karbohidrat habis didalam

tubuh, lemak digunakan sebagai penggantinya. Lemak adalah zat yang

mengandung minyak dan melekat pada daging. Lemak menghasilkan

energi sebanyak 9 kalori, 2 kali lebih banyak daripada karbohidrat dan

protein. Selain sebagai cadangan energi, lemak juga menyalurkan atau

melarutkan vitamin A, D, E, dan K.


Lemak dibagi menjadi 2 yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh.

Lemak jenuh berasal dari hewan, contohnya mentega, gajih, asam

stearat. Asam stearte adalah lemak jenuh yang stearte adalah lemak

jenuh yang berasal dari hewan yang biasanya digunakan dalam

pembuatan lilin, kosmetik, sabun, plastik, dan melunakkan karet.

Lemak tak jenuh berasal dari tumbuhan yang berbentuk cair, seperti

minyak, kedelai, jagung, dan minyak kelapa.


4) Vitamin
Vitamin adalah zat yang sangat penting bagi tubuh. Vitamin berfungsi

sebagai zat pengatur dan pelindung tubuh dari berbagai penyakit. Bila

kita kekurangan vitamin akan menderita Avitaminosis ( menyebabkan

gangguan metabolisme tubuh ). Jika kelebihan vitamin akan

menyebabkan hipertaminosis.
Fungsi vitamin juga menjaga menjaga metabolisme tubuh.

Metabolisme adalah perputaran zat pada makhluk hidup yagn

mencakup proses fisika dan kimaia (proses perputaran tubuh).


22

Metabolisme merupakan sejumlah sel reaksi kimia yang mendorong

aktivitas sel.
Ada 6 jenis vitamin yaitu A, B, C, D, E, dan K.
Vitamin dapat kita peroleh dari sayuran dan buah – buahan. Vitamin

dibagi menjadi dua macam yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin

B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K).

Vitamin yang larut dalam lemak ( A, D, E, dan K) dapat disimpan

dalam tubuh. Dan bisa berfungsi sebagai cadangan makanan.


5) Mineral
Mineral tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Mineral diperlukan tubuh

dalam jumlah yang sedikit. Fungsi mineral bagi tubuh adalah untuk

melancarkan semua proses yang terjadi dalam tubuh. Beberapa macam

mineral yang dibutuhkan tubuh diantaranya: kalsium, zat besi, posfor,

yodium, dan fluor.


6) Serat
Serat makanan membantu penyerapan air di usus besar. Jika kadar

serat berkurang, sisa makanan kurang menyerap air sehingga menjadi

padat dan sulit dikeluarkan dan mengakibatkan sembelit. Contoh:

makanan berserat sayur-sayuran dan buah-buahan.


7) Air
Air adalah zat yang memegang peranan penting. 75% dari tubuh

manusia terdiri atas air. Di dalam tubuh air berfungsi untuk:


a) Membantu pencernaan makanan.
b) Melarutkan zat-zat dalam tubuh, seperti vitamin b dan c.
c) Mengatur suhu tubuh

Apabila kekurangan air tubuh akan lemas. Air juga dapat diperoleh

dari bahan makanan seperti buah.


23

2.3.3 Fisiologi Kebutuhan Nutrisi

Makanan akan di proses tubuh melalui tahap-tahap yaitu:


1) Ingesti
Adalah proses masuknya makanan kedalam tubuh yang terdiri dari:
Dimulai dari koordinasi otot-otot lengan dan tangan untuk membawa

makanan ke mulut.
Proses mengunyah proses pemecahan, penyederhanaan makanan dari

ukuran besar menjadi ukuran lebih kecil. Proses mengunyah

melibatkan gigi, gusi, palatum keras dan lidah, maka akan terjadi

refleks mengunyah yang volunter (disadari), yang diatur oleh SPP.


Proses menelan merupakan tahap terakhir dari peristiwa ingesti, yaitu

bergeraknya makanan dari mulut ke esophagus dan masuk lambung.

Proses ini terjadi secara refleks sebagai akibat adanya penekanan pada

bagian faring dan mulai sejak makanan sudah dikunyah secara

adekuat, serta refleks ini akan menahan proses respirasi.


2) Digesti
Merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang

dibawa kedalam tubuh. Terjadi penyederhanaan zat makanan sehingga

dapat diabsorpsi oleh saluran intestinal. Saluran yang berperan antara

lain: mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus, dan usus besar.
3) Absorpsi
Adalah proses dimana nutrien yang telah berbentuk paling sederhana

diserap oleh usus. Nutrien diserap berupa: (glukosa kabohidrat), asam

amino (protein), asam lemak dan gliserol (lemak), tanpa kecuali

vitamin, mineral dan air. Setelah diserap oleh usus nutrien akan

dilanjutkan ke saluran darah dan getah bening masuk ke hati melewati

vena porta.
Tempat-tempat absorpsi nutrisi:
24

a) Di usus halus bagian atas: Vitamin yang larut dalam air,

asam lemak atau gliserol, natrium, kalsium, besi dan klorida.


b) Di usus halus bagian tengah: Monosakarida, asam amino,

dan zat lain.


c) Di usus halus bagian bawah: Garam empedu, vitamin B12

dan natrium.
d) Di colon: Air, hidrogen, natrium.
4) Metabolisme
Merupakan bagian akhir dalam penggunaan makanan di tubuh. Proses

ini meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak

diserap oleh usus hingga dikeluarkan oleh tubuh sebagai sampah.


5) Ekskresi atau eliminasi
Merupakan pekerjaan tubuh untuk membuang zat besi dari

metabolisme yang tidak terpakai lagi untuk keperluan tubuh. Proses ini

terjadi dalam bermacam-macam bentuk, antara lain: Defekasi (zat sisa

dari saluran cerna), Miksi (zat sisa dari saluran kemih), Diaporesis

(pengeluaran keringat), dan Ekspirasi (pengeluaran air, dan CO2).

(Karta&Marsetyo, 2010).

2.3.4 Pengertian Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh merupakan

keadaan tidak adekuatnya asupan nutrisi atau resiko mengalami penurunan

berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi metabolisme (Betty

J.,2010). Sedangkan menurut Hidayat (2015) ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh yaitu keadaan yang dialami seseorang dalam

keadaan tidak puasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat

ketidakcukupan nutrisi untuk kebutuhan metablisme, dengan faktor yang


25

mempengaruhi ketidakseimbangan nutrisi adalah masukan makanan yang

tidak adekuat, adanya rangsangan mual atau muntah.

2.3.5 Dampak dari ketidakseimbangan nutrisi

Ketidakseimbangan nutrisi dapat mempengaruhi banyak organ dan sistem

organ yang akan merusak pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme. Serta

akan berkembang menjadi gizi buruk yang mengakibatkan pertumbuhan

badan dan perkembangan mental bisa terhambat seperti perkembangan pada

otak, bila tidak mendapatkan nutrisi yang baik akan mengalami masalah

pada ingatan (IQ), perkembangan bahasa anak yang buruk, menurunnya

daya tahan tubuh disebabkan oleh asupan makanan tidak dapat memenuhi

kebutuhan tubuh, maka ketidakseimbangan nutrisi juga memberikan

dampak terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak menjadi

terhambat, daya tubuh atau sistem kekebalan tubuh anak menurun dan

mudah untuk terserang penyakit infeksi (Krisnasari, 2010).

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia Pada Anak

2.4.1 Pengkajian

Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis

dalam usaha memperbaiki atau memelihara klien ke taraf optimal melalui

pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu kebutuhan klien

(Nursalam, 2009).
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan sata sama

lainnya. Proses keperawatan terdiri dari 6 tahap, yaitu: Pengkajian,


26

Perumusan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi yang

dilaksanakan secara berurutan dan berkaitan secara dinamis.


1) Biodata klien
a) Nama : Untuk membedakan antara klien yang satu dengan

lainnya.
b) Umur : Pada bronkopneumonia paling banyak menyerang

pada anak usia 1-6 tahun dibandingkan dewasa


c) Alamat : Biasanya terjadi pada klien yang bertempat tinggal

di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.


2) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan meliputi:
a) Keluhan utama
Keluhan yang sering dikeluhkan oleh klien bronkopneumonia

adalah sesak nafas, batuk, demam, mengalami penurunan nafsu

makan, mual serta muntah, dan berat badan turun.


b) Riwayat penyakit sekarang
Pada klien anak bronkopneumonia umumnya didahului oleh

infeksi saluran pernafasan pada bagian atas selama beberapa hari.

Mengalami penurunan nafsu makan, mual atau muntah, sakit saat

menelan dan disertai sesak nafas, batuk dan panas.


(Riyadi dan Sukirman, 2009)
c) Riwayat keperawatan sebelumnya
Pada klien bronkopneumonia sering ditemukan ada riwayat

penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dengan gejala

batuk, bersin, pilek, demam ringan (Muttaqin, 2014)


3) Riwayat kehamilan
a) Antenatal
Yang perlu dikaji adalah berapa kali ibu melakukan pemeriksaan

selama kehamilan, tempat pemeriksaan kehamilan, keluhan dan

kenaikan berat badan selama hamil, melakukan imunisasi TT

berapa kali, nutrisi ibu selama hamil, serta kebiasaan atau perilaku

ibu selama hamil yang merugikan bagi pertumbuhan dan


27

perkembangan janin, seperti kebiasaan merokok, dan mengosumsi

obat-obatan secara sembarangan (Johson, 2010).


b) Intranatal
Yang perlu dikaji adalah tempat pertolongan persalinan, penolong

persalinan, jenis dan lamanya partum, jenis pertolongan persalinan,

berat lahir klien, dan komplikasi waktu lahir (Johnson, 2010)


c) Post natal
Yang perlu dikaji adalah keadaan bayi baru lahir awal, berat badan

normal ≥2500-4000 gram, panjang badan normal 49-52cm,

penilaian APGAR skor, kelainan konginetal, kesulitan pemberian

ASI (Sugeng&Weni, 2011).


4) Riwayat Imunisasi
Pada klien Bronkopnemonia bila tidak mendapatkan imunisasi berisiko

untuk terkena penyakit infeksi saluran pernafasan atas atau bawah,

karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup untuk melawan

infeksi tersebut, penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan

memberikan imunisasi DPT, campak, dan pneumokokus.


5) Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang mendapatkan penyakit infeksi saluran

pernapasan dapat menularkan ke anggota keluarga yang lainnya.


6) Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan yang kotor dan kumuh, banyak polusi udara serta personal

hygiene yang kurang mudah terkena kuman penyebab

bronkopneumonia ( Fida dan Maya, 2012)


7) Pemeriksaan tumbuh kembang
Pemeriksaan tumbuh kembang disesuaikan dengan usia anak saat

sakit. Pemeriksaan tumbuh kembang meliputi berat badan, tinggi

badan, lingkar kepala, lingkar lengan. Sedangkan pemeriksaan

perkembangan meliputi motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan

sosial (Kurnia S., Diana, 2010).


28

8) Pola kesehatan fungsional


a) Nutrisi dan metabolik.
Pada anak yang mengalami bronkopneumonia mengalami

perubahan pola makan yang dipengaruhi oleh nafsu makan

menurun atau hanya menghabiskan makanan kurang lebih 4

sendok dari porsi sebelumnya, mengalami penurunan berat badan,

mual atau muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai

dampak peningkatan toksik mikroorganisme), perlu dikaji juga

riwayat pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan.


b) Pola istirahat tidur
Pada anak yang mengalami Bronkopneumonia akan mengalami

susah tidur dan terganggu karena adanya sesak dan batuk yang

berlebihan sehingga anak menjadi rewel. Penampilan anak terlihat

lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering menangis

atau rewel pada malam hari karena ketidaknyamanan.


c) Pola Personal Hygiene
Pada anak yang mengalami Bronkopneumonia yang melakukan

personal hygiene adalah orang tua karena dalam fase akut, klien

dengan bronkopneumonia mengalami kelemahan serta terbatasnya

fungsi motorik berdasarkan usia.


d) Aktivitas
Pada anak yang mengalami bronkopneumonia akan mengalami

kelemahan otot akibat dari penurunan masukan nutrisi. Kebiasaan

anak tampak lebih banyak minta di gendong orangtuanya atau

bedrest.
e) Pola eliminasi
Pada anak yang mengalami bronkopneumonia sering mengalami

penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses


29

evaporasi karena demam dan karakteristik feses berubah sesuai

dengan jenis makanan yang ditambahkan dalam diet.


(Riyadi dan Sukirman, 2009)
9) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan metode head to too yang meliputi:

keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan

wajah, dada, abdomen, ekstermitas dan genito-urinaria. Fokus

pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia adalah penemuan

tanda-tanda yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan berat

badan, denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, mukosa

bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang ( Riyadi

dan Sukirman, 2009).


a) Keadaan umum: Pada klien anak yang mengalami

Bronkopneumonia keadaan klien tampak lemah


b) Tanda-tanda vital
(1) Nadi dalam batas normal
(a) Usia toddler : 90-140x/menit
(b) Usia prasekolah : 80-11-x/menit
(c) Usia sekolah : 75-100x/menit
(d) Usia remaja : 60-90x/menit
(2) RR dalam batas normal
(a) Usia toddler : 20-40x/menit
(b) Usia prasekolah : 16-22x/menit
(c) Usia sekolah : 14-20x/menit
(d) Usia remaja : 12-20x/menit
(3) Suhu badan normal 35,5 C-37,5OC
O

(Sugeng&Weni, 2011)

c) Pemeriksaan head to toe untuk klien bronkopneumonia


(1) Pemeriksaan kulit dan kuku :
(a) Inspeksi : Pada klien bronkopneumonia terdapat

banayak keringat, kemerahan, pucat sampai sianosis.


30

(b) Palpasi : Pada klien bronkopneumonia akral teraba

hangat, sianosis, turgor kulit menurun pada dehidrasi

selama >2 detik, CRT kembali <2 detik.


(2) Pemeriksaan kepala: Pada klien Bronkopneumonia tidak

ada masalah atau kelainan.


(3) Pemeriksaan mata : Pada klien bronkopneumonia untuk

pengindraan tidak ada kelainan, dan bisa terdapat anemis pada

kongjungtiva.
(4) Pemeriksaan hidung : Pada klien bronkopneumonia

terdapat adanya pernafasan cuping hidung, ada tidaknya

sianosis pada daerah hidung, terdapat produksi secret yang

berlebih.
(5) Pemeriksaan telinga : Pemeriksaan pada telinga apakah

simetris letaknya atau tidak, terdapat tanda-tanda infeksi atau

tidak seperti : otitis media dan cairan yang berbau atau tidak.
(6) Pemeriksaan mulut : Pada klien bronkopneumonia terdapat

mukosa bibir kering karena terjadinya peningkatan suhu tubuh,

pucat, terdapat sianosis atau disekitar mulut.


(7) Pemeriksaan leher : Pada klien bronkopneumonia tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis, dan

tidak terdapat deviasi trakea saat diraba.

(Riyadi dan Sukirman, 2009)

(8) Pemeriksaan thoraks :


(a) Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernafasan

simetris, gerakan dinding dada saat bernafas biasanya

normal dan seimbang antara kiri dan kanan. Pada klien

dengan bronkopneumonia sering ditemukan peningkatan


31

frekuensi nafas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi

sternum dan intercoste (Muttaqin, 2014)


(b) Palpasi : Pada klien bronkpneumonia biasanya

pemeriksaan taktil fremitus didapatkan getaran suara yang

redup di antara kanan dan kiri (Muttaqin, 2014).


(c) Perkusi : Pada klien bronkopneumonia tanpa

disertai komplikasi, biasanya dijumpai punyi pekak terjadi

bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi

udara) resonansi (Riyadi&Sukirman, 2009)


(d) Auskultasi : Pada klien bronkopneumonia

didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas tambahan

ronchi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat

pemeriksaan untuk mendokumentasikan hasil auskultasi

didaerah mana didapatkan adanya ronchi. Bunyi yang

terdengar melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut

resonan vocal (Padila, 2013)


(9) Pemeriksaan abdomen : Adanya asites atau tidak, terdapat

nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium), bising usus 5-

20x/menit, suara hipertimpani (Brashers, Valentia L.,2009).


(10) Pemeriksaan ekstremitas : Adanya kelemahan otot

dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan

ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam

melakukan aktivitas sehari-hari (Muttaqin, 2014)

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake inadekuat.


32

1) Definisi
Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh (Padila,

2013).

2) Faktor yang berhubungan


Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis,

psikologis, atau ekonomi (Nabiel, 2014).


3) Batasan karakteristik
Batasan karakteristik menurut Padila (2013)
a) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
b) Mengalami mual atau muntah.
c) Membran mukosa dan konjungtiva pucat.
d) Penurunan nafsu makan lebih dari 1 hari.

2.4.4 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1
Rencana tindakan asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh pada klien bronkopneumonia

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Tupan : 1. Kebutuhan 1. Memberikan 1. Lingkungan yang


nutrisi terpenuhi lingkungan yang nyaman dapat
Setelah
2. Adanya nyaman selama menurunkan stress dan
dilakukan
peningkatan berat makan lebih kondusi untuk
tindakan
badan secara (Kusuma&Nurarif, makan
keperawatan 3 x
bertahap. 2015). (Kusuma&Nurarif,
24 jam
3. Menunjukkan 2015).
diharapkan 2. Monitor berat
peningkatan nafsu 2. Monitor
kebutuhan badan merupakan
makan adanya penurunan
nutrisi klien sarana untuk
4. Tidak terjadi berat badan
terpenuhi mengetahui
mual dan muntah (Kusuma&Nurarif,
perkembangan asupan
5. Lila dalam batas 2015)
nutrisi klien
normal.
Tupen : Kusuma&Nurarif,
Toddler : 16 cm
2015)
33

Setelah Prasekolah : 17cm, 3. Auskultasi 3. Penurunan bising


dilakukan Remaja : 24,5cm bunyi bising usus usus menunjukkan
tindakan (Betty J.,2010 & (Padila, 2013) penurunan fungsi
keperawatan Hidayat, 2012) gaster dan konstipasi
1x24 jam di yang berhubungan
harapkan intake dengan pembatasan
nutrisi kembali pemasukan cairan,
adekuat setelah asupan makanan
dilakukan buruk, dan penurunan
tindakan asupan makanan
keperawatan . (Padila, 2013)
4. Ajurkan orang 4. Makanan porsi
tua untuk sedikit tapi sering
memberikan makan memerlukan lebih
selagi hangat sedikit energi
sedikit tapi sering (Muttaqin, 2014)
dan mudah
dikunyah 5. Intake protein
(Muttaqin, 2014). vitamin, mineral, dan
5. Dukung klien
kalori yang adekuat
untuk
penting untuk aktivitas
mengkonsumsi
anabolik dan sintensis
makanan ringan
antibodi (Muttaqin,
dan yang
2014)
mengandung tinggi
kabohidrat (Nasi,
beras merah, roti)
dan tinggi protein
(Telur, tempe, tahu,
daging, susu, sayur,
6.Dengan mengetahui
dan buah)
makanan yang disukai
(Muttaqin, 2014)
dan tidak disukai klien
6. Identifikasi
dapat membantu
makanan yang
meningkatkan nafsu
disukai dan yang
makan secara bertahap
tidak disukai
dan peningkatan berat
(Muttaqin, 2014).
badan klien secara
bertahap (Muttaqin,
2014)
34

7. Dengan memberikan
informasi tentang
7. Berikan bronkopneumonia kepada
informasi tentang orang tua dapat memahami
penyakit tentang bronkpneumonia,
bronkopneumonia penyebab, tanda gejala,
kepada orang tua cara penularan, dan cara
anak (Muttaqin, pencegahannya (Muttaqin,
2014) 2014)
8. Dalam ilmu gizi dapat
membantu klien dalam
memilih makanan yang
memenuhi kebutuhan gizi
8. Kola anak yang sesuai diet di
borasi dengan anjurkan dan dapat
ahli gizi untuk mempercepat proses
membantu penyembuhan anak
memilih (Muttaqin, 2014).
makanan yang
dapat
memenuhi
kebutuhan gizi
selama sakit
(Muttaqin,
2014)

2.4.5 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah

direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Implementasi

juga sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien (Setiadi, 2012).


Pada penelitian ini penulis menggunakan implementasi keperawatan sebagai

perencanaan yang sudah ditentukan untuk klien anak Bronkopnemonia

dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


35

2.4.6 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi memiliki tujuan yaitu

melihat tercapainya tujuan yang telah disesuaikan dengan kriteria hasil pada

tahap perencanaan yang dilihat dari kemampuan klien (Setiadi, 2012).


Berdasarkan intevensi atau rencana yang telah di susun, hasil yang ingin

dicapai adalah:
1) Adanya peningkatan berat badan secara bertahap.
2) Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
3) Klien menghabiskan setengah dari porsi makan.
4) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
5) Tidak terjadi mual dan muntah.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain Karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus yang bertujuan untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien anak

Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

3.2. Batasan Istilah

Asuhan keperawatan pada klien anak Bronkopneumonia dengan masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Ruang St.

Theresia dan Rawat Inap Anak Rumah Sakit Panti Waluya Malang, maka

dijabarkan oleh penulis adalah asuhan keperawatan pada klien anak

Bronkopneumonia yang mengalami Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan Tubuh. Dengan kriteria klien sebagai berikut :

1) Klien dengan diagnosa medis bronkopneumonia dengan masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di Rumah Sakit

Panti Waluya Malang

2) Klien yang mengalami penurunan nafsu makan dan tidak ada

makanan yang bisa masuk lebih dari satu hari.

3) Klien menghabiskan 2 sendok dari porsi makan.

4) Klien yang mengalami mual atau muntah

5) Klien anak yang berusia 1-21 tahun dan belum menikah.

36
37

Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh ini

yang terjadi pada klien anak Bronkopneumonia yang telah menjalani

perawatan selama 3 hari yang dirawat di Ruang St.Theresia Pavilliun dan

Rawat Inap Anak Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

3.3. Partisipan

Pada penelitian ini yang menjadi partisipan peneliti adalah 2 klien anak

Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Malang dengan batasan

usia.

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Ruangan St. Theresia Pavilliun di

Rumah Sakit Panti Waluya Malang pada bulan Februari sampai Mei 2019.

Penelitian akan dilakukan selama 3 hari. Jika pada hari kedua klien sudah

KRS maka akan dilanjutkan homecare.

3.5. Pengumpulan Data

Mencari data klien Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Wawancara
Wawancara adalah dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua

pihak dan beberapa pikhak yaitu pewawancara dalam hal ini penulis dan

terwawancara dalam hal ini adalah klien anak Bronkopneumonia yang


38

mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Sumber data yang didapat adalah dari klien, keluarga dan perawat

lainnya.
2) Observasi dan Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada sistem penafasan pada

klien bronkopneumonia dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.


3) Studi dokumen
Studi dokumen yang digunakan untuk melengkapi hasil penelitian

didapatkan dari data rekam medis klien anak Bronkopneumonia dengan

masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di

Ruang St.Theresia Pavilliun dan Rawat Inap Anak Rumah Sakit Panti

Waluya Malang.

3.6. Uji Keabsahan Data

Disamping integritas penulis, uji keabsahan data dilakukan dengan cara

berikut ini:

1) Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan;


2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

3.7. Analisis Data

1) Pengumpulan data.
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).


2) Penyajian data.
39

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan identitas klien

dibuat inisial.
3) Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

3.8. Etik Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan karya tulis ilmiah, terdiri

dari:

1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien)


Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti

dan memenuhi kriteria inklusif dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian.

2) Anonimity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan peneltian tidak mencantumkan nama

responden namun hanya dicantumkan inisial saja.


3) Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.


40
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak.
Jakarta : Salemba Medika.

Betty. J., 2010. Nursing Diagnostic Handbook. America : Publishing Service


Manager.

Brasher, Valentina L., 2009. Aplikasi Patologi : Pemeriksaan dan


Manajemen_Edisi 2._Jakarta: EGC.

Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC

Dony. Dkk,. 2014. Keperawatan Anak Dan Tumbuh Kembang (Pengkajian Dan
Pengukuran). Yogyakarta : Nuha Medika

Fida dan Maya, 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.

H. Nabiel Ridha, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Hidayat. A., 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 1. Surabaya :


Healt Books Publishing.

Hidayat. A., 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta :


Salemba Medika.

41
42

Johson, Joyce Y., 2010. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Rapha


Publishing.Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak. Kemenkes RI.

Krisnasari. D., 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mansala of Health. Volume 4, No.1,
Januari 2010

Kurnia S., Diana, 2010. Keperawatan Maternitas. Edisi 1. Yogyakarta : Rapha


Publishing.

Marni, S. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Pernapasan.


Yogyakarta : Gosyen Publising.

Muttaqin, 2014. Buku Ajar-Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan._Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Nanda NIC-NOC. Yogyakarta. Mediaction.

Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :


Salemba Medika

Padila, 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Pneumonia, World Health Organization. 7 November 2016. Diperoleh 4


September 2018. (http://www.who.int/news-room/fast-
sheets/detail/pneumonia).

Rekam Medis RSPW 2019.

Riski, dkk. 2015. Teori dan Konsep Tumbuh Kembang. Yogyakarta : Nuha
Medika.
43

Riyadi dan Sukirman, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak – Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha llmu

Said. 2012. Pneumonia, Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta. Badan Penelitian
IDAI.

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan; Teori dan
Praktik, Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soetjiningsih dan Ranun, 2013. Tumbuh kembang Anak Edisi 2._Jakarta : EGC.

Sugeng dan Weni, 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5._Jakarta : Salemban Medika.

Titin Sutini. 2018. Modul Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta : AIPViKI.

Anda mungkin juga menyukai