Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis merupakan terjadinya peradangan pada lambung,usus kecil dan

usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal yang

menyebabkan gangguan pencernaan pada usus sehingga terjadi penurunan

kemampuan dalam mengabsorbi nutrisi dan mengakibatkan terjadi resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Muttaqin dan Sari,

2011).

Menurut WHO pada tahun 2013 di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat

179.000.000 insiden gastroenteritis akut pada orang dewasa tiap tahunnya

dengan angka pasien yang dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000

pasien mengalami kematian (WHO,2013). Di negara berkembang seperti di

Indonesia angka kematian dan kesakitan pada penyakit Gastroenteritis masih

tergolong tinggi, pada tahun 2016 terjadi wabah penyakit Gastroenteritis

sebanyak 3.176.079 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2017 yaitu

menjadi 4.274.790 penderita atau 60,4%, Kasus Gastroenteritis terjadi

270/1000 penduduk pada klasifikasi usia dewasa (Kemenkes, 2017). Pada

provinsi Jawa Timur kasus Gastroenteritis tahun 2014 dengan rentang usia 25-

65 tahun mencapai 40% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,2014). Di

Kota Malang pada tahun 2013 jumlah kasus Gastroenteritis mencapai 12.716

kasus atau 70,64% dari jumlah kasus yang diperkirakan, sedangkan pada tahun

1
2

2014 meningkat menjadi 13.744 kasus atau 75,8% (Dinkes Kota Malang,

2014). Di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang penderita penyakit

Gastroenteritis dari Januari 2017 hingga Januari 2018 terdapat 120 kasus

dengan rentang usia 21 tahun sampai 65 tahun, sedangkan pada rentang usia 1

tahun sampai 12 tahun terdapat 60 kasus dan pada rentang usia 13 tahun

sampai 21 tahun terdapat 16 kasus (Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluya

Malang, 2018).

Gastroenteritis disebabkan oleh bakteri seperti Shiigella dan Escheria coli

enterotoksigenik. Penyebab terbentuknya bakteri tersebut adalah sanitasi

lingkungan yang kurang baik, persediaan air yang tidak higienis, dan

kurangnya pengetahuan (Sodikin, 2011;WHO, 2013). Gastroenteritis dapat

menyebabkan komplikasi pada pencernaan karena peningkatan asam lambung

sehingga menyebabkan mual dan muntah selain itu mikroorganisme patogen

yang berhasil masuk melewati lambung akan berkembang biak di dalam usus

dan mengeluarkan toksin. Toksin tersebut menyebabkan hiperperistaltik yang

mengakibatkan penyerapan nutrisi di dalam usus tidak adekuat, sehingga

menyebabkan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

(Jones, 2003 dalam Muttaqin dan Sari, 2011; Simadibrata, 2014).

Fenomena yang penulis temukan ketika praktek klinik pada bulan Juni tahun

2017 di Rumah Sakit Panti Waluya Malang, penulis menemukan klien wanita

berusia 21 tahun dengan diagnosa medis Gastroenteritis di ruang St.Anna

Bawah. Pasien mengeluh mual disertai tidak nafsu makan dan setiap kali
3

makan pasien hanya mampu menghabiskan 2-3 sendok makan, membran

mukosa bibir tampak pucat dan saat dilakukan pemeriksaan pada abdomen

suara bising usus hiperaktif. Di bulan Mei tahun 2018 penulis menemukan

klien pria berusia 35 tahun dengan diagnosa medis Gastroenteritis diruang St.

Placida Paviliun pasien mengeluh nafsu makan menurun,saat makan mual

disertai muntah setiap kali makan pasien hanya mampu menghabiskan 1-2

sendok makan,perut terasa sakit seperti ditekan-tekan,dan membran mukosa

bibir tampak pucat.

Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat dialami

pasien, akibat dari penyakit serius seperti Gastroenteritis. Faktor terjadinya

resiko ketidakseimbangan nutrisi disebabkan oleh adanya masalah pada

gastrointestinal yang mempengaruhi asupan makanan, pencernaan, dan

absorbsi serta terjadi penurunan berat badan (Lemone,Burke& Bauldoff,

2016). Pasien dengan Gastroenteritis apabila tidak ditatalaksana dengan baik

akan mengakibatkan terjadinya resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh karena mual muntah yang berlebih dan tidak adekuatnya

asupan nutrisi yang masuk sehingga terjadi turunnya berat badan dan patogen

yang masuk terus berkembang biak pada usus lalu terjadi infeksi pada saluran

usus karena proses inflamasi dalam rentang waktu yang lama sehingga

menyebabkan penurunan daya tahan tubuh pada klien Hal ini dapat

menyebabkan keadaan pasien memburuk hingga terjadi kematian ( Wijaya &

Putri, 2013 ).
4

Perawat mempunyai peran penting dalam perawatan pada pasien yang

mengalami resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

dengan cara mengawasi pemasukan makanan seperti berkolaborasi bersama

tim gizi untuk menentukan diet pasien dengan menyediakan makanan yang

memiliki kandungan protein, kalori, mineral, vitamin yang adekuat dan

makanan disajikan dalam kondisi hangat, lembut, lunak. Sebelum makan

perawat membantu pasien untuk oral hygine yang bertujuan mengurangi rasa

pahit dimulut sehingga meningkatkan selera makan pada pasien, saat makan

perawat memberikan pendampingan pada pasien untuk mendorong asupan

nutrisi. Perawat juga harus mengobservasi pengeluarannya seperti karakter dan

jumlah feses, dan menganjurkan pasien untuk istirahat dengan tirah baring

(Wilkinson, 2012; Lemone,Burke& Bauldoff, 2016 ).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan studi kasus

dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastroenteritis Dengan

Masalah Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Suatu Studi Di RS Panti Waluya Sawahan Malang.

1.2 Batasan Masalah

Masalah dalam studi Kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada Klien

Gastroenteritis dengan masalah Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada suatu studi di RS Panti Waluya Sawahan Malang.


5

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien gastroenteritis dengan masalah

resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada suatu studi

di RS Panti Waluya Sawahan Malang?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melakukan Asuhan

keperawatan pada klien gastroenteritis dengan masalah resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada suatu studi di

RS Panti Waluya Sawahan Malang.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien gastroenteritis dengan

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada suatu studi di RS Panti Waluya Sawahan Malang.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien gastroenteritis dengan

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada suatu studi di RS Panti Waluya Sawahan Malang.

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien gastroenteritis dengan

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada suatu studi di RS Panti Waluya Sawahan Malang.


6

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien gastroenteritis dengan

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada suatu studi di RS Panti Waluya Sawahan Malang.

5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien gastroenteritis dengan

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada suatu studi di RS Panti Waluya Sawahan Malang.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan yang

preventif,rehabilitatif dan kolaboratif di bidang Asuhan Keperawatan Pada

Klien Gastroenteritis dengan masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

1.5.2 Manfaat Praktis

a) Bagi Intitusi

Menghasilkan lulusan perawat vokasional yang siap menghadapi

masalah – masalah keperawatan pada klien Gastroenteritis dengan

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh di RS Panti Waluya Sawahan Malang.

b) Bagi lahan penelitian

Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam

penanganan asuhan keperawatan pada klien Gastroenteritis dengan

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


7

tubuh sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang

baik.

c) Bagi Perawat

Meningkatkan kinerja perawat dalam mengatasi masalah keperawatan,

baik dalam hal pencegahan maupun menanggulangi penyakit

Gastroenteritis dengan masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh pada pasien.

d) Bagi Pasien dan Keluarga

Melalui penelitian ini dapat membantu pasien dan keluarga dengan

memberikan wawasan bagi keluarga tentang perawatan pada klien

dengan Gastroenteritis terutama dalam mencegah terjadinya resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh seperti

menganjurkan keluarga untuk menghidangkan makanan dalam kondisi

hangat untuk meningkatkan nafsu makan pada pasien


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang teori “Asuhan Keperawatan Pada

Klien Gastroenteritis dengan Masalah Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh”. Pada bab ini juga akan disajikan materi sebagai berikut:

konsep gastroenteritis, konsep nutrisi secara umum dan konsep asuhan

keperawatan dengan masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh.

2.1 Konsep Gastroenteritis

2.1.1 Definisi

Gastroenteritis adalah terjadinya inflamasi pada lambung dan usus halus

dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau toksin. Manifestasi dari

gastroenteritis antara lain anoreksia, mual, dan muntah biasa terjadi, hal

tersebut dapat menyebabkan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh (Ardiansyah, 2012 ; LeMone, M.burke & Bauldoff, 2016).

2.1.2 Etiologi

Penyebab dari gastroenteritis sangat beragam, tetapi penyabab yang paling

sering adalah virus dan bakteri. Faktor penyebab lainnya bervariasi, seperti

racun, parasit, dan alergi makanan. Berikut merupakan faktor penyebab

utama dari penyakit gastroenteritis :

8
9

1) Virus

a) Norovirus : merupakan penyebab utama gastroenteritis di

Amerika Serikat. 50-70% terjadi pada orang dewasa cara

tranmisinya adalah melalui fekal-oral,manusia ke manusia,dan air

yang terkontaminasi feses norovirus. (RSW,2008 dalam Muttaqin

dan Sari, 2011)

b) Rotavirus : Penyebab umum diare pada bayi, kadang-kadang

menimbulkan dehidrasi (Shanty, 2011; Nugroho,2011)

c) Adenovirus : Biasanya menyerang saluran pernapasan, tetapi

beberapa starin menyebabkan gejala gastroenteritis (Shanty,2011;

Nugroho,2011)

2) Bakteri

Infeksi bakteri terjadi berkisar 15-20%, di indonesia memiliki tingkat

higienis dan sanitasi yang kurang sehingga menyebabkan meningkatnya

tranmisi bakteri (diskin, 2008 dalam Muttaqin dan Sari, 2011)

a) Staphylococcus :Sering menjadi penyebab diare dan kram perut

b) Escheria coli :Menyebabkan infeksi E.coli, terutama strain

0157:H7 yang dapat menyebabkan uremik

sindrom hemolitik atau purpura

thrombocytopenic trombotik

c) Shigella : Menyebabkan keracunan makanan. Penyakit karena

bakteri ini disebut shigellosis

d) Bacilus : Beras yang terkontaminasi


10

3) Parasit

Infeksi parasit terjadi berkisar 10-15% berbagai agen parasit bisa

menginvasi saluran gastrointestinal dan memberi respon peradangan

dengan manifestasi diare, mual, muntah. Agen parasit tersebut meliputi:

Giardia, Cryptosporidium, dan Entamoeba (Musher, 2004 dalam

Muttaqin dan Sari, 2011)

a) Giardia : Sumber umum diare dari air yang

terkontaminasi. Penyakit karena parasit ini disebut giardiasis

b) Cryptosporidium : Sumber diare parasit ini adalah makanan

dan air. Penyakit karena parasit ini disebut Cryptosporidiosis

c) Entamoeba : Sumber parasit ini adalah air yang

terkontaminasi. Penyakit karena parasit ini disebut amebiasis

4) Penyebab lain gastroenteritis (Shanty, 2011)

a) Alergi makanan : Telur, kacang-kacangan,susu,dan kerang

b) Antibiotik : banyak antibiotik yang memungkinkan

pertumbuhan bakteri atau jamur berlebih

c) Racun : Racun alga pada kerang, racun logam berat

5) Toksisitas makanan

a) Kondisi toksisitas makanan bisa memberikan respons peradangan

dengan manifestasi diare. Agen toksisitas bisa dihasilkan oleh

toksin (S. Aureus, B. Cereus) dan pos. Kolonisasi kuman (V.

Cholera, C. Perfringens, enterotoxigenic, E.coli, Aeromonas).

(CDC,2006 dalam Muttaqin dan Sari, 2011)


11

6) Psikologis

Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas, hal itu dapat menjadi

suatu penyebab penyakit gastroenteritis ( Wiyaja dan Putri, 2013)

7) Sanitasi lingkungan

Menurut Fardiaz (1993) di dalam jurnal penelitian sanitasi lingkungan

yang kurang bersih dapat menghasilkan bakteri Escherichia coli yang

berasal dari kotoran hewan atau manusia, urine manusia. Jadi adanya

Escherichia coli dalam air menunjukan bahwa air tersebut sudah

terkontaminasi fases manusia dan mungkin dapat mengandung

pathogen, sehingga air bersih sangat diperlukan dalam kehidupan

manusia karena apabila air tersebut dikonsumsi secara terus menerus

akan berakibat fatal untuk kesehatan (Diniari, Anggreni & Arnata,

2015).

2.1.3 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada klien yang mengalami penyakit Gastroenteritis

meliputi :

1) Anoreksia, mual, dan muntah

2) Nyeri dan kram abdomen

3) Diare

4) Kelemahan dan nyeri otot

5) Sakit kepala

6) Kulit dan membran mukosa kering

7) Turgor kulit buruk

8) Hipotensi ortostatik
12

9) Takikardi

10) Demam

( LeMone, M.burke & Bauldoff, 2016)

2.1.4 Patofisiologi

Peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh 4 faktor, yaitu infeksi (

bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan beracun dan

faktor psikologi. Penyebab tersering gastroenteritis adalah infeksi virus atau

bakteri diusus halus distal atau usus besar, dimulai dari makanan dan

minuman yang terkontaminasi dengan bakteri masuk ke dalam tubuh dan

tertelan sampai masuk lambung, didalam lambung bakteri dibunuh oleh

asam lambung, tetapi karena jumlah bakteri terlalu banyak sehingga ada

beberapa yang lolos masuk ke duodenum dan berkembangbiak. Lalu bakteri

tersebut mengiritasi usus dan patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus

sehingga terjadi peningkatan produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi

mikroba tersebut juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi

peningkatan motilitas, peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan

elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk menyerap zat-zat

tersebut di kolon berkurang. Gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh

malabsorbsi makanan yakni makanan yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga

menimbulkan diare seperti salah satu tanda gejalanya.Tertelannya makanan


13

yang beracun dapat menyebabkan Gastroenteritis karena akan mengganggu

motilitas usus. Iritasi mukosa menyebabkan hiperperistaltik sehingga

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan.

Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri akan

tumbuh berlebih, selanjutnya akan timbul Gastroenteritis. Faktor psikologis

juga dapat menyebabkan Gastroenteritis misalnya ketakutan dan jenis stress

tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf simpatis.

Apabila terjadi stress maka akan terjadi peningkatan motilitas usus. Adanya

iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus

menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit dan kram, hal itu

disebabkan oleh metabolisme bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan

CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebih sehingga terjadi nyeri

perut atau kram pada klien, dan dalam kondisi seperti ini nafsu makan pada

klien akan menurun karena mual bahkan muntah saat mau makan, dan klien

akan tampak lemas, sehingga klien akan mengalami resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

( Wijaya dan Putri, 2013)


14

2.1.5 Pathway

Infeksi (virus, Makanan beracun Malabsorbsi Psikologi


bakteri,parasit) makanan (Stress,marah,cemas)

Mengiritasi Tekanan osmotik Merangsang stimulasi


Masuk ke Dalam mukosa dinding dalam rongga usus oleh saraf
mukosa lambung usus usus meningkat simpatis

Penurunan Tekanan osmotik Peningkatan


Lolos dari asam motilitas usus dalam rongga isi motilitas usus
lambung lalu rongga usus
masuk ke dalam berlebihan
usus
Bakteri tumbuh
berlebih

Berkembang biak
didalam usus

Gastroenteritis
Menginflmasi
mukosa usus

Metabolisme bakteri di usus


menghasilkan H2 dan CO2
Peningkatan
motilitas usus
Distensi abdomen

Mual dan muntah

Nafsu makan Asupan nutrisi


menurun tidak adekuat

Resiko
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Bagan 2.1 Pathway Gastroenteritis
(Wijaya dan Putri,2013)
15

2.2 Konsep Resiko Kebutuhan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

2.2.1 Definisi

Nutrisi (gizi) adalah substansi zat kimia baik organik dan anorganik yang

terdapat pada makanan yang dicerna dan absorpsi dalam gastrointestinal,

serta dibutuhkan dalam metabolisme tubuh untuk menjalankan fungsi tubuh

(Bristian, 2004 dalam Muttaqin dan Sari, 2011). Resiko Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan yang dialami seseorang

dalam keadaan tidak berpuasa (normal) akibat ketidakcukupan asupan

nutrisi untuk kebutuhan metabolisme (Hidayat dan Uliyah, 2015).

2.2.2 Etiologi

Menurut Hidayat dan Uliyah (2015) Resiko ketidakseimbangan nutrisi

disebabkan oleh sebagai berikut:

1) Meningkatnya kebutuhan kalori

2) Kesulitan dalam mencerna akibat penyakit infeksi atau kanker

3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit

4) Nafsu makan menurun

5) Mual dan muntah

6) Ketidakmampuan menelan

2.2.3 Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi bagi manusia dapat dibagi dibagi dalam lima kelompok

besar (CDER dalam Muttaqin, 2011) :


16

1) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sebagai bahan bakar dan sumber energi. Dalam

keadaan tertentu, lemak dan protein dapat dipergunakan sebagai bahan

bakar.

2) Lemak

Lemak merupakan sumber pembangun jaringan lemak, antara lain

membran sel khususnya asam lemak esensial tak jenuh, juga sebagai

sumber energi.

3) Protein

Protein sangat penting bagi asam amino dari sel berfungsi sebagai sumber

membangun jaringan otot atau organ dan sebagai bahan bangun sel.

Protein mengandung elemen nitrogen dan belerang, yang tidak terdapat

dalam hidrat arang dan lemak. Protein hanya digunakan sebagai sumber

energi oleh tubuh jika tidak terdapat cukup karbohidrat dan lemak

makanan.

4) Serat

Serat merupakan gizi khusus yang bisa diperoleh dari sayuran dan buah-

buahan.

5) Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral merupakan yang terdapat di semua bahan makanan

dalam jumlah kecil.


17

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Status Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

dapat dipengaruhi oleh :

1) Faktor fisiologis, merupakan faktor yang terkait dengan proses

pencernaan atau intake makanan.

a) Intake nutrisi.

Masuknya nutrisi yang adekuat atau sesuai kebutuhan dipengaruhi

oleh kemampuan pemilihan bahan dan cara persiapan makanan,

pengetahuan, gangguan menelan, kenyamanan saat makan,

anoreksia, mual, muntah. Intake nutrisi yang kurang dari

kebutuhan tubuh menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh.

b) Kemampuan pencernaan dan absorpsi makanan.

Nutrien dapat digunakan untuk energi dan kebutuhan tubuh lain

harus terlebih dahulu dicerna dan diabsopsi. Kemampuan

mencerna dan mengabsorpsi makanan dipengaruhi oleh adekuatnya

fungsi organ pencernaan.

c) Kebutuhan metabolik.

Meningkatnya kebutuhan nutrisi tubuh pada kondisi tertentu dapat

mempengaruhi status nutrisi seperti pada masa pertumbuhan, stres

dan penyakit tertentu.

(Tarwoto dan Wartonah, 2015; Hidayat dan Uliyah, 2015)


18

2) Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan

oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam

memahami kebutuhan gizi.

3) Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi

dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, dibeberapa

daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah,

tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena

masyarakat mengganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat

merendahkan derajat mereka.

4) Kebiasaan

‘ Adanya kebiasaan pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat

mempengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah terdapat

larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja, padahal

makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.

5) Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena

penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak

sedikit. Oleh karena itu masyarakat dengan kondisi perekonomian yang

tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya

dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.


19

6) Penggunaan obat-obatan dan interaksi nutrisi.

Penggunaan obat-obatan dalam jangka lama menimbulkan komplikasi

yang dapat menghambat intake makanan maupun absorpsi nutrien.

7) Jenis kelamin.

Kebutuhan nutrisi laki-laki dengan perempuan berbeda. Hal ini

berkaitan dengan meningkatnya aktivitas, BMR, maupun besarnya

massa otot.

(Tarwoto dan Wartonah, 2015; Hidayat dan Uliyah, 2015)

2.3 Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Gastroenteritis dengan

Masalah Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Tubuh

2.3.1 Pengkajian

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) Pengkajian merupakan tahap

pertama dalam proses keperawatan, tahap ini sangat penting dan

menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya.

1) Identitas

Nama klien :Tujuannya untuk mengidentifikasi klien, dan

membedakan antara satu klien dengan yang

lainnya

Umur/usia :Hampir semua usia dapat menderita penyakit

gastroenteritis
20

Jenis kelamin :Menurut jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan

hampir mempunyai potensi yang sama dapat

menderita penyakit gastroenteritis

2) Keluhan utama

Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit, keluhannya

berupa BAB yang cair lebih banyak dari biasanya dan adanya mual,

muntah, penurunan nafsu makan, mudah terasa kenyang, disertai

badan lemas (Wijaya dan Putri, 2013 ; Padila, 2013).

3) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang akan memberikan informasi tentang keluhan

klien seperti klien mengeluh nyeri pada abdomen, penurunan nafsu

makan, pada waktu makan mual dan pengeluaran BAB yang berlebih

hal itu dapat mengakibatkan terjadinya resiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada klien.(Wijaya dan Putri,

2013).

4) Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita gastroenteritis yang

berhubungan dengan distribusi penularan, karena penularannya dari

oral-fekal yang disebabkan kurangnya pengetahuan tentang personal

hygiene untuk cuci tangan setelah dari kamar mandi dan sebelum

makan ( Wijaya dan Putri, 2013).

5) Riwayat Alergi

Riwayat alergi penggunaan obat-obatan dan makanan dapat

menunjukkan kemungkinan alergi (Sukarmin, 2012).


21

6) Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola Nutrisi

Riwayat nutrisi klien yang suka mengkonsumsi makanan pedas

dan sering membeli makanan yang tidak higienis (makanan di

pinggir jalan) serta kurangnya pengetahuan klien akan makanan

yang higienis, sehingga klien mengkonsumsi makanan yang

terkontaminasi bakteri, karena pengelolaan makanan yang

kurang menjaga kebersihan hygiene dan lingkungan hal itu

menyebabkan terjadinya Gastroenteritis. Status gizi pada klien

dapat berkurang karena dampak dari nafsu makan yang

berkurang akibat dari mual dan muntah saat akan

mengkonsumsi makanan, karena itu dapat terjadi hipoglikemia.

Jika tidak segera ditangani dengan baik akan terjadi resiko

ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh pada

klien ( Wijaya dan Putri, 2013).

b) Pola Eliminasi

Pada pasien Gastroenteritis terjadi peningkatan frekuensi BAB(

Buang Air Besar ) ≥ 3x dalam sehari konsitensinya berampas

dengan atau tanpa disertai lendir dan darah karena faktor

inflamasi pada dinding usus akibat bakteri ( Wijaya dan Putri,

2013).

c) Pola Istirahat

Kebutuhan istirahat tidur dapat terganggu karena frekuensi

buang air besar yang berlebihan, mual dan muntah disertai nyeri
22

pada perut (Wijaya dan Putri, 2013;LeMone,M.burke &

Bauldoff, 2016).

d) Pola Personal Hygiene

Dari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, lingkungan

yang kotor dan kumuh serta tingkat pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga tentang

Gastroenteritis (Wijaya dan Putri, 2013).

e) Pola Aktivitas

Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan aktivitas yang berat

akan mempengaruhi daya tahan tubuh jika tidak diimbangi

nutrisi yang baik (Wijaya dan Putri, 2013).

7) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum : lemah karena akibat dari penurunan nutrisi

pada klien ( Sukarmin, 2012).

Tanda-tanda vital :

1) Tekanan darah : Kemungkinan terjadi penurunan tekanan

darah pada klien yang menderita Gastroenteritis. Dengan sistole

≤ 100-140 mmHg dan diastole ≤ 60-90 mmHg. ( Debora, 2013

dan Padila, 2013).

2) Suhu : Adanya peningkatan suhu tubuh (≤ 37,50

C) pada klien Gastroenteritis karena adanya infeksi. Rentang

normal suhu yaitu 36,5-37,50 C (Padila, 2013).


23

3) Nadi : Adanya peningkatan nadi lebih dari

100x/menit. Rentang normal nadi yaitu 60-100x/menit

(Debora,2013 ; Padila, 2013).

4) Frekuensi pernafasan : Pada pasien Gastroenteritis kemungkinan

akan mengalami peningkatan pernafasan >20x/menit. Rentang

normal frekuensi pernafasan 16-20x/menit (Padila, 2013).

b) Kondisi Fisik :

1) Kulit

a) Inspeksi : Pada klien yang mengalami masalah resiko

ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan kemungkinan

yang terjadi kulit akan tampak pucat dan kering. (Debora,

2017; Nugroho 2011).

b) Palpasi :Pada klien dengan masalah resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

kemungkinan terjadi adalah kulit tidak elastis dan pucat

( Nugroho 2011).

2) Kuku

a) Inspeksi : Saat inspeksi perhatikan bentuk kuku dan

sudut yang terbentuk antara kuku dengan bagian

pangkalnya, serta perhatikan warna dasar kuku normalnya

dasar kuku berwarna merah muda (Debora, 2017).

b) Palpasi : Pada pemeriksaan Capillary Refill Time

(CRT) yaitu waktu pengisian balik kapiler, cukup dengan


24

tekan ujung kuku klien normalnya kurang dari 2 detik

(Nugroho, 2011).

3) Kepala

a) Inspeksi : pada klien dengan masalah resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

persebaran warna rambut tidak merata ada kemerahan pada

rambut,rambut mudah rontok ( Muttaqin dan Sari, 2011)

b) Palpasi : Rasakan adanya massa atau tidak pada

kepala klien, dan tanyakan apakah klien merasa nyeri(

Debora, 2017).

4) Mata

a) Inspeksi : Pada klien Gatroenteritis konjungtiva

anemis karena resiko kurangnya asupan nutrisi ( Wijaya dan

Putri, 2013).

b) Palpasi : Kaji kekenyalan bola mata,Normalnya bola

mata teraba kenyal dan melenting.( Wijaya dan Putri, 2013 ;

Debora, 2017).

5) Hidung

a) Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan kedua lubang

hidung, ukuran hidung, kebersihan hidung, lihat septum

nasi tepat berada ditengah atau tidak, dan lihat ada

pernafasan cuping hidung atau tidak. (Wijaya dan Putri,

2013 ; Debora, 2013).


25

6) Telinga

a) Inspeksi : Lihat warna, kesimetrisan, serta posisi

telinga. Posisi telinga bagian atas letaknnya sejajar dengan

mata, dan perhatikan ada atau tidaknya gangguan

pendengaran pada klien ( Debora, 2017).

b) Palpasi : Pada klien Gastroenteritis terdapat nyeri

tekan, mastoiditis ( Wijaya dan Putri, 2013 ; Debora, 2017).

7) Mulut

a) Inspeksi : Pada klien dengan masalah resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

akan mengalami, membran mukosa bibirnya pucat, lidah

tampak kotor ( Tarwoto dan Wartonah, 2015)

8) Leher

a) Inspeksi : Perhatikan otot leher klien, kesimetrisan

leher dan apakah ada massa atau tidak, lihat ada bekas luka

atau lesi pada leher atau tidak ( Debora, 2017).

b) Palpasi : Adanya deviasi atau pergeseran trakea atau

tidak, terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau tidak dan klien

untuk menelan untuk mengetahui kemampuan klien dalam

menelan dan adakan nyeri telan atau tidak ( Bickley, 2014 ;

Debora, 2017).

9) Payudara

a) Inspeksi : Lihat bentuk payudara seperti puting susu,

ukuran, posisi,kesimetrisan, dan warna. Dilihat apakah ada


26

kelainan pada payudara seperti puting susu datar dan

menonjol kedalam ( Debora, 2017).

b) Palpasi : Apakah ada nyeri tekan atau tidak,

perasaan tidak nyaman saaat dipalpasi dan kaji ada benjolan

abnormal atau tidak pada payudara ( Bickley, 2014).

10) Paru-paru

a) Inspeksi : Lihat bentuk kesimetrisan dada dan retraksi

dinding dada ada kelainan atau tidak. Kaji fekuensi, irama

dan tingkat kedalaman pernafasan (Wijaya dan Putri, 2013).

b) Palpasi : Rasakan gerakan taktil fremitus apakah

getarannya teraba sama , kaji adanya massa dan nyeri tekan

( Wijaya dan Putri, 2013).

c) Perkusi : Saat dilakukan perkusi apa terdengar sonor

dan hipersonor atau tidak normalnya terdengar pekak (

Debora, 2017).

d) Auskultasi : Kaji menggunakan stetoskop dengarkan

suara nafas klien normal seperti vesikuler, bronkovesikuler

apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi,wheezing.

Pada klien gastroenteritis dengan masalah resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada umumnya tidak mengalami masalah pada pernafasan (

Wijaya dan Putri, 2013).


27

11) Jantung

a) Inspeksi dan palpasi : tidak semua orang yang dapat

dilihat denyut ictus cordisnya ada yang bisa dilihat dan

ada yang tidak dapat dilihat di palpasi di permukaan

dinding dada pada ICS 5 midclavikular garis sinistra (

Debora, 2013).

b) Perkusi : Saat diperkusi pada jantung 3-5 toraks

sinistra terdengar pekak atau tidak ( Debora, 2013).

c) Auskultasi : pada saat auskultasi kaji apakah bunyi

jantung 1 terdengar lup dan bunyi jantung dua dup

terdengar tunggal, serta adakah suara nafas tambahan pada

jantung seperti gallop dan murmur ( Debora, 2017).

12) Abdomen

a) Inspeksi : Perhatikan bentuk abdomen, apakah

bentuknya datar, cembung,lihat warna dan elastisitas kulit

abdomen, pastikan apakah umbilikus tepat berada ditengah

atau tidak. (Debora, 2017).

b) Auskultasi : Auskultasi dilakukan pada setiap kuadran

abdomen selama 2-3 menit untuk memastikan

terdengarnya bising usus, bising usus yang normal bunyi

seperti gelembung dan berlangsung 5-15 detik, pada klien

gastroenteritis didapatkan peningkatan bising usus lebih

dari 30x/menit. Hal itu disebabkan karena terjadi

peradangan pada saluran gastrointestinal dan


28

menyebabkan peningkatan motilitas usus (Atoilah dan

Kusnadi, 2013).

c) Perkusi : Perkusi juga dilakukan pada keempat

kuadran untuk menentukan adanya udara, cairan dalam

abdomen dan ukuran organ. Suara dullness akan terdengar

diatas organ padat seperti hepar, iga serta colon yang terisi

feses, normalnya bunyi timpani akan terdengar pada

daerah yang terisi udara. Pada klien gastroenteritis saat

diperkusi di bagian abdomen akan terdengar hipertimpani

( Atoilah dan Kusnadi, 2013).

d) Palpasi : Pada saat dilakukan palpasi ada nyeri tekan

atau tidak pada semua lapang abdomen (Debora, 2017).

Klien gastroenteritis dengan masalah resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

akan mengalami nyeri tekan pada abdomen di bagian

epigastrium (Atoilah dan Kusnadi, 2013).

13) Genetalia dan anus

a) Inspeksi : Lihat kebersihan genetalia pastikan tidak

ada kelainan. Pemeriksaan pada anus lihat apakah ada luka

atau lecet pada sekitar anus dan ada kelainan atau tidak

( Muttaqin, 2011).
29

14) Ektermitas

a) Inspeksi : Klien tampak lemah, aktivitas menurun,

tonus otot menurun. Lihat kelengkapan jari klien pada

masing-masing ektremitas ( Wijaya dan Putri, 2013)

b) Palpasi : Kaji kekuatan otot pada klien, normalnya

kekuatan otot adalah mampu menahan gaya gravitasi dan

tahanan maksimal, tetapi pada klien gastroenteritis akan

mengalami penurunan kekuatan otot karena akibat dari

intake nutrisi yang tidak adekuat untuk keperluan

metabolisme tubuh ( Tarwoto dan Wartonah, 2015).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh

Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat

Batasan karakteristik menurut PPNI (2016) :

1) Kram pada perut

2) Nyeri pada perut

3) Penurunan nafsu makan

4) Diare

5) Membran mukosa bibir kering

6) Kurangnya asupan nutrisi

7) Adanya luka dan inflamasi pada rongga mulut

8) Kelemahan pada otot


30

9) Suara bising usus yang hiperaktif

10) Mual dan muntah

Faktor-faktor yang berhubungan, menurut PPNI (2016) :

1) Ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

2) Ketidakmampuan untuk menyerap nutrisi dalam makanan

3) Faktor biologi

4) Faktor ekonomi

5) Faktor psikologis

6) Ketidakmampuan untuk menelan makanan


31

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi dengan diagnosa keperawatan resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh meliputi :

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Tujuan jangka 1.Tidak ada tanda-tanda 1. Monitor tanda 1. Perhatikan


panjang : malnutrisi pada klien malnutrisi termasuk penurunan berat
Nutrisi terpenuhi seperti berat badan rambut rapuh dan badan pada klien,
setelah dilakukan menurun, rambut mudah patah , kulit 10% di bawah
tindakan kering dan mudah kering, kulit pucat, berat badan sehat,
keperawatan 3x24 rontok, turgor kulit konjungtiva anemis tidak makan lebih
jam ( Tarwoto dan serta tonus otot serta berat badan dari tiga hari, dan
Wartonah,2015) menurun(Ackley,2011) menurun (Fauci et indeks massa
al,2008 dalam Ackley tubuh kurang dari
Tujuan jangka 2011) 20, bertujuan
pendek : untuk mengetahui
Terjadi peningkatan mengapa klien
asupan nutrisi bisa kekurangan
setelah dilakukan gizi (Fauci et
tindakan al,2008 dalam
keperawatan 2x24 Ackley 2011)
jam ( Tarwoto dan
Wartonah, 2015)
2.Tidak terjadi 2. Menyiapkan klien 2.Lingkungan yang
Penurunan nafsu untuk makan dengan bersih dan
makan (Ackley, 2011) membersihkan menyenangkan
lingkungan yang membantu
tidak sedap meningkatkan
dipandang. asupan nutrisi
(Ackley,2011) (Ackley,2011)

3. Membran mukosa 3. pantau keadaan 3. kebersihan mulut


bibir tidak pucat rongga mulut klien yang baik
(Ackley, 2011) (gusi, lidah, mukosa, meningkatkan
gigi) dan berikan nafsu makan, dan
perawatan pada mulut kondisi mukosa
seperti membersihkan mulut yang
mulut klien dengan lembab sangat
baik sebelum makan penting untuk
(Ackley,2011) pencernaan
makanan
(Ackley,2011)

4. Tidak terjadi mual dan 4. Tawarkan makanan 4. menawarkan


muntah pada klien yang disukai oleh makanan kesukaan
(Ackley, 2011) klien (O’Regarn,2009 klien akan
dalam Ackley,2011) meningkatkan
32

nafsu makan klien


tetapi sesuaikan
dengan diet klien.
(O’Regarn,2009
dalam
Ackley,2011)

5. Tonus otot terdapat 5.Berikan nutrisi oral 5.Pemberian nutrisi


tahanan yang wajar seperti makanan yang sejak awal sangat
(Ackley, 2011) lunak pada klien penting diberikan
dengan menyesuaikan kepada klien
diet klien seperti bertujuan untuk
rendah serat, dan meningkatkan
membatasi klien status nutrisi dan
mengkonsumsi meningkatkan
makanan yang proses
mengandung gas penyembuhan
(Muttaqin dan Sari, dengan
2011) menyesuaikan
dengan diet klien
(Levine,2009
dalam Muttaqin
dan Sari, 2011)

6. Bising usus dalam 6. Lepaskan penutup 6.Karena bau


batas normal yaitu 5- baki makanan makanan pekat
30 x/menit ( Ackley, sebelum yang tiba-tiba
2011) membawanya ke muncul ketika
ruang klien jika klien penutup dilepas di
dalam keadaan mual depan klien dapat
(Ackley, 2011) memicu mual
(Ackley, 2011)

7. Tidak terjadi nyeri 7. Berikan bantuan pada 7.Bantuan dibutuhkan


perut pada klien ( klien saat makan jika jika klien tidak
Ackley, 2011) tidak dapat makan mampu melakukan
sendiri sendiri
(Ackley,2011) (Ackley,2011)

8. Tidak terjadi 8. Berikan 8. Waktu makan


penurunan berat badan pendampingan pada biasanya adalah
( Ackley, 2011) klien saat makan waktu untuk
untuk mendorong interaksi sosial
asupan nutrisi klien akan makan
(Ackley,2011) lebih banyak jika
orang lain hadir
pada waktu makan
(Ackley, 2011)

9.Amati kemampuan 9. klien rentan


klien untuk makan terhadap
(waktu yang terlibat, kekurangan gizi
keterampilan motorik, kalori protein
ketajaman visual, dan ketika mereka
kemampuan untuk tidak dapat
33

menelan berbagai memberi makan


tekstur makanan) diri mereka sendiri
(Simmons,2008 dalam (Simmons,2008
Ackley,2011) dalam
Ackley,2011)

10. kolaborasi dengan 10. Karena kehadiran


tim medis lain untuk mual atau nyeri
memberikan dapat mengurangi
antiemetik dan obat nafsu makan pada
pereda nyeri sesuai klien
kebutuhan dan (Ackley,2011)
sebelum makan
(Ackley,2011)

11. Kolaborasi dengan 11. Dengan


tim gizi untuk berkolaborasi
menentukan diet bersama tim gizi,
pasien dengan klien dapat
menyediakan mengkonsumsi
makanan yang asupan nutrisi
memiliki kandungan dengan tepat
protein, kalori, sesuai dengan
mineral,vitamin yang dietnya
adekuat (Wilkinson,2012)
(Wilkinson,2012)

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan pelaksanaan dari yang sudah

direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup

tindakan mandiri (Independen) dan tindakan kolaborasi (Nugroho, 2011).

Menurut Ackley (2011) implementasi keperawatan dapat berbentuk :

1) Memonitor tanda malnutrisi termasuk rambut rapuh dan mudah patah ,

kulit kering, kulit pucat, konjungtiva anemis serta berat badan menurun

2) Menyiapkan klien untuk makan dengan membersihkan lingkungan yang

tidak sedap dipandang

3) Memantau keadaan rongga mulut klien (gusi, lidah, mukosa, gigi) dan

berikan perawatan pada mulut seperti membersihkan mulut klien

dengan baik sebelum makan


34

4) Berkolaborasi dengan tim gizi untuk menentukan diet pasien dengan

menyediakan makanan yang memiliki kandungan protein, kalori,

mineral,vitamin yang adekuat

5) Menawarkan makanan yang disukai oleh klien dengan menyesuaikan diet

klien

6) Memberikan nutrisi oral seperti makanan yang lunak pada klien

7) Memberikan pendampingan pada klien saat makan untuk mendorong asupan

nutrisi

8) Mengamati kemampuan klien untuk makan (waktu yang terlibat,

keterampilan motorik, ketajaman visual, dan kemampuan untuk

menelan berbagai tekstur makanan)

9) Berkolaborasi dengan tim medis lain untuk memberikan antiemetik dan obat

pereda nyeri sesuai kebutuhan dan sebelum makan

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, untuk dapat

menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada

dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan klien dengan

tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan (Nugroho, 2011;Tarwoto dan

Wartonah, 2015)

Tujuan dari evaluasi adalah :

1) Mengevaluasi status kesehatan klien

2) Menentukan perkembangan tujuan keperawatan

3) Menentukan efektivitas dari rencana keperawatan yang telah ditetapkan


35

4) Sebagai dasar menentukan diagnosis keperawatan sudah tercapai atau

tidak, atau adanya perubahan diagnosis

Menurut Ackley (2011) diharapkan keadaan klien gastroenteritis pada saat

dilakukan evaluasi :

1) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi pada klien

2) Tidak tejadi penurunan nafsu makan

3) Membran mukosa bibir tidak pucat

4) Tidak terjadi mual dan muntah pada klien

5) Tonus otot terdapat tahanan yang wajar

6) Bising usus dalam batas normal yaitu 5-30 x/menit

7) Tidak terjadi nyeri perut pada klien

8) Berat badan pada klien dalam rentang normal


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian dalam karya tulis ilmiah ini yaitu studi untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

gastroenteritis dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

3.2 Batasan Istilah

Asuhan keperawatan pada klien yang telah di diagnosa gastroenteritis dengan

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

di rawat inap di Rumah Sakit Panti Waluya Malang dengan batasan

karakteristik klien minimal 3 kriteria dibawah ini sebagai berikut :

1) Klien dewasa yang berusia 21-65 tahun

2) Mengalami penurunan nafsu makan dalam rentang 1 x 24 jam

3) Mengalami mual dan muntah

4) Tidak menghabiskan porsi makan yang diberikan

5) Bising usus ≥ 30 x/menit

6) Membran mukosa pucat

36
37

3.3 Partisipan

Pada penelitian ini yang menjadi partisipan peneliti adalah 2 klien yang

mengalami gastroenteritis dengan masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh di RumahSakit Panti Waluya Sawahan Malang.

3.4 Lokasi dan Waktu penelitian

Studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

yang akan dilaksanakan pada bulan Februari- Maret 2019

3.5 Pengumpulan Data

Mencari data klien gastroenteritis dengan masalah resiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara adalah dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua

pihak dan beberapa pikhak yaitu pewawancara dalam hal ini penulis dan

terwawancara dalam hal ini adalah klien gastroeteritis yang mengalami

masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Sumber data yang didapat adalah dari klien, keluarga dan perawat

lainnya.

2) Observasi dan Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada sistem pencernaan pada


38

klien gastroenteritis yang mengalami masalah Resiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3) Studi dokumen

Studi dokumen yang digunakan untuk melengkapi hasil penelitian di

dapatkan dari list klien gastroenteritis dengan masalah Resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di Rumah Sakit

Panti Waluya Malang.

3.6 Uji Keabsahan Data

Disamping integritas penulis, uji keabsahan data dilakukan dengan cara

berikut ini:

1) Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; pada studi kasus ini tidak

dilakukan perpanjangan waktu.

2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yakni ibu klien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti

3.7 Analisis Data

1) Pengumpulan data.

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan

vii
39

2) Penyajian data.

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan identitas

klien dibuat inisial.

3) Kesimpulan.

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi.Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan,tindakan, dan evaluasi

3.8 Etik Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti

dan memenuhi kriteria inklusif dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian.

2) Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneltian tidak mencantumkan nama

responden namun hanya dicantumkan inisial saja.

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.

vii
40

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Hidayat, Musrifatul Uliyah. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Ackley, Ladwig. 2011. Nursing Diagnosis Handbook An Evidence-Based Guide


to Planning Care Ninth Edition. Amerika

Ardiansyah Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta:


DIVA Press

Atoilah, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: IN MEDIA

Bickley. 2014. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. (Andry
Hartono, Penerjemah) (Edisi 8). Jakarta: EGC

Debora Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik.Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika

Departemen Kesehatan. 2014. Profil Kesehatan Kota Malang.Malang: Dinas


Kesehatan Kota Malang

Departemen Kesehatan. 2017. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: KemenKes, RI

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur.Surabaya

LeMone Priscilla, Burke Karen M, Bauldoff Gerene. 2016. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah. Ed.5. Jakarta: EGC

Meita Shanty. 2011. Penyakit Saluran Pencernaan Pedoman Menjaga dan


Merawat Kesehatan Pencernaan. Yogyakarta: Kata Hati

Muttaqqin Arif. 2011. Pengkajian Keperawatan: Aplikasi Pada Pratik Klinik.


Jakarta: Salemba Medika

Muttaqqin, Sari 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi asuhan keperawatan


Medikal Bedah.Jakarta: Salemba Medika

Diniari Nur Azizah, Anggreni Dewi, Arnata I Wayan. 2015. Analisis Kandungan
Angka Lempeng Total Dan Escherichia coli Pada Ikan Nila Dan Mujair Di
Unit Pengolahan Air Limbah (UPAL) PT.Indonesia Tourism Development
Corporation (ITDC).ISSN:2503-488X, Vol. 3. No.2.

40
41

Nugroho Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit


Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Ed 1. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Simadibrata M. 2014. Dismotilitas Gastrointestinal. Jakarta: Interna Publishing

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak; Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Sutrisno Edy. 2011. Managemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana

Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan -


Edisi 5. Jakarta Selatan: Salemba Medika

WHO. 2013. Diarrheal Disease. USA: WHO

Wijaya, Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori


Dan Contoh Askep. Edisi 1. Yogyakarta: Nuha Medika

Wilkinson, Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Ed. 9. Jakarta: EGC

41
42

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................ix
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.4 Tujuan ...................................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Umum....................................................................................... 5

1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 5

1.5 Manfaat .................................................................................................... 6


1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 6

1.5.2 Manfaat Praktis..................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8


2.1 Konsep Gastroenteritis ............................................................................ 8
2.1.1 Definisi ................................................................................................. 8

2.1.2 Etiologi ................................................................................................. 8

2.1.3 Tanda dan gejala ................................................................................. 11

2.1.4 Patofisiologi........................................................................................ 12

2.1.5 Pathway .............................................................................................. 14

2.2 Konsep Resiko Kebutuhan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh….. 15


2.2.1 Definisi ............................................................................................... 15

2.2.2 Etiologi ............................................................................................... 15

vii
43

2.2.3 Kebutuhan Nutrisi ................................................................................ 15

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh ................................................................ 17

2.3 Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Gastroenteritis dengan


Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh . 19
2.3.1 Pengkajian ........................................................................................... 19

2.3.2 Diagnosa Keperawatan Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh ......................................................................... 29

2.3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................... 31

2.3.4 Implementasi keperawatan .................................................................. 33

2.3.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 36


3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 36
3.2 Batasan Istilah ...................................................................................... 36
3.3 Partisipan .............................................................................................. 37
3.4 Lokasi dan Waktu penelitian ................................................................ 37
3.5 Pengumpulan Data ............................................................................... 37
3.6 Uji Keabsahan Data .............................................................................. 38
3.7 Analisis Data ........................................................................................ 38
3.8 Etik Penelitian ...................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40

vii
viii
37

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Gastroenteritis ............................................................ 14

ix
37
38

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi.......................................30

x
vii
39

vii

Anda mungkin juga menyukai