Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rindi Ambarwati

Kelas/ NIM : 3B/161416

SKOLIOSIS

1. Definisi
Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan lateral
dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal. Pelengkungan pada area
toraks merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan pada
area servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah. Skoliosis merupakan
pembengkokan kearah samping dari tulang belakang yang merupakan suatu deformitas
(kelainan) daripada suatu penyakit.
2. Klasifikasi
Tiga bentuk skoliosis struktural yaitu :
a. Skoliosis Idiopatik adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok yaitu infantile, yang muncul sejak lahir sampai usia 3 tahun;
anak-anak, yang muncul dari usia 3 tahun sampai 10 tahun; dan remaja, yang
muncul setelah usia 10 tahun (usia yang paling umum).
b. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih
badan vertebra.
c. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti
paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung
menyebabkan deformitas.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya skoliosis diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit
tulang, penyakit arthritis, dan infeksi. Pada skoliosis berat, perubahan progresif pada
rongga toraks dapat menyebabkan perburukan pernapasan dan kardiovaskuler.
(Nettina, Sandra M.)
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu.
2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut:
- Cerebral palsy
- Distrofi otot
- Polio
- Osteoporosis juvenil
3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
4. Manifestasi Kinis
Gejalanya berupa:
 tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
 bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
 nyeri punggung
 kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
 skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan


dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga
bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari
pinggul kiri.
4.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen tulang belakang.
X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh
terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai
derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode
Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi
posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus
menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu
tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
b. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang
belakang) Skoliometer
Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara
pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi
membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah
tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal
akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal.
Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa
ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini
signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya
menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobbs angle pada radiologi
sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut.
c. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
6. Diagnosa
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
b. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
e. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh
yang miring ke lateral.
f. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit
dan pengobatan.
g. Keletihan berhubungan dengan Posisi tidak seimbangdalam waktu lama.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakitnya.

Daftar pustaka
Doengoes, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta:
EGC.
Nettina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Alpers, Ann. 2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3.Jakarta : EGC
Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamumpatue

Anda mungkin juga menyukai