Anda di halaman 1dari 1

BIM, Perkenalan Pertama.

Saya berkenalan dengan yang namanya BIM pertamakali pada 2016 silam. Awalnya, karena sering
mendapati ke tidak sinkronan antara gambar perencanaan dengan volume di RAB, juga ketidak
sinkronan antar gambar detail. Saya kemudian coba googling dan terdamparlah pada software Revit
untuk pertama kali.

Dari sini, rasa ingin tahu itu makin besar. Karena getolnya mencari tahu, kemudian mulai berkenalan
dengan istilah BIM atau Building Information Modelling. Dan saya merasa, inilah jawaban atas
permasalahan yang saya hadapi.

2017 saya mulai belajar Revit secara otodidak lewat tutorial tutorial di Youtube. Awalnya susah sekali,
karena cara pengoperasian revit yang berbeda dari autocad.

Belakangan saya paham, bahwa ini tentang mindset. Dalam BIM, 3d modelling dikembangkan seperti
layaknya membangun sebuah bangunan. Anda harus melalui item per item pekerjaan sebagai sebuah
informasi. Mulai dari pondasi, sloof hingga plat lantai, lantai dan atap.

Konsep 3d modelling yang saya tau sebelumnya, tidak seperti itu. Ini disebabkan oleh kebutuhan yang
berbeda. Di BIM, modelling dibuat untuk sebuah informasi sedangkan sebelumnya 3d modelling lebih
kepada kebutuhan untuk rendering. Untuk rendering, 3d modelling gak perlu komplit. Gak perlu ada plat
lantai atau kuda-kuda. Bahkan, jika render eksterior depan saja, bagian belakang bangunan gak perlu
ada. Mengerti maksud saya, kan ?

Namun pada akhirnya, BIM lah yang berguna dalam pekerjaan saya. Pekerjaan dilapangan sangat
bergantung pada produk perencanaan yang baik dan terorganisir dengan baik. Gambar detil yang
sinkron dan volume yang sinkron dengan gambar detil menjadi faktor penting kesuksesan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai