“BIM is a digital representation of the physical and functional characteristics of a building. As such,
it serves as a shared knowledge resource for information about a building, forming a reliable basis
for decisions during its life cycle from inception onward”
Dalam penerapan BIM, desain dan semua kondisi konstruksi di-representasi-kan (disajikan) dalam
bentuk 3D Model. 3D model inilah yang menjadi basis dari konsep BIM, yaitu : “build virtual before
construction”, seperti yang diilustrasikan pada gambar di bawah ini :
B. BIM sebagai Cara dan Teknik (Tools) dari proses Manajemen Proyek
Dalam industri konstruksi dunia, pendekatan seperti ini disebut dengan VDC (Virtual Design &
Construction) . VDC adalah metodologi manajemen visual yang menggunakan BIM sebagai bagian
utama, yang telah terbukti digunakan dalam analisis dan proses kerja konstruksi (Mortenson’s
Perspective). VDC memungkinkan Tim Proyek untuk mengembangkan prototipe virtual, layaknya
pada industri manufaktur/otomotif, untuk mendorong peningkatan kepastian desain dan proses
pembangunan.
Ada dua area fokus VDC, yang pertama adalah menggunakan BIM sebagai prototipe virtual untuk
merencanakan pekerjaan. Dan yang kedua adalah menggunakan output dari proses VDC untuk
menjalankan pekerjaan dengan peningkatkan komunikasi melalui media visual dan kolaborasi tim
yang efektif.
Hardin & McCool (2015:5) menjelaskan bahwa “BIM hanyalah sebuah perangkat (BIM is just a
tool). Apabila digunakan dengan proses yang tepat di tempat yang tepat, sistem BIM akan mampu
menciptakan nilai yang luar biasa untuk sebuah organisasi. Ketika perangkat baru langsung
dikombinasikan dengan proses lama, mereka dapat menghambat kesuksesan dan juga
menggagalkan penggunanya”.
Dengan demikian BIM adalah salah satu “Tools” dari proses manajemen proyek. Hal ini sejalan
dengan definisi Manajemen Proyek, yaitu penerapan ilmu pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skills), cara dan teknik (tools), pada kegiatan-kegiatan proyek untuk memenuhi ketentuan
(requirement), sasaran (objectives) dan harapan (expectations) para pihak yang terlibat
(stakeholder) di proyek. BIM memungkinkan untuk para perencana, engineer, dan kontraktor untuk
memvisualisasikan seluruh lingkup dari proyek bangunannya dalam bentuk 3D, sehingga setiap
penerapan dari dimensi BIM, akan saling terkait dan memperkaya proses - proses manajemen
proyek.
Visualization
3D Visual BIM membantu semua pihak memiliki
interpretasi yang sama terhadap desain, bahkan
dari kalangan non-teknis, yang sulit memahami
gambar 2D
BIM VDC
VDC is a “verb”
Simulation or taking action
on BIM.
Information Management
(collaborative & like database)
Konsep CDE BIM menjembatani manajemen
informasi, yang menunjang koordinasi-kolaborasi
proyek
Level Implementasi BIM digunakan untuk mengukur dan menilai seberapa Konsep BIM telah
diterapkan di dalam proses bisnis konstruksi suatu proyek. Hal ini meliputi dimensi dari BIM Model
(yang berhubungan dengan jenis data yang di-visual-kan / di-simulasi-kan melalui model BIM), level
detail dari BIM Model yang dibuat, maupun tingkat kematangan (BIM maturity) yang
merepresentasikan kemampuan para pihak dalam proyek (supply chain’s ability) untuk bertukar
informasi secara digital dalam rangka kolaborasi dengan BIM.
Level of Dimension
Dimensi BIM, yaitu 3D, 4D, 5D, sampai dengan 7D, merepresentasikan jenis data yang di-visual-
kan atau di-simulasi-kan dengan model BIM. Misalnya 3D Model adalah gambaran 3D geometric
bangunan yang ditambahkan dengan data informasi grafis & non-grafis. Sedangkan 4D Model
adalah 3D Model + Schedule, sehingga menjadi simulasi dari sequence pekerjaan. Lalu 5D adalah 3D
Model + Schedule + Cost.
Buku ini secara spesifik akan membahas BIM pada Dimensi 3D, mulai
dari pembuatan 3D Model, pembangunan BIM 3D Model, pembuatan
Detailing & Shopdrawing sampai dengan pembuatan Visualisasi 3D
B. Succar dalam Automation in Construction 18 (2009), lebih lanjut menjelaskan BIM Maturity Level
ke dalam 3 tahap yang linear, yaitu :
Level 0 : Pre-BIM
Dalam bentuknya yang paling sederhana, level 0 secara efektif berarti tidak ada kolaborasi.
Drafting CAD 2D hanya digunakan, terutama untuk Informasi Produksi Dokumentasi dan distribusi
melalui kertas atau cetakan elektronik, atau gabungan keduanya.
Level 1 : Modeling
Pada tahap ini ada upaya oleh masing-masing disiplin untuk membuat model dasar, berupa
representasi 3D dengan informasi parametrik yang terkait. Namun, pertukaran informasi berlanjut
searah dan komunikasi belum terintegrasi dan bisa dipisahkan
Level 2 : Collaboration
Level 2 BIM bercirikan adanya kerja kolaboratif, dan membutuhkan "proses pertukaran informasi
yang khusus untuk proyek itu dan terkoordinasi antara berbagai sistem dan peserta proyek"
(Sumber: Scottish Futures Trust).
Setiap software BIM yang digunakan oleh masing-masing pihak harus mampu di-ekspor ke salah
satu format file umum seperti IFC (Industry Foundation Class) atau COBie (Construction
Operations Building Information Exchange)
Level 3: Integration.
Pada tingkat ini, sistem sudah didasarkan pada jaringan informasi yang bekerja di segala arah,
terhubung dan terus diperbarui. Intervensi yang dilakukan oleh entitas yang berbeda,
menyebabkan efek instan pada common model proyek. Integrasi jaringan ini memungkinkan
komunikasi yang lancar, ter-asosiasi, dan update, yang memastikan keseragaman proyek dalam
semua aspeknya.
BIM adalah basis data dari semua informasi yang diperlukan untuk melaksanakan setiap aktivitas
proyek konstruksi. Seluruh data & informasi dari sebuah bangunan konstruksi, seperti lingkup
pekerjaan (berupa item/ obyek/komponen), spesifikasi & brosur material, data supplier, manual
pemeliharaan, garansi & masa umur pakai dan lainnya; diintegrasikan dan dikelola dalam BIM 3D
Model (sehingga layaknya disebut sebagai database informasi bangunan)
seperti yang terlihat pada gambar di bawah, BIM 3D Model Stadion Manahan tersebut terdiri atas
3D object dari semua komponen/ elemen bangunan, mulai dari elemen struktur, arsitektur, sampai
dengan mekanikal-elektrikal-elektronika nya.
S1-Pile Cap 12
Micropile A
A4.3-PK.04A Pintu Kaca BIM 3D Model Stadion Manahan, yang terdiri atas 3D
Frame Alum.-CW
object yang mencerminkan item pekerjaan dalam BOQ
Semakin baik sebuah data (akurat, terukur dan update), maka semakin optimum keputusan dan strategi yang
disusun. Infografis atas proses penyusunan database sebagai basis pengambilan keputusan, tersaji sebagai
berikut :
Representasi
Digital Bangunan
( 3D Model )
BIM
Model
Breakdown Component/
Element/Family
Block LEGO
Parametric 3D Object adalah elemen - elemen yang mempunyai atribut parametrik yang saling
terkait (parametric relationships) , sehingga perubahan ke bagian mana pun dari suatu model akan
otomotis direplikasi di bagian lainnya yang terkait. Dengan demikian, perubahan desain yang
biasanya bersifat iterative (berulang) bisa lebih di-manage dan tidak membutuhkan banyak waktu
untuk mengecek dan me-revisi gambar-gambar lainnya yang terkait. Inilah Solusi BIM terhadap
desain dan perubahnnya.
Parametric 3D Object inilah yang membedakan BIM dengan CAD 2D dan 3D biasa, yang mana basic
dari CAD adalah layer/line, sedangkan 3D berasal 3 bidang (x,y,z). Perbedaan lainnya antara BIM dan
CAD, diuraikan pada halaman berikutnya.
Model 3D Biasa
• Hanya berupa 3D
• Merupakan object gambar yang dibuat dari 3 bidang
(x, y, dan z)
• Terukur baik dimensi panjang, lebar, tinggi, luas dan
volume
• Tidak ada integrasi informasi
• Masih membutuhkan penggambaran manual untuk
pembuatan gambar kerja (denah, potongan dan
detail)
• Software : SkecthUp, 3DS Max, dll
BIM Model
• Bisa berupa 3D, 4D (Schedule), 5D (Cost), 6D
(Analysis) & 7D (Facility)
• Terdiri dari “Parametric 3D Object” yang
mengandung intelligent & parametric attribute
• Memiliki tambahan informasi didalamnya
(Spesifikasi, Brosur, Hasil Tes Material, Vendor,
Manual Operasional dsb).
• Gambar Kerja seperti Denah, Potongan dan Detail
didapatkan dari model BIM (Sinkron antar semua
gambar mulai dari denah,potongan, tampak,
perspektif)
• ‘one click’ bill of quantities (volume)
• Software : REVIT, ARCHICAD, TEKLA Structure, dsb
yang menjadi menarik dari BIM adalah korelasi antara objek 3D pada BIM Model dengan item pekerjaan yang tertuang dalam
BOQ. Mengapa demikian ? Penjelasannya seperti ini, karena objek 3D BIM tersebut me-representasi-kan item pekerjaan dalam
suatu bangunan konstruksi, maka BIM akan mampu menjadi tools yang potensial dalam proses manajemen lingkup pekerjaan,
khususnya pada aspek Scope Definition, WBS Validation (Work Breakdown Structure), maupun Control Sope. Jika scope of work
terjaga, maka potensi optimalisasi dan efisiensi pada proses manajemen proyek lainnya (waktu, biaya, mutu) semakin terbuka.
Ilustrasi hal tersebut seperti ini :
ME
HVAC Unit Ducting Pompa Hydrant Escalator Panel Power Genset Tray Kabel
STRUKTUR
Beam Plat Lantai Precast Slab Tangga &
Railing
Kolom
Breakdown Objek 3D
per-Disiplin
STRUKTUR
ARSITEKTUR
ME Sumber : WBS Proyek Gedung Bank Mandiri Balikpapan, Adhi Karya 2015
HARDSCAPE/LANDSCAPE
Perhatikan perubahan posisi pintu pada denah (Floor Plan) yang secara otomatis
merubah pada 3D View, potongan (Section), tampak (Elevation) dan quantity
(Schedule).
Dikarenakan BIM adalah “Integrated Model” antara 2D dengan 3D, yang terdiri dari berbagai
Parametric 3D Object BIM, maka 1 (satu) BIM Model dapat digunakan untuk menghasilkan
berbagai kepentingan, mulai dari Rendering Image/Video, Shopdrawing, Section (Potongan)
sampai dengan Quantity dari setiap Parametric 3D Object BIM.
Database inilah yang memegang peran kunci dalam Building Operation & Maintenance yang
berkelanjutan. Hal ini dikarenakan data tersebut berisikan deskripsi virtual bangunan dan data
terkait, seperti : model 3D, gambar 2D, data aset (misalkan furniture, perabot, dan peralatan),
manual pemeliharaan, spesifikasi, dan informasi lain yang biasanya diminta saat hand over
proyek. Dapat pula dimasukkan video pelatihan atau post-processed 3D model (misalnya,
himpunan bagian dari model untuk energy management system atau model yang disederhanakan
untuk peta bangunan), seperti terlihat pada Figure 1
Dengan demikian, Data BIM dapat digunakan untuk space management, mengisi database FM,
mengantisipasi kebutuhan maintenance, serta untuk memberikan informasi latar belakang
(kronologis bangunan) yang diperlukan untuk remodel, retrofit, renovasi , demolis — ataupun
semua kebutuhan mendesak untuk operasi suatu fasilitas. Figure 2 menunjukkan pengisian
database FM pada BIM Model. Sumber : Artikel “BIM Guidelines Inform Facilities Management
Databases: A Case Study Over Time”, Karen Kensek, 2015
4 Fokus ini merangkum tugas dan output dokumen dari fungsi jabatan BIM Modeler
pemahaman penting
yang perlu dipahami pada area BIM ini adalah :
dengan pemahaman bahwa BIM adalah database bangunan berbasis 3D model, Manual ini
memberikan terminologi sebagai berikut :
• 3D Model : model 3D yang baru dihasilkan dari proses representasi kembali gambar
DED/For-Tender/ For-Con dari 2D CAD menjadi 3D
• BIM Model : model 3D yang sudah diperkaya (diisi) dengan seluruh data dan informasi
proyek selama masa perencanaan dan konstruksi. Istilah lainnya sudah dilakukan proses
“building data integration”
MQC – 2
Clash Detection /
Inter Discipline Check
Model Coordination
Review Meeting
Model Assesment &
Certification (by Dept)
Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 4.2 General Workflow Implementasi BIM,
bahwa basic dari implementasi BIM adalah adanya representasi bangunan dalam
bentuk 3D model. Untuk itu tersedianya 3D Model yang qualified menjadi vital.
Dengan demikian, manual ini menjadikan flow process ini sebagai mandatory untuk
dilaksanakan oleh Tim Manajemen Proyek
Detail Flow Process Pemodelan seperti ditampilkan dalam lembar selanjutnya.
Ilustrasi :
Pembagian Data Pemodelan
STRUCTURE / ARCHITECTURE
ZONING
MODEL FLOOR/ UNIT MODEL
Hardscape H
Arsitektur A
Struktur S
ME M,E
MODEL
SUB-DISCIPLINE MODEL