LP & Askep DM
LP & Askep DM
DIABETES MELITUS
1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
demham tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif
didalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar, 2000).
Gangren kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi dipembuluh
darah sedang atau besar ditungkai ( Askandar, 2001).
2. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira
15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya
rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di
belakang lambung.
3. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor
lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu:
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara
lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel-sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap
insulin.
4. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-
1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak
yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal
disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang
melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar
160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus
renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini
akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya
poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa
yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein
tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar
glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport
glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi
sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah
menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel/jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya
glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung
senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran
basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun
mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh
factor-faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang
berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya
neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang
atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan
mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran darah kekaki. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak
tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat
berupa: ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki dimalam hari, denyut
arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen (zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka
sulit sembuh (Levin, 1993). Infeksi sering merupakan komplikasi
yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh
terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
5. Klasifikasi
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan, yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus“.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki
menjadi dua golongan:
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia (KDI)
Disebabkan penurunan aliran darah ketungkai akibat adanya
makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama didaerah betis.
Gambaran klinis KDI:
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada
gangguan dari sirkulasi. Klinis dijumpai kaki yang kering, hangat,
kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah
kaki teraba baik.
6. Dampak masalah
Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi
kehidupan individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa
terjadi meliputi:
a. Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya
penyakit ini, Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan
yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tersebut.
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan
persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan
perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan
yang benar dan mudah dimengerti pasien.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya
defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat
dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,
banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah
lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi
relatif tidak ada gangguan.
4. Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi
rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan
istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
mengalami perubahan.
5. Pola aktivitas dan latihan
Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
6. Pola hubungan dan peran
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau
menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
7. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami
neuropati/mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap
adanya trauma.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem).
9. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di
organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.
10. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang konstruktif/adaptif.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Gede,Ni Luh P. 1996. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta: EGC.
Mubin, Halim. 2001. Pedoman Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi.
Jakarta : EGC
Price, Silvia A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta:
EGC.
PENGKAJIAN
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram
klien
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
X : Meninggal
: Menikah
: Anak
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Status pekerjaan saat ini : Ny. J tidak bekerja.
Pekerjaan sebelumnya : Membuat kerajinan keramik dinoyo.
Sumber-sumber Pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: sumber
pendapatan diperoleh dari penghasilan suaminya yaitu sebagai kuli bangunan.
Sumber pendapatan lainnya diperoleh dari anaknya yang tinggal satu rumah
dengan klien yang juga bekerja sebagai wiraswasta.
E. RIWAYAT REKREASI
Hobi/minat : Memasak
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
Liburan/perjalanan : Ny. J jarang mengadakan acara liburan keluarga.
Bila ada waktu senggang klien bermain kerumah
adiknya, dimana rumah adiknya berdekatan
dengan klien.
I. OBAT-OBATAN
Nama : Glibenclamide 5 mg 3 kali/hari
Ciprofloxacin 500 mg 3 kali/ hari
Bagaimana/kapan menggunakannya : klien minum obat-obatan tersebut hanya
saat gula darahnya tinggi. Bila gula darahnya tidak tingi/ dalam
batas normal, klien tidak minum obat-obatan tersebut.
J. ALERGI
Obat-obatan : Klien tidak pernah / tidak punya riwayat alergi terhadap
obat-obatan.
Makanan : Klien tidak pernah / tidak punya riwayat alergi terhadap
makanan.
Kontak substansi : Klien tidak pernah / tidak punya riwayat alergi terhadap
benda atau debu.
Faktor lingkungan : Lingkungan klien tidak menimbulkan alergi bagi klien.
K. NUTRISI
Diet khusus/pembatasan makanan : Klien membatasi makanan yang manis-
manis. Klien tidak pernah makan makanan yang berlemak tinggi
seperti jeroan.
Riwayat peningkatan atau penurunan berat badan : Sebelum klien menderita
kencing manis, berat badan klien termasuk obesitas. Namun
setelah klien menderita penyakit kencing manis, berat-badan
klien turun.
Pola konsumsi makanan : Makanan Ny. J disendirikan, tidak dijadikan satu
dengan anggota keluarga lainnya karena Ny. J menghindari
makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi.
Masalah yang mempengaruhi masukan makanan : Tidak ada masalah dalam
pemenuhan kebutuhan makan klien. Semua dapat tercukupi
dengan baik oleh kluarga Ny. J.
M. TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : Keadaan umum klien cukup baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Skala Koma Glasgow : 456
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/mnt
Pernafasan : 22 x/mnt
Suhu : 36,6 oC
Integumen
Lesi / Luka : ya ◙ tidak
Pruritus : ya ◙ tidak
Perubahan pigmentasi : ◙ ya tidak
Perubahan tekstur : ◙ ya tidak
Sering memar : ya ◙ tidak
Perubahan rambut : ◙ ya tidak
Perubahan kuku : ◙ ya tidak
Pemajanan lama terhadap matahari : ◙ ya tidak
Hemopoetik
Perdarahan / memar abnormal : ya ◙ tidak
Pembengkakan kelenjar limfa : ya ◙ tidak
Anemia : ◙ ya tidak
Kepala
Sakit kepala : ◙ ya tidak
Trauma masa lalu : ya ◙ tidak
Pusing : ◙ ya tidak
Gatal pada kulit kepala : ya ◙ tidak
Mata
Perubahan penglihatan : ◙ ya tidak
Kaca mata / lensa kontak : ya ◙ tidak
Nyeri : ya ◙ tidak
Air mata berlebihan : ya ◙ tidak
Pruritus : ya ◙ tidak
Bengkak sekitar mata : ya ◙ tidak
Kabur : ◙ ya tidak
Fotofobia : ya ◙ tidak
Riwayat infeksi : ya ◙ tidak
Konjungtiva : ◙ anemis tidak anemis
Sklera : ikterik ◙ tidak
Telinga
Perubahan pendengaran : ◙ ya tidak
Tinitus : ya ◙ tidak
Vertigo : ya ◙ tidak
Riwayat infeksi : ya ◙ tidak
Hidung dan sinus
Rinorea : ya ◙ tidak
Epistaksis : ya ◙ tidak
Obstruksi : ya ◙ tidak
Nyeri pada sinus : ya ◙ tidak
Riwayat infeksi : ya ◙ tidak
Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorok : ya ◙ tidak
Lesi / ulkus : ya ◙ tidak
Kesulitan menelan : ya ◙ tidak
Perdarahan gusi : ya ◙ tidak
Karies : ◙ ya tidak
Riwayat infeksi : ya ◙ tidak
Pola menggosok gigi : ◙ ya tidak
Leher
Kekakuan : ◙ ya tidak
Nyeri / nyeri tekan : ya ◙ tidak
Benjolan / massa : ya ◙ tidak
Keterbatasan gerak : ya ◙ tidak
Pernafasan
Batuk : ya ◙ tidak
Sesak nafas : ya ◙ tidak
Hemoptisis : ya ◙ tidak
Sputum : ya ◙ tidak
Asma / alergi pernafasan : ya ◙ tidak
Suara nafas : ◙ vesikuler bronchial bronco vesikuler
Suara nafas tambahan : ronchi wheezing
Kardiovaskuler
Nyeri dada : ya ◙ tidak
Palpitasi : ya ◙ tidak
Sesak nafas : ya ◙ tidak
Gastrointestinal
Nyeri ulu hati : ya ◙ tidak
Mual / muntah : ya ◙ tidak
Hematemesis : ya ◙ tidak
Perubahan nafsu makan : ya ◙ tidak
Benjolan massa : ya ◙ tidak
Diare : ya ◙ tidak
Konstipasi : ya ◙ tidak
Melena : ya ◙ tidak
Hemoroid : ya ◙ tidak
Perdarahan rectum : ya ◙ tidak
Pola defekasi spt biasanya : ◙ ya tidak
Perkemihan
Frekwensi : 8 – 9 kali / hari
Menetes : ya ◙ tidak
Hematuria : ya ◙ tidak
Poliuria : ◙ ya tidak
Nokturia : ya ◙ tidak
Inkontinensia : ya ◙ tidak
Nyeri saat kambuh : ya ◙ tidak
Batu infeksi : ya ◙ tidak
Muskuloskeletal
Nyeri persendian : ◙ ya tidak
Kekakuan : ◙ ya tidak
Pembengkakan sendi : ya ◙ tidak
Kram : ya ◙ tidak
Kelemahan otot : : ya ◙ tidak
Masalah cara berjalan : ya ◙ tidak
Sistem saraf pusat
Sakit kepala : ◙ ya tidak
Paralysis : ya ◙ tidak
Paresis : ya ◙ tidak
Masalah koordinasi : ya ◙ tidak
Tic/tremor/spasme : ya ◙ tidak
Parasteisia : ya ◙ tidak
Cedera kepala : ya ◙ tidak
Masalah memori : ya ◙ tidak
Sistem endokrin
Goiter : ya ◙ tidak
Polifagia : ◙ ya tidak
Polidipsia : ◙ ya tidak
Poliuria : ◙ ya tidak
N. Status Fungsional
Indeks kartz (aktivitas kehidupan sehari-hari) :
NO KRITERIA KETERANGAN
1. Makan Mandiri
Frekuensi : 2-3 kali/hari
Jumlah : 1 piring
Jenis : Nasi, sayur, lauk pauk (tempe,
tahu)
2. Minum Mandiri
Frekuensi : 7-8 gelas/hari
Jumlah : ± 3000 cc/hari
Jenis : air putih
3. Berpindah dari kursi roda ke Dapat dilakukan mandiri tanpa
tempat tidur, sebaliknya bantuan baik verbal maupun bantuan
orang lain.
4. Personal toilet (cuci muka, Mandiri
menyisir rambut, gosok Frekuensi : 2 kali/hari
gigi)
5. Keluar masuk toilet Mandiri tanpa bantuan orang lain.
(mencuci pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
6. Mandi Mandiri
Frekuensi : 2 kali/hari
7. Jalan di permukaan datar Mandiri tanpa bantuan orang lain
8. Naik turun tangga Mampu
9. Mengenakan pakaian Mandiri
10. Kontrol Bowel (BAB) Kontinen
Frekuensi : 1 kali/hari
Konsistensi : padat lembek
Posisi klien duduk (jongkok) saat
BAB
11. Kontrol Bledder (BAK) Kontinen
Frekuensi : 5 kali/hari
Warna : kuning bening
Kesimpulan :
Dari pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. J maka hasilnya adalah Ny. J
termasuk dalam indeks “A” yaitu kemandirian dalam semua hal : makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi.
Kesimpulan :
Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa Ny. J memiliki kesalahan
0 – 2 yang artinya fungsi intelektual utuh, sehingga Ny. J dapat dikatakan tidak
memiliki kerusakan intelektual.
Jumlah 25
Kesimpulan :
Total nilai 25 yang artinya klien mengalami demensia, depresi, dan gangguan
kognitif ringan.
Score Uraian
B. Pesimisme
Saya merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
Saya merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
Saya merasa kecil hati tentang masa depan
◙ Saya tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
Score Uraian
C. Rasa kegagalan
Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
◙ Tidak merasa gagal
Score Uraian
D. Ketidakpuasan
Tidak puas dengan segalanya
Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
Tidak menyukai cara yang saya gunakan
◙ Tidak merasa tidak puas
Score Uraian
E. Rasa bersalah
Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
Merasa sangat bersalah
Merasa buruk /tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
◙ Tidak merasa benar-benar bersalah
Score Uraian
F. Tidak menyukai diri sendiri
Saya benci diri saya sendiri
Saya muak dengan diri saya sendiri
Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
◙ Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
Score Uraian
G. Membahayakan diri sendiri
Saya akan bunuh diri jika punya kesempatan
Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
Saya merasa lebih baik mati
◙ Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri
Score Uraian
H. Menarik diri dari sosial
Saya telah kehilangan minat pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya
Saya telah kehilangan minat pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
◙ Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
Scor Uraian
e
I. Keragu-raguan
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
◙ Saya berusaha mengambil keputusan
Saya membuat keputusan yang baik
Score Uraian
J. Perubahan gambaran diri
Merasa saya jelek/tampak menjijikkan
Merasa ada perubahan permanen pada penampilan
Saya khawatir tampak tua dan tidak menarik
◙ Saya tidak merasa tampak lebih buruk daripada sebelumnya
Score Uraian
K. Kesulitan kerja
Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
Memerlukan upaya tambahan untuk memulai malakukan sesuatu
◙ Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
Score Uraian
L. Keletihan
Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
◙ Saya merasa lelah dari biasanya
Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
Score Uraian
M. Anoreksia
Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
Nafsu makan saya sangat buruk sekali
◙ Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Kesimpulan :
Dari pengkajian Inventaris Depresi Beck (IDB) didapatkan nilai 3. Artinya Ny. J
tidak mengalami depresi karena rentang nilai 0-4 menunjukkan tidak ada depresi
atau depresi minimal.
Q. DATA PENUNJANG
Tekanan darah 140/80 mmHg
Gula darah : 186 mg/dL
ANALISA MASALAH
No DATA MASALAH
1. Ds: Ny. J mengatakan mengeluh pusing, Gangguan rasa nyaman nyeri
lemas dan badan terasa nyeri/pegal- (pusing) berhubungan dengan
pegal ketidakadekuatan oksigenasi
jaringan.
Do: Tekanan darah 140/80 mmHg
Klien tampak lemas
Skala nyeri 3
Wajah grimace
Gula darah : 186 mg/dL
Do :
Tekanan darah 140/80 mmHg
Klien tampak lemas
Gula darah : 186 g/dL
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Gangguan rasa nyaman nyeri (pusing) berhubungan dengan ketidak
adekuatan oksigenasi jaringan.
Kelelahan/keletihan berhubungan dengan penurunan energi metabolic.
Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar
gula darah.
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri (pusing) berhubungan
dengan ketidak adekuatan oksigenasi jaringan
Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah : Menunjukkan tanda dan gejala
Ancaman kesehatan = 2 2/ 3 x 1= ketidakadekuatan oksigenasi
1
2/3 jaringan.
Kemungkinan masalah Pembenaran mengacu pada:
dapat diiubah : Sumber daya perawat dan
Sebagian = 1 keluarga yang mau untuk
2 1 / 2 x 2= 1 merawat dan memahami tentang
penyakit diabetes mellitus dan
cara mengatasi masalah yang
dihadapi.
Potensial masalah untuk Masalah dapat diubah karena nyeri
dicegah : 2 / 3 x 1= yang timbul merupakan suatu efek
1 dari kurangnya kemampuan klien
Cukup = 2 2/3
dalam mengatasi nyeri.
Menonjolnya masalah : Keluarga belum memiliki
Masalah berat segera 1 2 / 2 x 1= 1 kemampuan untuk menangani
ditangani = 2 masalah nyeri yang dialaminya.
Jumlah 3 1/3
Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Kperawatan Umum Khusus
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri klien.
nyaman nyeri perawatan/kunjungan perawatan/kunjungan R/ : untuk merencankan tindakan selanjutnya guna mengatasi nyeri
(pusing) selama 3 kali, diharapkan selama 3 kali klien.
2. Berikan informasi/KIE tentang nyeri atau pusing yang dirasakan
berhubungan nyeri atau pusing dapat diharapkan :
klien.
dengan ketidak berkurang. Klien merasa
R/ : informasi yang cukup akan memudahkan klien dalam mengatasi
adekuatan nyaman. penyebab pusing atau nyeri klien.
oksigenasi jaringan. Rasa pusing atau 3. Anjurkan klien untuk beristirahat dengan maksimal bila terasa
nyeri berkurang. pusing atau nyeri.
Klien dapat R/ : istirahat dapat membantu menurunkan tekanan pada otak akibat
beraktivitas seperti peningkatan kadar gula yang tinggi karena dapat memberikan
perasaan relaksasi pada otak.
biasa.
4. Ajarkan teknik relaksasi dengan tarik napas panjang dan keluarkan
lewat mulut.
R/ : teknik relaksasi dapat membantu mengurangi nyeri.
5. Ajarkan teknik distraksi dengan mengalihakan perhatian klien dari
rasa pusing atau nyerinya.
R/ : teknik distraksi dapat membantu mengurangi nyeri.
6. Ajarkan klien tentang teknik relaksasi progresif .
R/ : teknik relaksasi progresif dapat membantu memberikan
perasaan relaksasi dan mengurangi pusing dan nyeri klien.
7. Evaluasi hasil yang ditunjukkan klien.
R/ : untuk melihat keberhasilan dari cara yang dilakukan.
2. Kelelahan/keletihan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Diskusikan kebutuhan akan aktivitas, buat perencanaan dan
berhubungan perawatan/kunjungan perawatan/kunjungan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
dengan penurunan selama 3 kali, diharapkan selama 3 kali, R/ : pendidikan dapat memberikan motovasi untk meningkatkan
diharapkan : tingkat aktivitas meskipun klien sangat lemah.
energi metabolik. kelelahan klien dapat
Klien sehat. 2. Bantu mengidentifikasi pola energy dan buat rentang keletihan
berkurang sampai hilang. Kelelahan atau skala 0-10 (0=tidak lelah, 10= sangat lelah).
keletihan berkurang. R/ : mengidentifikasi waktu puncak energy dan kelelahan,
Klien dapat membantu merencanakan aktivitas untuk memaksimalkan
beraktivitas seperti konservasi energy dan produktivitas.
biasanya. 3. Ajarkan teknik konservasi energy seperti modifikasi lingkungan.
R/ : memungkinkan aktivitas yang berkesinambungan, menunjang
harga diri yang positif.
4. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang
cukup/tanpa diganggu.
R/ : mencegah kelelahan yang berlebihan.
5. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai kebutuhan.
R/ : memungkinkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang bisa ditoleransi.
6. Anjurkan untuk mandi/berendam air hangat untuk menghilangkan
kelalahan akibat bekerja.
R/ : air hangat dapat membantu menghilangkan kekakuan otot
akibat kelelahan.
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Observasi tanda infeksi dan peradangan.
terhadap infeksi perawatan/kunjungan perawatan/kunjungan R/ : klien dengan infeksi biasanya telah mencetuskan keadaan
(sepsis) selama 3 kali, diharapkan selama 3 kali, ketoasidosis atau infeksi nosokomial.
diharapkan : 2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
berhubungan tidak terjadi penyebaran
Kadar gula darah baik.
dengan tingginya infeksi. normal (< 120
R/ : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial).
kadar gula darah. mg/dL)
3. Pertahankan teknik aseptic dalam pemberian perawatan.
Tidak terjadi infeksi
Klien merasa nyaman R/ : kadar glukosa yang tinggi akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur, masase kulit.
R/ : sirkulasi perifer bisa terganggu dan menyebabkan kerusakan
kulit atau iritasi seta infeksi.
5. Hindari terkena luka.
R/ : kadar glukosa yang tinggi akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
6. Bila terluka, segera bersihkan luka dengan air mengalir.
R/ : air mengalir dapat membantu menghilangkan bakteri/kuman.
7. Oleskan madu pada area luka, kemudian tutup luka dengan perban.
R/ : madu dapat membantu membunuh bakteri/kuman.
8. Ganti perban tiap hari.
R/ : perban yang bersih akan membantu mencegah terjadiya
pertumbuhan bakteri.
Evaluasi
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Kperawatan
1. Gangguan rasa 1. Mengkaji skala nyeri klien. Evaluasi struktur : ibu hadir dalam penyuluhan di
nyaman nyeri 2. Memberikan informasi / KIE tentang nyeri yang rumah ibu Jumadi.
(pusing) dirasakan klien. Evaluasi proses : ibu mengerti tentang manajemen
berhubungan 3. Menganjurkan klien untuk beristirahat dengan nyeri, ibu mempraktekkan pengetahuan yang didapat.
maksimal bila terasa nyeri.
dengan ketidak Evaluasi hasil : Ibu mengetahui tentang cara
4. Mengajarkan teknik relaksasi dengan tarik napas
adekuatan panjang dan keluarkan lewat mulut. mengatasi nyerinya, skala nyeri berkurang = 2, klien tampak
oksigenasi 5. Mengajarkan teknik distraksi dengan tenang ibu mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi
jaringan. mengalihakan perhatian klen dari rasa nyerinya. progresif.
6. Mengajarkan klien teknik relaksasi progresif.
7. Mengevaluasi hasil yang ditunjukkan klien.
2. Kelelahan/ 1. Mendiskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat Evaluasi struktur : ibu hadir dalam penyuluhan di
keletihan perencanaan dan identifikasi aktivitas yang rumah ibu Jumadi.
berhubungan menimbulkan kelelahan. Evaluasi proses : informasi tentang penyakit
2. Membantu mengidentifikasi pola energy dan buat
dengan penurunan kencing manis telah diberikan, telah dijelaskan tentang akibat
rentang keletihan skala 0-10 (0=tidak lelah, 10=
energi metabolik. sangat lelah). dari peningkatan kadar gula darah yang berlebih, ibu
3. Mengajarkan teknik konservasi energy seperti mendengarkan penjelasan perawat.
modifikasi lingkungan. Evaluasi hasil : Ibu telah mengetahui tentang
4. Memberikan aktivitas alternative dengan periode penyakit kencing manis dan komplikasinya, ibu mengatakan
istirahat yang cukup/tanpa diganggu. akan selalu control gula darah, dan minum obat bila gula
5. Meningkatkan partisipasi klien dalam melakukan darahnya tinggi dan ibu akan melakukan cara yang telah
aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan. diajarkan.
6. Menganjurkan untuk mandi/berendam air hangat
untuk menghilangkan kelalahan akibat bekerja.
3. Resiko tinggi 1. Mengobservasi tanda infeksi dan peradangan. Evaluasi struktur : ibu hadir dalam penyuluhan di
terhadap infeksi 2. Meningkatkan upaya pencegahan dengan rumah ibu Jumadi.
(sepsis) melakukan cuci tangan yang baik. Evaluasi proses : telah dijelaskan penyebab dari
berhubungan 3. Mempertahankan teknik aseptic dalam pemberian kencing manis, telah diberikan informasi tentang komplikasi
dengan tingginya perawatan. dari penyakit kencing manis, ibu mendengarkan penjelasan
kadar gula darah. 4. Memberikan perawatan kulit dengan teratur, perawat.
masase kulit. Evaluasi hasil : Ibu telah mengetahui tentang cara
5. Menghindari terkena luka.
mencegah infeksi bila ia terluka, dan ibu akan mempraktekkan
6. Apabila terluka, segera bersihkan luka dengan air
cara yang telah diajarkan.
mengalir.
7. Mengoleskan madu pada area luka, kemudian
tutup luka dengan perban.
8. Mengganti perban tiap hari.