Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/301797212

Anthelmintic Potential of Bacteria Derived Marine Sponges Extracts Against


Trichostrongylidae (Nematodes) Sheep Parasite

Article · April 2016


DOI: 10.18343/jipi.21.1.41

CITATIONS READS

0 66

3 authors:

Muhammad Reza Faisal Mujizat Kawaroe


Carl von Ossietzky Universität Oldenburg Bogor Agricultural University
4 PUBLICATIONS   7 CITATIONS    14 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Fadjar Satrija
Bogor Agricultural University
44 PUBLICATIONS   419 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Microalgae Cultivation for biofuel production View project

Transmission study of schistosomiasis japonica in animals of endemic area Cental Sulawesi Province, Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Reza Faisal on 05 October 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2016 Vol. 21 (1): 4147
ISSN 0853-4217 http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI
EISSN 2443-3462 DOI: 10.18343/jipi.21.1.41

Potensi Antelmintika Ekstrak Bakteri Simbion Spons Laut Terhadap


Trichostrongylidae (Nematoda) Parasit Domba
(Anthelmintic Potential of Bacteria Derived Marine Sponges Extracts
Against Trichostrongylidae (Nematodes) Sheep Parasite)
Muhammad Reza Faisal1, Mujizat Kawaroe2*, Fadjar Satrija3
(Diterima Agustus 2015/Disetujui Januari 2016)

ABSTRAK
Infeksi parasit trichostrongylidae (nematoda) yang menyerang domba memiliki resistansi terhadap antelmintika
saat ini. Pemanfaatan bioaktif dari bakteri simbion spons memiliki potensi sebagai alternatif antelmintika yang
alami terhadap infeksi parasit trichostrongylidae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak
bakteri simbion spons laut yang dapat menghasilkan golongan senyawa bioaktif sebagai antelmintika terhadap
larva parasit trichostrongylidae pada domba. Isolat bakteri simbion spons yang dilabel S1 dan S2 diekstrak dengan
pelarut metanol. Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan karakterisasi golongan senyawa bioaktif yang
berpotensi untuk menghambat migrasi larva. Konsentrasi yang digunakan untuk uji hambat migrasi larva
trichostrongylidae domba, yaitu 25, 50, 100, 250, dan 500 µg/ml. Perlakuan kontrol positif dilakukan menggunakan
larutan albendazol sementara kontrol negatif menggunakan larutan NaCl fisiologis. Kedua ekstrak memiliki
kandungan toksisitas dalam membunuh larva Artemia salina di bawah konsentrasi <1000 µg/ml. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak S1 dan S2 yang diberikan menyebabkan peningkatan hambatan migrasi larva. Kedua ekstrak
memiliki kemampuan menghambat migrasi larva parasit domba dengan nilai LC50, yaitu 165,63 µg/ml (S1) dan 374,9
µg/ml (S2). Kemampuan ekstrak dalam menghambat migrasi larva disebabkan adanya kandungan golongan
senyawa bioaktif yang dimiliki, yaitu triterpenoid pada kedua ekstrak dan golongan senyawa flavonoid pada ekstrak
S1. Perlakuan kontrol positif dengan albendazol menunjukkan aktivitas penghambatan tinggi, yaitu 95,5 dari total
larva yang diuji.

Kata kunci: antelmintika, bakteri, larva nematoda, spons

ABSTRACT
Trichostrongylidae (nematodes) parasitic infection of sheep were recently resistance to anthelmintics. Bioactive
utilization of bacteria derived sponges had potential as anthelmintics alternative naturally against
trichostrongylidae parasitic infections. The Aims of this study was to determine the activity of bacteria derived
sponge extracts which produced anthelmintics bioactive compounds against sheep trichostrongylidae parasite.
Bacteria derived sponges isolates which labeled S1 and S2 were extracted by methanol. Phytochemical test were
conducted to determined characterization of bioactive compounds which potentially to inhibit larvae migration.
Concentration which used to Larva Migration Inhibition Assay (LMIA) were 25, 50, 100, 250, and 500 µg/ml. Positive
control treatment was used albendazole while negative control by physiological of NaCl. Both of extracts were
contained toxicity to againts Artemia salina larvae which <1000 µg/ml concentration. The higher concentration of S1
and S2 extracts were affected to increase larvae migration. Both of extracts were potential to inhibit larvae
migration which LC50 value were 165.63 µg/ml (S1) and 374.9 µg/ml (S2). The ability of extracts which inhibit larvae
migration caused by bioactive compounds which contained triterpenoids in both of extracts then flavonoid
compounds only by S1. Albendazole was showed a highest inhibitory activity which contained 95.5 of the total
test nematode larvae.

Keywords: anthelmintics, bacteria, nematode larvae, sponge

PENDAHULUAN melawan infeksi cacing (helminth) dalam tubuh


penderita (Dargatz et al. 2000). Obat ini sering dipakai
Antelmintika adalah obat yang digunakan untuk dalam mengatasi permasalahan infeksi di bidang
peternakan ruminansia kecil seperti domba. Infeksi
1
Sekolah Pascasarjana, Fakultas Perikanan dan Ilmu akibat larva cacing nematoda menjadi faktor utama
Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, dalam ekonomi produksi ternak domba yang me-
Bogor 16680. nyebabkan penurunan bobot tubuh domba (He et al.
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
1988; Ademola & Ellof 2010). Cacing yang berparasit
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. dalam saluran pencernaan ruminansia didominasi
3
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, oleh anggota Super Famili Trichostrongyloidae (ne-
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, matoda) diantaranya Haemonchus, Trichostrongylus,
Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. dan Cooperia. Telah diketahui adanya resistansi ter-
* Penulis Korespondensi: mujizatk@gmail.com hadap cacing yang beradaptasi terhadap pemakaian
42 JIPI, Vol. 21 (1): 4147

antelmintika saat ini (Hrckova & Velebny 2013). Ekstraksi senyawa bioaktif menggunakan metode
Kehadiran infeksi larva yang resistan terhadap pe- Sunaryanto et al. (2010) yang telah dimodifikasi
ngaruh obat sintetis akan memberikan dampak yang dengan mengultur isolat bakteri starter pada 1000 ml
panjang terhadap peternak melalui penyebaran media Zobell 2216 ½ strength (30 C/150 rpm) hingga
cacing nematoda resistan ke domba yang lain mencapai fase stasioner. Kultur cair kemudian
(Easwaran et al. 2009). Eksplorasi terhadap antelmin- ditambahkan pelarut metanol dengan perbandingan
tika alternatif alami perlu dilakukan untuk mengham- volume 1:0,75. Lapisan metanol dievaporasi dengan
bat perkembangan infeksi larva nematoda domba. menggunakan rotary evaporator pada suhu 50 C
Spons adalah invertebrata yang termasuk dalam untuk mendapatkan ekstrak isolat. Uji fitokimia dilaku-
Filum Porifera yang menjadi perhatian utama dalam kan dengan metode Harborne (1987) meliputi uji
berbagai riset mengenai senyawa bioaktif (Mayer & golongan senyawa alkaloid, flavanoid, saponin, tanin,
Hamann 2005; Taylor et al. 2007). Spons sebagai antrakuinon, dan steroid/triterpenoid dari ekstrak S1
filter feeder, menyerap air laut yang mengandung dan S2. Uji alkaloid teridentifikasi apabila terdapat
berbagai macam mikroorganisme salah satunya endapan cokelat setelah diberikan penambahan pe-
bakteri laut (Lee et al. 2001). Jumlah bakteri yang reaksi Wagner, endapan putih dengan pereaksi Meyer
terkandung dalam spons dapat mencapai 4060 dan endapan merah jingga dengan pereaksi Dragen-
dari total biomassa spons (Lee et al. 2001). Fungsi dorff. Golongan senyawa flavonoid dapat terlihat
interaksi antara spons dan mikroorganisme tersebut dengan adanya warna kuning, merah, atau jingga
antara lain untuk pertukaran nutrisi, stabilitas struktur pada lapisan amil alkohol. Kehadiran busa pada
spons, dan produksi metabolit sekunder (Taylor et al. larutan uji setelah direaksikan dengan pelarut menan-
2007). Telah diketahui bahwa mikroorganisme yang dakan teridentifikasinya golongan senyawa saponin
bersimbiosis dengan invertebrata laut diperkirakan pada ekstrak. Golongan senyawa tanin dapat ter-
dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder identifikasi dengan kehadiran warna hijau, biru, atau
yang sama dengan inangnya (Faulkner et al. 2000). kehitaman setelah diberikan pereaksi besi (III) klorida.
Pemanfaatan senyawa bioaktif dari bakteri simbion Kehadiran golongan senyawa antrakuinon dapat di-
menjadi solusi dalam pengendalian eksploitasi spons ketahui dengan adanya warna kuning setelah di-
dalam jumlah besar. berikan pelarut bensen. Kehadiran triterpenoid pun
Penelitian mengenai eksplorasi senyawa bioaktif dapat diketahui dengan perubahan larutan uji biru
spons sebagai antelmintika sudah pernah dilakukan hijau setelah diberikan asam sulfat pekat. Uji fitokimia
(Hrckova & Velebny 2013). Akan tetapi, informasi ini dilakukan di Laboratorium Biofarmaka, LPPM IPB.
mengenai eksplorasi senyawa bioaktif mikroorganis- Uji toksisitas menggunakan larva Artemia salina
me bakteri simbion spons terhadap infeksi larva dilakukan menurut Meyer et al. (1982) yang dimodifi-
nematoda pada domba belum ditemukan. Penelitian kasi. Larutan ekstrak bakteri diberikan pada tiap
mengenai eksplorasi senyawa bioaktif bakteri simbion perlakuan dengan konsentrasi 10, 100, 250, dan 500
spons diharapkan menjadi antelmintika alternatif alami µg/ml ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml air laut
terhadap infeksi larva nematoda domba. Tujuan dari dan 20 ekor larva A. salina. Konsentrasi 0 µg/ml
penelitian antara lain menguji aktivitas ekstrak bakteri digunakan sebagai kontrol. Pengujian dilakukan se-
simbion spons laut dalam menghasilkan senyawa banyak 3 kali kemudian inkubasi selama 24 jam.
bioaktif sebagai antelmintika terhadap larva nematoda Pengamatan mortalitas larva dilakukan dengan men-
domba. Hasil uji kemudian dapat menentukan isolat catat jumlah larva yang mati.
bakteri simbion spons terbaik sebagai antelmintika
larva nematoda domba. () Kematian =
a a ian a an- a a ian n
....(1)
a a aa a
METODE PENELITIAN Nilai kematian organisme 50 (LC50) ditentukan
dengan menggunakan kurva antara logaritma kon-
Isolat bakteri simbion spons yang digunakan sentrasi ekstrak (x) dan nilai probit dari persentase
dalam penelitian merupakan koleksi Laboratorium kematian larva udang (y). Analisis probit digunakan
Mikrobiologi Laut, Fakultas Perikanan dan Ilmu berdasarkan dari metode Finney dan Stevens (1948).
Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan kode S1 Uji hambatan migrasi larva infeksi nematoda
dan S2 yang memiliki aktivitas paling tinggi dalam domba (Larval Migration Inhibition Assay (LMIA))
membunuh cacing Ascaridia gali. Peremajaan isolat dilakukan secara in vitro menggunakan metode yang
dilakukan pada media agar Zobell 2216 ½ strength dikembangkan oleh Molan et al. (2000). LMIA
dengan inkubasi suhu 28 C selama 2 × 24 jam (Devi dilakukan terhadap kedua ekstrak dengan kon-
et al. 2010). Pengamatan kurva pertumbuhan sentrasi, yaitu 25, 50, 100, 250, dan 500 µg/ml.
dilakukan berdasarkan Sunatmo (2009) yang di- Sampel ekstrak selanjutnya dilarutkan dengan larutan
modifikasi dengan mengultur cair isolat bakteri (30 NaCl fisiologis. Perlakuan kontrol negatif dilakukan
C/150 rpm/72 jam). Pembuatan kurva pertumbuhan dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis tanpa
bakteri dilakukan dengan menghitung jumlah bakteri pemberian ekstrak. Perlakuan kontrol positif dilakukan
pada media agar dan pengukuran Optical Density dengan menggunakan larutan albendazol dengan
(OD) dengan panjang gelombang 660 nm. konsentrasi 100 µg/ml. Larva uji didapatkan dari hasil
JIPI, Vol. 21 (1): 4147 43

penetasan telur nematoda domba milik Unit Pengelo- HASIL DAN PEMBAHASAN
laan Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran
Hewan (sebagian besar terinfeksi Famili Tricho- Pertumbuhan Sel Bakteri
strongylidae). Pelepasan selubung larva L3 dilakukan Hasil pengamatan tiap 6 jam selama 72 jam
dengan mencampurkan 3 ml larva uji oleh 75 µl/ml 2 menunjukkan bahwa fase pertumbuhan sel mencapai
NaClO. Hasil campuran kemudian divortex dan pada fase stasioner selama 48 jam untuk S1 dan 42
diinkubasi (40 C/3 menit). Larutan disaring meng- jam untuk S2 (Gambar 1). Jumlah sel yang dihasilkan
gunakan kertas saring ukuran 5 µm. Hasil larva yang pada jam ke-48 oleh S1, yaitu 6,7 × 106 sel/ml dan
terlepas dari selubung didapatkan dengan merendam jam ke-42 oleh S2, yaitu 7,9 × 106 sel/ml.
kertas saring ke dalam larutan fisiologis dan siap Produksi sel mengalami penurunan pada jam
dilakukan uji. selanjutnya hingga jam ke-72 untuk kedua isolat.
Sumur uji dipersiapkan untuk setiap perlakuan Hasil pengamatan kurva pertumbuhan kedua isolat
yang berisikan 100 µl suspensi larva (~150 larva L3). dapat dijadikan sebagai penentuan waktu stasioner
Larutan ekstrak sebanyak 100 µl diberikan pada untuk dilakukan ekstraksi. Hal ini dikarenakan bakteri
setiap perlakuan ke dalam sumur dan dicampur merespons secara fisiologis seperti megeluarkan
secara perlahan selama 5 menit. Hasil pencampuran senyawa metabolit sekunder untuk dapat bertahan
kemudian diinkubasi (21 C/2 jam). Perlakuan dilaku- hidup sebelum menuju fase kematian (Bacun-Druzina
kan sebanyak enam kali ulangan. Hasil inkubasi et al. 2011).
kemudian dihangatkan (37 C/10 menit) dan disaring
(20 µm) ke dalam sumur baru yang berisi 1800 µl Ekstraksi dan Uji Fitokimia Ekstrak Isolat
larutan fisiologis. Proses penyaringan dilakukan Rendemen ekstrak metanol senyawa bioaktif
secara perlahan untuk menghindari kerusakan pada menghasilkan jumlah rendemen dalam 1000 ml kultur
kertas saring. Pencampuran larutan uji dilakukan cair, yaitu 153 mg (0,015) untuk ekstrak S1 dan 248
setiap satu kali penuangan pada tiap perlakuan. mg (0,024) untuk ekstrak S2. Hasil ekstraksi dari
Sumur baru selanjutnya diinkubasi (37 C/45 menit) kedua isolat menunjukkan bahwa ekstrak dari bakteri
pada ruang gelap. Perhitungan jumlah larva yang lebih efektif dibandingkan dengan spons. Ekstraksi
berhasil melewati saringan dengan menggunakan langsung pada jaringan spons diperoleh berkisar
mikroskop stereo perbesaran 10x. LMIA ditentukan 110 dari bobot total tubuhnya. (Lee et al. 2012).
mengacu pada Rabel et al. (1994) dengan rumus di Hasil uji fitokimia ekstrak S1 dan S2 dapat dilihat pada
mana An merupakan jumlah larva yang bermigrasi Tabel 1.
pada konsentrasi ke-n (ekor) sedangkan Bn me- Hasil uji memperlihatkan golongan senyawa
rupakan jumlah larva yang tidak bermigrasi pada triterpenoid dimiliki oleh kedua ekstrak. Penelitian
konsentrasi ke-n (ekor). mengenai potensi senyawa triterpenoid terhadap
nematoda masih terbatas pada ekstrak tanaman (Li et
Bn kontrol al. 2013; Ibrahim et al. 2014). Hal ini dapat diasumsi-
-
n Bn kontrol n Bn
 Larva Migrasi = kontrol ..(2) kan kandungan golongan senyawa triterpenoid pada
1-
kontrol n Bn kedua ekstrak dapat diindikasikan memiliki potensi
terhadap nematoda khususnya larva infeksi pada
Nilai LC50 didapatkan dengan menentukan domba. Hasil uji menunjukkan kandungan golongan
konsentrasi kematian yang dapat secara efektif flavonoid hanya terdeteksi pada ekstrak S1. Beberapa
menghambat 50 migrasi larva menggunakan kurva penelitian menunjukkan bahwa kehadiran golongan
dosis-respons antara nilai mortalitas probit (y) dengan senyawa ini tampak pada ekstrak yang memiliki
konsentrasi logaritmik (x). aktivitas antelmintika yang tinggi walaupun memiliki
tingkat toksisitas yang rendah (Middleton et al. 2000).

10 8
Jumlah sel/ml (106)
Jumlah sel/ml (106)

7
8
6
6 5
4
4 3
2
2
1
0 0
6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72
Jam Jam
a b
Gambar 1 Kurva pertumbuhan isolat bakteri (a) S1 dan (b) S2.
44 JIPI, Vol. 21 (1): 4147

Tabel 1 Uji fitokimia ekstrak S1 dan S2 Tabel 2 Persentase mortalitas larva A. salina pada uji
toksisitas ekstrak S1 dan S2
Ekstrak isolat
Golongan senyawa
S1 S2 Konsentrasi Mortalitas 
Alkaloid - - Sampel ekstrak (ulangan) Mortalitas
Flavonoid + - (µg/ml) U1 U2 U3 A. salina
Saponin - - Kontrol 0 0 0 0 0
Tanin - - S1 10 3 4 7 23,3
Steroid/triterpenoid + + 100 10 12 9 51,7
Keterangan : + = terdeteksi, - = tidak terdeteksi 250 17 14 12 71,7
500 20 20 20 100
Uji Toksisitas terhadap Larva Artemia salina S2 10 4 3 5 20
Hasil uji toksisitas ekstrak isolat memiliki variasi 100 9 11 14 56,7
kematian larva yang berbeda pada tiap konsentrasi- 250 16 18 13 78,3
nya (Tabel 2). Hasil uji memperlihatkan bahwa nilai 500 20 20 20 100
persentase mortilias dari kedua ekstrak isolat yang
mendekati pada nilai 50 terdapat pada konsentrasi konsentrasi ekstrak yang diberikan menyebabkan nilai
100 µg/ml. hambat larva untuk migrasi semakin besar. Konsen-
Hasil uji menunjukkan bahwa kematian larva trasi yang memiliki pengaruh rendah hingga tertinggi
A.salina tidak terjadi pada perlakuan kontrol. Hal ini dimulai dari konsentrasi 25<50<100<250<500 µg/ml.
menandakan kondisi lingkungan A.salina pada kontrol Hasil uji menunjukkan ekstrak S1 memiliki nilai
baik untuk hidup sehingga tidak menyebabkan ke- toksisitas lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak S2
matian. Nilai mortalitas probit dalam setiap konsen- di mana konsentrasi 500 µg/ml dapat menghambat
trasi maka akan diketahui grafik hubungan log 83,70 dari seluruh total larva yang diuji. Konsentrasi
konsentrasi ekstrak (x) terhadap nilai mortalitas probit tertinggi yang diuji dari ekstrak S2, yaitu 55,7
(y) pada Gambar 2. Hasil uji toksisitas ekstrak S1 dan memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan esktrak
S2 memperlihatkan bahwa nilai mortalitas probit S1 pada konsentrasi 250 µg/ml, yaitu 57,92. Kontrol
berbanding lurus dengan log konsentrasi uji. Semakin negatif pada uji migrasi larva tidak menghasilkan larva
besar konsentrasi yang digunakan maka semakin yang tersangkut pada kertas saring. Berikutnya
besar pula persentase mortalitas yang terjadi. larutan albendazol sebagai kontrol positif uji yang
Nilai persentase mortalitas larva A.salina tertinggi menunjukkan hasil tertinggi terhadap seluruh perlaku-
yang dimiliki oleh kedua isolat terdapat pada an. Berdasarkan nilai mortalitas probit yang didapat-
konsentrasi 500 µg/ml sebesar 100. Hasil grafik nilai kan terhadap migrasi larva yang diuji menunjukkan
mortalitas probit menunjukkan bahwa nilai LC50 perbandingan lurus terlihat dari grafik yang dihasilkan
ekstrak S1 dalam 24 jam sebesar 69,38 µg/ml antara nilai mortalitas probit dengan log konsentrasi.
sedangkan S2 sebesar 58,48 µg/ml. Uji toksisitas Konsentrasi di mana larva tidak mengalami migrasi
larva A.salina merupakan uji yang umum digunakan sebanyak 50, yaitu 165,63 µg/ml untuk S1 dan
sebagai tahapan awal (prescreening) dalam penapi- 374,9 µg/ml untuk S2.
san senyawa bioaktif. Konsentrasi ekstrak S1 dan S2 Hasil uji in vitro migrasi larva nematoda domba
memiliki efek toksisitas dengan nilai LC50 di bawah memperlihatkan adanya pengaruh daya hambat
1000 µg/ml (Meyer et al. 1982). Suatu bahan kimia ekstrak isolat terhadap migrasi larva nematoda pada
dinyatakan berkemampuan toksik akut bila aksi domba. Beberapa penelitian sudah terekam cukup
langsungnya mampu membunuh 50 atau lebih po- baik mengenai potensi spons sebagai antelmintika
pulasi uji dalam selang waktu yang pendek, misal 24 (Chen et al. 2002; Mayer & Hamann 2005). Informasi
dan 48 jam (Meyer et al. 1982). Hal ini menunjukkan mengenai potensi bakteri terhadap menghambat
bahwa ekstrak yang dimiliki oleh kedua isolat bersifat perkembangan larva nematoda masih sedikit seperti
bioaktif. Efek toksisitas yang dihasilkan terhadap larva potensi toksisitas Bacillus spp. dalam menghambat
A.salina diindikasikan berasal dari golongan senyawa pertumbuhan larva Haemonchus contortus (Sinott et
bioaktif yang dimiliki ekstrak S1 dan S2. Hal ini sesuai al. 2012). Akan tetapi informasi potensi bakteri sim-
dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami et al. bion dari spons tersebut belum ditemukan. Berdasar-
(2014) di mana golongan senyawa alkaloid, steroid, kan hasil uji diperkirakan senyawa bioaktif yang
dan flavonoid dapat bersifat toksik menyebabkan teridentifikasi pada uji fitokimia memberikan kontribusi
kematian terhadap hewan uji larva A.salina. Ebada et dalam menghambat migrasi nematoda domba. Hal ini
al. (2010) menunjukkan bahwa golongan senyawa menandakan kandungan ekstrak S1 dan S2 termasuk
triterpenoid memiliki toksisitas pada uji menggunakan ke dalam kandungan toksik (Gambar 3). Besarnya
larva A.salina. nilai hambat migrasi yang dihasilkan dapat mem-
berikan informasi baru mengenai potensi bioaktif
Uji Hambatan Migrasi Larva Nematoda Domba bakteri simbion spons laut terhadap larva nematoda
Hasil uji migrasi larva menggunakan ekstrak isolat domba. Eksplorasi antelmintika alami yang telah
dengan konsentrasi yang berbeda memiliki nilai per- dilakukan sebagian besar berasal dari lingkungan
sentase yang bervariasi seperti pada Tabel 3. Hasil uji terestrial. Akan tetapi beberapa penelitian membukti-
kedua isolat memperlihatkan bahwa semakin tinggi kan kandungan senyawa bioaktif dari organisme laut
JIPI, Vol. 21 (1): 4147 45

7 6
6 y = 1,1329x + 2,9981 5
R² = 0,9891

Mortilitas probit
Mortilitas probit

5
4
4
3 y = 0,8995x + 3,3439
3 R² = 0,981
2
2
1 1

0 0
0 1 2 3 0 1 2 3
Log konsentrasi Log konsentrasi
a b
Gambar 2 Analisis regresi log konsentrasi dengan probit  mortalitas ekstrak (a) S1 dan (b) S2 terhadap larva A. salina.

Tabel 3 Persentase mortalitas larva nematoda domba terhadap ekstrak S1 dan S2


Migrasi larva nematoda domba
Kode isolat Konsentrasi (µg/ml) LMIA ()
U1 U2 U3 U4 U5 U6
25 115 123 128 116 127 115 6,63
50 112 110 107 116 113 112 15,42
S1 100 93 89 97 83 85 87 36,47
250 64 57 59 62 55 65 57,92
500 26 29 21 25 19 18 83,7
25 119 124 121 129 131 118 5,86
S2 50 113 117 126 115 109 114 10,5
100 104 98 108 111 112 97 22,31
250 79 76 83 81 85 82 42,24
500 65 63 58 55 66 57 55,7
Albendazol (100 µg/ml) 3 7 5 8 11 4 95,49
Kontrol (-) 127 135 129 131 139 142 0
Keterangan: U: Ulangan

6 6
y = 1,8705x + 0,849 y = 1,3582x + 1,504
5 R² = 0,9916 5
Mortalitas probit

R² = 0,996
Mortilitas probit

4 4

3 3

2 2

1 1

0 0
0 1 2 3 0 1 2 3
Log konsentrasi Log konsentasi
a b
Gambar 3 Analisis regresi log konsentrasi dengan probit  mortalitas ekstrak (a) S1 dan (b) S2 terhadap larva nematoda
domba.

memiliki aktivitas yang tidak kalah tinggi dibandingkan senyawa sintetis yang dapat membahayakan keseha-
lingkungan terestrial. Lysek et al. (2003) menyatakan tan domba (Teruel et al. 2011).
bahwa jumlah rata-rata kandungan total flavonoid
yang ada di tanaman terestrial memiliki hasil yang
serupa dengan spons. Perbandingan pemberian KESIMPULAN
albendazol dengan ekstrak kedua isolat jauh berbeda
di mana albendazol memberikan efek tiga kali lebih Ekstrak bioaktif dari bakteri laut yang bersimbiosis
besar pada ekstrak S1 dan 4 kali lebih besar pada dengan spons memiliki potensi dalam menghambat
ekstrak S2. Namun larutan pemakaian albendazol migrasi larva nematoda domba. Ekstrak S1 memiliki
yang berlebihan dapat mengakibatkan akumulasi toksisitas yang lebih tinggi dalam menghambat
46 JIPI, Vol. 21 (1): 4147

migrasi larva nematoda gastrointestinal domba. Akan of Selected Natural Compounds In The Control of
tetapi pemakaian albendazol tetap memiliki pengaruh Parasitic Diseases, Volume 9. Pharmaceutical
yang lebih tinggi dibandingkan kedua ekstrak Science & Drug Development. United Kingdom
tersebut. (UK). Springer. 3199. http://doi.org/bbk2
Ibrahim HS, Hamouda SES, El-kady AMA, Abd-Alla
HI. 2014. Study the nematicidal efficiency of
DAFTAR PUSTAKA Corchorus olitorius, Cinnamomum camphora,
Portulace oleraceae and Lantana camara
Ademola IO, Eloff JN. 2010. In vitro anthelmintic extracted saponins and their formulations on root-
activity of Combretum molle (R. Br. ex G. Don) knot nematodas Meloidogyne Spp.. Nature and
(Cunbretaceae) against Haemonchus contortus
Science.12(11): 4045.
ova and larvae. Veterinary Parasitology.169(12):
198203. http://doi.org/fnp7jb Lee YK, Lee JH, Lee HK. 2001. Microbial symbiont in
marine sponges. The Journal of Microbiology. 39:
Bacun-Druzina V, Butorac A, Mrvcic J, Dragicevic TL, 254264.
Sthelik-Tomas V. 2011. Bacterial stationary-phase
evolution. Food Technology and Biotechnology. Li Wei, Sun YN, Yan XT, Yang SY, Lee SJ, Byun HJ,
49(1): 1323. Moon CS, Han BS, Kim YH. 2013. Isolation of
nematicidal triterpenoid saponins from Pulsatilla
Chen Y, McCarthy PJ, Harmody DK, Schimoler- koreana root and their activities against
O’R R, C i n , S i nni ff C, P ni Meloidogyne incognita. Molecules.18(5):
SA, Wright AE. 2002. New bioactive peroxides 53065316. http://doi.org/bbk3
from marine sponges of the Family Plakiniidae.
Journal of Natural Products. 65(10): 15091512. Lysek N, Kinscherf R, Claus R, Lindeld T. 2003. L-5-
http://doi.org/fd8jzx Hydroxytryptophan: antioxidant and anti-apoptotic
principle of the intertidal sponge Hymeniacidon
Dargatz DA, Dargatz JLT, Sangster NC. 2000. heliophila. Zeitschrift für Naturforschung C.
Antimicrobic and anthelmintic resistance. 58(78): 568572. http://doi.org/bbk4
Veterinary Clinic of North America. 16(3): 515536.
Mayer AMS, Hamann MT. 2005. Marine
Devi P, Wahidullah S, Rodrigues C, Souza LD. 2010. pharmacology in 20012002: marine compounds
The sponge-associated bacterium Bacillus with anthelmintic, antibacterial, anticoagulant,
licheniformis SAB1: a source of antimicrobial antidiabetic, antifungal, anti-inflammatory,
compounds. Marine Drugs. 8(4): 12031212. antimalarial, antiplatelet, antiprotozoal,
http://doi.org/bmnprn antituberculosis, and antiviral actities; affectin the
Easwaran C, Harikrishnan TJ, Raman M. 2009. cardiovascular, immune and nervous system and
Multiple anthelmintic resistance in gastrointestinal other miscellaneous mechanisms of action.
nematodas of sheep in Southern India. Comparative Biochemistry and Physiology Part C:
Veterinarski Arhiv. 79(6): 611620. Toxicology & Pharmacology. 140(34): 265286.
http://doi.org/d84zfw
Ebada SS, Lin W, Proksch P. 2010. Bioactive
sesterterpenes and triterpenes from marine Meyer BN, Ferrighi NR, Putnam JE, Jacobsen LB,
sponges: occurrence and pharmacological Nichols DE, McLaughlin JL. 1982. Brine shrimp: a
significance. Marine Drugs. 8(2): 313346. convenient general bioassay for active plant
http://doi.org/dpzrr7 constituents. Planta Medica. 45(5): 3134.
http://doi.org/fdr53r
Faulkner DJ, Harper MK, Haygood MG, Salomon CE,
Schmidt EW. 2000. Symbiotic bacteria in sponges; Middleton E, Kandaswami CH, Theoharides TC. 2000.
sources of bioactive substances. In: Fusetani, N The effects of plant flavonoids on mammalian
(Ed). Drugs from the sea, Basel; Karger: 107119. cells: implications for inflammation, heart disease,
http://doi.org/fhq3dr and cancer. Pharmacol Reviews. 52: 673751.
Finney DJ, Stevens WL. 1948. A table for the Molan AL, Waghorn GC, Min BR, McNabb WC. 2000.
calculation of working probits and weights in probit The effect of condensed tannins from seven
analysis. Biometrika. 35(12): 191201. herbages on Trichostrongylus colubriformis larval
http://doi.org/dvrnww migration in vitro. Folia Parasitologica. 47(1):
3944. http://doi.org/bbk5
Harborne. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara
Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung (ID): He Simon, Tiuria R, Satrija F. 1988. Taksiran kerugian
ITB Pr. produksi daging akibat infeksi cacing saluran
pencernaan pada ternak domba. Seminar
Hrckova G, Velebny S. 2013. Parasitic helminths of Parasitologi Nasional V. 8596.
humans and animals: health impact and control. In:
Hrckova G, Velebny S. Pharmacological Potential
JIPI, Vol. 21 (1): 4147 47

Rabel B, Mc Gregor R, Douch PGC. 1994. Improved Sunatmo TE. 2009. Eksperimen Mikrobiologi dalam
bioassay for estimation of inhibitory effects of ovine Laboratorium. Jakarta (ID): Ardy Agency.
gastrointestinal mucus and anthelmintics on
Taylor MW, Radax R, Steger D, Wagner M. 2007.
nematoda larval migration. International Journal for
Sponge-associated microorganisms: evolution,
Parasitology. 24(5): 671676. http://doi.org/d56ss9
ecology, and biotecnological potential.
Sinott MC, Filho NAC, Castro LLD, Lorenzon LB, Microbiology and Molecular Biology Reviews.
Pinto NB, Capella GA, Leite FPL. 2012. Bacillus 71(2): 295347. http://doi.org/bw2w7t
spp. toxicity against Haemonchus contortus larvae
T M, D’ J, Ca a an R. 2 .E a ai n f
in sheep fecal cultures. Experimental
potential embryo toxicity of albendazol sulphoxide
Parasitology.132(2): 103108. http://doi.org/bbk6
in CF1 mice. Biocell. 35(1): 2933.
S na yan R, Ma , I a adi TT, Ma ’ d ZA,
Utami AWA, Wahyudi AT, Batubara I. 2014. Toxicity,
Hartato L. 2010. Isolation and characterization of
anticancer and antioxidant activity of extracts from
antimicrobial substance from marine Streptomyces
marine bacteria associated with sponge Jaspis sp.
sp. Journal Microbiology Indonesia. 4(2): 8489.
International Journal of Pharma and Bio Sciences.
http://doi.org/d34xfk
5(4): 917923.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai