Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 2

M.ADNAN RAFI’UDDIN : 2018310456


ROY KRISTIANTORO : 2018310453
FEBI MELIANIA : 2018310011
NURWAHYUNI : 2018310444
KONSEP NILAI ILLAHIYAH DAN INSANIYAH
DALAM MUAMALAH
PENGERTIAN NILAI ILAHIYAH DAN
INSANIYAH?
1) Nilai ilahiyah (Hablumminallah)
Nilai ilahiyah (hablumminallah) adalah nilai yang bersumber
dari Tuhan yang dititahkan melalui para rasul-Nya yang berbentuk
takwa, iman, adil yang diabadikan dalam wahyu ilahi.
2) Nilai insaniyah (Hablumminannas)
Nilai insaniyah (hablumminannas) Adalah nilai yang
diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh
manusia pula, dengan kata lain nilai insaniah adalah nilai yang lahir
dari kebudayaan masyarakat baik secara individu maupun
kelompok
JENIS-JENIS NILAI ILLAHIYAH

a) Nilai keimanan (aqidah)


Keimanan (aqidah) adalah sesuatu yang perlu dipercayai
terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Kepercayaan
tersebut hendaklah
bulat dan penuh, tidak tercampur dengan syak, ragu dan
kesamaran.
b) Nilai ubudiyah
Nilai ubudiyah merupakan nilai yang timbul dari hubungan
manusia dengan khalik, hubungan ini membentuk sistem ibadat, segala
yang berhubungan dengan Tuhan, yang diatur di dalam ibadah dan
mengandung nilai utama.

c) Nilai muamalah
Muamalah secara harfiah berarti “pergaulan” atau hubungan
antar manusia. Dalam pengertian bersifat umum, muamalah berarti
perbuatan atau pergaulan manusia di luar ibadah.
JENIS-JENIS NILAI INSANIYAH

A. ETIKA
Etika lebih cenderung ke teori dari pada praktik yang
membicarakan bagaimana seharusnya, yang menyelidiki,
memikirkan dan mempertimbangkan baik dan buruk, etika
memandang laku perbuatan manusia secara universal. Dalam
pengertian lain etika adalah ilmu yang membahas tentang
bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan pelbagai ajaran moral.
B. Nilai social
nilai sosial merupakan interaksi antar pribadi dan manusia
sekitar tentang nilai baik burusk, pantas dan tidak pantas, mesti
dan semestinya, sopan dan kurang sopan.
c) Nilai estetika
Nilai estetika mutlak dibtuhkan manusia, karena
merupakan bagian hidup manusia yang tak terpisahkan, yang
dapat membangkitkan semangat. Nilai estetika tidak hanya
berlaku pada institusi, tetapi berlaku dimana saja, baik itu agama,
pendidikan, sosial, politik, hukum, ekonomi, ideologi dan
sebagainya.
PERBEDAAN NILAI ILLAHIYAH DAN INSANIYAH

• Nilai-nilai ilahiyah, yang terdiri dari nilai ubudiyah dan nilai-nilai


muamalah.
• Nilai etika insani, yang terdiri dari: nilai rasional, nilai sosial, nilai
individual, nilai biovisik, nilai ekonomik, nilai politik, dan nilai estetik.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa nilai ilahi (nilai hidup etik
religius) memiliki kedudukan vertikal lebih tinggi daripada nilai hidup
lainnya. Disamping itu, nilai ilahi mempunyai konsekuensi pada nilai
lainnya, dan sebaliknya nilai lainnya memerlukan konsultasi pada nilai
ilahi, sehingga relasi termasuk vertikal linier. Sedangkan nilai hidup
insani (tujuh nilai insani) tersebut, mempunyai relasi sederajat dan
masing-masing tidak harus berkonsultasi, sehingga hubungan-nya
termasuk horizontal-lateral.
• Mungkin kita bertanya “ apakah yang sosial lebih tinggi daripada
yang individual?” filsafat hidup bangsa Indonesia mendudukkan
keduanya sederajat, tetapi ada keharusan terapan nilai individual
harus mempertimbangkan konsekuensi nilai sosialnya, demikian pula
terapan nilai sosial harus mempertimbangkan konsekuensi
individualnya, atau menurut istilah lainnya keseimbangan antara
kepentingan individual dan sosial. Karena itu realisasinya termasuk
lateral-sekuensial. Terapan nilai rasional (misalnya mengejar prestasi
studi) juga harus diimbangi dengan konsekuensi biofisiknya (seperti:
menjaga kesehatan, mengatur makan dan istirahat). Karena itu
hubungan yang biofisik dengan yang estetis, dan ebagainya.
HUBUNGAN NILAI ILLAHIYAH DAN
INSANIYAH
• Hakikat insan adalah mengakui, dan hakikat ilahi adalah diakui.
Namun di satu sisi, hakikat insan juga harus diakui, yaitu Allah
mengakui bahwa insan adalah hamba. Pengakuan ini hanya bagi
insan yang ingin mengetahui seberapa jarak antara dia dan Allah,
secara tegas disebutkan dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 186:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai