ITS Paper 24365 2208100012 Paper PDF
ITS Paper 24365 2208100012 Paper PDF
1, (2012) 1-6 1
D. Jenis-jenis Gangguan
Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem Gambar 2. Rangkaian CT-235
distribusi saluran 20 kV dapat digolongkan menjadi dua
macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari I0 x R L
luar sistem. Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan Vout −hitung = (1)
N
distribusi adalah : [4]
1) Dari jenis gangguannya. Persamaan 1 digunakan untuk menghitung tegangan luaran
a) Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui hubungan CT (Vout-hitung) yang membandingkan antara hasil kali arus
tanah. primer (I0 ) dan tahanan sekunder (RL ) dengan rasio belitan
b) Gangguan fasa ke fasa. (N).
c) Gangguan dua fasa ke tanah.
Dalam pengujian, CT-235 dihubungkan dengan empat
d) Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah.
beban resistif yang identik dengan arus operasi konstan yaitu
2) Dari lamanya gangguan.
1.25 ampere pada tegangan 220 volt. Modul beban resistif
a) Gangguan permanen.
b) Gangguan temporer. diaktifkan secara bertahap untuk melihat respon dari CT-235.
Alat ukur yang digunakan adalah Multimeter Digital GW
Instek GDM-8145 untuk mengetahui level tegangan luaran
E. Pemeliharaan Peralatan Listrik dari CT-235.
Pemeliharaan peralatan listrik adalah proses kegiatan untuk
mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan
dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. [5]
GDM -8145
Jenis–jenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut :
1) Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah
pemeliharaan yang dilakukan dengan cara mempred iksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan
kemungkinan peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Beban CT-235
2) Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah Resistif
kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah Gambar 3. Pengujian CT-235 dengan beban resistif
terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba.
3) Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang Tabel 2.
dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu tertentu Hasil error pengujian transformator arus CT -235
Vout- Vout-uji (mV) Error (%)
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk
Be ban hitung
kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya. (mV)
CT 1 CT 2 CT 3 CT 1 CT 2 CT 3
1 1,25 1,25 1,26 1,26 0 0,0001 0,0001
4) Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang 2 2,5 2,54 2,48 2,56 0,0016 0,0004 0,0036
dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang 3 3,75 3,77 3,68 3,84 0,0004 0,0049 0,0081
4 5 4,99 4,87 5,07 0,0001 0,0169 0,0049
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.
Mean Square 5,25.10 -4 5,6.10 -6 4,2.10 -3
Error RMS 2,3.10 -2 7,5.10 -2 6,5.10 -2
III. PERA NCANGA N DAN PEM BUATAN ALAT
A. Perancangan Sensor Dari hasil pengujian, CT pada tabel 2 terlihat bahwa
Dalam pengamb ilan data suhu, arus, dan tegangan tegangan luaran uji (Vout-uji) pada CT1 , CT2 , dan CT3
diperlukan sensor-sensor yang terpasang pada transformator. menunjukkan kecenderungan linier dan terjadi penyimpangan
Ada 2 macam sensor yang digunakan pada tugas akhir in i,
rata-rata masing-masing sebesar 0,23%, 0,075%, dan 0,065%
yaitu sensor suhu dan arus. Sedangkan untuk mendapatkan
JURNA L TEKNIK POMITS Vo l. 1, No. 1, (2012) 1-6 3
dari tegangan hasil perhitungan (Vout-hitung) dan sesuai lebih panas akibat terkena matahari. Peletakan sensor suhu
dengan persamaan 1. pada transformator tersaji pada gambar 5.
Dapat disimpulkan bahwa ketiga CT memiliki luaran
berupa tegangan yang linier terhadap arus primernya dengan
rasio atau faktor pengali sebesar 0.001 atau 103 , bila Transformator Suhu
Sensor
Bushing Sekunder
Bushing Primer
Online
disebabkan karena setiap CT memiliki karakteristik yang 5 2 monitoring
berbeda misalnya adalah kualitas ku mparan.
6 3
2) Perancangan Transformator Step Down
Pada alat online monitoring transformator menggunakan
tiga transformator step down yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan pada fasa R, S, dan T masing-masing Gambar 5. Skema peletakan sensor suhu pada transformator distribusi
terhadap fasa N. Data tegangan diambil pada sisi sekunder
transformator dengan besar tegangan 220 Volt. Set iap Setelah sensor suhu selesai dirangkai, selan jutnya
besarnya tegangan yang masuk ke transformator step down dilakukan pengujian terhadap beberapa kondisi suhu. Hal ini
diturunkan menjadi 3 volt agar data tegangan dapat diolah dilakukan untuk mengetahui karakteristik setiap LM-35 yang
oleh mikro kontroler. akan digunakan pada alat monitoring transformator.
Pada pengujian transformator step down digunakan sumber
tegangan 3 fasa dengan merk Leybold 725 702. Pengujian IV. PENGUJIAN A LAT DAN ANA LISIS DATA
dilakukan dengan menurunkan tegangan sumber secara A. Penyusunan Alat Pengujian
bertahap mulai dari tegangan maksimal sumber tegangan
Penyusunan alat disini adalah pengaturan letak
tersebut yaitu 228 Vo lt sampai 0 volt. Lalu hasil pembacaan
transformator, panel meter, alat ukur dan load bank yang
yang tertera pada LCD dicatat sebagai penentuan rasio yang
digunakan pada pengujian. Pengaturan letak tersebut
berguna dalam pemrograman mikrokontroler.
dilakukan supaya keamanan tetap terjaga ketika dilaku kan
pengujian. Penyusunan alat-alat pengujian tersaji pada gambar
17. Penyusunan alat-alat tersebut berdasarkan pada skema
Alat Online
pengujian gambar 6.
Monitoring
TRANSFORMATOR
GENERATOR STEP UP
200 KVA
400 V / 20 KV
Sumber FUSE
tegangan CUT-OFF
3 fasa
PT
POWER METER
Gambar 4. Pengujian transformator step down.
DUMMY LOAD CT
(LOAD BANK)
3) Perancangan Sensor Suhu TRANSFORMATOR
Sensor suhu yang digunakan dalam tugas akhir in i adalah STEP DOWN
25 KVA
Suhu
MCCB
LM-35. LM -35 adalah sensor suhu dari National 20 KV / 400 / 231 V
Arus
Semiconductor yang mempunyai akurasi tinggi. Keluaran ALAT
ONLINE
Tegangan
sensor suhu ini berupa tegangan yang akan naik sebesar MONITORING
Tabel 6.
Hasil pengujian transformator step down dengan pembebanan seimbang.
% HIOKI Alat Monitoring
Data arus Beban R S T R S T
(Pemasangan CT) 0 229,3 229,9 229,3 230,0 229,6 229,9
Gambar 7. Komponen-komponen pada board panel 20 227,3 228,6 227,6 228,4 228,8 228,6
40 225,8 227,1 226,1 228,0 228,1 228,1
60 225,0 226,2 225,3 227,5 227,2 227,6
80 223,8 224,8 224,3 233,0 232,7 232,9
100 222,9 223,5 223,3 230,5 230,4 230,7
Tabel 7.
Hasil error transformator step down dengan pembebanan seimbang.
Error (%)
Pemasangan % Beban
R S T
Sensor Suhu 0 0,49 0,25 0,36
20 1,21 1,44 1
40 1,44 1 1
60 0,49 1 1,21
80 0,16 0,25 0,36
100 0,25 0,16 0,16
Gambar 8. Pemasangan sensor suhu LM-35 pada transformator
Mean Square 0,67 0,68 0,68
Error RMS (%) 0,82 0,83 0,83
JURNA L TEKNIK POMITS Vo l. 1, No. 1, (2012) 1-6 5
kurang dari 209 VA C, sedangkan arus dan suhunya normal. UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kondisi 2 adalah kondisi ketika terjadi over current Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. PLN APJ
karena arus kerja pada fasa R meleb ihi 60% dari arus kerja Mojokerto dan PT. Mulya Jatra yang telah membantu secara
transformator 25 kVA yaitu 21,66 A mp. Akibat terjadinya materi, perlengkapan pengambilan data, dan tempat
over current pada fasa R, menyebabkan meningkatnya suhu percobaan. Serta Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen
(over temperature) transformator sedangkan tegangannya DIKTI), Departemen Pendid ikan dan Kebudayaan Republik
normal. Pada kondisi 3 adalah kondisi over voltage karena Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui
tegangan kerja pada fasa R meleb ihi 231 VA C, sedangkan dana hibah penelitian 2012.
arus dan suhunya normal. Pada kondisi 4 adalah kondisi
normal transformator. DAFTAR PUSTA KA
[1] Setiabudy, Rudy.“Transformator pada Sistem T ransmisi Listrik - Materi
KESIMPULAN DAN SARA N Kuliah Transmisi dan Distribusi Daya Listrik”.Depok.11 Maret 2008
[2] PT. PLN (Persero).”Buku 4 : Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
A. Kesimpulan Gardu Hubung T enaga Listrik”.Jakarta Selatan.9 Desember 2010
[3] Suswanto, Daman.“ Sistem Distribusi T enaga Listrik”.Padang.2009
Setelah melalui proses perancangan dan pembuatan alat [4] Suhadi, dkk.”T eknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3”.Jakarta.2008
yang kemudian dilanjutkan pada tahap pengujian serta analisa [5] PT. PLN (Persero) P3B.”Panduan Pemeliharaan Transformator
data secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan sebagai Tenaga”.13 Juni 2003
[6] T.S., Hutauruk.”Pentanahan Netral Sistem T enaga dan Pengetahuan
berikut :
Peralatan”. Penerbit Erlangga.Jakarta.1987.
1. Hasil pengukuran CT berdasarkan hasil pengujian [7] SPLN 8-2:1991.“Transformator T enaga – Bagian 2: Kenaikan
mempunyai error rata-rata pada pembebanan seimbang Suhu”.Jakarta.1991
yaitu 1,26%, sedangkan pada pembebanan tidak seimbang
sebesar 1,81%.
2. Hasil pembacaan data tegangan pada fasa R, S, dan T
masing-masing terhadap fasa N, mempunyai error rata-
rata pada pembebanan seimbang yaitu 0,82%, sedangkan
pada pembebanan tidak seimbang sebesar 0,43%.
3. Hasil pengukuran 3 pasang sensor suhu mempunyai error
rata-rata pada pembebanan seimbang sebesar 0,56%,
sedangkan pada pembebanan tidak seimbang sebesar
0,37%
4. Dalam tugas akhir in i belu m dapat dilaku kan pengiriman
data secara online, namun untuk fitur-fitur pada webserver
sudah siap untuk menerima data dari modul GSM/ GPRS.
C. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan tugas akhir
ini antara lain :
1) Perlu diadakan penelitian kembali tentang perancangan
online monitoring transformator daya dengan interface
yang berbeda.
2) Perlu dilakukan perbandingan penggunaan sensor suhu
LM-35 dengan sensor suhu yang lebih baik agar
pembacaan data suhu lebih akurat dan cepat.
3) Perlu d iadakan penelitian kembali terkait penggunaan
voltage devider (rangkaian pembagi tegangan) untuk
menurunkan tegangan sebelum d iolah oleh mikro kontroler.
4) Perlu pengembangan lebih lanjut mengenai sistem
ko munikasi data yang efektif.
5) Perlu penambahan fitur-fitur baru pada web server untuk
memudahkan operator dalam memantau kondisi
transformator seperti dapat membaca arus harmonisa,
mengetahui beban yang terpakai, dan dapat memprediksi
umur t ransformator.