Anda di halaman 1dari 12

STUDI KOMPARASI SELF-EFFICACY

GURU SD SN DAN RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Kristoforus Dowa Bili


STKIP Weetebula, Sumba, NTT
Email: itto_mslp@rocketmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self-efficacy guru SDSN dan
SD eks RSBI di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jenis komparasi. Populasi yang dipilih adalah guru SDSN dan SD
eks-RSBI di DIY dengan jumlah sampel sebanyak 351 guru, yaitu 248 guru SDSN dan 103
guru SD eks-RSBI. Data dikumpulkan dengan lembar skala psikologi tentang self-efficacy,
berdasarkan tiga dimensi Bandura. Data dianalisis secara univariat dan bivariat memakai
uji-t dua sampel independen. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa self-
efficacy guru SD eks RSBI lebih tinggi dibanding guru SDSN dengan selisih sebesar 0,1881.
Berdasarkan uji-t dua sampel independen diperoleh signifikansi perbedaan nilai p-value
sebesar 0,012, meskipun di masing-masing kabupaten menunjukan hasil berbeda.

Kata kunci: self-efficacy, guru, SDSN, dan SD eks RSBI

COMPARATIVE STUDY OF TEACHER SELF-EFFICACY IN SDSN AND RSBI


IN THE YOGYAKARTA SPECIAL PROVINCE

Abstract
This study aimed to determine the differences of the self-efficacy of teachers of Nationally
Standard Elementary School (NSES= SDSN) and Ex Pilot Internationally Standard Elementary
School (PISES = SD ex-RSBI) in Yogyakarta Special Region. This study was comparative research
using the quantitative approach. The population was SDSN and SD ex RSBI teachers. The sample
is 351 teachers, consisting of 248 SDSN teachers and 103 SD ex RSBI teachers. The data collection
instrument was a psychological scale sheet of self-efficacy based on Bandura’s three-dimension. The
data were analyzed univariately and bivariately by using the two-sample independent t-test. The
results show that the self-efficacy of SDSN teachers is lower than that of SD ex RSBI teachers in
DIY with the mean of 0.1881. Based on the two-sample independent t-test result shows a significant
different in the p-value of 0.012, although in each district showed different results.

Keywords: self-efficacy, teacher, SDSN, and SD ex RSBI.

PENDAHULUAN Nasional Pendidikan (SNP). Dalam PP ini,


Pendidikan merupakan salah satu terdapat 8 SNP, yaitu standar isi; standar
bidang yang menentukan pembangunan proses; standar kompetensi lulusan; stan-
sumber daya manusia berdaya saing dar pendidik dan tenaga kependidikan;
tinggi. Untuk mencapai sumber daya standar sarana dan prasarana; standar
manusia yang berdaya saing tinggi maka pengelolaan; standar pembiayaan; dan
pemerintah mengeluarkan berbagai regu- standar penilaian pendidikan. Sekolah
lasi, seperti Peraturan Pemerintah (PP) Dasar (SD) yang memenuhi 8 SNP disebut
nomor 19 tahun 2005 tentang Standar sebagai SDSN. Dari 8 SNP tersebut, stan-

9
10

dar pendidik dan tenaga kependidikan 2013. Muhammad Nuh menyatakan vo-
dipandang sebagai ujung tombak keber- nis pembubaran eks RSBI oleh MK, tidak
hasilan pendidikan. Adapun standar guru serta-merta membuat program dan sistem
SDSN adalah: 1) pendidik harus memiliki pembelajaran di sekolah model unggulan
kualifikasi akademik (minimal S1) dan tersebut berubah, dengan demikian, pe-
kompetensi sebagai agen pembelajar; 2) merintah tetap menjalankan sistem terse-
Sehat jasmani dan rohani; 3) memiliki but sampai akhir tahun ajaran.
kemampuan untuk mewujudkan tujuan Berbagai tuntutan dalam bentuk stan-
pendidikan nasional. dar guru yang dipersyaratkan pada pen-
Selain peraturan tentang SNP, peme- didik sebagaimana diuraikan terlebih
rintah juga mengakomodir adanya pen- dahulu, diharapkan berdampak pada ting-
didikan bertaraf internasional melalui ginya keyakinan diri (self-efficacy). Menurut
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Schunk (2008:113), “Instructional self-efficacy
Pendidikan Nasional. Dalam UU itu dis- refers to personal belief about one’s capabilities
ebutkan bahwa “Pemerintah dan/atau to help students learn. Artinya, keyakinan
pemerintah daerah menyelenggarakan diri dalam pengajaran merupakan keya-
sekurang-kurangnya satu satuan pen- kinan pribadi tentang kemampuan yang
didikan pada semua jenjang pendidikan dimiliki seseorang untuk membantu siswa.
untuk dikembangkan menjadi satuan Pandangan Schunk ini menekankan pada
pendidikan yang bertaraf internasional”. kompetensi atau kemampuan guru yang
Pada pasal 50, ayat (3). Atas dasar aturan apabila dimiliki secara meyakinkan maka
tersebut maka pemerintah merintis salah guru akan yakin pula dalam proses pelak-
satu sekolah berstatus SSN menjadi Rinti- sanaan tugas profesional.
san Sekolah Berstandar Internasional Kemudian, dalam pandangan yang le-
(RSBI), dengan standar guru berkualifikasi bih operasional, Ashton (Schunk, 2008:113)
akademik (minimal S1), pendidik mampu mengatakan bahwa “instructional self-
berbahasa Inggris atau bahasa asing lain- efficacy should influence teachers activities,
nya bagi mata pelajaran tertentu. Selain effort, and persistence with students.” Ber-
itu, dalam proses menuju hingga menjadi dasarkan pendapat tersebut, Ashton ingin
SBI, diperlukan adanya 10% guru berkuali- menegaskan bahwa keyakinan diri dalam
fikasi S2. pengajaran berpengaruh pada aktivitas,
Dalam proses perjalanan waktu, ba- usaha, dan ketekunan atau kebertahanan
nyak orang tua dan aktivis pendidikan guru bersama siswa.
mengajukan yudicial review terhadap pasal Dari kedua pandangan di atas, keya-
50 ayat (3) UU nomor 20 tahun 2003 tentang kinan diri dalam pengajaran sangat ber-
Sistem Pendidikan Nasional. Selanjutnya, peran, yaitu memengaruhi kegiatan guru,
Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan usaha, dan ketekunan dalam melaksana-
permohonan para orang tua dan aktivis kan tugas profesional bersama siswa. Ini
pada 8 Januari 2013, dengan alasan bahwa berarti guru yang memiliki keyakinan diri
pasal tersebut tidak mempunyai kekuatan tinggi akan melakukan aktivitas menga-
hukum yang mengikat (Redaktur, 9 Janu- jar secara sungguh-sungguh, berusaha
ari 2013). Dengan demikian, secara yuridis memaksimalkan kompetensi yang dimi-
formal RSBI telah resmi dibubarkan. Ka- liki, dan tekun atau terus-menerus melak-
rena itu, semua jenjang pendidikan yang sanakan tugas profesional bersama siswa,
berlabel RSBI secara riil berubah menjadi yaitu mengajar, mendidik, melatih, meng-
eks RSBI. Namun, dalam pelaksanaannya arahkan, membimbing, menilai, dan meng-
RSBI masih tetap berlangsung sampai evaluasi. Selain itu, guru yang memi-
dengan akhir tahun ajaran, yaitu Juni liki keyakinan diri tinggi lebih cenderung

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, Volume 7, Nomor 2, September 2014


11

mengembangkan kegiatan yang me- mediate (Admin, 2012). Ketiga, program


nantang, membantu siswa berhasil, dan RSBI kurang diterima dengan baik oleh
bertahan dengan siswa yang memiliki para guru. Dengan kata lain, para guru
masalah. cenderung merasa berat atau sulit untuk
Sebaliknya, guru yang memiliki keya- melaksanakan pembelajaran bilingual.
kinan diri rendah akan cenderung meng- Para guru (eks) RSBI kurang menyetujui
hindar merencanakan kegiatan dan tidak penerapan ketentuan pembelajaran bili-
bertahan dengan siswa agar bisa mema- ngual yang rancu.
hami pelajaran dengan lebih baik. Ashton Kondisi sebagaimana diuraikan di atas
dan Webb (Schunk, 2008:113) menemukan menunjukkan minimnya kemampuan para
dalam penelitian bahwa “guru yang memi- guru dalam melaksanakan pembelajaran
liki self-efficacy tinggi memiliki lingkungan berbahasa asing. Hal ini bertolak belakang
kelas yang positif, ide, dan memberikan dengan harapan ideal bahwa adanya ke-
dukungan perhatian terhadap kebutuhan mampuan (competence) yang dimiliki guru
siswa.” akan berdampak pada tingginya keyakinan
Namun, merujuk pada fakta di lapang- diri untuk melaksanakan tugas profesio-
an terdapat perbedaan yang kontradiktif di nal. Fakta kontradiktif tersebut merupakan
mana guru menghadapi berbagai masalah. informasi kurangnya keyakinan diri guru
Fakta yang dimaksud terjadi pada kedua yang disebabkan oleh kemampuan yang
sekolah unggulan, yaitu tidak hanya terjadi belum sesuai dengan standar. Dalam hal
pada guru eks RSBI tetapi juga pada guru ini, self-efficacy (keyakinan diri) para guru
SSN, termasuk tingkat sekolah dasar. Pada baik guru SDSN maupun SD eks RSBI
guru SSN, kompetensi seperti kompetensi masih kurang.
pedagogik, kepribadian, profesional, dan Keyakinan diri guru yang masih kurang
sosial yang dimiliki masih minim. Hal ini akan berdampak pada kurang optimal-
dapat dilihat dari hasil pelaksanaan uji nya pelaksanaan tugas profesional guru.
kompetensi yang dilaksanakan oleh Ke- Schunk (2008:113) mengatakan bahwa
menterian Pendidikan dan Kebudayaan, guru yang memiliki keyakinan diri rendah
di mana hasil nilai rata-rata guru masih menjauhi merencanakan kegiatan yang
rendah. mereka percaya melebihi kemampuan.
Sedangkan pada guru SD (eks) RSBI, Artinya, ketika guru merasa bahwa suatu
terdapat berbagai persoalan. Pertama, kegiatan atau tugas melampaui kemam-
guru (eks) RSBI belum memenuhi kri- puan, guru akan menghindari pekerjaan
teria kualifikasi pendidikan S2. Hal ini yang dimaksud. Selain itu, keyakinan diri
diketahui ketika peneliti melaksanakan guru yang rendah berdampak pada tidak
prasurvei pada September 2012. Pada- bertahannya guru membantu siswa untuk
hal berdasarkan persyaratan, komposisi memahamkan materi secara lebih baik;
guru berkualifikasi pendidikan S2 untuk menunjukkan komitmen dan semangat
SD (eks) RSBI ketika menjadi SBI adalah kerja yang minim; kurang bereksperi-
10%. Kedua, kemampuan berbahasa Ing- men menggunakan metode-metode yang
gris pendidik dan tenaga kependidikan lebih relevan dengan materi pembelajaran;
(eks) RSBI pada SD masih berada pada kurang usaha dan keuletan dalam proses
level novice (pemula) dengan skor 10-250 pembelajaran; kurang berusaha untuk
atau sekitar 50%. Padahal mengacu pada memfasilitasi kebutuhan belajar siswa
persyaratan yang ada, tenaga pendidik dengan media pembelajaran yang lebih
(eks) RSBI dan SBI dituntut memiliki menarik. Guru juga cenderung kurang
kemampuan bahasa Inggris aktif dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran
skor TOEFL minimal 450 pada level inter- yang menantang.

Studi Komparasi Self-Efficacy Guru SD SN dan RSBI di Daerah Istimewa Yogyakarta


12

Keyakinan diri guru yang masih ku- preparation, physical condition (sickness,
rang dapat disebabkan karena belum fatigue), and affective mood, as well as
terpenuhinya kompetensi yang diper- external conditions such as the nature
syaratkan. Salah satu akibatnya, guru of the task (length, difficulty) and social
kurang menyetujui penggunaan bahasa milieu (general classroom conditions).
asing yang dominan dalam pembelajaran.
Penggunaan bahasa asing yang dominan Artinya, self-efficacy diasumsikan lebih
dipandang menomorduakan bahasa Indo- dinamis berfluktuasi, dapat berubah dari
nesia sebagai bahasa ibu. statis dan stabil untuk tugas dan waktu
Kondisi ini menunjukkan adanya suatu tertentu. Dengan demikian, dapat dikata-
persoalan pada kedua SD unggulan terse- kan bahwa self-efficacy merupakan persepsi
but yang menunjukkan masih kurangnya keyakinan yang bersifat dinamis tentang
self-efficacy guru dalam melaksanakan kemampuan (competence) seseorang da-
tugas profesional. Karena itu, perlu dikaji lam melaksanakan tugas/pekerjaan yang
dan dibandingkan untuk mengetahui guru diemban.
pada kelompok manakah yang memiliki Bandura (1997:42-43) menyebutkan
self-efficacy lebih tinggi. Teori yang me- tiga dimensi self-efficacy, yaitu 1) tingkat
landasi variabel self-efficacy adalah teori (level), yaitu dimensi yang berkaitan de-
kognitif sosial, Bandura. Teori ini dikem- ngan derajat kesulitan tugas atau peker-
bangkan berdasarkan ide Miller dan Dollar jaan yang dihadapi individu; 2) umum
tentang belajar meniru (imitative learning). (generality), yaitu keyakinan individu me-
Teori kognitif sosial Bandura menonjolkan nilai diri mampu melaksanakan berbagai
gagasan bahwa sebagian besar pembela- tugas/pekerjaan yang berbeda pada situasi
jaran manusia terjadi dalam sebuah ling- yang berbeda pula; 3) kekuatan (strength),
kungan sosial (Schunk, 2012:161). Ter- yaitu dimensi tentang kuat-lemahnya in-
masuk dalam hal ini, melalui pengamatan dividu dalam menghadapi kesulitan dan
orang lain, individu dapat memperoleh tantangan.
pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan- Guru dalam pengertian formal regu-
keterampilan, strategi-strategi, keyakinan- latif disebut sebagai pendidik profesional
keyakinan, dan sikap-sikap. Berikut ini dengan tugas utama mendidik, mengajar,
adalah uraian singkat tentang self-efficacy, membimbing, mengarahkan, melatih,
guru, SDSN, dan SD eks RSBI. menilai, dan mengevaluasi peserta didik
Self-efficacy merupakan salah satu pada pendidikan dasar, dan pendidikan
pokok bahasan yang dikaji Bandura. menengah (UU Guru dan Dosen nomor
Menurut Bandura, self-efficacy diartikan 14 tahun 2005, pasal 1, ayat 1). Berdasar-
sebagai keyakinan tentang kemampuan kan pengertian ini maka tugas guru tidak
(competence) seseorang untuk mengatur hanya terbatas pada mengajar atau mem-
dan menjalankan program tindalan yang fasilitasi alih ilmu. Lebih dari itu adalah
diperlukan untuk menghasilkan penca- mendidik, membimbing, mengarahkan,
paian yang diinginkan (Henson, 2001:3). melatih, menilai, dan mengevaluasi pe-
Dalam pandangan lain, Schunk (2008:108) serta didik. Artinya, guru memiliki peran
mengatakan bahwa: dan tugas yang amat luas.
Self-efficacy is a assumed to be more Dengan demikian, berdasarkan pe-
dynamic, fluctuating, and changeable ngertian self-efficacy dan guru di atas maka
than the static and stable self-concept self-efficacy guru dapat diartikan sebagai
and general self-competence. One’s self- persepsi keyakinan yang bersifat dinamis
efficacy for a specific task on a given day tentang kemampuan (competence) guru
might fluctuate due to the individual’s dalam melaksanakan tugas utama, yaitu

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, Volume 7, Nomor 2, September 2014


13

utama mendidik, mengajar, membimbing, pihak lain, terdapat pula perbedaan peng-
mengarahkan, melatih, menilai, dan me- gunaan bahasa pengantar. Namun, dalam
ngevaluasi peserta didik pada pendidikan praktiknya berbagai persoalan meng-
dasar, dan pendidikan menengah. Na- hampiri kedua jenjang tersebut terutama
mun, kajian komparatif ini terpusat pada SD (eks) RSBI. Persoalan-persoalan yang
jenjang SD yang berstatus SDSN dan SD mengemuka sebagaimana telah diuraikan
(eks) RSBI. menunjukkan bahwa kedua sekolah sama-
SDSN adalah sekolah dasar/madrasah sama berkualitas. Kajian ini diperuntuk-
ibtidaiyah yang telah memenuhi delapan kan untuk mendalami adanya perbedaan
(8) SNP, yaitu standar isi, standar proses, guru kedua SD tersebut, dengan berfokus
standar kompetensi lulusan, standar pen- pada as-pek self-efficacy guru.
didik dan tenaga kependidikan, standar Adapun hipotesis utama penelitian ini
sarana dan prasarana, standar pengelo- adalah “terdapat perbedaan self-efficacy
laan, standar pembiayaan, dan standar antara guru SDSN dan SD eks RSBI di DIY,
penilaian pendidikan. Jenjang pendidikan di mana self-efficacy guru SD eks RSBI lebih
dasar yang telah memenuhi 8 SNP. tinggi dibandingkan dengan SDSN” yang
Penelitian ini lebih menekankan pada diperinci ber-dasarkan hipotesis data per
standar pendidik dan tenaga kependidik- kabupaten/kota, sebagai berikut: 1) ter-
an dengan objek utama dalam standar dapat perbedaan self-efficacy antara guru
ini adalah pendidik/guru. Adapun salah SDSN dan SD eks RSBI di Kota Yogyakarta,
satu standar guru untuk Sekolah Standar di mana self-efficacy guru SD eks RSBI lebih
Nasional (SSN) termasuk jenjang SDSN tinggi dibandingkan dengan SDSN; 2) ter-
adalah pendidik harus memiliki kuali- dapat perbedaan self-efficacy antara guru
fikasi akademik dan kompetensi sebagai SDSN dan SD eks RSBI di Kabupaten Sle-
agen pembelajaran. Kualifikasi akademik man, di mana self-efficacy guru SD eks RSBI
yang dimaksud adalah tingkat akademik lebih tinggi dibandingkan dengan SDSN;
minimal (S1) yang harus dipenuhi seorang 3) terdapat perbedaan self-efficacy antara
pendidik dan harus dibuktikan dengan guru SDSN dan SD eks RSBI di Kabupaten
ijazah dan/atau sertifikat yang relevan, se- Bantul, di mana self-efficacy guru SD eks
suai ketentuan perundangan yang berlaku. RSBI lebih tinggi dibandingkan dengan
Sedangkan kompetensi adalah tingkat SDSN; 4) terdapat perbedaan self-efficacy
kemampuan minimal (profesional, peda- antara guru SDSN dan SD eks RSBI di Ka-
gogik, kepribadian, dan sosial) yang harus bupaten Kulon Progo, di mana self-efficacy
dipenuhi seorang pendidik untuk dapat guru SD eks RSBI lebih tinggi dibanding-
berperan sebagai agen pembelajaran. kan dengan SDSN; 5) terdapat perbedaan
SD (eks) RSBI adalah sekolah yang self-efficacy antara guru SDSN dan SD eks
telah memenuhi 8 SNP dan menghasil- RSBI di Kabupaten Gunungkidul, di mana
kan lulusan dengan ciri keinternasional self-efficacy guru SD eks RSBI lebih tinggi
(Maryono, 2010:15). Selain itu RSBI juga dibandingkan dengan SDSN.
diharapkan mampu mengembangkan
budaya sekolah yang mendukung keterca- METODE
paian standar internasional dengan meng- Pendekatan yang digunakan dalam
gunakan bahasa asing, terutama bahasa penelitian ini adalah kuantitatif dengan
Inggris sebagai bahasa pengantar pada jenis komparasi yang bertujuan untuk
mata pelajaran Sains dan Matematika. membandingkan dua rerata (mean) kelom-
Berdasarkan uraian di atas diperoleh pok/variabel. Penelitian ini dilaksanakan
adanya kesamaan kedua sekolah unggulan di DIY, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten
tersebut, yaitu telah memenuhi 8 SNP. Pada Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Ku-

Studi Komparasi Self-Efficacy Guru SD SN dan RSBI di Daerah Istimewa Yogyakarta


14

lon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul. Istimewa Yogyakarta. Kondisi sumber


Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan data tersebut digambarkan dalam ben-
Oktober 2012 sampai dengan Mei 2013. tuk tabel deskripsi distribusi kualifikasi
Populasi dalam penelitian ini adalah guru. 2) deskripsi data skala berisi tentang
seluruh guru SDSN yang berjumlah 724 data skor yang diperoleh dari responden
guru dan guru SD eks RSBI yang ber- berdasarkan skala yang disusun dalam
jumlah 145 guru di DIY. Sampel dipilih bentuk item-item pernyataan. Data skor
berdasarkan Tabel Krejcie dengan meng- self-efficacy responden diklasifikasi dalam
gunakan sampling gabungan, yaitu kuota, tiga kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan
area, dan random sampling. Teknik pe- rendah.
ngumpulan data dalam penelitian ini Berikut adalah tabel (Tabel 1) distribusi
menggunakan skala. Saifuddin Azwar kualifikasi guru SDSN dan SD eks RSBI di
(2012:7) mengatakan “data yang diung- DIY. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
kap oleh skala psikologi adalah deskripsi bahwa guru SDSN belum sepenuhnya
mengenai aspek kepribadian individu”, berkualifikasi S1. Artinya, masih terdapat
termasuk dalam hal ini adalah self-efficacy. guru SDSN yang berkualifikasi SPG, D2,
Sedangkan instrumen pengumpulan data dan D3, dengan jumlah dan persentase
yang digunakan adalah instrumen self- secara berturut-turut, yaitu 3 atau 1,2%
efficacy guru. guru; 23 atau 9,3% guru; dan 1 atau 0,4%
Analisis data menggunakan teknik 1) guru. Dengan demikian, jumlah guru
analisis unvariat untuk mendeskripsikan SDSN yang belum memenuhi kualifikasi
atau menggambarkan data yang telah di- S1 adalah 27 orang guru atau 10,9%. Jum-
kumpulkan sebagaimana adanya tanpa lah tersebut diperoleh dari 248 respon-
membuat penarikan kesimpulan atau gene- den yang diambil secara acak. Selain itu,
ralisasi; 2) analisis bivariat untuk menguji jumlah 10,9% tersebut tidak termasuk 24
hipotesis dua sampel dengan mengguna- atau 9,7% guru yang tidak mengisi data
kan independent sampel t-test pada taraf tentang pendidikan terakhir. Kualifikasi
signifikansi 5% (α = 0,05). yang belum sesuai standar ini dapat ber-
dampak pada rendahnya self-efficacy atau
HASIL DAN PEMBAHASAN keyakinan diri guru dalam melak-sanakan
Hasil analisis univariat berisi tentang: tugas. Sedangkan data kualifikasi untuk
1) uraian tentang kondisi responden, yaitu guru SD eks RSBI disajikan pula dalam
guru SDSN dan SD eks RSBI di Daerah bentuk tabel (Tabel 2) berikut ini.

Tabel 1. Distribusi Kualifikasi Guru SDSN

Ket.: TT* = tidak terisi (jumlah dan persentase guru SDSN yang tidak mengisi data kualifikasi
pendidikan).

Tabel 2. Distribusi Kualifikasi Guru SD Eks RSBI

Ket.: TT* = tidak terisi (jumlah dan persentase guru SD eks RSBI yang tidak mengisi data kualifikasi
pendidikan).

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, Volume 7, Nomor 2, September 2014


15

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui soalkan (Anas Sudijono, 2008:17). Data


bahwa SD eks RSBI masih memiliki guru interval tersebut diperoleh dari 351, yaitu
yang belum berkualifikasi S1, yaitu jenjang 248 guru SDSN dan 103 guru SD eks RSBI
D2 sebanyak 8 atau 7,77% guru dan jenjang yang mengisi skala self-efficacy guru.
D3 sebanyak 3 atau 2,91% guru. Total guru Berdasarkan output skor self efficacy
yang belum berkualifikasi S1 pada SD guru SDSN dan SD eks RSBI maka dapat
eks RSBI adalah 11 atau 10,68%. Selain diklasifikasi berdasarkan tiga kelompok,
itu, jumlah guru yang berkualifikasi S2 yaitu guru ber-self-efficacy tinggi, sedang,
dari 103 sampel hanya berjumlah 5 orang dan rendah. Berikut ini akan disajikan
atau 4, 85%. Jumlah guru berkualifikasi S2 klasifikasi masing-masing kelompok da-
masih sangat sedikit apabila dibanding- lam bentuk tabel (Tabel 3).
kan dengan syarat untuk menjadi SD BI, Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan
yaitu minimal 10% guru berkualifikasi S2 beberapa hal. Pertama, tidak terdapat skor
dari jumlah keseluruhan guru pada ma- self-efficacy guru SDSN dan SD eks RSBI
sing-masing sekolah. Dengan demikian, yang tergolong dalam kriteria “rendah”.
meskipun program tersebut telah berjalan Kedua, guru SDSN yang berself-efficacy
hampir lebih dari 5 tahun, namun upaya “sedang” berjumlah 52 orang atau 20.97%
pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik sedangkan guru SD eks RSBI berjumlah
yang sesuai dengan persyaratan belum 11 orang atau 10,68%. Ketiga, guru SDSN
maksimal dilakukan. yang berself-efficacy “tinggi” berjumlah 197
Dengan demikian, terdapat dua per- orang atau 79.03%, sedangkan guru SD
soalan pada SD eks RSBI. Pertama, masih eks RSBI berjumlah 92 orang atau 89,32%.
terdapat guru yang belum memenuhi Namun, untuk menentukan perbedaan
kualifikasi S1, dengan jumlah 11 atau self-efficacy guru SDSN dan SD eks RSBI
10,68% orang. Kedua, jumlah guru yang perlu dilakukan uji hipotesis.
berkualifikasi S2 masih minim. Jumlah Hasil uji hipotesis dengan mengguna-
guru berkualifikasi S2 secara keseluruhan kan independent samples t-test menunjukkan
berdasarkan 103 sampel adalah 5 atau perbedaan mean baik pada tingkat provinsi
4,85%. Kualifikasi dan tuntutan yang be- (DIY untuk hipotesis utama) maupun pada
lum sesuai standar ini dapat berdampak masing-masing kabupaten/kota. Berikut
pada rendahnya self-efficacy atau keyakinan adalah tabel (Tabel 4) rangkuman hasil
diri guru dalam melaksanakan tugas. perbandingan mean self-efficacy guru se-
Selanjutnya, data skor self-efficacy yang DIY dan kabupaten kota.
diperoleh dari sampel berupa data inter- Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa
val. Data interval adalah data statistik di mean self-efficacy guru SD eks RSBI lebih
mana terdapat jarak yang sama di antara tinggi dibandingkan dengan mean self-
hal-hal yang sedang diselidiki atau diper- efficacy guru SDSN. Perbandingan mean

Tabel 3. Klasifikasi Self-Efficacy Guru

Studi Komparasi Self-Efficacy Guru SD SN dan RSBI di Daerah Istimewa Yogyakarta


16

Tabel 4. Perbandingan Mean Self-Efficacy (SE) Guru SDSN (Group 1) dan SD eks RSBI
(Group 2)

Tabel 5. Rangkuman Signifikansi Perbedaan Self-Efficacy Guru SDSN dan SD eks RSBI

self-efficacy se-DIY menunjukkan bahwa penunjang lebih tingginya self-efficacy guru


self-efficacy guru SD eks RSBI lebih tinggi SD eks RSBI adalah Kabupaten Sleman,
dengan selisih sebesar 0.071. Kemudian, Bantul, dan Gunungkidul.
berdasarkan perbandingan mean self-effica- Kemudian, berdasarkan uji-t dua sam-
cy kedua kelompok guru per kabupaten/ pel independen, diketahui signifikansi
kota diperoleh jumlah yang menunjukkan perbedaan self-efficacy guru pada tingkat
bahwa self-efficacy guru SD eks RSBI lebih provinsi dan per kabupaten/kota. Signifi-
tinggi dibandingkan dengan self-efficacy kansi perbedaan tersebut dapat dirang-
guru SDSN. kum dalam bentuk tabel (Tabel 5).
Dengan demikian, hasil perbandingan Berdasarkan hasil pengujian yang telah
mean self-efficacy guru se-DIY dan jumlah diuraikan, terbukti bahwa hipotesis utama,
per kabupaten/kota, sama-sama menun- yaitu “terdapat perbedaan self-efficacy
jukkan bahwa mean self-efficacy guru SD eks antara guru SDSN dan SD eks RSBI, di
RSBI lebih tinggi dibandingkan dengan mana self-efficacy guru SD eks RSBI lebih
self-efficacy guru SDSN. Dari tabel tersebut tinggi dibandingkan dengan SDSN” diteri-
dapat diketahui pula bahwa kabupaten ma. Hal ini diketahui dari perbedaan mean

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, Volume 7, Nomor 2, September 2014


17

self-efficacy untuk tingkat DIY, yaitu 1,8581 Selanjutnya, guru dapat memanfaat-
(SDSN) dan 1,9296 (SD eks RSBI) dengan kan keberhasilan sebelumnya untuk meraih
selisih sebesar 0,0715. Signifikansi perbe- keberhasilan berikut. Namun, tidak demi-
daan nilai p-value diperoleh sebesar 0,012. kian dalam hal kegagalan. Ketika individu
Kemudian, dilakukan kajian lebih lanjut mengalami kegagalan yang terus-menerus
untuk mengetahui perbedaan self-efficacy dalam suatu pekerjaan maka individu
guru SDSN dan SD eks RSBI per kota/ka- tersebut akan bangkit dan memiliki keya-
bupaten dengan hasil: 1) Self-efficacy guru kinan diri yang kuat untuk menguasai pe-
SDSN lebih tinggi dibandingkan dengan kerjaan.
self-efficacy guru SD eks RSBI di Kota Yog- Dengan demikian, perhatian dan per-
yakarta dengan selisih sebesar 0,0116. wujudan faktor ini dapat menjadi pe-
Signifikansi perbedaan diperoleh nilai nyebab lebih tingginya self-efficacy guru
p-value sebesar 0,4315; 2) self-efficacy guru SD eks RSBI. Sedangkan pada guru SDSN
SD eks RSBI lebih tinggi dibandingkan faktor ini perlu diperhatikan untuk diwu-
dengan self-efficacy guru SDSN di Kabu- judkan secara lebih baik lagi dalam proses
paten Sleman dengan selisih sebesar 0,0222 pelaksanaan tugas. Artinya, keberhasilan
dan signifikansi perbedaan diperoleh nilai dan kegagalan yang dialami sebelumnya,
p-value 0,365; 3) self-efficacy guru SD eks terutama oleh masing-masing individu
RSBI lebih tinggi dibandingkan dengan baik guru SDSN maupun guru SD eks RSBI
self-efficacy guru SDSN di Kabupaten Ban- perlu dimaksimalkan untuk peningkatan
tul dengan selisih sebesar 0,0212 dan sig- kompetensi yang pada akhirnya mening-
nifikansi perbedaan diperoleh nilai p-value katkan self-efficacy dalam melaksanakan
0,377; 4) self-efficacy guru SDSN lebih tinggi tugas profesional.
dibandingkan dengan self-efficacy guru SD Kedua, faktor pesan dari orang lain.
eks RSBI di Kabupaten Kulon Progo de- Faktor ini berkaitan dengan kekuatan ver-
ngan selisih sebesar 0,0207 dan signifikansi balistik yang disampaikan oleh orang lain
perbedaan diperoleh harga p-value 0,4145; kepada seorang individu. Dalam lingkung-
dan 5) self-efficacy guru SD eks RSBI lebih an sekolah terdapat teman sejawat atau
tinggi dibandingkan dengan self-efficacy senior dan kepala sekolah. Pertama, teman
guru SDSN di Kabupaten Gunungkidul sejawat atau guru senior memiliki andil
dengan selisih sebesar 0,1124 dan signifi- yang besar dalam meningkat self-efficacy
kansi perbedaan diperoleh nilai p-value guru. Selain itu, kepala sekolah sebagai
sebesar 0,0815. pemimpin (leader) berperan dalam mening-
Ormrod (2003:347) menyebutkan em- katkan self-effcacy guru. Dengan kata lain,
pat faktor yang mempengaruhi pengem- baik teman sejawat maupun guru senior
bangan self-efficacy dalam teori kognitif so- dan kepala sekolah dapat memanfaatkan
sial. Keempat faktor yang mempengaruhi kekuatan pesan untuk meningkatkan self-
pengembangan self-efficacy berdampak efficacy guru. Pesan yang disampaikan
pada pelaksanaan tugas profesional guru, harus bersifat positif dan motivatif, mi-
yaitu: Pertama, faktor keberhasilan atau salnya “Anda akan sukses dalam menga-
kegagalan sebelumnya. Keberhasilan atau jar, jika Anda menggunakan media yang
kegagalan sebelumnya dapat menjadi konkret.” Atau “Anda dapat membimbing
pemicu bagi guru untuk memiliki self-effi- siswa yang kurang bersemangat, jika Anda
cacy yang tinggi. Keberhasilan sebelumnya memberi perhatian dengan kata-kata pu-
dapat menimbulkan keberhasilan berikut. jian yang kontinu.”
Oleh karena itu, guru harus berupaya se- Dua contoh di atas dapat dikembang-
baik-baiknya untuk meraih keberhasilan kan sesuai kondisi yang terjadi. Namun,
dalam melaksanakan tugas. keberhasilan kekuatan pesan dari orang

Studi Komparasi Self-Efficacy Guru SD SN dan RSBI di Daerah Istimewa Yogyakarta


18

ditentukan oleh cara berpikir dan peri- Keempat, faktor keberhasilan dan ke-
laku positif. Selain itu, kepekaan sejawat gagalan kelompok secara keseluruhan.
dan kepala sekolah dalam memanfaatkan Keberhasilan dan kegagalan dalam kelom-
pesan kepada guru dapat meningkatkan pok secara keseluruhan juga dapat me-
self-efficacy guru. Dengan demikian, faktor mengaruhi self-efficacy guru. Tentu SDSN
pesan dari orang lain sangat penting untuk dan SD eks RSBI memiliki banyak ke-
diperhatikan oleh teman sejawat atau guru berhasilan baik pada tingkat kelurahan,
senior dan kepala sekolah baik di SDSN kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
maupun SD eks RSBI. nasional, bahkan internasional. Keberha-
Dalam kaitan dengan hasil penelitian silan-keberhasilan tersebut dapat menjadi
yang menunjukkan perbedaan self-efficacy pemicu bagi tingginya self-efficacy guru.
guru, dapat disebabkan oleh dua hal. Per- Dalam komparasi ini, guru pada SD eks
tama, kekuatan pesan dari teman sejawat RSBI memiliki self-efficacy yang lebih tinggi
atau guru senior dan kepala sekolah pada karena status sekolah adalah rintisan ber-
SD eks RSBI telah benar-benar diman- taraf internasional. Pada pihak lain, meski-
faatkan. Tetapi pada SDSN praktik peng- pun dilakukan penurunan status dari RSBI
gunaan kekuatan pesan masih harus di- menjadi eks RSBI, para guru SD eks RSBI
tingkatkan lagi. Kedua, pesan dari orang tetap memiliki keyakinan diri yang tinggi
lain baik dari teman sejawat maupun guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru.
senior dan kepala sekolah pada SDSN Artinya, kegagalan kolektif justru semakin
belum maksimal digunakan sehingga self- mempertinggi self-efficacy guru SD eks
efficacy guru lebih rendah daripada guru RSBI.
SD eks RSBI. Dengan demikian, self-efficacy guru SD
Ketiga, faktor keberhasilan dan kega- eks RSBI menjadi berbeda dan lebih tinggi
galan orang lain. Keberhasilan dan kega- daripada self-efficacy guru SDSN. Oleh
galan orang lain yang dilihat dan dialami karena hasil penelitian ini menunjukkan
dalam lingkup sekolah dapat menjadi adanya perbedaan self-efficacy guru SDSN
pemicu bagi peningkatan self-efficacy guru dan eks RSBI pada tingkat provinsi maka
lain. Guru yang berhasil dalam bidang ter- dapat dikatakan bahwa keberhasilan seko-
tentu memiliki andil yang besar sehingga lah menjadi RSBI dan kegagalan sekolah
mempengaruhi guru lain. Demikian pula, menjadi eks RSBI tidak memperlemah para
kegagalan seorang guru dapat menjadi guru untuk melaksanakan tugas.
pelajaran bagi guru lain untuk tidak me-
lakukan hal yang sama. Salah satu contoh PENUTUP
konkret adalah guru yang mahir meng- Simpulan
gunakan teknologi komputer dalam pem- Berdasarkan hasil analisis dan pem-
belajaran dan berhasil dapat dijadikan bahasan yang telah diuraikan dapat di-
sebagai teladan sekaligus sebagi sumber simpulkan adanya perbedaan self-efficacy
belajar bagi guru lain. antara guru SDSN dan guru SD eks RSBI
Sedangkan, guru yang belum mampu di Daerah Istimewa Yogyakarta, di mana
menggunakan media teknologi dalam self-efficacy guru SD eks RSBI lebih tinggi
pembelajaran tidak perlu ditiru. Karena dibandingkan dengan self-efficacy guru SD
itu, keberhasilan dan kegagalan sesama eks RSBI. Kemudian, berdasarkan uji per-
guru di sekolah perlu diperhatikan sebagai bandingan pada tingkat kota/kabupaten,
sumber bagi setiap guru untuk mening- diperoleh hasil yang berbeda-beda, yaitu:
katkan self-efficacy dalam melaksanakan 1) self-effi-cacy guru SDSN lebih tinggi
tugas. dibandingkan dengan self-efficacy guru SD
eks RSBI di Kota Yogyakarta; 2) self-efficacy

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, Volume 7, Nomor 2, September 2014


19

guru SD eks RSBI lebih tinggi dibanding- pesan dari orang lain; keberhasilan dan
kan dengan self-efficacy guru SDSN di Ka- kegagalan orang lain; dan keberhasilan dan
bupaten Sleman; 3) self-efficacy guru SD eks kegagalan kelompok secara keseluruhan;
RSBI lebih tinggi dibandingkan dengan 3) Pemerintah daerah, baik pemerintah
self-efficacy guru SDSN di Kabupaten Ban- provinsi maupun pemerintah kabupaten/
tul; 4) self-efficacy guru SDSN lebih tinggi kota agar senantiasa membuat keputusan
dibandingkan dengan self-efficacy guru SD yang pro pada peningkatan self-efficacy
eks RSBI di Kabupaten Kulon Progo; dan guru melalui peningkatan kualifikasi guru.
5) self-efficacy guru SD eks RSBI lebih tinggi Terutama guru yang belum memenuhi
dibandingkan dengan self-efficacy guru kualifikasi S1. Sekolah standar nasional
SDSN di Kabupaten Gunungkidul. dan eks RSBI, seharusnya tidak boleh lagi
memiliki guru berkualifikasi di bawah
Saran S1. Dengan demikian, DIY dapat menjadi
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, barometer 100% guru berkualifikasi S1 di
peneliti menyampaikan beberapa saran: 1) Indonesia.
Para guru baik di SDSN maupun SD eks Selain itu, pemerintah daerah DIY dan
RSBI agar dapat berupaya untuk mening- ke-5 pemerintah kabupaten/kota dapat men-
katkan self-efficacy melalui peningkatan dukung para guru melalui regulasi yang
kualifikasi dan kompetensi sebagai guru mudah agar para guru dapat melanjutkan
profesional. Saran ini lebih diutamakan studi S2. Daerah Istimewa Yogyakarta
pada guru SDSN sebagai sekolah unggul- harus benar-benar menjadi model/teladan/
an agar meningkatkan kualifikasi dan kom- contoh bagi provinsi lain di Indonesia da-
petensi sebagai guru sehingga semakin ya- lam hal peningkatan kualifikasi pendidik-
kin dalam melaksanakan tugas keguruan. an bagi guru sebagai ujung tombak pem-
Selain itu, para guru perlu memperhatikan bangunan generasi bangsa; 4) Bagi peneli-
dan mendalami empat faktor yang mem- tian perbandingan self-efficacy selanjutnya
pengaruhi pengembangan self-efficacy, dapat difokuskan pada kajian mendalam
yaitu keberhasilan dan kegagalan sebel- dan komprehensif tentang faktor-faktor
umnya (dalam diri individu/guru); pesan yang memengaruhi perbedaan self-efficacy
dari orang lain; keberhasilan dan kega- antara dua kelompok guru di DIY.
galan orang lain; dan keberhasilan dan
kegagalan kelompok secara keseluruhan; DAFTAR PUSTAKA
2) Para kepala sekolah baik SDSN mau- Admin. (2012). Guru Protes Metode Bilingual
pun SD eks RSBI agar mendorong para di RSBI. Diakses dari http://www.jpnn.
guru untuk meningkat self-efficacy melalui com/read/2012/04/06/123353/Guru-
meningkatkan kualifikasi dan kompetensi Protes-Metode-Bilingual-di-EKS RSBI-.
baik melalui pendidikan formal maupun pada 9 April 2012.
melalui pendidikan nonformal. Melalui _______. (2012). Guru RSBI Berkualitas
pendidikan formal, para guru dapat dido- Rendah harus Diganti. Diakses dari
rong untuk meningkatkan kualifikasi dari http://www.smkn3tarakan.net/index.
D2 ke S1, atau dari D3 ke S1, bahkan dari S1 php?option=com_content&view=
ke S2. Selain itu, para kepala sekolah perlu article&id=94:guru-Eks RSBI-berkualitas-
memperhatikan mendalami, memprak- rendah-harus-diganti&catid=1:latest-
tikkan, dan mendorong para guru untuk news, pada 12 April 2012.
selalu mengimplementasikan empat faktor Anas Sudijono. (2008). Pengantar Statistik
yang mempengaruhi pengembangan self- Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
efficacy, yaitu keberhasilan dan kegagalan Persada.
sebelumnya (dalam diri individu/guru);

Studi Komparasi Self-Efficacy Guru SD SN dan RSBI di Daerah Istimewa Yogyakarta


20

Bandura. (1997). Self-Efficacy: The Exercise Maryono, H. (2010). Menakar Kebijakan


of Control. New York: W. H. Freeman RSBI-Analisis Kritis Studi Implementasi.
and Company. Yogyakarta: Magnum Pustaka.
Depdiknas. (2003). Undang-undang Repub- Ormrod, J.E. (2003). Educational psychology
lik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003, ten- developing learners. Fourth Edition. Ohio:
tang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Person Education.
Depdiknas. Redaktur. (2013). Rintisan Sekolah Berstan-
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah dar Internasional (RSBI) dibubarkan.
Republik Indonesia Nomor 19, Tahun Dimuat di Suara Merdeka pada tanggal
2005, tentang Standar Nasional Pendidi- 9 Januari 2013, hlm 9.
kan. Jakarta: Depdiknas. Saifuddin Azwar. (2012). Penyusunan skala
Depdiknas. (2005). Undang-undang Re- psikologi. Edisi 2. Yogyakarta. Pustaka
publik Indonesia no 14 tentang Guru dan Pelajar.
Dosen. Jakarta: Depdiknas. Schunk, D.H. (2008). Learning theories-An
Henson, R.K. (2001). Teacher Self-Efficacy: education perspective (5 th ed.). Ohio:
Substantive Implication and Measure- Pearson.
ment Dilemmas. Paper Presented __________. (2012). Learning Theories an
by Annual Meeting of the Educational Education Perspective: Teori-Teori Pembe-
Reseach Exchange, January 26, 2001, lajaran Perspektif Pendidikan (Terjemahan
Texas A&M Universty, College Station, Eva Hamdiah & Rahmat Fajar). Ohio:
Texas. Pearson.

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, Volume 7, Nomor 2, September 2014

Anda mungkin juga menyukai