Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR DALAM MATERI SISTEM


PENCERNAAN PADA SISWA KELAS XI MAN 1 TRENGGALEK

SKRIPSI

OLEH
NURUL ALFI’AH
NIM 170341615070

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Oktober 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2002:263). Pada hakikatnya pendidikan
dilakukan sejak manusia di lahirkan hingga akhir hayatnya. Para pelaku dalam
dunia pendidikan yang biasa disebut dengan civitas akademia secara umum
terdiri dari siswa dan guru pada tingkat dasar dan menengah; dosen dan
mahasiswa pada tingkat perguruan tinggi.
Pendidikan selama ini hanya terfokuskan ke dalam pengajaran guru. Siswa
hanya menunggu intruksi dan materi dari guru. Hal ini dikenal dengan metode
pembelajaran ceramah. Metode ini sudah diberlakukan sejak dahulu dan sudah
menjadi budaya dalam pendidikan di Indonesia. Pendapat Abdul Majid (2009)
menyatakan bahwa ”metode pembelajaran ceramah bertujuan untuk
memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang.”
Dalam pembelajaran Biologi, guru masih menerapkam metode ceramah
dalam kegiatan belajar mengajar. Padahal materi yang terdapat dalam
pelajaran Biologi cukup memerlukan pemahaman yang mendalam. Misalnya,
materi sistem percernaan yang mencakup fungsi dan struktur morfologi dari
organ percernaan. Apabila siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru
tentu besar risikonya pemahaman siswa mengenai materi tersebut menjadi
tidak maksimal.
Dampak buruk lain dari metode ceramah yaitu membuat suasana kelas
menjadi monoton. Hal ini sependapat dengan Hisyam Zaini dan Bermawy
Muthe (2008) yang mengatakan bahwa ”kekurangan metode pembelajaran
ceramah adalah membosankan; peserta didik tidak aktif; informasi hanya satu
arah; menggurui dan melelahkan; kurang melekat pada ingatan peserta didik;
kurang terkendali; baik waktu maupun materi; dan monoton.”. Berdasarkan ini
metode ceramah kurang cocok untuk di terapkan dalam pembelajaran siswa
terutama dalam sistem pencernaan.
Siswa menjadi kurang berpikir kritis dalam menghadapi pembelajaran di
kelas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keaktifan siswa. Siswa hanya
menjadi obyek didik dan memahami apa yang diberikan guru tanpa proses
pencarian secara mandiri. Melalui hal ini siswa menjadi enggan untuk
memamahi materi secara lebih mendalam dan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa untuk memecahkan
masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan kebenaran ilmiah. Siswa
akan lebih paham terhadap suatu konsep materi jika proses belajar siswa
menekankan pada kemampuan berpikir kritis (Hasruddin, 2009). Melalui
proses berpikir kritis inilah siswa dapat menyaring informasi baru yang
mereka dapat dan mengukuhkan argumen mereka mengenai suatu konsep
materi.
Pengaruh berpikir kritis juga sangatlah positif dan berguna. Sunaryo
(2009) mengatakan bahwa “berpikir kritis ada yang positif dan berguna, dalam
merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah pribadi yang kompleks,
berunding dengan kelompok tentang tindakan apa yang harus diambil, atau
menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam
menguji suatu hipotesis.” Berdasarkan hal tersebut berpikir kritis sangatlah
bermanfaat bagi siswa jika dapat dilakukan dengan maksimal dan sebaik
mungkin.
Berpikir kritis pada siswa tentunya perlu diwujudkan dan diterapkan
dengan benar. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu terobosan baru, yakni
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
berpikir kritis. Metode pembelajaran Problem Based Learning, metode
pembelajaran ini menitikkan beratkan siswa menjadi pusat pembelajaran dan
guru hanya menjadi fasilitator.
Pembelajaran dalam Problem Based Learning berasal dari persoalan
masalah nyata yang harus diselesaikan siswa dengan mencari sumber dan
melalui diskusi kelompok kecil. Hal ini merupakan karakteristik dari metode
Problem Based Learning yang dikembang Barrow yaitu Learning is student-
centered, aunthentic problems form the organizing focu for learning, new
information is aquaried throught self-directed learning, learning occur i small
groups, teacher act as facilitators (Min liu, 2005). Berdasarkan hal tersebut
metode pembelajaran Problem Based Learning sangatlah cocok untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis terutama pada materi
sistem pencernaan pada kelas XI MAN 1 Trenggalek.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh Problem Based Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis daalam materi sistem pencernaan pada
siswa kelas XI MAN 1 Trenggalek?
2. Apakah ada pengaruh Problem Based Learning terhadap hasil
belajar siswa kelas XI MAN 1 Trenggalek dalam materi sistem
pencernaan?

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan kemampuan untuk berpikir kritis pada
materi sistem pencernaan.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar pada materi sistem
perncernaan.
2. Bagi Guru
a. Sebagai salah satu alternatif penerapan Problem Based
Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah
a. Sebagai acuan dalam mengembangkan pendidikan.
D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu
1. Terdapat pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis hasil belajar dalam materi sistem pencernaan pada siswa
kelas XI MAN 1 Trenggalek.
2. Terdapat pengaruh Problem Based Learning terhadap hasil belajar
siswa kelas XI MAN 1 Trenggalek dalam materi sistem pencernaan
manusia.

E. Definisi Operasional
1. Model Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran
dengan memanfaatkan masalah dan siswa harus melakukan
pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan
masalah tersebut.
2. Berpikir kritis sebagai pengaturan diri dalam memutuskan (judging)
sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan
inferensi, maupun pemaparan menggunakan suatu bukti, konsep,
metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi
dasar dibuatnya keputusan.
3. Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah
makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KARAKTERISTIK MODEL PROBLEM BASED LEARNING


1. Sejarah dipopulerkan model problem based learning (PBL)
Kehadiran model pembelajaran problem based learning
tidak lepas peran dari seorang guru sekolah dasar bernama Celestin
Freinet pada tahun 1920. Pada tahun tersebut Celestin Freinet dapat
mengembangkan sistem pembelajaran yang membuat siswa dapat
berperan aktif dengan mengandalkan berbagai keterampilan yaitu
keterampilan komunikasi, pembelajaran kooperatif, tanggung
jawab individu dan evaluasi diri (Mahartyasa et al, 2016).
Sejarah modern Probem Based Learning baru dimulai
sekitar tahun 1960-an, khususnya saat Kurikulum PBL pertama
kali digunakan oleh McMaster Medical School in Hamilton-
Kanada pada tahun 1969. Kurikulum PBL di Eropa pertama kali
diperkenalkan pada pertengahan tahun 1970-an di Maastricht
University Medical School. Saat ini, PBL sudah tersebar luas di
berbagai bidang pendidikan tinggi khususnya pada bidang
ekonomi9 dan hukum (Mahartyasa et al, 2016).
2. Pengertian model Problem Based Learning (PBL)
Proses pembelajaran Probem Based Learning atau yang
sering di kenal dengan pembelajaran berbasis masalah memiliki
berbagai pengertian, diantaranya yaitu menurut Chasman et al
(2003) menyatakan sebagai berikut:
“…Problem-based learning (PBL) has been defined as a
teaching strategy that “simultaneously develops problem-solving
strategies, disciplinary knowledge, and skills by placing students
in the active role as problem-solvers confronted with a
structured problem which mirrors real-world problems".

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


memberikan definisi bahwa PBL adalah proses pembelajaran
dengan memanfaatkan masalah dan siswa harus melakukan
pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan
masalah tersebut. Pengertian PBL yang lain yaitu suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir
kritis dan keterampilan untuk memecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan (Lidinillah,2017).
Jadi, Model Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan dan pemecahkan
masalah yang dilakukan oleh siswa melalui penggalian informasi.
3. Manfaat model Problem Based Learning (PBL)
Penggunaan model Problem Based Learning memiliki
berbagai manfaat diantaranya yaitu kebersamaan kelompok,
keberanian mengemukakan pendapat, menimbulkan keaktifan,
menambah keterampilan komunikasi dan meningkatkan pola pikir
kritis (Hamidy & Asni).
Manfaat lain yang diperoleh yaitu dengan adanya PBL akan
terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan
suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi
konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
(Utami & Tany, 2013).
Siswa juga dapat mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai
dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-
masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan
temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung (Utami &
Tany, 2013).
4. Kelebihan dan kekurangan model Problem Based Learning (PBL)
Dalam pelaksanaannya, setiap model pembelajaran tak terkecuali
model Problem Based Learning (PBL) pasti memiliki kelebihan
dan kelemahan. Menurut Lidnidillah (2017) kelebihan dan
kekrangan dari model PBL yaitu:

Kelebihan PBL
 Siswa didorong untuk memiliki kemampuan
memecahkan masalah dalam situasi nyata.
 Siswa memiliki kemampuan membangun
pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.
 Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi
yang tidak ada hubunganna tidak perlu saat itu
dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa
dengan menghafal atau menyimpan informasi.
 Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja
kelompok.
 Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber
pengetahuan baik dari perpustakaan, internet,
wawancara dan observasi.
 Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan
belajarnya sendiri.
 Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan
komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau
presentasi hasil pekerjaan mereka.
 Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Kekurangan PBL
 PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi
pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam
menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk
pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang
kaitannya dengan pemecahan masalah.
 Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman
siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam
pembagian tugas.
 PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar
karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok.
PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi
atau paling tidak sekolah menengah.
 PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit
sehingga dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh
konten yang diharapkan walapun PBM berfokus pada
masalah bukan konten materi.
 Membutuhkan kemampuan guru yang mampu
mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif,
artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi
siswa dengan baik.
 Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia
dengan lengkap.
B. Karakteristik Berpikir Kritis
1. Pengertian berpikir kritis
Terdapat berbagai pengertian berpikir kritis. Beyer (1995)
mendefinisikan berpkir kritis yang paling sederhana: “Berpikir
kritis berarti membuat penilaian-penilaian yang masuk akal”.
Beyer memandang berpikir kritis sebagai menggunakan criteria
untuk menilai kualitas sesuatu, dari kegiatan yang paling sederhana
seperti kegiatan normal sehari-hari sampai menyusun kesimpulan
dari sebuah tulisan yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi
validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen-
argumen, penelitian, dan lain-lain).
Facione (2006) menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai
pengaturan diri dalam memutuskan (judging) sesuatu yang
menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun
pemaparan menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria,
atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya
keputusan. Berpikir kritis penting sebagai alat inkuiri. Berpikir
kritis merupakan suatu kekuatan serta sumber tenaga dalam
kehidupan bermasyarakat dan personal seseorang.
Jadi, pengertian berpikir kritis adalah membuat
pertimbangan, penilaian, dan memutuskan setuatu dengan analisis
mendalam berdasarkan penilaian yang masuk akal.
2. Pentingnya berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa untuk


memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan
kebenaran ilmiah. Siswa akan lebih paham terhadap suatu konsep
materi jika proses belajar siswa menekankan pada kemampuan
berpikir kritis (Hasruddin, 2009). Melalui proses berpikir kritis
inilah siswa dapat menyaring informasi baru yang mereka dapat
dan mengukuhkan argumen mereka mengenai suatu konsep materi.
Pengaruh berpikir kritis juga sangatlah positif dan berguna.
Wowo Sunaryo Kuswana (2009) mengatakan bahwa “berpikir
kritis ada yang positif dan berguna, dalam merumuskan solusi yang
terbaik untuk masalah pribadi yang kompleks, berunding dengan
kelompok tentang tindakan apa yang harus diambil, atau
menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara
ilmiah dalam menguji suatu hipotesis”. Berdasarkan hal ini
berpikir kritis sangatlah bermanfaat bagi siswa jika dapat dilakukan
dengan maksimal dan sebaik mungkin.

C. Karakteristik Sistem Pencernaan


Sistem gastrointestinal juga dikenal dengan sistem pencernaan atau
traktus atau kanal alimentari. Struktur dasar pencernaan ada adalah mulut,
faring, esofagus, lambung, dan usus.Struktur ini didukung oleh organ
tambahan pada pencernaan.Kelenjar liur, hati pankreas, kantung empedu.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memecah nutrien dari
makanan menjadi bahan mentah yang diperlukan oleh sel tubuh sehingga
bahan tersebut dapat melakukan fungsi spesifiknya. Sistem pencernaan
melakukan proses ini dengan mencerna asupan makanan, menyerap
nutrien yang diperoleh dari proses penyerapan dan menyingkirkan semua
bahan yang tidak dibutuhkan (Nair & Peate, 2013).

1. Macam pencernaan

Makanan yang dipecah sepanjang saluran pencernaan melalui dua jenis


pencernaan

a. Pencernaan kimia

Adalah pemecahan makanan secara kimiawi. Proses ini diakibatkan oleh


enzim yang ditambahkan ke makanan saat mereka melewati sistem
pencernaan (Nair & Peate, 2013).

b. Pencernaan mekanik

Adalah pemecahan makanan secara mekanik. Proses ini terjadi akibat dari
makanan yang dikunyah, digerakkan dan dicampur saat melewati sistem
pencernaan. Aktivitas ini dimulai dari lubang mulut deh mengunyah atau
menggiling, dan berlanjut ke bawah di sepanjang saluran pencernaan yang
disebabkan oleh konstraksi otot polos pada lapisan otot yang berjalan
disepanjang sistem pencernaan (Nair & Peate, 2013).
Gambar Sistem Pencernaan Manusia
Sumber : Campbell 2012
3. Organ pada sistem pencernaan

1. Mulut (cavum buccalis)

Mulut atau yang disebut sebagai rongga mulut, adalah permulaan


dari saluran pencernaan. Pencernaan mekanik terjadi ketika rongga ini
mulai menerima makanan dan mulai pemecahan makanan dengan bekerja
mengunyah dan menggiling makanan. Sedangkan pencernaan kimiawi
juga dimulai didalam rongga mulut. Makanan bercampur dengan air liur
amilase yang ditemukan di air liur dan amilase ini memulai pemecahan
karbohidrat makanan menjadi molekul gula uang lebih kecil (Shier et al,
2009), pencampuran makanan dengan air liur menambah basah makanan,
yang penting guna merasakan dan membantu membentuk makanan
menjadi bolus, yang terakhir mungkinkan makanan berpindah dari rongga
mulut ke esofagus.
Gambar Mulut

Sumber : Campbell 2012

 Organ tambahan sistem pencernaan di mulut

a. Bibir

Membentuk pembukaan ke dalam mulut. Merupakan lipatan daging


yang mengandung otot rangka dan reseptor sensorik (Shier et el, 2009).
Struktur ini memiliki peran dalam memeriksa suhu dan tekstur makanan
dan mendorong makanan kedalam rongga mulut. Bibir kaya akan suplay
darah sehingga berwarna merah delima.

b. Pipi

Pipi membentuk sisi berdaging dari wajah dan terletak dari ujung
mulut ke samping hidung.Lemak, otot, dan membran mukosa membatasi
pipi.Pipi membantu mengunyah makanan. (Nair & Peate, 2013).

c. Langit mulut
Terbagi menjadi dua yaitu palatum keras dan palatum lunak. Palatum
keras dan lunak ditutupi oleh membran-membran mukosa dan berperan
pada pemecahan mekanik makanan (Nair & Peate, 2013).

d. Lidah

Lidah adalah organ otot tebal yang dibentuk oleh otot rangka dan
mebran mukosa. Lidah terdiri atas 10.000 ujung-ujung pengecap
(Silverthot, 2009). Marieb dan Hoehn (2010) menyatakan bahwa lidah
mendeteksi empat rasa dasar yaitu manis, asin, pahit, dan asam.
Sedangkan Silverthorn (2010) mengidentifikasi rasa yang kelima disebut
dengan umami. Kata ini berasal dari Jepang yang berarti "kelezatan".

Lidah berperan membantu mencampur makanan ketika mengunyah


dan mendorong partikel makanan ke belakang mulut saat menelan. Lidah
juga berperan dalam berbicara dan mengecap.

e. gigi

Membentuk dua set gigi permanen dan susu. Terdapat sekitar 20 gigi
susu yang biasanya mulai terbentuk dari usia 6 Bulan. Sering kali satu
gigi susu tanggal digantikan dengan gigi permanen. Biasanya terdapat
gigi permanen yang memiliki kemungkinan bertahan hingga akhir hayat.
Fungsi gigi yaitu merobek, memotong, dan mengunyah makanan. (Nair &
Peate, 2013).

f. Kelenjar air liur

Terdapat 3 pasang utama kelenjar air liur berdasarkan letaknya, yaitu :

- kelenjar parotid, terletak dibawah depan telinga.

- kelenjar submandibularis, terletak dibagian posterior alas mulut.

- kelenjar sublingualis, terletak dibagian anterior mulut. (Nair & Peate,


2013).
2. Faring

Faring berada di belakang hidung dan mulut. Faring memiliki


panjang sekitar 12 cm dan dibagi menjadi 3 bagian - nasofaring, orifaring,
dan laringofaringeal.Faring bersambungan dengan mulut di bagian
superior dan esofagus serta laring dibagian inferior. Faring juga
bersambungan dengan dua rongga nasal kecil dan dua tube estacius.Saat
makanan ditelan, palatum lunak menutup jalur nasal epiglotis bergerak di
atas glotis untuk menutup laring dan trakea. Cara ini memungkinkan
makanan turun ke esofagus bukan ke saluran pernafasan (Nair & Peate,
2013).

3. Kerongkongan (Esofagus)

Merupakan pipa muskular yang memiliki panjang sekitar 25 cm,


yang terletak dari faring ke lambung. Esofagus berada dibelakang trakea
dan di depankolumna spinalis (tulang belakang). Esophagus kadang-
kadang dikenal sebagai pipa (kerongkongan) (Mader, 2010). Pipa
muscular yang dapat terlipat yang menyalurkan makanan ke dalam
lambung. Pergerakan makanan turun ke esophagus terjadi akibat adanya
gelombang konstraksi otot polos yang disebut sebagai peristaltis.

Gambar kerongkongan
Sumber : Campbell 2012

4. Lambung
Adalah saluran percernaan makanan melanjut ke bawah dan tepat
di bawah diafragma membesar membentuk kantung. Lambung terletak di
bagian atas cavum abdominalis dibawah hati dan diafragma, kira-kira
seperlima bagiannya ada di sebelah kiri garis tengah tubuh. Fungsi
lambung pada system pencernaan adalah sebagai pencernaan mekanik dan
kimiawi (Nair & Peate, 2013).
Lambung dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu
- Fundus adalah bagian yang membesar pada arah kiri dan atas
pintu penghubung esovagus dan lambung
- Corpus merupakan bagian yang menyempit ke kanan
- Pylorus merupakan bagian lambung yang berdekatan dengan
duodenum pada usus halus (Nair & Peate, 2013).

Gambar lambung
Sumber : Campbell 2012

5. Usus halus

Usus kecil adalah saluran yang ukuran garis tengahnya kira-kira


2,5 cm dan panjangnya 600 cm. saluran ini berpilin dan mengisi sebagian
besar cavum abdominalis (Nair & Peate, 2013).
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu
a. Duodenum
Adalah gian berbentuk mrnyerupai huruf “C” pada usus
halus.suosenum mempunyai panjang sekitar 25 cm. duodenum berawal
dari sphinter pylorus dan berakhir pada permukaan yeyunum.Getah
pankreas dan empedu dikirim ke duodenum dari pancreas dan kantung
empedu decara berurutan.Sebagai akibat dari beragam enzim di dalam
usus dan getah pancreas.Pencernaan kimiawi makana lebih lanjut
terjadi disini. Getah pancreas adalah basa dan membantu menetralkan
chime bersifat asam saat masuk ke usus halus (Nair & Peate, 2013).
b. Yeyunum
Memiliki panjang sekitar 2,5 m dan bermula diujung duodenum dan
berakhir pada p-ermulaan ileum. Fungsi utama yeyenum adalah
memecahkan nutrient lebih lanjut yang tiba dari duodenum (Nair &
Peate, 2013).
c. Ileum
Ileum berawal diujung yeyunum dan berakhir pada katup
ileosaekum. Ileum mempunyai panjang sekitar 3,5 m. absorpsi terutama
berlangsung di ileum. Absorpsi dikerjakan oleh dtruktur kecil disebutvili
(tunggal-vilus) (Nair & Peate, 2013).

6. Usus besar
Disebut juga kolon, berawal di katup ileosaekum dan berakhir di
rectum. Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari usus besar.
Usus besar dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Caecum
Bagian pertama usus besar yang memiliki panjang sekitar 5-7,5 m.
b. Colon

Dibagi menjadi empat bagian, yakni:

- Colon asenden, terletak pada posisi vertical, disisi kanan


abdomen melanjut ke atas sampai batas bawah hati.
- Colon transversal, memanjang horizontal menyilang abdomen,
di bawah hati dan lambung, di atas usus halus.
- Colon desenden, terletak pada posisis vertical, di sisi kiri
abdomen.
- Colon sigmoid, ,menggambarkan sebuah bentuk huruf “S”.
bagian bawah yang bergabung dengan rectum membengkok
kearah depan kiri (Nair & Peate, 2013).
c. Rectum
Merupakan akhir dari saluran pencernaan makanan sepanjang 20 cm
(Nair & Peate, 2013).
Organ tambahan pada pencernaan
1. Hati
Adalah organ terbedar di dalam tubuh dan memiliki berat sekitar
1,5 kg. hati berwarna kemerah merahan, berbentuk irisan dan
diselubungi oleh jaringan penyambung dan dibagi menjadi lobus kanan
dan kiri.Hati terletak di kuadran kanan atas pada rongga perut di bawah
diafragma.Hati sebagian dilindungi oleh tulang rusuk. Lobus kanan
dan kiri dipisahkan oleh ligament falsiformis dan hati si selaputi oleh
membran serosa yang disebut peritoneum (Nair & Peate, 2013).
Hati memiliki beberapa fungsi yaitu:
 Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
 Mengubah produk sisa dan zat beracun
 Memproduksi dan menyimpan glikogen
 Mempertahankan kadar glukosa darah
 Mengubah ammonia menjadi urea
 Membentuk sel darah merah
 Berperan dalam penghancuran sel darah merah
 Menyimpan mineral seperti besi dan tembaga
 Menyimpan vitamin larut lemak A, D, E, dan K.
 Membentuk protein plasma seperti protrombin
 Memproduksi factor pembekuan
 Memproduksi empedu, yang mengemulsikan lemak pada makanan
untuk absorpsi (Nair & Peate, 2013).
Gambar hati
Sumber : Campbell 2012
2. Kantung empedu
Kantung empedu berbentuk seperti buah alpukat dengan panjang 5-
10 cm dan lebar 2,5 cm atau lebih. Kantong empedu terletak di
permukaan bawah hati, terikat pada organ ini dengan jaringan areolar.
Dindingnya tersususun oleh otot polos berlapiskan mukosa. Kantiung
empedu berfungsi mengumpulkan empedu yang dihasilkan oleh hati.
Empedu di keluarkan dari kantung empedu dengan kehadiran enzim
yang disebut kolesistokenin (CCK) (Nair & Peate, 2013).

3. Pankreas
Bentuk pancreas adalah segitiga, letaknya di belakang lambung
dengan kepala leher di dalam lekukan seperti huruf “C” dari
duodenum, badannya melanjut mendatar menyilang dinding posterior
abdominal dan ekornya menyentuh limpa.Fungsi dari pankreas adalah
mensekresi cairan pancreas, insulin, dan glucagon (Nair & Peate,
2013).
D. Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis
Untuk menerapkan suatu model pembelajaran, setiap model pembelajaran
memiliki langkah-langkah tertentu. Langkah – langkah penerapan model
menurut Barret (2005), yaitu:

1. Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap


dari pengalaman siswa).
2. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-
hal berikut.
 Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan
 Mendefinisikan masalah
 Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang
mereka miliki.
 Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.
 Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
masalah .

3. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan


masalah yang harus diselesaikan. Mereka dapat melakukannya
dengan cara mencari sumber di perpustakaan, database, internet,
sumber personal atau melakukan observasi.
4. Siswa kembali kepada kelompok PBM semula untuk melakukan
tukar informasi, pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman
dalam menyelesaikan masalah.
5. Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan
6. Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan
seluruh kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana
pengetahuan yang sudah diperoleh oleh siswa serta bagaiman peran
masing-masing siswa dalam kelompok.

Sedangkan itu Yongwu Miao et.al. membut model Protokol PBL


yang disajikan dalam ilustrasi berikut.
Gambar Protokol PBL
Sumber Yongwu Miao et.al, 2016
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semu (Quasi
Eksperimen) dengan menggunakan data berupa data kuantitatif. Penelitian
pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis
dalam materi sistem pencernaan pada siswa kelas XI MAN 1 Trenggalek
menggunakan model Pretest-Postest Control Grup.

B. Populasi Dan Sampel Penelitian


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI MIPA MAN 1 Trenggalek, sedangkan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu siswa kelas XI MIPA 1 dan 2 MAN 1 Trenggalek yang
terdiri dari 30 siswa pada masing-masing kelas.

C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus
2018.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian

No Variabel Indikator Instrumen


1. Problem Based 1. Penyajian masalah 1. Lembar observasi
Learning 2. Kegiatan kelompok keterlaksnaan
3. Penyelidikan model problem
masalah based learning
4. Menyajikan hasil oleh guru
penyelidikan 2. Lembar observasi
5. Evaluasi keterlaksnaan
model problem
based learning
oleh siswa
3. Kemampuan 1. Dapat 1. Lembar observasi
Berpikir Kritis mengklasisfikasikan kemampuan
2. Dapat menganalisis berpikir kritis
3. Dapat mengevaluasi
4. Dapat menarik
kesimpulan
5. Dapat
mengkomunikasikan
4. Hasil belajar 1. Kognitif 1. Tes hasil belajar
2. Psikomotor kognitif
2. Portofolio
3. Lembar observasi
hasil belajar
psikomotor

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui sebagai
berikut:
1. Pretest yang diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran
2. Post test yang dilakukan kepada siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning
3. Observasi motivasi
F. ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui uji ANACOVA.
Hal tersebut dilakukan untuk melngetahui pegaruh pretest dan post test
dari kelas kontrol dan kelas eksperimen terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa kelas XI MIPA 1 dan 2 MAN 1 Trenggalek.
Daftar Rujukan

Abdul, Majid. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosda karya.
An Essential Guide Nursing and Healthcare Students, 2nd edn. New
Jersey: John Wiley and Sons
Campbell, Taylor, Simon, and Dickey. 2012 . Campbell Biology, Concepts
and
Connections. 7th edn. San Fransisco: Bostom Columbus, Inc
Hisyam, Zaini. dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka
Intan Madani.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.
Malang: Pustaka Pelajar.
Mahartyasa et al. 2016. Buku Pedoman Problem Based Learning (PBL). Bali:
Universitas Udayana
Nair, Muralitharan dan Peate, Ian.2013.Fundamentals of Applied
Pathophysiology:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Soewolo, Basoeki S, Yudani T. 1999. Fisiologi Manusia.IMSTEP JICA
Universitas Negeri Malang
Sunaryo, Wowo, K. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: Rosda.
Windura S, 2008. Mind Map Langkah Demi Langkah: Cara Mudah dan
Benar Mengajarkan dan Membiasakan Anak Menggunakan Mind
Map untuk Meraih Prestasi. Jakarta: Gramedia
Windura, S. (2008). Mind Map for Business Effectiveness.Jakarta:PT
Gramedia,

Anda mungkin juga menyukai