SKRIPSI
OLEH
NURUL ALFI’AH
NIM 170341615070
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2002:263). Pada hakikatnya pendidikan
dilakukan sejak manusia di lahirkan hingga akhir hayatnya. Para pelaku dalam
dunia pendidikan yang biasa disebut dengan civitas akademia secara umum
terdiri dari siswa dan guru pada tingkat dasar dan menengah; dosen dan
mahasiswa pada tingkat perguruan tinggi.
Pendidikan selama ini hanya terfokuskan ke dalam pengajaran guru. Siswa
hanya menunggu intruksi dan materi dari guru. Hal ini dikenal dengan metode
pembelajaran ceramah. Metode ini sudah diberlakukan sejak dahulu dan sudah
menjadi budaya dalam pendidikan di Indonesia. Pendapat Abdul Majid (2009)
menyatakan bahwa ”metode pembelajaran ceramah bertujuan untuk
memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang.”
Dalam pembelajaran Biologi, guru masih menerapkam metode ceramah
dalam kegiatan belajar mengajar. Padahal materi yang terdapat dalam
pelajaran Biologi cukup memerlukan pemahaman yang mendalam. Misalnya,
materi sistem percernaan yang mencakup fungsi dan struktur morfologi dari
organ percernaan. Apabila siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru
tentu besar risikonya pemahaman siswa mengenai materi tersebut menjadi
tidak maksimal.
Dampak buruk lain dari metode ceramah yaitu membuat suasana kelas
menjadi monoton. Hal ini sependapat dengan Hisyam Zaini dan Bermawy
Muthe (2008) yang mengatakan bahwa ”kekurangan metode pembelajaran
ceramah adalah membosankan; peserta didik tidak aktif; informasi hanya satu
arah; menggurui dan melelahkan; kurang melekat pada ingatan peserta didik;
kurang terkendali; baik waktu maupun materi; dan monoton.”. Berdasarkan ini
metode ceramah kurang cocok untuk di terapkan dalam pembelajaran siswa
terutama dalam sistem pencernaan.
Siswa menjadi kurang berpikir kritis dalam menghadapi pembelajaran di
kelas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keaktifan siswa. Siswa hanya
menjadi obyek didik dan memahami apa yang diberikan guru tanpa proses
pencarian secara mandiri. Melalui hal ini siswa menjadi enggan untuk
memamahi materi secara lebih mendalam dan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa untuk memecahkan
masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan kebenaran ilmiah. Siswa
akan lebih paham terhadap suatu konsep materi jika proses belajar siswa
menekankan pada kemampuan berpikir kritis (Hasruddin, 2009). Melalui
proses berpikir kritis inilah siswa dapat menyaring informasi baru yang
mereka dapat dan mengukuhkan argumen mereka mengenai suatu konsep
materi.
Pengaruh berpikir kritis juga sangatlah positif dan berguna. Sunaryo
(2009) mengatakan bahwa “berpikir kritis ada yang positif dan berguna, dalam
merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah pribadi yang kompleks,
berunding dengan kelompok tentang tindakan apa yang harus diambil, atau
menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam
menguji suatu hipotesis.” Berdasarkan hal tersebut berpikir kritis sangatlah
bermanfaat bagi siswa jika dapat dilakukan dengan maksimal dan sebaik
mungkin.
Berpikir kritis pada siswa tentunya perlu diwujudkan dan diterapkan
dengan benar. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu terobosan baru, yakni
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
berpikir kritis. Metode pembelajaran Problem Based Learning, metode
pembelajaran ini menitikkan beratkan siswa menjadi pusat pembelajaran dan
guru hanya menjadi fasilitator.
Pembelajaran dalam Problem Based Learning berasal dari persoalan
masalah nyata yang harus diselesaikan siswa dengan mencari sumber dan
melalui diskusi kelompok kecil. Hal ini merupakan karakteristik dari metode
Problem Based Learning yang dikembang Barrow yaitu Learning is student-
centered, aunthentic problems form the organizing focu for learning, new
information is aquaried throught self-directed learning, learning occur i small
groups, teacher act as facilitators (Min liu, 2005). Berdasarkan hal tersebut
metode pembelajaran Problem Based Learning sangatlah cocok untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis terutama pada materi
sistem pencernaan pada kelas XI MAN 1 Trenggalek.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh Problem Based Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis daalam materi sistem pencernaan pada
siswa kelas XI MAN 1 Trenggalek?
2. Apakah ada pengaruh Problem Based Learning terhadap hasil
belajar siswa kelas XI MAN 1 Trenggalek dalam materi sistem
pencernaan?
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan kemampuan untuk berpikir kritis pada
materi sistem pencernaan.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar pada materi sistem
perncernaan.
2. Bagi Guru
a. Sebagai salah satu alternatif penerapan Problem Based
Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah
a. Sebagai acuan dalam mengembangkan pendidikan.
D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu
1. Terdapat pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan
berpikir kritis hasil belajar dalam materi sistem pencernaan pada siswa
kelas XI MAN 1 Trenggalek.
2. Terdapat pengaruh Problem Based Learning terhadap hasil belajar
siswa kelas XI MAN 1 Trenggalek dalam materi sistem pencernaan
manusia.
E. Definisi Operasional
1. Model Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran
dengan memanfaatkan masalah dan siswa harus melakukan
pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan
masalah tersebut.
2. Berpikir kritis sebagai pengaturan diri dalam memutuskan (judging)
sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan
inferensi, maupun pemaparan menggunakan suatu bukti, konsep,
metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi
dasar dibuatnya keputusan.
3. Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah
makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kelebihan PBL
Siswa didorong untuk memiliki kemampuan
memecahkan masalah dalam situasi nyata.
Siswa memiliki kemampuan membangun
pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.
Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi
yang tidak ada hubunganna tidak perlu saat itu
dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa
dengan menghafal atau menyimpan informasi.
Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja
kelompok.
Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber
pengetahuan baik dari perpustakaan, internet,
wawancara dan observasi.
Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan
belajarnya sendiri.
Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan
komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau
presentasi hasil pekerjaan mereka.
Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
Kekurangan PBL
PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi
pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam
menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk
pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang
kaitannya dengan pemecahan masalah.
Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman
siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam
pembagian tugas.
PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar
karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok.
PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi
atau paling tidak sekolah menengah.
PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit
sehingga dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh
konten yang diharapkan walapun PBM berfokus pada
masalah bukan konten materi.
Membutuhkan kemampuan guru yang mampu
mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif,
artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi
siswa dengan baik.
Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia
dengan lengkap.
B. Karakteristik Berpikir Kritis
1. Pengertian berpikir kritis
Terdapat berbagai pengertian berpikir kritis. Beyer (1995)
mendefinisikan berpkir kritis yang paling sederhana: “Berpikir
kritis berarti membuat penilaian-penilaian yang masuk akal”.
Beyer memandang berpikir kritis sebagai menggunakan criteria
untuk menilai kualitas sesuatu, dari kegiatan yang paling sederhana
seperti kegiatan normal sehari-hari sampai menyusun kesimpulan
dari sebuah tulisan yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi
validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan, ide-ide, argumen-
argumen, penelitian, dan lain-lain).
Facione (2006) menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai
pengaturan diri dalam memutuskan (judging) sesuatu yang
menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun
pemaparan menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria,
atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya
keputusan. Berpikir kritis penting sebagai alat inkuiri. Berpikir
kritis merupakan suatu kekuatan serta sumber tenaga dalam
kehidupan bermasyarakat dan personal seseorang.
Jadi, pengertian berpikir kritis adalah membuat
pertimbangan, penilaian, dan memutuskan setuatu dengan analisis
mendalam berdasarkan penilaian yang masuk akal.
2. Pentingnya berpikir kritis
1. Macam pencernaan
a. Pencernaan kimia
b. Pencernaan mekanik
Adalah pemecahan makanan secara mekanik. Proses ini terjadi akibat dari
makanan yang dikunyah, digerakkan dan dicampur saat melewati sistem
pencernaan. Aktivitas ini dimulai dari lubang mulut deh mengunyah atau
menggiling, dan berlanjut ke bawah di sepanjang saluran pencernaan yang
disebabkan oleh konstraksi otot polos pada lapisan otot yang berjalan
disepanjang sistem pencernaan (Nair & Peate, 2013).
Gambar Sistem Pencernaan Manusia
Sumber : Campbell 2012
3. Organ pada sistem pencernaan
a. Bibir
b. Pipi
Pipi membentuk sisi berdaging dari wajah dan terletak dari ujung
mulut ke samping hidung.Lemak, otot, dan membran mukosa membatasi
pipi.Pipi membantu mengunyah makanan. (Nair & Peate, 2013).
c. Langit mulut
Terbagi menjadi dua yaitu palatum keras dan palatum lunak. Palatum
keras dan lunak ditutupi oleh membran-membran mukosa dan berperan
pada pemecahan mekanik makanan (Nair & Peate, 2013).
d. Lidah
Lidah adalah organ otot tebal yang dibentuk oleh otot rangka dan
mebran mukosa. Lidah terdiri atas 10.000 ujung-ujung pengecap
(Silverthot, 2009). Marieb dan Hoehn (2010) menyatakan bahwa lidah
mendeteksi empat rasa dasar yaitu manis, asin, pahit, dan asam.
Sedangkan Silverthorn (2010) mengidentifikasi rasa yang kelima disebut
dengan umami. Kata ini berasal dari Jepang yang berarti "kelezatan".
e. gigi
Membentuk dua set gigi permanen dan susu. Terdapat sekitar 20 gigi
susu yang biasanya mulai terbentuk dari usia 6 Bulan. Sering kali satu
gigi susu tanggal digantikan dengan gigi permanen. Biasanya terdapat
gigi permanen yang memiliki kemungkinan bertahan hingga akhir hayat.
Fungsi gigi yaitu merobek, memotong, dan mengunyah makanan. (Nair &
Peate, 2013).
3. Kerongkongan (Esofagus)
Gambar kerongkongan
Sumber : Campbell 2012
4. Lambung
Adalah saluran percernaan makanan melanjut ke bawah dan tepat
di bawah diafragma membesar membentuk kantung. Lambung terletak di
bagian atas cavum abdominalis dibawah hati dan diafragma, kira-kira
seperlima bagiannya ada di sebelah kiri garis tengah tubuh. Fungsi
lambung pada system pencernaan adalah sebagai pencernaan mekanik dan
kimiawi (Nair & Peate, 2013).
Lambung dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu
- Fundus adalah bagian yang membesar pada arah kiri dan atas
pintu penghubung esovagus dan lambung
- Corpus merupakan bagian yang menyempit ke kanan
- Pylorus merupakan bagian lambung yang berdekatan dengan
duodenum pada usus halus (Nair & Peate, 2013).
Gambar lambung
Sumber : Campbell 2012
5. Usus halus
6. Usus besar
Disebut juga kolon, berawal di katup ileosaekum dan berakhir di
rectum. Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari usus besar.
Usus besar dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Caecum
Bagian pertama usus besar yang memiliki panjang sekitar 5-7,5 m.
b. Colon
3. Pankreas
Bentuk pancreas adalah segitiga, letaknya di belakang lambung
dengan kepala leher di dalam lekukan seperti huruf “C” dari
duodenum, badannya melanjut mendatar menyilang dinding posterior
abdominal dan ekornya menyentuh limpa.Fungsi dari pankreas adalah
mensekresi cairan pancreas, insulin, dan glucagon (Nair & Peate,
2013).
D. Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis
Untuk menerapkan suatu model pembelajaran, setiap model pembelajaran
memiliki langkah-langkah tertentu. Langkah – langkah penerapan model
menurut Barret (2005), yaitu:
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semu (Quasi
Eksperimen) dengan menggunakan data berupa data kuantitatif. Penelitian
pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis
dalam materi sistem pencernaan pada siswa kelas XI MAN 1 Trenggalek
menggunakan model Pretest-Postest Control Grup.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus
2018.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian