Mengetahui,
Ka. Ur Gizi
RS Islam Jakarta Cempaka Putih
Mengetahui,
Ka. Ur Gizi
RS Islam Jakarta Cempaka Putih
1. Warna Makanan
Warna makanan adalah warna hidangan yang disajikan. Warna
makanan akan memberikan penampilan yang lebih menarik terhadap
makanan yang disajikan. Kombinasi warna makanan faktor penting yang
mempengaruhi indra penglihatan, karena itu tenaga penyaji makanan harus
benar-benar mengerti perbedaan warna makanan sebelum dan sesudah
diproses. Kombinasi warna menjadi sangat penting dalam membuat
makanan menjadi menarik. Oleh karena itu dalam suatu menu yang baik
haruslah mendapat kombinasi lebih dari dua macam (West dan Wood,
1988).
Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan
makanan. Warna yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan
cita rasa. Oleh sebab itu dalam penyelenggaraan makanan harus
mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk mempertahankan warna makanan
yang alami, baik dalam bentuk teknik memasak maupun dalam
penangaanan makanan yang dapat mempengaruhi warna makanan
(Arifiati, 2000).
Warna penting bagi banyak makanan, baik bagi makanan yang
tidak diproses maupun bagi yang dimanufaktur. Bersama-sama dengan
bau, rasa, tekstur, warna memegang peranan penting dalam keterterimaan
makanan. Warna merupakan nama umum untuk semua pengindraan yang
berasal dari aktivitas retina mata (Deman, 1997). Warna makanan bahkan
baik digunakan untuk menyajikan makanan itu harus dipilih sedemikian
rupa sehingga menimbulkan kesan menarik dan rasa senang (Moehyi,
1997).
2. Rasa Bumbu
Rasa merupakan salah satu komponenn flavor yang terpenting, karena
mempunyai pengaruh yang dominan pada cita rasa. Berbeda dengan
dengan aroma makanan yang ditimbulkan oleh terbentuknya senyawa
yang mudah menguap, rasa makanan ditimbulkan oleh larutnya senyawa
pemberi rasa ke dalam air liur, yang kemudian merangsang saraf
pengecap, jadi rasa makanan pada dasarnya adalah perasaan yang timbul
setelah menelan makanan (Moehyl, 1992). Rasa lebih banyak melibatkan
indra pengecap (lidah). Pengindraan kecapan dibagi menjadi empat macam
rasa utama yaitu asin, manis, pahit dan asam. Makanan yang mempunyai
variabel keempat macam rasa tersebut lebih disukai daripada hanya satu
macam rasa yang dominan (Winarno, 1996). Rasa makanan sangat
berpengaruh terhadap cita rasa makanan beberapa faktor yang berpengaruh
adalah aroma makanan, bumbu masakan, kerenyahan makanan, tingkat
kematangan, serta suhu makanan. Rasa makanan sangat ditentukan oleh
penggunaan bumbu. Bumbu adalah bahan yang ditambahkan pada
makanan dengan maksud untuk mendapatkan rasa makanan yang enak dan
sama setiap kali pemasakan (Sutiyono, 1996).
3. Porsi Makanan
Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan sesuai
kebutuhan setiap individu sesuai dengan kebiasaan makan. Porsi yang
terlalu besar atau kecil akan mempengaruhi penampilan makanan.
Pentingnya porsi makanan tidak hanya berkaitan dengan penerimaan dan
perhitungan pemakaian bahan makanan tetapi juga berkaitan erat dengan
penampilan makanan waktu makanan disajikan dan kebutuhan gizi
(Madjid, 1998 dalam Tatik Hartatik, 2004). Porsi makanan berkenaan
dengan penampilan makanan waktu disajikan juga berkenaan dengan
perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan, contohnya
potongan daging atau ayam yang terlalu kecil atau terlalu besar akan
merugikan penampilan makanan. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan
makanan institusi dibutuhkan standar porsi yang berguna untuk menjadi
acuan dalam menentukan kebutuhan gizi yang dianjurkan (Moehyi, 1992).
b. Rasa Makanan
Makanan yang disajikan harus memenuhi 2 syarat utama yaitu cita rasa
makanan harus memberikan kepuasan bagi yang memakannya dan makanan
harus aman dalam arti makanan tidak mengandung zat atau mikroorganisme
yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Cita rasa makanan ditimbulkan oleh
terjadinya rangsangan terhadap berbagai indera dalam tubuh manusia,
terutama indera penglihatan, indera pencium dan indera pengecap. Makanan
yang memiliki cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan dengan
menarik, menyebarkan bau yang sedap dan memberikan rasa yang lezat. Cita
rasa makanan mengandung 2 aspek utama yaitu penampilan makanan sewaktu
dihidangkan dan rasa makanan waktu dimakan. Menurut Kemenkes (2013)
bahwa cita rasa makanan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sisa
makanan.
Komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan adalah:
1) Aroma makanan
Aroma Makanan adalah aroma yang disebarkan oleh makanan yang
mempunyai daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera
penciuman sehingga mampu membangkitkan selera. Aroma yang dikeluarkan
oleh makanan berbeda-beda. Demikian pula cara memasak makanan yang
berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula (Moehyi, 1992 ). Aroma
yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan
mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.
Aroma yang yang dikeluarkan oleh setiap makanan berbeda - beda dan
melalui pemasakan yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula.
Untuk mendapatkan bau yang cukup baik untuk sel sensori, beberapa panelis
terlatih menganjurkan untuk menghirup dengan singkat dan kuat ke bagian
atas hidung. Karena respon terhadap bau ini terekam sangat cepat dan singkat.
Untuk mendapatkan penilaian yang sensitif, sebaiknya menghirup udara yang
bersih beberapa detik sebelum melakukan penilaian.
2) Tingkat Kematangan.
Tingkat kematangan adalah mentah atau matangnya hasil pemasakan pada
setiap jenis bahan makanan yang dimasak dan makanan akan mempunyai
tingkat kematangan sendiri – sendiri. Tingkat kematangan suatu makanan itu
tentu saja akan mempengaruhi cita rasa makanan. Pada masakan khas
Indonesia, tingkat kematangan belum mendapat perhatian karena umumnya
makanan Indonesia harus dimasak sampai benar-benar matang. Bila
dibandingkan dengan Eropa yang telah memiliki perbedaan tingkat
kematangan. Ada steak yang dimasak setengah matang, dan ada juga yang
benar-benar matang. Tingkat kematangan adalah mentah atau matangnya hasil
pemasakan pada setiap jenis bahan makanan yan dimasak dan makanan akan
mempunyai tingkat kematangan sendirisendiri (Muchatab, 1991). Tingkat
kematangan suatu makanan itu tentu saja mempengaruhi cita rasa makanan.
3) Temperatur Makanan
Temperatur makanan waktu disajikan memegang peranan penting dalam
penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu
dingin akan sangat mengurangi sensivitas sarang pengecap terhadap rasa
makanan. Temperatur makanan waktu disajikan mempunyai peranan dalam
penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu
dingin sangat mempengaruhi sensitifitas saraf pengecap terhadap rasa
makanan sehingga dapat mengurangi selera untuk memakannya (Moehyi,
1992). Ketidak puasan konsumen terhadap temperatur makanan akan
membuat terjadi peningkatan sisa makanan. Untuk menjaga suhu makanan
tetap hangat, tentunya harus difasilitasi dengan kereta makanan yang
dilengkapi alat pemanas, sementara alat ini belum tersedia di Rumah Sakit
tempat penelitian nya.
4. Tekstur
Menurut Nasoetion (1988) tekstur menggambarkan keadaan
struktur makanan. Beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu jenis bahan
makanan, cara mengolah, dan kontak makanan dengan udara. Menurut
Moehyi (1992) yang dimaksud dengan kerenyahan makanan adalah
makanan yang dimasak menjadi kering tetapi tidak keras. Kerenyahan
makanan memberi pengaruh tersendiri terhadap cita rasa makanan. Untuk
mendapat makanan yang renyah juga diperlukan cara masak yang tepat.
Menurut Khan (1998) tekstur dapat dirasakan ketika dimulut, seperti
lunak/lembek, keras/kering, kenyal, krispi, berserat, halus. Hal tersebut
beberapa sipat yang digunakan untuk menggambarkan tekstur,( Khan,
1998).
F. Kerangka Teori
Faktor Internal
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
4. Kebiasaan makan
5. Keadaan psikis
6. Aktifitas fisik
7. Kondisi khusus
8. Gangguan pencernaan
9. Faktor pengobatan
Sisa Makanan
Faktor Eksternal
Penampilan Makanan
- Warna
- Porsi
- Penyajian
Rasa Makanan
- Aroma
Sisa
- Bumbu
Makanan
- Tekstur
- Suhu
Ketepatan waktu
penyajian
H. Definisi Operasional
Dimana :
n : Besar sampel minimal
α : Taraf kemaknaan 5%
Z1-α/2 : Deviat baku alpha untuk α = 5% sebesar 1,960.
Z1-β : Deviat baku betha untuk β = 10% sebesar 1,28.
Po : Proporsi pasien rawat inap yang memiliki sisa makanan (penelitian
Sebelumnya di RS Islam Jakarta tahun 2015) sebesar 0,40
Pa : Perkiraan harapan proporsi pasien rawat inap yang memiliki sisa
makanan Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2016 sebesar
20%.
Pa – Po : Selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,20.
Kesimpulan:
Sisa makanan ≥ 20%
Sisa makanan < 20%
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder
dalam penelitian ini adalah :
a. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner mengenai
penilaian penampilan, cita rasa, ketepatan waktu distribusi, serta komentar
responden terhadap menu makan siang yang disajikan.
b. Formulir comstock
Skala comstock tersebut pada mulanya digunakan para ahli biotetik
untukmengukur sisa makanan. Untuk memperkirakan berat sisa makanan
yang sesungguhnya,hasil pengukuran dengann skala comstock tersebut
kemudian dikonversi kedalam persen dan dikalikan dengan berat awal. Hasil
dari penelitian tersebut juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara
taksiran visual dengan persentasi sisa makanan.
c. Perangkat Lunak SPSS dan Ms. Excel
SPSS dan Ms. Excel digunakan untuk mengolah data yang telah diambil.
G. Prosedur Penelitian
G.1 Tahap Pra Penelitian
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan sebelum melakukan penelitian. Adapun
kegiatan pra penelitian :
1) Mempersiapkan kuesioner untuk responden
2) Mempersiapkan formulir comstock untuk responden.
H. Analisis Data
H.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel penelitian. Variabel yang akan
dianalisa dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu penampilan dan
rasa makanan pada diet biasa dan variabel dependen yaitu sisa makanan sehari
pasien kelas III dengan diet biasa di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
I. Keterbatasan Penelitian
1. Beberapa makanan responden ada yang etiketnya sudah terlepas sehingga
memungkinkan responden mendapat makan siang untuk diet khusus. Serta
ada pula sisa makanan yang langsung dibuang oleh ADM sehingga peneliti
hanya menggunakan metode wawancara.
2. Peneliti tidak mengamati makanan dari luar rumah sakit yang dapat
memengaruhi jumlah sisa makanan pasien.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karateristik Responden
Pada penelitian kali ini karateristik responden yang diambil oleh peneliti
adalah jenis kelamin dan umur. Responden dari penelitian ini adalah pasien kelas
III dengan diet biasa berjumlah 42 orang yang berlangsung selama 12 hari.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, pengisian kuesioner dan formulir
Comstock.
120
100
100
80
60
40
20
0
0
Ketepatan Waktu (%)
Gambaran mengenai sisa makan pada 42 orang responden dapat dilihat diagram
batang berikut ini.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Skor Sisa Makan Siang
80
69
70 64.3
61.9
60 54.8
50 45.2
38.1
40 35.7
31
30
20
10
0
Makanan Pokok Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur
Sisa Makanan
Indikator Penilaian ≥ 20% < 20%
n % n %
Kecil 0 0 0 0
Cukup 7 25,9 15 100
Porsi
Lebih 20 74,1 0 0
Total 27 100 15 100
Tidak enak 1 3,7 0 0
Cukup enak 26 96,3 10 66
Rasa
Enak 0 0 5 34
Total 27 100 15 100
Tidak hangat 5 18,5 0 0
Cukup hangat 22 81,5 8 53
Temperatur
Hangat 0 0 7 47
Total 27 100 15 100
Tekstur Keras 3 11 0 0
Lunak 20 74,1 14 93
Lembek 4 14,9 1 7
Total 27 100 15 100
Dari hasil penilaian makanan dan sisa makanan, diketahui bahwa yang
meninggalkan sisa makanan ≥ 20% pada menu makanan pokok sebanyak 64,3%
(27 orang). Dari yang memiliki sisa makan makanan pokok ≥ 20%, 74,1% (20
orang) di antaranya menyatakan porsi makanan pokok lebih. Sedangkan untuk
rasa, sebanyak 96,3% (26 orang) menyatakan rasa makanan pokok cukup enak.
Selanjutnya, untuk temperatur dari menu makanan pokok, 81,5% (22 orang)
menilai bahwa temperaturnya cukup hangat. Serta untuk tekstur sebanyak 74,1%
(20 orang) menyatakan bahwa tekstur makanan pokok lunak.
Apabila dilihat dari data yang ada, kecenderungan responden untuk tidak
menghabiskan makanan pokoknya dikarenakan porsi yang disajikan berlebih, ini
dibuktikan dari responden yang memiliki sisa makanan ≥ 20% terdapat 74,1%%
(20 orang) yang mennilai porsi dari makanan pokok yang disajikan berlebih.
Sisa Makanan
Indikator Penilaian ≥ 20% < 20%
n % n %
Kecil 0 0 0 0
Cukup 3 15,8 23 100
Porsi
Lebih 16 84,2 0 0
Total 19 100 23 100
Tidak enak 10 52,6 0 0
Cukup enak 9 47,4 13 56,5
Rasa
Enak 0 0 10 43,5
Total 19 100 23 100
Tidak hangat 4 21 0 0
Cukup hangat 13 68,4 18 78,3
Temperatur
Hangat 2 10,6 5 21,7
Total 19 100 23 100
Keras 4 21 0 0
Lunak 10 52,6 23 100
Tekstur
Lembek 5 26,4 0 0
Total 19 100 23 100
Dari hasil penilaian makanan dan sisa makanan, diketahui bahwa yang
meninggalkan sisa makanan ≥ 20% pada menu lauk hewani sebanyak 45,2% (19
orang). Dari yang memiliki sisa makan lauk hewani ≥ 20%, 84,2% (16 orang) di
antaranya menyatakan porsi lauk hewani lebih. Sedangkan untuk rasa, sebanyak
52,6% (10 orang) menyatakan rasa lauk hewani tidak enak. Selanjutnya, untuk
temperatur dari menu lauk hewani, 68,4% (13 orang) menilai bahwa
temperaturnya cukup hangat. Serta untuk tekstur sebanyak 52,6% (10 orang)
menyatakan bahwa tekstur lauk hewani lunak.
Apabila dilihat dari data yang ada, kecenderungan responden untuk tidak
menghabiskan lauk hewani dikarenakan porsi yang disajikan berlebih dan rasa
yang tidak enak, ini dibuktikan dari responden yang memiliki sisa makanan ≥
20% terdapat 84,2%% (16 orang) yang menilai porsi dari lauk hewani yang
disajikan berlebih dan terdapat 52,6% (10 orang) menilai rasa dari lauk hewani
yang disajikan tidak enak.
Sisa Makanan
Indikator Penilaian ≥ 20% < 20%
n % n %
Kecil 0 0 0 0
Cukup 14 53,8 16 100
Porsi
Lebih 12 46,2 0 0
Total 26 100 16 100
Tidak enak 9 34,6 0 0
Cukup enak 17 65,4 12 75
Rasa
Enak 0 0 4 25
Total 26 100 16 100
Tidak hangat 3 11,5 1 6,3
Cukup hangat 17 65,4 14 87,5
Temperatur
Hangat 6 23,1 1 6,3
Total 26 100 16 100
Keras 5 19,2 0 0
Lunak 20 76,9 11 68,8
Tekstur
Lembek 1 3,8 5 31,3
Total 26 100 16 100
Dari hasil penilaian makanan dan sisa makanan, diketahui bahwa yang
meninggalkan sisa makanan ≥ 20% pada menu lauk nabati sebanyak 61,9% (26
orang). Dari yang memiliki sisa makan lauk nabati ≥ 20%, 53,8% (14 orang) di
antaranya menyatakan porsi lauk nabati cukup. Sedangkan untuk rasa, sebanyak
65,4% (17 orang) menyatakan rasa lauk nabati cukup enak. Selanjutnya, untuk
temperatur dari menu lauk nabati, 65,4% (17 orang) menilai bahwa temperaturnya
cukup hangat. Serta untuk tekstur sebanyak 76,9% (20 orang) menyatakan bahwa
tekstur lauk nabati lunak.
Apabila dilihat dari data yang ada, kecenderungan responden untuk tidak
menghabiskan lauk nabati dikarenakan porsi yang disajikan berlebih dan rasa
yang tidak enak, ini dibuktikan dari responden yang memiliki sisa makanan ≥
20% terdapat 46,2%% (12 orang) yang menilai porsi dari lauk nabati yang
disajikan berlebih dan terdapat 34,6% (9 orang) menilai rasa dari lauk nabati yang
disajikan tidak enak. Ini merupakan presentase tertinggi yang ada.
Sisa Makanan
Indikator Penilaian ≥ 20% < 20%
n % n %
Kecil 0 0 0 0
Cukup 20 69 10 76,9
Porsi
Lebih 9 31 3 23,1
Total 29 100 13 100
Tidak enak 15 51,7 0 0
Cukup enak 13 44,8 10 76,9
Rasa
Enak 1 3,4 3 23,1
Total 29 100 13 100
Tidak hangat 5 17,2 0 0
Cukup hangat 22 75,9 8 61,5
Temperatur
Hangat 2 6,9 5 38,5
Total 29 100 13 100
Keras 3 10,3 0 0
Lunak 22 75,9 12 92,3
Tekstur
Lembek 4 13,8 1 7,7
Total 29 100 13 100
Dari hasil penilaian makanan dan sisa makanan, diketahui bahwa yang
meninggalkan sisa makanan ≥ 20% pada menu sayur sebanyak 69% (29 orang).
Dari yang memiliki sisa makan sayur ≥ 20%, 69% (20 orang) di antaranya
menyatakan porsi sayur cukup. Sedangkan untuk rasa, sebanyak 51,7% (15 orang)
menyatakan rasa sayur tidak enak. Selanjutnya, untuk temperatur dari menu sayur,
75,9% (22 orang) menilai bahwa temperaturnya cukup hangat. Serta untuk tekstur
juga sebanyak 75,9% (22 orang) menyatakan bahwa tekstur sayur lunak.
Apabila dilihat dari data yang ada, kecenderungan responden untuk tidak
menghabiskan sayur yang disajikan adalah karena rasa yang tidak enak, ini
dibuktikan dari responden yang memiliki sisa makanan ≥ 20% terdapat 51,7% (15
orang) menilai rasa dari sayur yang disajikan tidak enak. Ini merupakan
presentase tertinggi yang ada.
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
Nama : ________________________________
Ruang : ________________________________
Responden
( )
FORM OBSERVASI PENGARUH PENAMPILAN DAN CITA RASA
MAKANAN TERHADAP SISA MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
I. Identitas
No Responden
Nama
Jenis Kelamin
Usia
II. Penilaian Makanan
Porsi
Tempat
penyajian
Bumbu
Temperatur
Tekstur
Komentar:
III. Formulir Comstock
Sisa Makanan
0% 25% 50% 75% 100%
Waktu Jenis
Makan Makanan
Makanan
Pokok
Lauk
Hewani
Lauk
Siang
Nabati
Sayur
Buah
Keterangan :
Habis Sisa