Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini penggunaan pemeriksaan radiologi kian meningkat.


Begitupun dalam penggunaannya sebagai alat bantu diagnosa sekaligus
terapi pada kelainan – kelainan traktus urinarius. Berbagai kelainan baik
kongential maupun didapat dalam sistem ini dapat diperiksa dengan
bantuan radiologi melalui beberapa macam pemeriksaan yaitu, Foto polos
abdomen Foto Polos Abdomen (FPA), Ultrasonografi (USG), IntraVenous
Pyelography/Urografi IntraVena (IVP/UIV), Retrograde Pyelografi
(RPG), Anterograde Pyelografi (APG), urografi retrograde, CT Scan,
sampai nclear magnetic resonance. Dengan macam–macam pemeriksaan
ini dapat diketahui adanya anomali ginjal, massa pada traktus urinarius,
peradangan, dilatasi traktus urinarius, sampai pada penilaian fungsi
ekskresi dan kerusakan struktur ginjal.1
Adanya massa tumor pada vesika urinaria dua kali lebih sering
menyerang pria daripada wanita. Pada wanita, tumor vesika urinaria
menempati urutan ke delapan dengan angka kejadian sebesar 2,5% dari
seluruh kasus tumor. Tumor vesika urinaria umumnya terjadi pada dekade
keempat atau kelima kehidupan. Tapi dewasa ini sering ditemukan kasus
tumor vesika urinaria pada usia yang lebih muda. Kejadian tumor vesika
urinaria dikaitkan terutama dengan merokok, pajanan karsinogen di tempat
kerja, atau schistosomiasis. Dimana gejala utamanya adalah painless
hematuria.1
Komplikasi tumor vesika urinaria antara lain, apabila tumor yang
muncul adalah jenis karsinoma, maka dapat terjadi metastasis ke hepar,
pulmo, tulang dan kelenjar limfe di pelvis, hydronefrosis, striktur uretra,
incontinentia uri, dan anemia. Prognosis karsinoma vesika urinaria
tergantung stage dan grade-nya. Five year survival rate pada superficial
low grade tumor sebesar 85%, sedangkan pada invasive high grade tumor
sebesar 40-45%.1

1
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Anatomi Vesika Urinaria

Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah


‘kantung’ dalam pelvis yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin
dialirkan ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Kandung
kemih dibagi menjadi beberapa lapisan, yaitu :2

 Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal


datangnya sel kanker.
 Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitelium.
 Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisan-
lapisan otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot
kantung kemih.
 Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak,
jaringan-jaringan, dan pembuluh darah.

Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman.
Di bagian dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar
otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama
seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada
dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu
segitiga yang disebut trigonum buli-buli.3

2
Secara anatomik, buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan
superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan
inferiolateral, dan permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus
minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.4

Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian


mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya
untuk orang dewasa kurang lebih 300-450 ml. Sedangkan kapasitas buli pada anak
menurut Koff adalah: (Umur + 2) x 30 ml.4

Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada
saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-
buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini
akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan
relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.4

B. Epidemiologi

Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang


berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita
(2:1). Statistik menunjukkan bahwa tumor ini menyebabkan hampir 1 dari 25
kasus kanker yang terdiagnosis di Amerika Serikat. Ada dua bentuk kanker
kandung kemih, yaitu: bentuk superfisial (yang cenderung kambuhan) dan bentuk
invasif. Sekitar 80% hingga 90 % dari semua kanker kandung kemih merupakan
sel transisional (yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel-sel
transisionala kandung kemih), sementara tipe lainnya tumor tersebut adalah sel
skuamosa dan adenokarsinoma.4

3
C. Etiologi dan faktor resiko

Penyebab-penyebab tumor buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa


substansi-substansi dalam industri kimia diyakini bersifat karsinogenik. Salah
satunya adalah sifat karsinogenisitas dari β-naphthylamine yang telah ditemukan.
Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan menyebabkan asal tumor dalam
kaitannya dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika dalam waktu lama.
Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah benzidine.5

Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak


terdapat di sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang
menderita karsinoma buli-buli adalah:5

1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik
korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut
sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin
aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan 4-aminobifamil).

2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali
lebih besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung
bahan karsinogen amin aromatik dan nitrosamin.

3. Infeksi saluran kemih


Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus spp
menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.

4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan


Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung
sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid
yang diberikan intravesika, fenasetin, opium, dan obat
antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan
resiko timbulnya karsinoma buli-buli.

4
D. Bentuk tumor

Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ),
noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.5

Jenis histopatologi

Sebagian besar (± 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional.


Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya
terdiri atas sel transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan
jenis yang lainnya adalah karsinoma sel squamosa (± 10%) dan adenokarsinoma
(± 2%).6

A. Karsinoma sel transisional


Sebagian besar dari seluruh tumor buli adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini biasanya berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau ulcerasi.
Carsinoma in situ berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel
membesar dan nukleus tampak jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi
oksofitik, dapat juga fokal atau difuse. Karsinoma urotelial datar adalah
tumor yang sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari tumor papilari.6

B. Karsinoma non sel transisional


 Adenokarsinoma
Terdapat 3 kelompok adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya
adalah:

1. Primer terdapat di buli-buli, Biasanya terdapat di dasar dan di


fundus buli-buli. Pada beberapa aksus sistitis glandularis kronis
dan ekstrofia vesika pada perjalanan lebih lanjut dapat
mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli.
2. Urakhus persisten, adalah sisa duktus urakhus yang mengalami
degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.

5
3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ
lain, diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung,
mamma, dan endometrium.
 Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada
buli-buli sehingga sel epitelnya mengalami metaplasia berubah
menjadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena infeksi
saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang
dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi cacing
schistosomiasis pada buli-buli, dan pemakaian obat siklofosfamid
secara intravesika.

 Karsinoma yang tidak berdiferensiasi


Merupakan tipe tumor yang jarang (kurang dari 2 % dari seluruh
tipe tumor buli). Tumor ini tidak memiliki karakteristik tertentu
yang membedakannya dari tumor lain, dan kata undifferentiated
merujuk kepada sifat alamiah sel-sel tersebut yang bersifat
anaplastik. Dalam karsinoma yang tidak terdiferensiasi, sel-selnya
belum matang sehingga diferensiasi ke arah pola yang jelas seperti
papilari, epidermoid atau adenokarsinoma tidak terjadi.

 Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi
antara bentuk transisional, glandular, skuamosa, dan tidak
berdiferensiasi. Yang tersering adalah campuran bentuk
transisional dan skuamosa.6

C. Karsinoma epitelian dan non epitelial


Karsinoma epiteliai di buli ditemukan dengan adenoma villi,
tumorkarsinoid, karsinosarkoma, dan melanoma. Karsinoma non
epitelial ditemukan bersama dengan feokromositoma, limfoma,
koriokarsinoma, dan tumor mesenkim.6

6
E. Stadium tumor

Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium


menurut Marshall.7

TNM Marshall Uraian

Tis 0 Karsinoma in situ

Ta 0 Tumor papilari invasif

T1 A Invasi submukosa

T2 B1 Invasi otot superfisial

T3a B2 Invasi otot profunda

T3b C Invasi jaringan lemak


prevesika

T4 D1 Invasi ke organ sekitar

N1-3 D1 Metastasis ke limfonodi


regional

M1 D2 Metastasis hematogen

Pembagian Grade berdasarkan derajat diferensiasi sel tumor :11

7
1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif
kecil dengan dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan
di bawah lamina propria, tidak ke dalam dinding otot kantung
kemih atau lebih. Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat. Dapat
diatasi dengan cara transuretral, namun sudah radio-resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik,
cenderung menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran
tumor lebih besar dari Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan
dinding vesika. Sering dapat diatasi dengan reseksi transuretral.
Kurang berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai
ke dalam muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan
lunak di sekitar kantung kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih
belum ada organ limfe yang terpengaruh hingga tahap ini.
Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih
sensitif terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah
menyerang hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak
terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :7

 Stage 0 : menunjukkan tumor papilar, namun belum


menginvasi lamina propria
 Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun
belum menembus otot dinding vesika.
 Stage B1 : neoplasma sudah menyebar superficial sampai
setengah dari otot detrusor.
 Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.
 Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal
atau ke peritoneum.
 Stage D : tumor sudah bermetastasis.

8
Palpasi bimanual

Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum pada saat sebelum dan
sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur
atau colok vagina, sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli di daerah
suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.7

F. Gejala klinis

Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit penyakit


lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,
menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum adalah adanya
darah dalam urin (hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan mata telanjang,
ataupun berada dalam level mikroskopik. Gejala seperti adanya iritasi pada urinasi
juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung kemih, seperti rasa sakit dan
terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai urinasi, sering urinasi
dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal dengan atau tanpa sakit
biasanya menandakan adanya infiltrasi, walaupun tidak dalam semua kasus.7

Waspadai bila pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat:

1. Tanpa disertai rasa nyeri (painless).


2. Kambuhan (intermitten).
3. Terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total).
Seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada
karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas
tidak jarang menunjukkan gejala iritasi bulu-buli.

Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien


datang meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat
penyakit yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian
atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya
penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang

9
membesar di daerah pelvis.terdapat nyeri pinggang jika tumor menyumbat
saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis.7

G. Diagnosis

Walaupun hematuria dan iritabilitas vesikal merupakan gejala yang


paling sering dan menonjol dalam tumor epithelial, kedua gejala tersebut
juga seringkali terjadi sebagai bentuk dari kondisi-kondisi lain yang
melibatkan organ urogenital lain. Dalam tubuh orang dewasa, terutama
yang berumur di atas 40 tahun, harus diwaspadai secara serius akan
kemungkinan adanya kanker kandung kemih, terutama bila dalam urin
tidak ditemukan adanya basil tuberkulus.

Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita kanker buli biasanya


jarang ditemui adanya kelainan karena tumor tersebut merupakan tumor
epitel transisional kandung kemih yang letaknya superfisial dari buli-
buli.Tumor tersebut baru dapat diraba bila tumor tersebut sudah tumbuh
keluar dari dinding buli-buli. Mengingat pada kanker ini mudah terjadi
metastasis ke kelenjar limfe regional, hati dan paru-paru.

Ada beberapa alat diagnosa yang dapat digunakan untuk melakukan


diagnosa terhadap kanker kantung kemih.Namun sebuah diagnosa definitig
hanya dapat dilakukan setelah memeriksa jaringan kantung kemih yang
dilakukan oleh seorang patologis. Beberapa pemeriksaan tambahan perlu
dilakukan untuk membantu diagnosis kanker buli :6

1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah
dan urin. Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor
yang sudah lanjut. Dapat juga ditemukan gejala ganggunan fungsi
ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang
terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter. Selain
pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula:

10
 Sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas
bersama urin.

 Antigen permukaan sel dan flow cytometri, yaitu mendeteksi


adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium.

2. Pemeriksaan Radiologi8
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV)
digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki
keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada
pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek pada buli-buli juga
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau
pielum, dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan
saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda
adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.

Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada


pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks
juga perlu dilakukan untuk melihat bila ada metastasis ke paru-paru.

Gambar : Massa di VU pada USG (kiri) dan tampak vaskularisasi massa di VU


pada USG Doppler (kanan)8

11
Gambar : Massa di VU pada pemeriksaan USG8

Gambar : Massa di VU pada pemeriksaan IVP (tampak filling defect)8

3. Sistoskopi dan biopsi

Sistoskopi dilakukan oleh urologis, mengevaluasi kantung kemih


dengan pemeriksaan visual langsung dengan menggunakan sebuah alat
khusus yaitu cytoscope. Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan
dengan cytoscopy. Banyak tumor yang muncul dari bagian yang lebih
tergantung dari kantung kemih, seperti basal, trigonum, dan daerah di
sekitar orifisium vesika. Namun mereka juga dapat muncul dimana saja.

12
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak
dilakukan pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama
jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat
ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi
untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan terapi
selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan).11

4. CT scan atau MRI


Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
CT scanning merupakan x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan
persimpangan-persimpangan dari organ-organ yang mana tidak
ditunjukkan oleh sinar x-ray konvensional. MRI lebih sensitif dari CT
Scan, yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar limfe
yang membesar di dekat tumor yang menunjukkan bahwa kanker telah
menyebar ke kelenjar limfe.9

Gambar : Tampak gambaran massa hipodens pada pemeriksaan


CT – Scan kontras buli – buli9

13
Gambar : Tampak Gambaran Massa pada pemeriksaan MRI
Buli – buli9

H. Diagnosis Banding

 Endometriosis
 Benign Prostatic Hipertrofi
 Batu ginjal, ureter, buli
 Tuberculosis traktus urinarius
 Tumor cervix
 Tumot ginjal atau tumor ureter

I. Komplikasi

Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat
ulserasi tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor
menginvasi leher buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana sering
kali berada dalam tingkat yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari nekrosis
dan ulserasi dari permukaan tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam
kasus tumor-tumor yang tidak menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran
darah, tetapi muncul dalam 30 persen kasus dimana tumor menembus. Kantung
kemih yang terkontraksi dengan kapasitas yang sangat kecil dapat mengikuti
ulserasi dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam dinding kantung kemih.

14
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari
komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama,
kemungkinan hal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional
dan kurang layak pada tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul di tempat lain
di dalam kandung kemih harus berasal dari asal yang berbeda.

Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul


karena disebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut.
Hidroneprosis dan urosepsis, dengan gagal renal, toxemia, cachexia, dan
kelelahan fisik dari iritabilitas vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran yang
harus diperhatikan. Hidronefrosis dapat disebabkan oleh oklusi ureter. Bila terjadi
bilateral, terjadilah uremia.9

J. Prognosis

Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau


muncul papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala
diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara
transuretral, tapi bila muncul kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif
dan ganas. Sistektomi dan radio terapi harus dipertimbangkan kemudian.6

Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan
dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor
Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%.
Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama
5 tahun.9

Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih.
mereka memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati
proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus
dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan
sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin
menghilang setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin.

15
Adalah sangat penting untuk memeriksa pasien dalam interval reguler. Sehingga
adanya tumor yang kembali datang dapat dikenali lebih awal dan dapat diobati
sebagaimana seharusnya. Jika pemeriksaan ini dilakukan dalam interval tiap enam
hingga delapan bulan pada awalnya, dan perlahan-lahan waktu interval yang
dibutuhkan semakin panjang, maka prognosisnya dapat dikatakan sukses.

Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau
lambat akan bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa
kejadian metastasis dan ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah
proporsional dengan tingkat kedalaman sejauh apa tumor tersebut telah
menembus dinding kantung kemih.7

Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna
melenyapkan tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat
memberikan tingkat bertahan hidup 5 tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur
konservatif, bukti atas sebuah efisiensi sama dengan yang dicapai dari reseksi
segmental atau sistektomi jelas akan tergantung kepada segregasi pra-operasi dari
tumor yang superfisial yang mana terletak cukup dalam.7

Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati


muskularis biasanya tidak lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan
hidup 5 tahun dari kasus-kasus seperti ini setelah sistektomi sederhana hanya 10
persen. Ketika tumor menembus hingga sangat dalam, muncul kemungkinan
kematian yang lebih tinggi setelah kegagalan untuk membuang semua tumor
tersebut dengan sistektomi. Elektrosisi transurethral dan elektrokoagulasi
diketahui memberikan kenyamanan untuk berbulan-bulan dan bahkan bertahun-
tahun. Terkadang radiasi eksternal dengan kontrol dari hemorrhage dan
transplantasi uretral ke dalam kulit akan mengurangi iritabilitas vesikal. Lebih
jauh lagi, pemecahan dari arus urinase dalam kasus tertentu dapat diikuti oleh
penurunan dari masa total dari tumor.6

Secara umum, pandangan-pandangan sebagian besar bergantung pada


apakah tumor tersebut terlokasi di kantung kemih saja atau telah menyebar ke

16
daerah di luar nya. Tumor yang terlokalisasi biasanya telah menginfiltrasi kurang
dari setengah jalan menembus muskularis. Sebuah prognosis yang bagus dapat
diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor
sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor secara reguler.6

K. Penatalaksanaan

Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli


adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat
ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya,
antara lain:10

1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang
ketat atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro
Uracil, Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon Dilakukan
dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli melalui
kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian secara sistemik.
Terapi ini dapat sebagai profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya
rekurensi pada pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada
pasien dengan tumor buli superfisial yang mana transuretral reseksi tidak
dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan
maintenan terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas lokal
sering terjadi, toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada pembatasan
absorbsi di lumen buli. Pada apsien gross hematuri sebaiknya
menghindari cara ini karena dapat menyebabkan komplikasi sistemik
berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan membatasi intake cairan
sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan sisi berbeda, tidak
berkemih 1-2 jam setelah terapi.
3. Sistektomi parsial, radikal atau total

17
Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang
berlokasi di sepanjang dinding posterolateral atau puncak buli. Pada
sistektomi radikal dilakukan pengangkatan seluruh buli dan jaringan atau
organ di sekitarnya. Pada pria, dilakukan pengangkatan buli, jaringan
lemak sekitarnya, prostat dan vesika seminalis. Pada wanita dilakukan
pengangkatan buli, ceviks, uterus, vagina anterior atas, ovarium.
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan
sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran
urin dari kateter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
a. Ureterosigmoidostomi
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara
ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan
penyulit.

b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin,
sedangkan untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap
melalui sebuah stoma. Saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena
tidak praktis.

c. Diversi urin kontinen


Yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan membuat
stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu).
Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan kateterisasi
mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal adalah
cara Kock pouch dan Indiana pouch.

d. Diversi urin Orthotopic


Adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian
dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih
fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma yang dipasang di abdomen.

18
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan
alternatif selain sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam.
Rekurensi lokal sering terjadi.
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen
sisplatinum-Siklofosfamid dan Adriamisin

Stadium Tindakan

Superfisial TUR Buli / Fulgurasi

(Stadium 0 – A) Instilasi intravesika

Invasif TUR Buli

(Stadium B-C-D1) Sistektomi/ radiasi

Metastasis Ajuvantivus kemoterapi

(Stadium D2) Radiasi paliatif

Pada pasienn tumor buli kadang ditemukan metastase regional atau


metastase jauh. Dan sekitar 30-40% pasien denagn tumor invasif akan
bermetastase jauh meskipun sudah dilakukan sistektomi radikal dan
radioterapi.

Pemberian single kemoterapi agentatau kombinasi menunjukkan


respon yang baik pada pasien tumor buli metastase. Respon meningkat
pada pemberian kombinasi: methotrexate, vinblastin, cisplastin,
doxorubicin, siklofosfamid.10

19
BAB III

KESIMPULAN

Tumor buli – buli adalah suatu keadaan dimana terdapatnya massa tumor

pada vesika urinaria. Kejadiaan ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada

wanita. Pada wanita, tumor vesika urinaria menempati urutan ke delapan dengan

angka kejadian sebesar 2,5% dari seluruh kasus tumor. Penyebab-penyebab tumor

buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa substansi-substansi dalam industri

kimia serta zat – zat karsinogenik yang terdapat pada rokok diyakini menjadi

salah satu pemicunya.

Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit penyakit

lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,

menunjukkan gejala yang sama. Penentuan diagnosis pada tumor buli – buli

sangat penting dilakukan untuk menentukan stadium klinis demi kepentingan

terapi.

Dewasa ini penggunaan pemeriksaan radiologi kian meningkat.

Begitupun dalam penggunaannya sebagai alat bantu diagnosa sekaligus terapi

pada kelainan – kelainan traktus urinarius. Pada tumor buli – buli bantuan

pemeriksaan radiologi termasuk dalam faktor yang paling penting dalam

penegakan diagnosa. Beberapa pilihan modalitas radologi yang dapat digunakan

yaitu : Foto polos abdomen Foto Polos Abdomen (FPA), Ultrasonografi (USG),

Urografi IntraVena (UIV), CT Scan, sampai MRI.

Secara umum, prognosis bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi.

Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi

20
transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage

B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada

neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5 tahun.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. Hal 5-15,

257-262.

2. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia Edisi 23 jilid 2 ,2013. Jakarta :EGC. Hal

179-192.

3. Harjadi Widjaja I. 2011. Anatomi Pelvis. Jakarta : EGC.

4. Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

5. Sutton, David. 2012. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi

7. London :Churchill Livingstone.

6. Rasad, Sjahriar. 2013. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : FKUI.

Hal 283-309.

7. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL,

Loscalzo J. 2012. Harrison’s Principle od Internal Medicine 17th edition.

New York : McGraw-Hill. Chapter 287.

8. Rizqiani E. 2014. Laporan Kasus Tumor Vesika Urinaria. Bagian Ilmu

Radiologi FK UNISULA. Semarang. Hal. 22-25.

9. Sharma R, Ryu Y, et al. 2014. Transtitional cell carcinoma of bladder

staging. Available on http://www.radiopedia.org access on december

2018.

10. Verma S, Rajesh A, Prasad SR et-al. Urinary bladder cancer: role of MR

imaging. Radiographics. 2012;32 (2): 371-87.

11. Patel U. Imaging and Urodynamics of the Lower Urinary Tract. Springer

Verlag. (2010) ISBN:1848828357.

22

Anda mungkin juga menyukai