PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman.
Di bagian dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar
otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama
seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada
dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu
segitiga yang disebut trigonum buli-buli.3
2
Secara anatomik, buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan
superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan
inferiolateral, dan permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus
minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.4
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada
saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-
buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini
akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan
relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.4
B. Epidemiologi
3
C. Etiologi dan faktor resiko
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik
korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut
sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin
aromatik (2-naftilamin, benzidine, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali
lebih besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung
bahan karsinogen amin aromatik dan nitrosamin.
4
D. Bentuk tumor
Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ),
noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.5
Jenis histopatologi
5
3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ
lain, diantaranya adalah prostat, rektum, ovarium, lambung,
mamma, dan endometrium.
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada
buli-buli sehingga sel epitelnya mengalami metaplasia berubah
menjadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat terjadi karena infeksi
saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang
dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi cacing
schistosomiasis pada buli-buli, dan pemakaian obat siklofosfamid
secara intravesika.
Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi
antara bentuk transisional, glandular, skuamosa, dan tidak
berdiferensiasi. Yang tersering adalah campuran bentuk
transisional dan skuamosa.6
6
E. Stadium tumor
T1 A Invasi submukosa
M1 D2 Metastasis hematogen
7
1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif
kecil dengan dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan
di bawah lamina propria, tidak ke dalam dinding otot kantung
kemih atau lebih. Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat. Dapat
diatasi dengan cara transuretral, namun sudah radio-resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik,
cenderung menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran
tumor lebih besar dari Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan
dinding vesika. Sering dapat diatasi dengan reseksi transuretral.
Kurang berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai
ke dalam muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan
lunak di sekitar kantung kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih
belum ada organ limfe yang terpengaruh hingga tahap ini.
Transuretral dan sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih
sensitif terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah
menyerang hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak
terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :7
8
Palpasi bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum pada saat sebelum dan
sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur
atau colok vagina, sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli di daerah
suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.7
F. Gejala klinis
9
membesar di daerah pelvis.terdapat nyeri pinggang jika tumor menyumbat
saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis.7
G. Diagnosis
1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah
dan urin. Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor
yang sudah lanjut. Dapat juga ditemukan gejala ganggunan fungsi
ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang
terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter. Selain
pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula:
10
Sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas
bersama urin.
2. Pemeriksaan Radiologi8
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV)
digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki
keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada
pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek pada buli-buli juga
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau
pielum, dan dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan
saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda
adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter.
11
Gambar : Massa di VU pada pemeriksaan USG8
12
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak
dilakukan pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama
jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat
ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi
untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan terapi
selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan).11
13
Gambar : Tampak Gambaran Massa pada pemeriksaan MRI
Buli – buli9
H. Diagnosis Banding
Endometriosis
Benign Prostatic Hipertrofi
Batu ginjal, ureter, buli
Tuberculosis traktus urinarius
Tumor cervix
Tumot ginjal atau tumor ureter
I. Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat
ulserasi tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor
menginvasi leher buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana sering
kali berada dalam tingkat yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari nekrosis
dan ulserasi dari permukaan tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam
kasus tumor-tumor yang tidak menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran
darah, tetapi muncul dalam 30 persen kasus dimana tumor menembus. Kantung
kemih yang terkontraksi dengan kapasitas yang sangat kecil dapat mengikuti
ulserasi dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam dinding kantung kemih.
14
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari
komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama,
kemungkinan hal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional
dan kurang layak pada tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul di tempat lain
di dalam kandung kemih harus berasal dari asal yang berbeda.
J. Prognosis
Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan
dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor
Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%.
Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama
5 tahun.9
Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih.
mereka memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati
proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus
dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan
sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin
menghilang setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin.
15
Adalah sangat penting untuk memeriksa pasien dalam interval reguler. Sehingga
adanya tumor yang kembali datang dapat dikenali lebih awal dan dapat diobati
sebagaimana seharusnya. Jika pemeriksaan ini dilakukan dalam interval tiap enam
hingga delapan bulan pada awalnya, dan perlahan-lahan waktu interval yang
dibutuhkan semakin panjang, maka prognosisnya dapat dikatakan sukses.
Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau
lambat akan bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa
kejadian metastasis dan ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah
proporsional dengan tingkat kedalaman sejauh apa tumor tersebut telah
menembus dinding kantung kemih.7
Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna
melenyapkan tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat
memberikan tingkat bertahan hidup 5 tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur
konservatif, bukti atas sebuah efisiensi sama dengan yang dicapai dari reseksi
segmental atau sistektomi jelas akan tergantung kepada segregasi pra-operasi dari
tumor yang superfisial yang mana terletak cukup dalam.7
16
daerah di luar nya. Tumor yang terlokalisasi biasanya telah menginfiltrasi kurang
dari setengah jalan menembus muskularis. Sebuah prognosis yang bagus dapat
diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor
sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor secara reguler.6
K. Penatalaksanaan
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang
ketat atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro
Uracil, Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon Dilakukan
dengan cara memasukkan zat kemoterapeutik ke dalam buli melalui
kateter. Cara ini mengurangi morbidatas pada pemberian secara sistemik.
Terapi ini dapat sebagai profilaksis dan terapi, mengurangi terjadinya
rekurensi pada pasien yang sudah dilakukan reseksi total dan terapi pada
pasien dengan tumor buli superfisial yang mana transuretral reseksi tidak
dapat dilakukan.
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan
maintenan terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas lokal
sering terjadi, toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada pembatasan
absorbsi di lumen buli. Pada apsien gross hematuri sebaiknya
menghindari cara ini karena dapat menyebabkan komplikasi sistemik
berat. Efisiensi obat dapat dicapai dengan membatasi intake cairan
sebelum terapi, pasien dianjurkan berbaring dengan sisi berbeda, tidak
berkemih 1-2 jam setelah terapi.
3. Sistektomi parsial, radikal atau total
17
Sisteksomi parsial dilakukan pada tumor infiltratif, soliter yang
berlokasi di sepanjang dinding posterolateral atau puncak buli. Pada
sistektomi radikal dilakukan pengangkatan seluruh buli dan jaringan atau
organ di sekitarnya. Pada pria, dilakukan pengangkatan buli, jaringan
lemak sekitarnya, prostat dan vesika seminalis. Pada wanita dilakukan
pengangkatan buli, ceviks, uterus, vagina anterior atas, ovarium.
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan
sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran
urin dari kateter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
a. Ureterosigmoidostomi
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara
ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan
penyulit.
b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin,
sedangkan untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap
melalui sebuah stoma. Saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena
tidak praktis.
18
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan
alternatif selain sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam.
Rekurensi lokal sering terjadi.
5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain regimen
sisplatinum-Siklofosfamid dan Adriamisin
Stadium Tindakan
19
BAB III
KESIMPULAN
Tumor buli – buli adalah suatu keadaan dimana terdapatnya massa tumor
pada vesika urinaria. Kejadiaan ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada
wanita. Pada wanita, tumor vesika urinaria menempati urutan ke delapan dengan
angka kejadian sebesar 2,5% dari seluruh kasus tumor. Penyebab-penyebab tumor
buli semakin banyak dan rumit, dan beberapa substansi-substansi dalam industri
kimia serta zat – zat karsinogenik yang terdapat pada rokok diyakini menjadi
lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,
menunjukkan gejala yang sama. Penentuan diagnosis pada tumor buli – buli
terapi.
pada kelainan – kelainan traktus urinarius. Pada tumor buli – buli bantuan
yaitu : Foto polos abdomen Foto Polos Abdomen (FPA), Ultrasonografi (USG),
Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi
20
transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage
B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada
21
DAFTAR PUSTAKA
257-262.
2. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia Edisi 23 jilid 2 ,2013. Jakarta :EGC. Hal
179-192.
Hal 283-309.
7. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL,
2018.
11. Patel U. Imaging and Urodynamics of the Lower Urinary Tract. Springer
22