Seorang perempuan G8P6A1 usia 33 tahun diantar oleh keluarga datang ke UGD dengan
keluhan nyeri perut tembus kebelakang sejak 4 jam yll. Riwayat pelepasan lendir (+), darah (+),
air (-). Riwayat ANC (-), Riwayat Suntik TT (-), Riwayat penyakit lainnya seperti HT (-), DM (-
), Asma (-). HPHT : Tanggal 18-08-2018. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
TTV dalam batas normal. Pada pemeriksaan palpasi abdomen, didapatkan Leopold I : Tidak
teraba bagian bayi di fundus, Leopold 2 : Teraba Bagian bulat keras di sisi kanan, dan bagian
bulat lunak pada sisi kiri. Leopold 3 : Teraba sisi datar yang rata dan keras, Leopold 4 : Diatas
PAP. TFU : 33 cm, LP : 88 cm, HIS 2x10’(20”-25”), DJJ : 144x/menit. Pada pemeriksaan
dalam vagina, didapatkan Pembukaan 1-2 cm, Penurunan di Hodge I,ketuban (+) utuh teraba
bagian keras (Tulang rusuk). Dokter kemudian mengarahkan pasien untuk melakukan
pemeriksaan USG, dan didapatkan kesan janin hidup, tunggal, intrauterin, UK : 40w2D, TBJ :
3064 gr, letak lintang. Dokter kemudian meminta agar dilakukan pemeriksaan laboratorium
kepada pasien dan rencana akan dilakukan Cito SC. Dokter juga memberikan edukasi dan
menganjurkan kepada pasien agar dilakukan kontrasepsi mantap berupa tubektomi, mengingat
usia pasien yang masuk dalam kategori berisiko tinggi apabila hamil lagi, serta ditimbang dari
segi sosioekonomi pasien, pasien merupakan pasien SKTM yang memiliki enam orang anak,
sementara pasien sehari-hari hanya bekerja sebagai IRT dan Suami sebagai Supir angkutan
umum. Awalnya suami pasien menolak dilakukan tubektomi karena hal tersebut bertentangan
dengan prinsip yang dianutnya. Namun setelah dokter memberikan penjelasan mengenai risiko
dan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, Akhirnya pasien dan keluargapun
setuju untuk dilakukan Cito SC dan Tubektomi.