Anda di halaman 1dari 3

Kaidah Dasar Bioetik

Nama : Qaidil Qoimil C.

Stambuk : 111 2017 2067

Seorang perempuan G8P6A1 usia 33 tahun diantar oleh keluarga datang ke UGD dengan
keluhan nyeri perut tembus kebelakang sejak 4 jam yll. Riwayat pelepasan lendir (+), darah (+),
air (-). Riwayat ANC (-), Riwayat Suntik TT (-), Riwayat penyakit lainnya seperti HT (-), DM (-
), Asma (-). HPHT : Tanggal 18-08-2018. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
TTV dalam batas normal. Pada pemeriksaan palpasi abdomen, didapatkan Leopold I : Tidak
teraba bagian bayi di fundus, Leopold 2 : Teraba Bagian bulat keras di sisi kanan, dan bagian
bulat lunak pada sisi kiri. Leopold 3 : Teraba sisi datar yang rata dan keras, Leopold 4 : Diatas
PAP. TFU : 33 cm, LP : 88 cm, HIS 2x10’(20”-25”), DJJ : 144x/menit. Pada pemeriksaan
dalam vagina, didapatkan Pembukaan 1-2 cm, Penurunan di Hodge I,ketuban (+) utuh teraba
bagian keras (Tulang rusuk). Dokter kemudian mengarahkan pasien untuk melakukan
pemeriksaan USG, dan didapatkan kesan janin hidup, tunggal, intrauterin, UK : 40w2D, TBJ :
3064 gr, letak lintang. Dokter kemudian meminta agar dilakukan pemeriksaan laboratorium
kepada pasien dan rencana akan dilakukan Cito SC. Dokter juga memberikan edukasi dan
menganjurkan kepada pasien agar dilakukan kontrasepsi mantap berupa tubektomi, mengingat
usia pasien yang masuk dalam kategori berisiko tinggi apabila hamil lagi, serta ditimbang dari
segi sosioekonomi pasien, pasien merupakan pasien SKTM yang memiliki enam orang anak,
sementara pasien sehari-hari hanya bekerja sebagai IRT dan Suami sebagai Supir angkutan
umum. Awalnya suami pasien menolak dilakukan tubektomi karena hal tersebut bertentangan
dengan prinsip yang dianutnya. Namun setelah dokter memberikan penjelasan mengenai risiko
dan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, Akhirnya pasien dan keluargapun
setuju untuk dilakukan Cito SC dan Tubektomi.

Kaidah Dasar Bioetik


 Non Malificence
Dokter telah melakukan kewajiban menolong pasien dengan memberikan pertolongan
pertama dan merencanakan operasi CITO untuk mencegah komplikasi persalinan yang
mungkin terjadi dan melakukan tubektomi untuk mencegah komplikasi kehamilan
selanjutnya. Pasien dalam keadaan berisiko terhadap persalinannya sekarang dan
kehamilan selanjutnya. Dokter mampu mencegah hal tersebut dengan operasi CITO dan
melakukan tubektomi untuk menghindarkan pasien dari risiko dikemudian hari.
 Beneficence
Dokter telah melakukan tindakan terbaik untuk pasien tersebut dengan mengambil jalan
SC Cito untuk mengurangi risiko persalinan dan melakukan tubektomi untuk mencegah
kehamilan berisiko tinggi jika pasien hamil lagi. Dokter telah memaksimalkan
kemampuannya untuk menolong pasien dan meminimalisir kemungkinan buruk yang
dapat terjadi nantinya.
 Autonomi
Dokter telah melakukan inform consent kepada pasien dan berterus terang tentang
kemungkinan yang akan terjadi termasuk menjelaskan tentang keadaan risiko tinggi
kehamilan dan beban ekonomi yang dapat memberatkan keluarga pasien apabila ingin
hamil lagi. Dokter kemudian menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada pasien dan
keluarga. Dalam hal ini pasien mendapatkan hak memutuskan nasibnya sendiri.
 Justice
Dokter berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan pasien tanpa memandang status
social dan ekonomi pasien.

4 Box Method of Clinical Ethics


 Medical indication
Masalah medis pada pasien adalah G8P6A1 inpartu kala I fase laten dengan letak lintang
hal ini akan sangat membahayakan bagi pasien dan anaknya apabila tidak segera
ditangani dan dilakukan kontrasepsi sebagai langkah pencegahan awal untuk
kemungkinan terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan jika pasien hamil lagi. Tujuan
akhir dari pengobatan dan tindakan yang dilakukan oleh dokter adalah untuk
menyelamatkan nyawa pasien dan anak yang dikandungnya, serta memperbaiki kualitas
hidup pasien kedepannya.
 Patient preference
Pada kasus ini pasien dan keluarga setuju untuk dilakukannya tubektomi setelah diberi
penjelasan tentang kerugian dan keuntungan tentang tindakan yang akan dilakukan.
 Quality of life
Tindakan dokter sudah tepat untuk memilih SC Cito sebagai upaya untuk melahirkan
anaknya karena pasien masuk dengan tanda inpartu dan masih dalam keadaan belum
pembukaan lengkap dimana bila dilakukan tindakan secepatnnya, prognosis pasien akan
lebih baik, dan dilakukan pula tubektomi untuk menghindarkan pasien dari kehamilan
berisiko tinggi yang dapat mengancam keselamatn pasien kedepannya dan sekaligus
mencegah bertambahnya beban biaya ekonomi yang dapat memberatkan pasien. sehingga
hal ini akan meningkatkan quality of life pada pasien.
 Contextual feature
Dalam kasus ini terdapat masalah kepercayanan atau prinsip yang dianut oleh suami
pasien, sehingga dapat mempengaruhi keputusan pasien dalam memutuskan tindakan
yang akan dilakukan. Namun mengingat risiko kehamilan selanjutnya dan stasus
sosioekonomi pasien yang berada di taraf menengah kebawah maka hal tersebut menjadi
pertimbangan pasien dan keluarga untuk mengikuti saran yang diberikan oleh dokter.
Untuk masalah prinsip yang diyakini suami pasien, hal tersebut dapat kita kembalikan ke
asas kegawatdaruratan, dimana kondisi yang dihadapi oleh pasien dan keluarga saat ini
adalah merupakan suatu keadaan yang mengancam keselamatan dan kesejahteraan hidup
pasien nantinya sehingga hal yang awalnya dianggap tabu oleh suami pasien dapat
diterima.

Anda mungkin juga menyukai