Anda di halaman 1dari 5

Mengulas artikel

The Relationships of the Enviromental Conditions


with Malaria and Types of Leukocyte: A Review
Feriani Tongasa 1,2, Ramadhan Tosepu 3*

1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia

2
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Kendari

3
Department of Enviromental Health, Faculty of Public Health, University of Haluoleo,
Kendari, Indonesia

*Corespondence
Ramadhan Tosepu
Department of Enviromental Health, Faculty of Public Health, University of Haluoleo,
Kendari, Indonesia
Email: ramadhan.tosepu@uho.ac.id

ABSTRAK
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita mahkluk hidup di
berbagai Negara. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
(sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium yang hidup dan berkembang
biak dalam sel darah merah manusia sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan jumlah sel
darah. Infeksi Plasmodium juga dapat menyebabkan leukositosis yang terjadi pada fase akut
infeksi, kemudian terjadi leukopeni.

Kata kunci: Penyakit malaria, leukosit, limfosit, granulosit

1. PENGANTAR
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita
mahkluk hidup di berbagai Negara. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia sehingga dapat
menyebabkan terjadinya perubahan jumlah sel darah. Malaria dapat ditularkan oleh
nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Malaria
1

1
menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah, dan sakit
kepala. Infeksi Plasmodium juga dapat menyebabkan leukositosis yang terjadi pada fase
akut infeksi, kemudian terjadi leukopeni. Sel darah putih atau disebut juga sebagai
leukosit adalah sel darah yang juga termasuk dalam sistem kekebalan tubuh. Maka dari
itu, fungsi sel darah putih yang utama yaitu untuk melindungi tubuh dari ancaman infeksi,
penyakit menular dan serangan zat asing yang berbahaya. Sel darah putih diproduksi dari
sel multipoten yang terdapat di sumsum tulang atau disebut juga sel induk hematopoietik.
Leukosit dapat ditemukan di seluruh tubuh, termasuk jaringan ikat, sistem getah bening
(limfatik), dan sistem peredaran darah. Sel darah putih itu sebutan dari berbagai jenis sel
darah yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu granulosit dan
agranulosit. Granulosit berkembang dari sumsum tulang merah dan memiliki butiran
sitoplasma dengan fungsi yang berbeda. Granulosit terdiri atas tiga macam sel, yaitu
basofil, neutrofil, dan eosinofil. Agranulosit berkembang dari jaringan limfoid dan tidak
memiliki butiran sitoplasma. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit.

Ulasan ini bertujuan untuk merangkum penelitian sebelumnya yang menguraikan


hubungan antara fenomena penyakit malaria yang berhubungan dengan leukosit di
berbagai Negara. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengembangkan ide tentang strategi
adaptasi untuk mengurangi penyakit malaria di masa depan.

2. METODE

2.1. Strategi pencarian

Google dan situs www.sciencedirect.com digunakan sebagai sumber utama dari database
diakses pada bulan September 2019 untuk mengekstrak penelitian yang diterbitkan dalam
Bahasa Inggris yang membahas konteks malaria. Satu set kata kunci kombinasi:
“malaria”, “sel leukosit”, “limfosit”, “plasmodium”, “neutrofil”, “granulosit”, dan “inti
sel” yang digunakan untuk mencari artikel. kami mengundang kertas penelitian yang
diterbitkan selama 2015-2019. Judul, kata kunci dan abstrak disaring untuk langkah
pertama untuk artikel yang relevan dan kertas penuh yang memenuhi kriteria inklusi,
dimasukkan dalam analisis.

2
2.2 Kriteria inklusi
2.2.1. Artikel harus membahas tentang penyakit malaria dengan membahas variabel
leukosit seperti granulosit, limfosit, dan neutrophil serta variabel malaria dengan
variabel anemia malaria berat dan malaria serebral.
2.2.2. Artikel harus menggunakan desain epidemiologi seperti analisis yang sebenarnya,
Spatio-temporal dan studi deskriptif .
2.2.3. Artikel harus membahas malaria dan diterbitkan di 2014-2019

Studi yang berpotensi relevan karena diidentifikasi dan dicari di situs


www.sciencedirect.com (N = 6).

3
Studi yang dipilih oleh judul dan kata kunci (n = 6 )

Studi yang dipilih untuk evaluasi yang lebih rinci (artikel


teks penuh yang diambil, dan abstrak yang dibaca) (n = 6 )

2 artikel tidak memenuhi kriteria inklusi:


- Membahas Malaria dan Macam-macam
leukosit
- membahas Indonesia
- telaahan
- Diterbitkan di 2014-2019 240 artikel
dikeluarkan

berpotensi relevan studi (N = 4)

Gambar grafik 1. Aliran artikel review

3. Hasil

Pencarian literatur
Ada 6 artikel dikumpulkan dari situs www.sciencedirect.com dan Google Cendekia pada
langkah pertama. Di antara ke 6 artikel tersebut, 2 artikel tidak di pakai karena tidak
memenuhi bahasa, sementara 4 artikel yang digunakan. Dalam hal kertas penuh, 4 artikel
yang digunakan, dan pada tahap akhir, 4 artikel memenuhi kriteria inklusi. Metodologi
dan temuan utama dari 4 artikel dirangkum dalam Tabel 1. Penelitian ini berlangsung di

3
Maseno, Kenya, Telangan State, Malawian India Pampulha, Belo Horizonte, Brazil, dan
Grifith University, Australia. Semua artikel termasuk yang mempelajari hubungan antara
variabel penyakit malaria dan leukosit atau macam-macam leukosit. Beberapa metode
yang digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel penyakit malaria dan
leukosit atau macam-macam leukosit. Tiga dari mereka menggunakan penelitian
deskriptif melalui pendekatan ekologis dan penelitian.

4. DISKUSI

Hubungan antara variabel penyakit malaria, penyebabnya serta dampaknya


Dalam sebagian besar lokasi penelitian pada daerah endemik yang dipelajari, variabel
penyakit malaria variabel standar yang terkait dengan leukosit dan macam-macam
leukositnya untuk mencari hubungan antara variabel meteorologi dan leukosit.

Table 1. Characteristics of the Study discussing the relationship between malaria and
leukocyte variables
Daerah Pengumpulan Data
Studi dan Statistik
Penelitian Penyakit/ Temuan Utama
bahasa Faktor Risiko Metode
dan Titik Vektor
Achieng, Maseno, Determinasi terhadap 1512 kasus Uji Hubungan/ korelasi
A.O. et Kenya, tingkatan protein pada anak- korelasi positif antara sirkulasi
al. (2019) 2018 anak regresi C1q dan konsentrasi
linear haemoglobin
Eeka, P. Telangan Infeksi Plasmodium dapat Suntikan 10 Pearson Terdapat hubungan
and State, menyebabkan leukositosis jenis Parasit Korelasi yang erat terhadap
Phanithi, Malawian yang terjadi pada fase kenaikan ekspressi
P.B. India, 2017 akut infeksi, terhadap sel molekul
(2018) adhesi dan reseptor
pada penderita malaria
De Pampulha, Sel darah putih yang 5 kasus per Uji Hubungan antara
Miranda, Belo diproduksi dari sel kelompok Korelasi fenomena penyakit
A. S. et Horizonte multipoten yang terdapat regresi malaria yang
al. (2019) Brazil, di sumsum tulang atau linear berhubungan dengan
2019 disebut juga sel induk leukosit di berbagai
hematopoietik. Negara. Tujuan

5. KESIMPULAN
Total RNA dan DNA turut menentukan kenaikan ekspresi terhadap sel molekul Adhesi
dan Reseptor pada penderita Malaria. Penggunaan kombinasi Parasitaemyc dapat di
berikan pada anak-anak. Kontrol jaringan otak dan perlakuan terhadap PbA masih perlu
di analisis lebih lanjut. Dibutuhkan waktu yang maksimal untuk menentukan hasil uji
yang baik. Perlindungan dan adaptasi dengan situasi ini sangat penting untuk mengatasi
risiko penyakit Malaria dan perkembangannya di masyarakat. Sekitar.

6. KONTRIBUSI PENULIS
SS Dirancang penelitian, menulis naskah. FF melakukan pencarian literatur dan menulis
hasilnya.

6.1. Pendanaan
Penelitian ini tidak menerima pendanaan eksternal

6.2. Konflik kepentingan


Tidak ada konflik kepentingan

7. REFERENSI

[1] A. O. Achieng et al., “Molecular basis of reduced LAIR1 expression in childhood


severe malarial anaemia: Implications for leukocyte inhibitory signalling,”
EBioMedicine, vol. 45, pp. 278–289, 2019.

[2] P. Eeka and P. B. Phanithi, “Cytotoxic T Lymphocyte Granzyme-b mediates


neuronal cell death during Plasmodium berghei ANKA induced experimental
cerebral malaria,” Neurosci. Lett., vol. 664, no. November 2017, pp. 58–65, 2018.

[3] A. S. de Miranda et al., “T-lymphocytes response persists following Plasmodium


berghei strain Anka infection resolution and may contribute to later experimental
cerebral malaria outcomes,” J. Neuroimmunol., vol. 330, no. January, pp. 5–11,
2019.

[4] S. S. Ng and C. R. Engwerda, “Innate Lymphocytes and Malaria – Players or


Spectators?,” Trends Parasitol., vol. 35, no. 2, pp. 154–162, 2019.

Anda mungkin juga menyukai