Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
CSSD adalah suatu bagian pelayanan penunjang medis yang ada di rumah
sakit untuk memberikan pelayanan sterilisasi pada seluruh unit pelayanan yang
memerlukan bahan atau alat steril secara terpusat yang bertujuan memelihara
efektivitas secara akurat terhadap proses pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi
dan memberikan kontribusi dalam pendidikan di Rumah Sakit yang terkait dengan
pengendalian infeksi.
CSSD RSUD Ngimbang selalu berusaha mengembangkan diri dan
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran, dengan
cara meningkatkan sumber daya manusia dan melengkapi sarana prasarana sesuai
dengan kebutuhan, sehingga tujuan di atas dapat tercapai dengan maksimal.

B. Tujuan Pedoman
 Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi bahan dan alat medis guna
menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
 Tujuan Khusus:
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah
sakit.
2. Untuk mengadakan dan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil
sterilisasi.
3. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan
pelayanan pusat sterilisasi.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan sterilisasi meliputi:
1. Perencanaan dan pengadaan
2. Dekontaminasi dan pencucian
3. Pengemasan dan pemberian tanda / etiket
4. Proses sterilisasi
5. Penyimpangan
6. Distribusi

1
instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang termasuk
unit pelayanan di Bidang Penunjang Medis. Pelayanan yang mampu memberikan
standart pelayanan sterilisasi yang tinggi, untuk mendukung peran rumah sakit.
Pelayanan sterilisasi yang mampu memberikan kebutuhan paket peralatan dan
barang steril untuk Instalasi Bedah Sentral dan Keperawatan diantaranya: Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Laboratorium,
Instalasi Pelayanan Intensif, Instalasi Farmasi, dan lain-lain.

D. Batasan Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu
dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi
rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari
sumber Buku Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, maupun dari sumber-
sumber lain yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang
terurai dalam buku ini.
 Intalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf
dan perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan
proses pencucian atau dekontaminasi, pengemasan, sterilisasi dan
penyimpangan serta distribusi alat atau instrumen medis dari berbagai
departemen atau unit pelayanan di rumah sakit yang salah satunya untuk
memberikan kontribusi dalam pendidikan Rumah Sakit yang terkait dengan
pengendalian infeksi.
 Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan minimal
yang harus dimiliki instalasi Sterilisasi Sentral yang meliputi pemrosesan alat
atau instrumen medis melalui dari dekontaminasi, pembersihan, pengemasan,
sterilisasi penyimpanan sampai dengan pendistribusian alat atau instrumen
medis yang sudah steril. Adanya perencanaan kebutuhan bahan habis pakai
(kasa, kapas, dan lain-lain) kemudian diproduksi, disteril dan didistribusikan ke
seluruh unit pelayanan yang membutuhkan maupun dijual untuk umum melalui
instalasi Farmasi Rumah Sakit.
 Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
 Dry heat adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan panas lisrik.

2
 Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
 Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, dimana penemu metodenya adalah J.H. Bowie dan J. Dick.
 Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pecemar
mikroorganisme atau subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi sampai
sterilisasi.
 Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas) atau kimia.
 Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses
sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah
tercapai.
 Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna.
 Indiktor mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada
mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
 Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
 Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
4. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004.
5. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berdasarkan analisa beban kerja, maka standar kebutuhan tenaga di CSSD
Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kualifikasi Tenaga
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Pelatihan dan Sertifikasi
1 Kepala Unit S1/S2 Kesehatan / 1. CSSD Dasar
Perawat 2. Manajemen
3. CSSD Lanjutan
4. PPI Dasar
5. PPI Lanjutan
2 Pelaksana CSSD SMA / SMK/ DIII Umum / 1. CSSD Dasar
DIII Kesehatan / Mesin 2. PPI Dasar

Tabel 2.2 Pola Ketenagaan Personil CSSD Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang.
Kualifikasi Tenaga
Nama Jumlah
Nor yang Keterangan
Jabatan Formal Kebutuhan
Formal Ada
Kepala Unit S1 Pelatihan Cukup
Sterilisasi Keperawatan dan
1 1
Sentral magang
CSSD
Pelaksana SMU Kurang
Sterilisasi
3 2
dan Quality
Control
Pelaksana SMU kurang
Administrasi
3 1
dan
Distribusi
7 4 Kurang

B. Distribusi Ketenagaan
Kepala unit CSSD membawahi Koordinator Sterilisasi dan Quality Control,
serta Koordinator Administrasi dan Distribusi. Instalasi Sterilisasi Sentral terdiri dari

4
3 (tiga) orang sesuai dengan struktur organisasi. dalam hal ini kebutuhan tenaga
masih kurang 2 (dua) orang di Unit Sterilisasi dan Quality Control dan 2 (dua) orang
Administrasi dan Distribusi.

C. Pengaturan Jaga
CSSD Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang memberikan pelayanan 24
jam dalam 7 hari. Pembagian petugas diatur menjadi 2 yaitu pagi dan sore. 1 orang
non shift masuk dari jam 08.00 – 14.00 WIB dan shift shore jam 14.00 WIB – 21.00
WIB hari minggu dan tanggal merah ada 1 petugas on call dan 3 orang libur.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

unclean area alur keluar alat steril


steril area

kamar mandi mesin sterilisasi steam

plasma
washer claen area

Gudang farmasi

Ro

Filter air
Tandon air

Gambar 3.1. Denah Ruangan CSSD Rumah Sakit Umum Derah Ngimbang

6
B. Standar Fasilitas
Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi
efisiensi kerja dan pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam
merencanakan sarana fisik, dan peralatannya, sebaiknya melibatkan staf sterilisasi
sentral. Mengingat sterilisasi sentral merupakan jantung rumah sakit dimana tugas
pokok sterilisasi sentral adalah menerima alat atau bahan medik dari semua unit-
unti di rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat atau bahan medik dalam
kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan
kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi sterilisasi sentral perlu diperhatikan.
a. Bangunan Unit Sterilisasi Sentral
Pembangunan Unit Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan
pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang
dan didesain menurut tipe / kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk
rumah sakit.
1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m 2.
2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m 2.
3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m 2.
4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m 2.
5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m 2.
Untuk unit Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang memiliki
luas bangunan 15 meter x 10 meter = 150 m2.

b. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang terpisah dengan
pemakai alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit yaitu Kamar Operasi.
Pemilihan atau penetapan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja
dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan risiko
terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.

c. Pembagian dan Persyaratan CSSD


Pada prinsipnya desain Ruang Sterilisasi Sentral terdiri dari ruang bersih dan
ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih, selain itu pembagian
ruangan disesuaikan dengan alur kerja Ruang Sterilisasi Sentral dibagi 6 ruang
yaitu :

7
1. Ruang Serah Terima
Pada ruang ini terjadi proses serah terima alat bersih atau habis pakai dari
ruang perawatan, rawat inap, rawat jaln, Instalasi penunjang dan kamar
operasi untuk diserahkan kembali ke petugas sterilisasi.
2. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses dekontaminasi dan pembersihan Ruang
Dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk
mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja
dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal
berbahaya lainnya.

a) Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme dari
satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan bioburden
dan mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah didekontaminasi,
alat-alat yang siap disterilkan dan bahkan yang sudah disterilkan.
karenanya, sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga
udara di ruang dekontaminasi harus :
- Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
- Diganti 10 kali dalam 1 jam.
- Tekanan udara negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan
lainnya.

b) Suhu dan Kelembaban


Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden lingkungan dan
juga kenyamanan pekerja di ruang dekontaminasi Suhu dan
kelembaban yang direkomendasikan adalah :
- Suhu udara antara 180C – 220C.
- Kelembaban udara antara 35 % - 75 %.

c) Kebersihan
Debu, serrangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme,
sehingga kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat

8
pembersih harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya. Harus
ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah dan
transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik yang dapat
maupun yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga yang
berbahaya. Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup.
- Setidaknya sekali sehari dipel.
- Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendesinfeksi
sink/tempat mencuci, meja kerja dan peralatan.
- Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumapahan darah
dengan desinfektan yang digunakan di Rumah Sakit.
- Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-
langit, ventilasi AC dan fixture lainnya (lampu, sprinkler, ducting,
exhaust van dan sebagainya).
- Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dan
sebagainya).
- Setidaknya sekali sehari sampah dibuang dan lain-lain yang kotor
diganti.
- Pemisahan sampah infectious dan non infectious.

3. Ruang Produksi
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat yang sebelumnya sudah
didekontaminasi dan dibersihkan. Dan juga proses pembuatan bahan
dispossible (kasa, kapas, dan lain-lain) untuk diolah menjadi bahan siap
pakai sesuai kebutuhan, tidak hanya kebutuhan untuk Unit Kamar Operasi
melainkan digunakan untuk kebutuhan pelayanan rawat jalan dan rawat
inap serta dijual untuk umum.

4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan disposible (kasa,
kapas, dan lain-lain) dan dilengkapi dengan exhaust.
Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas kering) dan
steam (uap / autoclave).

5. Ruang Penyimpanan (Store)


Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Di ruang ini
penerangan harus memadai, suhu antara 18 0C 0 220C dan kelembaban

9
udara antara 35 % - 75 % ventilasi menggunakan sistem tekanan positif
dengan efisiensi filtrasi partikel antara 90 – 50 % (untuk partikular
berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang
halus, kuat sehingga mudah diberrsihkan, item steril disimpan pada jarak
19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari
dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu
pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan dekat westafel atau saluran
pipa lainnya. akses ke ruang penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas
sterilisasi sentral yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang
penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas dan jendela serta pintu
sesedikit mungkin dan terisolasi.

6. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan yang sudah
steril, seluruh Instalasi rawat inap, rawat jalan, Instalasi penunjang, dan
kamar operasi yang membutuhkan alat atau bahan steril dapat dipinjam ke
unit sterilisasi sentral melalui ruang distribusi ini.

d. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari
produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah pengukur
suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus
dilakukan apabila komponen-komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat
harus dilakukan oleh orang terlatih khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi
yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin sterilisasi dilakukan minimal sekali
dalam setahun, dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
Departeman Kesehatan atau agen pemegang merek alat.

e. APD (Alat Pelindung Diri)


CSSD harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti skort legan panjang
yang tahan terhadap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala, masker “high
filtration”, dan “tight fitting” google, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan
prosedur yang memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan
yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. harus ada alas kaki khusus
untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang

10
diperlukan untuk melindungi sepatu dan makser, dan google harus dilepaskan
saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung dan
google harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus di
laundry setelah setiap pemakaian.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

CSSD melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril.
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari selalu berhubungan dengan :
- Bagian laundry
- Instalasi pemeliharaan sarana
- Instalasi farmasi
- Instaasi laboratorium
- Sanitasi
- Perlengkapan / logistik
- Rawat inap, rawat jalan, IGD, IBS, dan lain-lain.

A. TATA LAKSANA PELAYANAN


1. Perencanaan

11
Perencanaan instrumen medis, bahan habis pakai, (kasa, kapas, dan lain-lain)
dan linen maupun bahan re-use dilakukan oleh Unit Sterilisasi Sentral, dalam
rencana anggaran tahunan disesuaikan dengan kebutuhan unit-unit pelayanan.
- Data inventaris instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen.
- Standar instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen tiap unit.
- Data kebutuhan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen steril
selama setahun.
- Pemakaian instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dalam
proses sterilisasi.
- Data kerusakan alat dan kebutuhan penggantian atau penambahan
peralatan / bahan baru.
Perencanaan disusun setiap tahun sekali oleh Kepala Unit Sterilisasi Sentral
melalui Rencana Anggaran Belanja Tahunan.

2. Pengadaan
Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dilakukan
berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh CSSD dan diajukan dalam
RKAP Tahunan. Pengadaan dilakukan oleh tim Pengadaan Rumah Sakit
berdasarkan RKAP yang telah disetujui.

3. Dekontaminasi
Dekontaminasi : adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-
benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi
kehidupan, sehingga aman untuk proses selanjutnya. Tujuan dari proses
dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung
dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut,
dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme pada alat-
alat kesehatan tersebut.

a. Menangani, Mengumpulkan, dan Transportasi Benda-benda Kotor :


Peralatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi,
harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang dekontaminasi
sedemikain rupa sehingga menghindari kontaminasi terhadap pasien,
pekerja dan fasilitas lainnya.
Oleh karena hal ini harus ditetapkan sehingga :

12
 Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah / buangan ditempat
pemakaian oleh petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
benda-benda tersebut.
 Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer
yang baik.
 Kain-kain pakai ulang ditempatkan ke tempat khusus dan dikembalikan
ke laundry.
 Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang tahan
bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet / sink / spoulhook sebelum
membawa peralatan yang kotor.
 Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka dikembalikan ke ruang
dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum didistribusikan
kembali.
 Jika diperlukan, petugas yang menangani, mengumpulkan dan
membawa alat-alat harus memakai alat pelindung untuk mencegah
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang, untuk Dekontaminasi awal atau
pre cleaning dilakukan di unit pemakai sebelum dibawa ke instalasi
Sterilisasi Sentral. Dekontaminasi awal menggunakan larutan enymatic
untuk kamar operasi dengan perbandingan 1 sachet enzimatic dilarutkan dg
20 liter air perendaman selama 10 – 15 menit dan klorin untuk unit lain
dengan perbandingan satu 1 liter klorin untuk 9 liter air bersih yang
kemudian dilakukan perendaman selama 10 – 15 menit dan pengiriman
peralatan kotor yang telah didekontaminasi ke Instalasi Sterilisasi Sentral
harus dalam kontainer tertutup.
b. Pembuangan Limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang
ditempat pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan Rumah
Sakit yang mengacu pada peraturan pemerintah.
c. Mencuci/Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih
sebelum didensifeksi atau di sterilkan.
d. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use

13
Pembersihan alat-alat pakai ulang terkontaminasi harus dimulai sesegera
mungkin setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai pembersihan dan
mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus :
 Langsung dibungkus dan bawa ke ruang dekontaminasi.
 Di bersihkan dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai
prosedur yang berlaku dan langsung bungkus untuk menghindari
percikan, tumpahan atau penguapan sampai dibawa ke ruang
dekontaminasi
e. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di ruang dekontaminasi
Untuk memulai pembersihan ,alat-alat harus :
 Dibongkar (disassambled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan
dibuka semua sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan
tercuci bersih.
 Disortir berdasarkan metode pembesihan.
 Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap ataupun dry heat, karena
baik uap atupun dry heat tidak dapat meresap dan membunuh
mokroorganisme. Jika alat alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih
dahulu.
f. Bahan-bahan pencuci (Cleaning agent)
Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu
kotoran organik tanpa merusak alat. Karenanya, bahan pencuci harus :
- Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih.
- Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai type bahan pencuci yang
dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada type
kotoran yang ada, pada umumnya, protein lebih mudah dibersihkan
dengan detergen yang besifat basa. Garam mineral mudah dibersihkan
dengan detergen asam. Pemilihan bahan pencuci dan metode mencuci
harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika tidak, kerusakan alat
yang akan dicuci atau alat pencuci bisa terjadi.
- Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada
kandungan kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam mineral
sedikit, gunakan sedikit detergen dan gunakan lebih banyak detergen jika
kandungan garam mineral pada air lebih banyak.

14
- Pertimbangan untuk menggunakan enzym pelarut protein untuk mencuci
alat-alat yang memiliki lumen dan sambungan.
- Digunakan sesuai petunjuk produsendan sesuai dengan bahan alat.
g. Metode merendam dan membilas
Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang
kelihatan dan hampir semua partikel yang kelihatan dan hampir semua
partikel yang tidak kelihatan, dan menyiapkan semua permukaan dari
semua alat-alat agar aman untuk proses densifeksi dan sterilisasi. Mencuci
dapat dilakukan secara manual atau mekanikal atau kombinasi keduannya.
Karenanya untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta
keamanan petugas, alat-alat harus :
- Dibongkar (disassable), jika dirakit lebih dari satu komponen dan semua
sambungan harus di buka untuk memastikan semua permukaan alat
tercuci bersih.
- Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20.C-43.C selama 10
menit dan atau dalam produk bayclin yang dapat melepaskan darah dan
zat-zat protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada
alat dan juga memabantu menghilangkan protein.
- Atau dapat juga dimulai dengan membilas di air kran yang mengalir untuk
melepaskan partikel-partikel protein.
h. Mencuci secara manual
Beberapa alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci secara
manual setelah direndam, pada proses ini alat atau instrumen harus :
- Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tengelam/terendam.
- Dicuci menurut aturan produsen jika alat tidak dapat
tenggelam/terendam.
- Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat, alat-
alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan
densifeksi atau disterilkan setiap hari.
- Dibilas dengan air kran yang mengalir dengan suhu 40.C – 55.C untuk
menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi
atau suling. Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan terlebih dahulu
sebelum dirubrikasi (dengan parafin), didensifeksi atau disterilkan.

15
4. Pengemasan
Yang dimaksud pengemasan adalah proses membungkus, mengemas, dan
menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk disterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian berikutnya. Bahan kemasan sterilisasi adalah semua material yang
tersedia, yang didesain untuk keamanan hasil sterilisasi. Tujuan pengemasan
adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien
yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan :
 Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan
dan isinya.
 Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka.
 Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan isinya
terkontaminasi.

Pengemasan di CSSD Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang dilakukan


dengan menggunakan 3 cara :
1. Kemasan kertas plastik (bolsaplast), untuk bahan atau alat yang berukuran
tidak terlalu besar. Kemasan telah dilengkapi dengan indikator kimia pada
setiap tepinya.
2. Kemasan linen, digunakan untuk membungkus linen steril, atau tromol
instrumen yang berukuran besar.
3. Kemasan bak instrumen, digunakan untuk instrumen medis yang berukuran
variatif dari kecil sampai besar.

5. Pemberian tanda
Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat atau
bahan yang akan disterilkan masuk ke dalam mesin sterilisasi. Pemberian tanda
ini meliputi :
- Pemberian label atau bahan, yang berisi data isi kemasan (jumlah dan
jenis alat atau bahan), tanggal penyeterilan, tanggal kedaluwarsa.
- Pemberian tanda indikator kimia eksternal (autoclave tape) untuk
memastikan apakah kemasan telah dilakukan proses sterilisasi di dalam
mesin sterilisasi.

16
- Pemberian tanda indikator internal (stripe atau starigage) untuk
memastikan apakah mesin telah melakukakan paparan pada permukaan
instrumen di dalam kemasan baik di dalam kemasan crep, linen ataupun
kertas plastik.

6. Metode sterilisasi
Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Dearah Ngimbang dilakukan dengan cara
sebagaimana berikut ini :
Sterilisasi Panas Kering :
Proses sterilisasi terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan
diabsorsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merabat kebagian
dalam permukaan sampai pada akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai.
Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk alat-alat atau bahan dimana
steam tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan terbuat dari
kaca. Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui
proses oksidasi sampai terjadi keogulasi protein sel. Sterilisasi dengan cara ini di
pergunakan untuk peralatan logam dan kaca tahan panas. Metode ini
memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih tinggi.

Siklus kerja dari mesin sterilisasi pana skering meliputi :


1. Pemanasan udara panas dihasilkan melalui mekanisme listrik dan
disirkulasikan pada chember.
2. Periode plateau (sterilisasi) suhu proses sterilisasi pada chember.
3. Pada saat seluruh chember memiliki suhu yang sama maka berakhirlah fase
equilibrium dan dimulai fase holding time atau sterilisasi.
4. Pendinginan chamber dilakukan dengan mensirkulasikan udara dingin dan
terfiltrasi ke dalam chember.

Keuntungan dari sterilisasi panas kering antara lain :


1. Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus steam
seperti serbuk kering dan bahan minyak.

17
2. Tidak memiliki sifat korosif pada logam.
3. Melalui mekanisme kondkusi dapat mencapai seluruh permukaan alat yang
tidak dapat di bongkar pasang.

Kelemahan dari sterilisasi panas kering antara lain :


1. Penetrasi terhadap material/bahan berjalan sangat lambat dan tidak merata.
2. Diperlukan pemaparan panas yang lebih lama untuk mencapai kondisi steril.
3. Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet den beberapa bahan lain.

- Sterilisasi Uap Panas Jenuh (Autoclave) :


Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah melalui
proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien
dan efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap dapat membunuh mikroorganisme
melalui denaturasi dan keagulasi sel protein secara irreversible. Untuk dapat
menghasilkan barang yang steril maka perlakuan pre sterilisasi (dekontaminasi
dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi
(penyimpanan) perlu diperhatikan. Jadi proses kesempurnaan proses sterilisasi
uap tergantung pada proses pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum
sterilisasi pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya rekontaminasi
sebelum digunakan.

- Memasukan barang pada mesin :


Keberhasilan sterilisasi dengan metode ini ditentukan pula oleh penataan barang
yang benar dalam mesin, sehingga memudahkan proses pengosongan udara
dari chember, selanjutnya steam mudah berpenetrasi ke dalam kemasan, dan
mencegah terbentuknya kondensat berlebihan yang menyebabkan terjadinya
kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk
memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan pengosongan
udara. Pengisian chember mesin dengan barang sebaiknya tidak melebihi 75%
kapasitas chember. Demikian pula barang-barang steril hanya boleh ditangani
setelah mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses
pendinginan, barang steril tidak boleh diletakan pada permukaan logam karena

18
akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi.
Load berisi barang steril harus disimpan dalam rak kawat sampai dingin.

7. Penyimpanan
Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah, suhu
sejuk dan kering dan tidak lembab (syarat kelembaban berkisar 45 - 75%). Alat
digunakan kembali dengan mengikuti prinsip FIFO (First in first out), dimana alat
yang lebih dahulu disterilkan, dipakai terlebih dahulu. Alat yang dibugkus dalam
kemasan pauches (Medipack) dan dalam penyimpanan yang optimal, dapat
dianggap tetap steril selama kemasan masih rapih, sehingga satu tahun, sesuai
hasil kultur yang perna dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang. Namun
apabila ragu akan sterilitas kemasan, harus dilakukan sterilisasi ulang sebelum
dipakai, dan alat yang tidak dibungkus harus segera digunakan segera setelah
dikeluarkan.

8. Distribusi
Distribusi bahan atau alat medis steril dari CSSD ke unit pelayanan dilkukan
dengan menggunakan box plastik tertutup. Distribusi bahan atau alat steril
dilakukan melalui loket peminjaman bahan atau alat medis steril, pada jam
pengambilan yang telah ditentukan, yaitu pukul 11.00 – 14.00 wib. Pada unit unit
khusus seperti IBS, IGD, ICU jika memerlukan alat medis steril di atas jam 14.00
atau hari libur ada petugas jaga on call 24 jam. Distribusi alat atau instrumen
kotor dari unit pelayanan ke CSSD dengan menggunakan box plastik tertutup
khusus instrumen kotor, dan diserahkan di loket CSSD khusus penerimaan
barang kotor. Setiap kegiatan serah terima baik bahan atau alat medis steril
maupun alat medis kotor, harus dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi, dan
di tanda tangani oleh petugas unit pelayanan dan petugas CSSD.

B. ALUR PELAYANAN
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam memproses alat/bahan. Alur kerja dibuat
sedemikian rupa sehingga :
1. Pekerjaan dapat efektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor
hendaknya terpisah.
3. Jarak yang ditempuh sependek mungkin dan tidak bolak balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan

19
ALUR PELAYANAN STERILISASI

Unit Pelayanan Alat kotor Linen Kotor Unit Pelayanan

Dekontaminasi Unit. Sterilisasi R.Pencucian


awal Sentral
Loket Bahan Kotor
Dekontaminasi Dekontaminasi

Pencucian Pencucian

Pengemasan Pengeringan

Penandaan Pengemasan

Sterilisasi Loket Bahan bersih

Penyimpanan

Distribusi
Loket Bahan Steril

Unit Pelayanan

20
Gambar :4.1 Alur Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit Umum daerah
Ngimbang
C. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL STERILISASI
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis
yang steril, namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan
harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-
benar steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang ketat.
- Kontrol kualitas sterilisasi
Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang
disediakan benar-benar steril. Cara yang paling ideal adalah dengan cara
melakukan kultur atau uji sterilitas dari tiap produk yang disterilkan. Nmaun cara
ini tidak praktis dan sangat mahal. Untuk itu Unit Sterilisasi Sentral Rumah Sakit
Umum Daerah Ngimbang dilakukan monitoring setiap tahapan sterilisasi untuk
memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam
prosesnya sudah dipenuhi dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kontrol kualitas sebagai berikut :
1. Pemberian nomor lot pada tiap kemasan.
Tiap kemasan yang yang akan disteril harus mencantumkan identitas berupa
nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus
keberapa dari mesin sterilisasi.
Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya
melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah
terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi.
Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didukumentasikan nomor lot, informasi
umum kemasan (kemasan linen, kemasan instrumen, dan sebagainya),
waktu pemaparan dan suhu (jika belum tercatat oleh mesin sterilisator), nama
operator, data hasil pengujian biologi, data respon terhadap indikator kimia
dan data hasil dari uji Bowie-Dick.
3. Waktu kedaluwarsa
Setiap kemasan yang disteril harus diberi label yang mengidikasikan waktu
kedaluwarsa untuk memudahkan rotasi stock, walaupun waktu kedaluwarsa

21
tidak tergantung pada waktu, melaikan pada kejadian yang dialami oleh
kemasan tersebut.

4. Kalibrasi alat
Sterilisator harus dilakukan kalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa
kondisi alat masih layak pakai menjamin mutu hasil sterilisasi. Kalibrasi
sterilisator dilakukan setiap tahun sekali, untuk setiap jenis sterilisator, baik
sterilisator panas kering maupun sterilisator autoclave.

Jenis-jenis Indikator Sterilisasi


1. Indukator Mekanik.
Yaitu bagian-bagian dari proses sterilisator, seperti indikator suhu, waktu maupun
tekanan yang menunjukan bahwa alat bekerja dengan baik.
2. Indikator Kimia
Yaitu indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang
disterilkan dengan adanya perubahan warna.
Ada 2 macam :
- Indikator kimia eksternal : pada bagian luar kemasan, berfungsi untuk
memberikan bukti visual bahawa benda atau alat sudah melawati proses
sterilisasi, dan sebagai segel dan pengaman kemasan. Aakan tetapi tidak
membuktikan adanya penetrasi sterilan ke dalam ke dalam bagian dalam
kemasan.
- Indikator internal : di letakan pada setiap kemasan atau bagian kemasan yang
paling sulit di capai sterilan. Perubahan warna menunjukan kemasan telah
melawati proses sterilisasi.
3. Indikator Biologi.
Yaitu berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora
yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur
dalam proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerjanya adalah mensterilkan spora hidup
yang non pathogenik dan resisten dalam jumlah tertentu. Jika pada akhir proses,
spora itu mati, dapat diasumsikan bahwa benda lain yang kita sterilkan telah steril
juga.

22
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang dilakukan monitoring mutu akhir sterilisasi
dengan menggunakan indikator kimiawi eksternal dan internal, indikator mekanik
serta indikator Biologi. Dan secara periodik setiap tiga bulan sekali dilakukan
pemeriksaan kultur mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi untuk menilai mutu akhir
dan menentukan masa kedaluwarsa bahan steril dalam penyimpanannya
BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan


Pengertian :
Prosedur penyediaan alat kesehatan habis pakai adalah permintaan alat
kesehatan yang pemakaianya tidak mendapat ganti dari Instalasi Farmasi. Agar
ketersediaan alat atau bahan selalu tersedia maka dijadwal pada hari tertentu
untuk meminta persediaan ke Instalasi Farmasi atau Gudang dengan prosedur
sebagai berikut :
1. Petugas Unit membuat SPB (surat permintaan barang) ke bagian pengadaan.
2. Kepala Unit menanda tangani SPB tersebut.
3. Kemudian di catat di buku register SPB, dan SPB di berikan ke bagian
pengadaan barang, dan tinggal menunggu proses realisasi barang.
4. Petugas Unit saling mengecek barang yang sudah terealisasi dengan
menanda tangani pada buku ekspedisi SPB, petugas unit tanda tangan pada
kolom unit peminta sedangkan pengadaan tandatangan pada kolom
penyerahan.
5. Petugas Unit mencatat pada barang pada buku inventaris.

B. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan


Pengertian :
Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai
kebutuhan saat itu sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus
diganti karena keausan.
- Tujuan :
Tujuan perencanaan pengadaan atau peremajaan peralatan adalah agar
peralatan digunakan siap pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat
mengikuti perkembangan teknologi kedokteran sehingga menunjang kelancaran

23
pelayanan. Jadual kegiatan dilakukan dalam setiap tahun dan disampaikan
dalam Rencana Anggaran Belanja Rumah Sakit.

- Prosedur :
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah
tidak dapat dipakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukan
dalam rencana anggaran rutin.
2. Pembelian peralatan sepengatahuan Kepala Bidang Penunjang Medis
dan Kepala Bidang Keperawatan dengan mengajukan permintaan
penggantian peralatan ke Tim Pengadaan Barang Rumah Sakit, disertai
perkiraan biaya.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap
tahun sesuai jadwal kepada tim pengadaan rumah sakit disertai perkiraan
biaya.
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
5. Bila terealisasi kepala Unit menerima alat dan menandatangni buku
penerimaan barang serta berita acara penerimaan dari tim penerima
barang dan mencatat dalam buku inventaris.

C. Inventaris Peralatan CSSD


Tabel. 5.1 Daftar Inventaris Linen
KONDISI ALAT PEMAKAIAN
NO NAMA ALAT JML ALAT KETERA
SET TIDAK NGAN
BAIK RUSAK HILANG LAYAK LAYAK
PAKAI PAKAI
1 Duk Besar 22 22
2 Duk Kecil 110 110
3 Taplak Meja 12 12
Mayo
5 Baju operasi 40 33 7 Karena
usia
8 Waslap 12 12
9 Duk lubang 10 10

24
Tabel. 5.2 Daftar Iventaris Alat-Alat di CSSD
KONDISI ALAT PEMAKAIAN ALAT
NO NAMA ALAT JML TIDAK KETERA
SET BA RUSAK HILANG LAYAK LAYAK NGAN
IK PAKAI PAKAI
1 Sterilisator 4 3 1
Steam
(Uap)
2 Sterilisator 1 1
Dry Heat
(Panas
Kering)
3 Sealler 1 1 Pinjama
(Mesin n dari
Press) distribut
or
pouches
4 Kompresor 1 1
(Angin)

5 PLASMA 1 1
6 DRYING 1 1
7 Lemari es/ 1 1
kulkas
(merk
sharp)
8 AC 1PK 2 2
(Merk gree)
9 Trolly seting 2 2
alat
(stenllis)
10
Meja kerja 1 1
11 Komputer
kerja 1 1
(Satu set)

12 Kursi kerja 4 4
13 APAR
(P. Api 2 2
Ringan)
Lemari 1 1
Penyimpana
n barang
steril
14 Lemari 1 1

25
Penyimpana
n linen
15 Box 1 1
Transport
stenliss alat
steril
16 Box 5 5
Transport
alat bersih
17 Termometer 1 1
Hygrometer

26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berisiko dengan pasien. Pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasinya solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamtan pasien
adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak
seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini
mempunyai tujuan agar supaya tercipta budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyrakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamata pasien terdapat tujuh langkah menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Adapun tujuh langkah keselamtan pasien adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan, membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.

27
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asessmen hal
potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan pegawai agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, mendorong
karyawan untuk melakuakan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien,
menggunakan informasi yang ada tetang kejadian atau maslah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus


diterapkan.
Standar tersebut sebagai berikut :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

28
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangkah pendek 1-2
tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas) dan melakukan self asessment dengan instrumen akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

Sasaran Keselamatan Pasien CSSD di Rumah Sakit Umum Daerah


Ngimbang.
1. Peningkatan Komunikasi yang Efektif.
Peningkatan Komunikasi yang Efektif adalah komunikasi lisan yang
menggunakan prosedur. Write back, Read back, dan Repeat Back
(Reconfirm).
2. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran
darah, pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanik.
Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat.

29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa


upaya keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan
di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat
manusiawi, yang memungkinkan pekerja dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari
kecelakaan dan penaykit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan
martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau (K3) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja, dalam hal ini Unit Sterilisasi Sentral dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
kesehatan dan keselamatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja

30
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas, atau terlalu dingin.
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penangulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.

A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan.


- Petugas yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan mengenai
cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
- Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penayakit tersebut.
- Petugas kesehatan yang kontak dengan penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan
baik dan menjaga kebersihan tangan.

B. Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan


- Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kwaspadaan
standar dan kwaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet,
atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
- Semua petugas harus mendapatkan pelatihan tentang gejalapenyakit menular
yang sedang dihadapi.
- Semua petugas kesehatan dengan penaykit flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan

31
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di
Instalasi Care Unit, Ruang Anak, Ruang Bayi.
- Semua petugas di Unit Sentral Sterilisasi harus menggunakan APD, khususnya
sarung tangan, masker, dan skort bila melakukan pembersihan dan sterilisasi
pada alat/instrumen.

C. Pencegahan kecelakaan pada petugas


- Tanggung jawab melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan
sterilisasi sentral menjadi tanggung jawab petugas terhadap bahaya yang
mungkin terjadi di lingkungan sterilisasi sentral. Pada dasarnya kecelakaan
dapat di timbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih
teknik-teknik bekerja secara aman maka risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diturunkan secara signifikan.

D. Penerimaan barang kotor dan daerah dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia
dilingkungan pusat sterilisasi dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi
yang ekstrim menyababkan kematian. Uapaya pencegahan dapat dilakukan secara
efektif dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup
kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker atau goggle mata. Penyediaan alat
pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah
tanggung jawab petugas pusat sterilisasi untuk melindungi dirinya dengan
menggunakan alat pelindung diri secara benar. Penanganan yang salah terhadap
alat-lat tajam yang terkontaminasi seperti pisau, jarum dan lain-lain dapat
menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan
masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan
terjadinya penyakit.

Saran tindakan yang aman :


- Jangan sekali-kali memasukan tangan kedalam tempat yang berisi barang yang
terkontaminasi tanpa dapat melihat dengan jelas isi dari tempat tersebut.

32
- Tuangkan cairan yang dapat menggangu pengenalan secara visual alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrumen satu persatu, pastikan pada bagian yang runcing dari
instrumen mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
- Buang sampah benda tajam (jarum suntik, mess) ke dalam tempat box tahan
tusukan dan tidak dibunag pada tempat sampah biasa.
- Pada saat memproses benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen lain
dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya
luka pada petugas lain dengan penanganan normal.
- Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman, dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit
dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
- Berhati-hatilah bila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat lantai licin, sebaiknya ada rambu-
rambu perigatan.
- Pada saat mencuci instrumen ke dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu
mengosok dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerusol yang
dapat terhirup.

E. Penyiapan proses sterilisasi


Pengoperasian mesin sterilasator hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang
sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara
menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk mendapatkan barang-
barang steril menjadi lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun
akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap). Luka bakar
elektrik, akibat penggunaan instrumen/alat listrik. Luka pada mata akibat percikan
zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.

Saran tindakan yang aman :


- Gunakan sarung tangan pada saat menangani mesin sterilisasi atau saat
berhubungan dangan obyek lain yang bersuhu tinggi.

33
- Tindakan hati-hati harus tetap diperhatikan pada saat menggunakan sealler
panas dan pemotongan kantong sterilisasi pouches.
- Pengoperasian mesin sterilisator hanya boleh dilakukan oleh petugas yang
terlatih.

F. Pencegahan kecelakaan pada pasien


Petugas Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah
terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan
alat-alat instrumen yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, densifeksi,
pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang steril secara tepat dan benar
sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional) yang ditetepkan merupakan cara
terbaik bagi petugas untuk mencegah terjadinya/luka pada pasien. Penggunakaan
barang yang belum diuji kelayakannya fungsi dan pakainya dapat mengalami
komplikasi meupun penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on steril
(seperti instrumen bedah) apabila digunakan pada pasien dapat menimbulkan
infeksi nosokomial.

Saran tindakan yang aman :


- Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan dari
pusat sterilisasi sesuai dengan petunjuk sesuai dengan petunjuk pabrik dan
SPO di pusat sterilisasi.
- Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari kotoran,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan
barang/alat.
- Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada
saat transportasi menuju daerah dekontaminasi.
- Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi
mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja dengan baik.
- Pastikan bahwa semua komponen instrumen dalam keadaan lengkap dan
berfungsi secara normal.
- Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama
siklus berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian
deteksi uadara dalam chember (sistem mesin sterilisasi uap pre vacum).

34
G. Penanganan zat-zat kimia di pusat sterilisasi
Penanganan zat-zat kimia di Unit Sterilisasi Sentral sangat perlu diperhatikan
mengingat banyak zat kimia yang digunakan bersifat toksik. Apabila penanganan
tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas sterilisasi itu
sendiri maupun pasien. Berikut ini zat kimia yang ada di Unit Sterilisasi Sentral :
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk etil atau isopropil alkohol (60% - 90%) di gunakan sebagai
densifektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal,
dan virusidal.

 Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.

2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bahu menyengat. Umumnya
digunakan sebagai densifektan. Formlin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadarbervariasi (biasanya antara 12-15%).

 Bahaya terhadap kesehatan


Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 – 5 g/kg BB
Akut : 2 – 3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat, 10-20 ppm susah nafas, batuk, terasa panas
pada hidung dan tenggorokan, 50 – 100 ppm iritasi akut

35
saluran pernafasan.
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsiogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada
wanita, percikan pada mata dapat mengakibatkan kerusakan
berat sampai dengan menetap, kornea buram dan buta.
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai
mual, muntah, perdarahan.
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme.
Kontak kulit : Iritasi kulit
Kontak mata : Iritaasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan
kornea buram dan buta.
 Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan nsirkulasi udara baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penata laksanaan sirkulasi

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawah segera korban ke pancuran terdekat
2. Cuci dengan segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal
10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena
secara perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, apron.

36
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


1. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk
anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksible dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.

3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga
digunakan sebagai densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya dan jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru.

 Bahaya terhadap kesehatan


1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan sirkulasi.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata

37
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawah segera korban ke pancuran terdekat
2. Cuci dengan segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal
10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena
secara perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


1. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk
anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksible dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.
4. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid.

38
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia
secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan
sesuai dengan norma etika, hukum sosial budaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kemampuan instansi dan masyarakat konsumen.

B. Tujuan
 Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
 Tujuan Khusus :
Tercapainya pengendalian mutu pelayanan melalui :
1. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitihan dan
pengembangan pelayanan kesehatan.

C. Prinsip Dasar Upaya Pengendalian Mutu Pelayanan


Prinsip dasar upaya pengendalian mutu adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menentapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur suatu pelayanan.
Adapun prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan adalah :

39
1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien
5. Sarana dan Lingkungan fisik
D. Indikator Mutu CSSD di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang
1.Ketepatan waktu pelayanan CSSD
Judul Ketepatan waktu pelayanan CSSD
Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas
Tujuan Tergambarnya pengendalian nutu pelayanan CSSD
Definisi operasional Ketepatan waktu pelayanan CSSD adalah ketepatan waktu
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 1 bulan
Numerator Jumlah hari dalam 1 bulan dengan pelayanan CSSD tepat
waktu
denominator Jumlah hari dalam 1 bulan
Standart 100%
Penanggung jawab Kepala Unit CSSD dan Loundri
pengumpulan data

2.Kepatuhan bekerja sesuai SPO


Judul Kepatuhan bekerja sesuai SPO
Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas
Tujuan Tergambarnya pengendalian nutu pelayanan CSSD
Definisi operasional Kepatuhan bekerja sesuai SPO adalah petugas yang bekerja di
unit CSSD bekerja sesuai dengan standart operasional
prosedur yang ditetapkan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 1 bulan
Numerator Jumlah hari dalam 1 bulan dengan petugas bekerja sesuai SPO
yang ditetapkan.
denominator Jumlah hari dalam 1 bulan
Standart 100%
Penanggung jawab Kepala Unit CSSD dan Loundri
pengumpulan data

3.Pengecekan indikator kimia atau biologi dalam peralatan sterilisasi

40
Judul Pengecekan indikator kimia atau biologi dalam peralatan
sterilisasi
Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas
Tujuan Tergambarnya pengendalian nutu pelayanan CSSD
Definisi operasional Pengecekan indikator kimia atau biologi dalam peralatan
sterilisasi adalah setelah dilakukan proses sterilisasi selalu
dilakukan pengecekan indikator untuk mengetahui proses
sterilisasinya sudah berhasil atau tidak.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 1 bulan
Numerator Jumlah hari dalam 1 bulan dengan Pengecekan indikator kimia
atau biologi dalam peralatan sterilisasi
denominator Jumlah hari dalam 1 bulan
Standart 100%
Penanggung jawab Kepala Unit CSSD dan Loundri
pengumpulan data

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang di


susun sebagai upaya panduan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam
memberikan pelayanan. Di harapakan melalui pedoman pelayanan ini dapat tercipta
keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam mewujudkan pelayanan Rumah Sakit

41
Umum daerah Ngimbang yang berkualitas, dengan pengendalian infeksi nosokomial
secara nyata.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,
maka tidak menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin
disempurnakan. Oleh karenanya, terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan
evaluasi secara berkala, agar diperoleh perkembangan yang terbaru, demi upaya
peningkatan mutu pelayanan di Unit Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum Daerah
Ngimbang.

Ditetapkan di : Ngimbang
Pada tanggal : 6 Nov 2017
Unit CSSD
Kepala,

Mustin Jayaanti, S. Kep. Ns

42

Anda mungkin juga menyukai