PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CSSD adalah suatu bagian pelayanan penunjang medis yang ada di rumah
sakit untuk memberikan pelayanan sterilisasi pada seluruh unit pelayanan yang
memerlukan bahan atau alat steril secara terpusat yang bertujuan memelihara
efektivitas secara akurat terhadap proses pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi
dan memberikan kontribusi dalam pendidikan di Rumah Sakit yang terkait dengan
pengendalian infeksi.
CSSD RSUD Ngimbang selalu berusaha mengembangkan diri dan
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran, dengan
cara meningkatkan sumber daya manusia dan melengkapi sarana prasarana sesuai
dengan kebutuhan, sehingga tujuan di atas dapat tercapai dengan maksimal.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi bahan dan alat medis guna
menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
Tujuan Khusus:
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah
sakit.
2. Untuk mengadakan dan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil
sterilisasi.
3. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan
pelayanan pusat sterilisasi.
1
instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang termasuk
unit pelayanan di Bidang Penunjang Medis. Pelayanan yang mampu memberikan
standart pelayanan sterilisasi yang tinggi, untuk mendukung peran rumah sakit.
Pelayanan sterilisasi yang mampu memberikan kebutuhan paket peralatan dan
barang steril untuk Instalasi Bedah Sentral dan Keperawatan diantaranya: Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Laboratorium,
Instalasi Pelayanan Intensif, Instalasi Farmasi, dan lain-lain.
D. Batasan Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu
dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi
rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari
sumber Buku Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, maupun dari sumber-
sumber lain yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang
terurai dalam buku ini.
Intalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf
dan perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan
proses pencucian atau dekontaminasi, pengemasan, sterilisasi dan
penyimpangan serta distribusi alat atau instrumen medis dari berbagai
departemen atau unit pelayanan di rumah sakit yang salah satunya untuk
memberikan kontribusi dalam pendidikan Rumah Sakit yang terkait dengan
pengendalian infeksi.
Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan minimal
yang harus dimiliki instalasi Sterilisasi Sentral yang meliputi pemrosesan alat
atau instrumen medis melalui dari dekontaminasi, pembersihan, pengemasan,
sterilisasi penyimpanan sampai dengan pendistribusian alat atau instrumen
medis yang sudah steril. Adanya perencanaan kebutuhan bahan habis pakai
(kasa, kapas, dan lain-lain) kemudian diproduksi, disteril dan didistribusikan ke
seluruh unit pelayanan yang membutuhkan maupun dijual untuk umum melalui
instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
Dry heat adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan panas lisrik.
2
Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, dimana penemu metodenya adalah J.H. Bowie dan J. Dick.
Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pecemar
mikroorganisme atau subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi sampai
sterilisasi.
Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas) atau kimia.
Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses
sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah
tercapai.
Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna.
Indiktor mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada
mesin sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
4. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004.
5. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Tabel 2.2 Pola Ketenagaan Personil CSSD Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang.
Kualifikasi Tenaga
Nama Jumlah
Nor yang Keterangan
Jabatan Formal Kebutuhan
Formal Ada
Kepala Unit S1 Pelatihan Cukup
Sterilisasi Keperawatan dan
1 1
Sentral magang
CSSD
Pelaksana SMU Kurang
Sterilisasi
3 2
dan Quality
Control
Pelaksana SMU kurang
Administrasi
3 1
dan
Distribusi
7 4 Kurang
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala unit CSSD membawahi Koordinator Sterilisasi dan Quality Control,
serta Koordinator Administrasi dan Distribusi. Instalasi Sterilisasi Sentral terdiri dari
4
3 (tiga) orang sesuai dengan struktur organisasi. dalam hal ini kebutuhan tenaga
masih kurang 2 (dua) orang di Unit Sterilisasi dan Quality Control dan 2 (dua) orang
Administrasi dan Distribusi.
C. Pengaturan Jaga
CSSD Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang memberikan pelayanan 24
jam dalam 7 hari. Pembagian petugas diatur menjadi 2 yaitu pagi dan sore. 1 orang
non shift masuk dari jam 08.00 – 14.00 WIB dan shift shore jam 14.00 WIB – 21.00
WIB hari minggu dan tanggal merah ada 1 petugas on call dan 3 orang libur.
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
plasma
washer claen area
Gudang farmasi
Ro
Filter air
Tandon air
Gambar 3.1. Denah Ruangan CSSD Rumah Sakit Umum Derah Ngimbang
6
B. Standar Fasilitas
Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi
efisiensi kerja dan pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam
merencanakan sarana fisik, dan peralatannya, sebaiknya melibatkan staf sterilisasi
sentral. Mengingat sterilisasi sentral merupakan jantung rumah sakit dimana tugas
pokok sterilisasi sentral adalah menerima alat atau bahan medik dari semua unit-
unti di rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat atau bahan medik dalam
kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan
kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi sterilisasi sentral perlu diperhatikan.
a. Bangunan Unit Sterilisasi Sentral
Pembangunan Unit Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan
pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang
dan didesain menurut tipe / kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk
rumah sakit.
1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m 2.
2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m 2.
3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m 2.
4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m 2.
5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m 2.
Untuk unit Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang memiliki
luas bangunan 15 meter x 10 meter = 150 m2.
b. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang terpisah dengan
pemakai alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit yaitu Kamar Operasi.
Pemilihan atau penetapan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja
dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan risiko
terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.
7
1. Ruang Serah Terima
Pada ruang ini terjadi proses serah terima alat bersih atau habis pakai dari
ruang perawatan, rawat inap, rawat jaln, Instalasi penunjang dan kamar
operasi untuk diserahkan kembali ke petugas sterilisasi.
2. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses dekontaminasi dan pembersihan Ruang
Dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk
mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja
dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal
berbahaya lainnya.
a) Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme dari
satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan bioburden
dan mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah didekontaminasi,
alat-alat yang siap disterilkan dan bahkan yang sudah disterilkan.
karenanya, sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga
udara di ruang dekontaminasi harus :
- Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
- Diganti 10 kali dalam 1 jam.
- Tekanan udara negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan
lainnya.
c) Kebersihan
Debu, serrangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme,
sehingga kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat
8
pembersih harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya. Harus
ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah dan
transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik yang dapat
maupun yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga yang
berbahaya. Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup.
- Setidaknya sekali sehari dipel.
- Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendesinfeksi
sink/tempat mencuci, meja kerja dan peralatan.
- Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumapahan darah
dengan desinfektan yang digunakan di Rumah Sakit.
- Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-
langit, ventilasi AC dan fixture lainnya (lampu, sprinkler, ducting,
exhaust van dan sebagainya).
- Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dan
sebagainya).
- Setidaknya sekali sehari sampah dibuang dan lain-lain yang kotor
diganti.
- Pemisahan sampah infectious dan non infectious.
3. Ruang Produksi
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat yang sebelumnya sudah
didekontaminasi dan dibersihkan. Dan juga proses pembuatan bahan
dispossible (kasa, kapas, dan lain-lain) untuk diolah menjadi bahan siap
pakai sesuai kebutuhan, tidak hanya kebutuhan untuk Unit Kamar Operasi
melainkan digunakan untuk kebutuhan pelayanan rawat jalan dan rawat
inap serta dijual untuk umum.
4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan disposible (kasa,
kapas, dan lain-lain) dan dilengkapi dengan exhaust.
Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas kering) dan
steam (uap / autoclave).
9
udara antara 35 % - 75 % ventilasi menggunakan sistem tekanan positif
dengan efisiensi filtrasi partikel antara 90 – 50 % (untuk partikular
berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang
halus, kuat sehingga mudah diberrsihkan, item steril disimpan pada jarak
19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari
dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu
pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan dekat westafel atau saluran
pipa lainnya. akses ke ruang penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas
sterilisasi sentral yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang
penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas dan jendela serta pintu
sesedikit mungkin dan terisolasi.
6. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan yang sudah
steril, seluruh Instalasi rawat inap, rawat jalan, Instalasi penunjang, dan
kamar operasi yang membutuhkan alat atau bahan steril dapat dipinjam ke
unit sterilisasi sentral melalui ruang distribusi ini.
d. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari
produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah pengukur
suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus
dilakukan apabila komponen-komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat
harus dilakukan oleh orang terlatih khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi
yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin sterilisasi dilakukan minimal sekali
dalam setahun, dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
Departeman Kesehatan atau agen pemegang merek alat.
10
diperlukan untuk melindungi sepatu dan makser, dan google harus dilepaskan
saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung dan
google harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus di
laundry setelah setiap pemakaian.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
CSSD melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril.
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari selalu berhubungan dengan :
- Bagian laundry
- Instalasi pemeliharaan sarana
- Instalasi farmasi
- Instaasi laboratorium
- Sanitasi
- Perlengkapan / logistik
- Rawat inap, rawat jalan, IGD, IBS, dan lain-lain.
11
Perencanaan instrumen medis, bahan habis pakai, (kasa, kapas, dan lain-lain)
dan linen maupun bahan re-use dilakukan oleh Unit Sterilisasi Sentral, dalam
rencana anggaran tahunan disesuaikan dengan kebutuhan unit-unit pelayanan.
- Data inventaris instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen.
- Standar instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen tiap unit.
- Data kebutuhan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen steril
selama setahun.
- Pemakaian instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dalam
proses sterilisasi.
- Data kerusakan alat dan kebutuhan penggantian atau penambahan
peralatan / bahan baru.
Perencanaan disusun setiap tahun sekali oleh Kepala Unit Sterilisasi Sentral
melalui Rencana Anggaran Belanja Tahunan.
2. Pengadaan
Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dilakukan
berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh CSSD dan diajukan dalam
RKAP Tahunan. Pengadaan dilakukan oleh tim Pengadaan Rumah Sakit
berdasarkan RKAP yang telah disetujui.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi : adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-
benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi
kehidupan, sehingga aman untuk proses selanjutnya. Tujuan dari proses
dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung
dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut,
dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme pada alat-
alat kesehatan tersebut.
12
Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah / buangan ditempat
pemakaian oleh petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
benda-benda tersebut.
Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer
yang baik.
Kain-kain pakai ulang ditempatkan ke tempat khusus dan dikembalikan
ke laundry.
Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang tahan
bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet / sink / spoulhook sebelum
membawa peralatan yang kotor.
Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka dikembalikan ke ruang
dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum didistribusikan
kembali.
Jika diperlukan, petugas yang menangani, mengumpulkan dan
membawa alat-alat harus memakai alat pelindung untuk mencegah
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang, untuk Dekontaminasi awal atau
pre cleaning dilakukan di unit pemakai sebelum dibawa ke instalasi
Sterilisasi Sentral. Dekontaminasi awal menggunakan larutan enymatic
untuk kamar operasi dengan perbandingan 1 sachet enzimatic dilarutkan dg
20 liter air perendaman selama 10 – 15 menit dan klorin untuk unit lain
dengan perbandingan satu 1 liter klorin untuk 9 liter air bersih yang
kemudian dilakukan perendaman selama 10 – 15 menit dan pengiriman
peralatan kotor yang telah didekontaminasi ke Instalasi Sterilisasi Sentral
harus dalam kontainer tertutup.
b. Pembuangan Limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang
ditempat pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan Rumah
Sakit yang mengacu pada peraturan pemerintah.
c. Mencuci/Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih
sebelum didensifeksi atau di sterilkan.
d. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use
13
Pembersihan alat-alat pakai ulang terkontaminasi harus dimulai sesegera
mungkin setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai pembersihan dan
mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus :
Langsung dibungkus dan bawa ke ruang dekontaminasi.
Di bersihkan dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai
prosedur yang berlaku dan langsung bungkus untuk menghindari
percikan, tumpahan atau penguapan sampai dibawa ke ruang
dekontaminasi
e. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di ruang dekontaminasi
Untuk memulai pembersihan ,alat-alat harus :
Dibongkar (disassambled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan
dibuka semua sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan
tercuci bersih.
Disortir berdasarkan metode pembesihan.
Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap ataupun dry heat, karena
baik uap atupun dry heat tidak dapat meresap dan membunuh
mokroorganisme. Jika alat alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih
dahulu.
f. Bahan-bahan pencuci (Cleaning agent)
Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu
kotoran organik tanpa merusak alat. Karenanya, bahan pencuci harus :
- Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih.
- Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai type bahan pencuci yang
dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada type
kotoran yang ada, pada umumnya, protein lebih mudah dibersihkan
dengan detergen yang besifat basa. Garam mineral mudah dibersihkan
dengan detergen asam. Pemilihan bahan pencuci dan metode mencuci
harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika tidak, kerusakan alat
yang akan dicuci atau alat pencuci bisa terjadi.
- Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada
kandungan kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam mineral
sedikit, gunakan sedikit detergen dan gunakan lebih banyak detergen jika
kandungan garam mineral pada air lebih banyak.
14
- Pertimbangan untuk menggunakan enzym pelarut protein untuk mencuci
alat-alat yang memiliki lumen dan sambungan.
- Digunakan sesuai petunjuk produsendan sesuai dengan bahan alat.
g. Metode merendam dan membilas
Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang
kelihatan dan hampir semua partikel yang kelihatan dan hampir semua
partikel yang tidak kelihatan, dan menyiapkan semua permukaan dari
semua alat-alat agar aman untuk proses densifeksi dan sterilisasi. Mencuci
dapat dilakukan secara manual atau mekanikal atau kombinasi keduannya.
Karenanya untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta
keamanan petugas, alat-alat harus :
- Dibongkar (disassable), jika dirakit lebih dari satu komponen dan semua
sambungan harus di buka untuk memastikan semua permukaan alat
tercuci bersih.
- Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20.C-43.C selama 10
menit dan atau dalam produk bayclin yang dapat melepaskan darah dan
zat-zat protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada
alat dan juga memabantu menghilangkan protein.
- Atau dapat juga dimulai dengan membilas di air kran yang mengalir untuk
melepaskan partikel-partikel protein.
h. Mencuci secara manual
Beberapa alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci secara
manual setelah direndam, pada proses ini alat atau instrumen harus :
- Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tengelam/terendam.
- Dicuci menurut aturan produsen jika alat tidak dapat
tenggelam/terendam.
- Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat, alat-
alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan
densifeksi atau disterilkan setiap hari.
- Dibilas dengan air kran yang mengalir dengan suhu 40.C – 55.C untuk
menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi
atau suling. Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan terlebih dahulu
sebelum dirubrikasi (dengan parafin), didensifeksi atau disterilkan.
15
4. Pengemasan
Yang dimaksud pengemasan adalah proses membungkus, mengemas, dan
menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk disterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian berikutnya. Bahan kemasan sterilisasi adalah semua material yang
tersedia, yang didesain untuk keamanan hasil sterilisasi. Tujuan pengemasan
adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien
yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan :
Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan
dan isinya.
Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka.
Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan isinya
terkontaminasi.
5. Pemberian tanda
Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat atau
bahan yang akan disterilkan masuk ke dalam mesin sterilisasi. Pemberian tanda
ini meliputi :
- Pemberian label atau bahan, yang berisi data isi kemasan (jumlah dan
jenis alat atau bahan), tanggal penyeterilan, tanggal kedaluwarsa.
- Pemberian tanda indikator kimia eksternal (autoclave tape) untuk
memastikan apakah kemasan telah dilakukan proses sterilisasi di dalam
mesin sterilisasi.
16
- Pemberian tanda indikator internal (stripe atau starigage) untuk
memastikan apakah mesin telah melakukakan paparan pada permukaan
instrumen di dalam kemasan baik di dalam kemasan crep, linen ataupun
kertas plastik.
6. Metode sterilisasi
Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Dearah Ngimbang dilakukan dengan cara
sebagaimana berikut ini :
Sterilisasi Panas Kering :
Proses sterilisasi terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan
diabsorsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merabat kebagian
dalam permukaan sampai pada akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai.
Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk alat-alat atau bahan dimana
steam tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan terbuat dari
kaca. Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui
proses oksidasi sampai terjadi keogulasi protein sel. Sterilisasi dengan cara ini di
pergunakan untuk peralatan logam dan kaca tahan panas. Metode ini
memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih tinggi.
17
2. Tidak memiliki sifat korosif pada logam.
3. Melalui mekanisme kondkusi dapat mencapai seluruh permukaan alat yang
tidak dapat di bongkar pasang.
18
akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi.
Load berisi barang steril harus disimpan dalam rak kawat sampai dingin.
7. Penyimpanan
Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah, suhu
sejuk dan kering dan tidak lembab (syarat kelembaban berkisar 45 - 75%). Alat
digunakan kembali dengan mengikuti prinsip FIFO (First in first out), dimana alat
yang lebih dahulu disterilkan, dipakai terlebih dahulu. Alat yang dibugkus dalam
kemasan pauches (Medipack) dan dalam penyimpanan yang optimal, dapat
dianggap tetap steril selama kemasan masih rapih, sehingga satu tahun, sesuai
hasil kultur yang perna dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang. Namun
apabila ragu akan sterilitas kemasan, harus dilakukan sterilisasi ulang sebelum
dipakai, dan alat yang tidak dibungkus harus segera digunakan segera setelah
dikeluarkan.
8. Distribusi
Distribusi bahan atau alat medis steril dari CSSD ke unit pelayanan dilkukan
dengan menggunakan box plastik tertutup. Distribusi bahan atau alat steril
dilakukan melalui loket peminjaman bahan atau alat medis steril, pada jam
pengambilan yang telah ditentukan, yaitu pukul 11.00 – 14.00 wib. Pada unit unit
khusus seperti IBS, IGD, ICU jika memerlukan alat medis steril di atas jam 14.00
atau hari libur ada petugas jaga on call 24 jam. Distribusi alat atau instrumen
kotor dari unit pelayanan ke CSSD dengan menggunakan box plastik tertutup
khusus instrumen kotor, dan diserahkan di loket CSSD khusus penerimaan
barang kotor. Setiap kegiatan serah terima baik bahan atau alat medis steril
maupun alat medis kotor, harus dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi, dan
di tanda tangani oleh petugas unit pelayanan dan petugas CSSD.
B. ALUR PELAYANAN
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam memproses alat/bahan. Alur kerja dibuat
sedemikian rupa sehingga :
1. Pekerjaan dapat efektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor
hendaknya terpisah.
3. Jarak yang ditempuh sependek mungkin dan tidak bolak balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan
19
ALUR PELAYANAN STERILISASI
Pencucian Pencucian
Pengemasan Pengeringan
Penandaan Pengemasan
Penyimpanan
Distribusi
Loket Bahan Steril
Unit Pelayanan
20
Gambar :4.1 Alur Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit Umum daerah
Ngimbang
C. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL STERILISASI
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis
yang steril, namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan
harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-
benar steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang ketat.
- Kontrol kualitas sterilisasi
Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang
disediakan benar-benar steril. Cara yang paling ideal adalah dengan cara
melakukan kultur atau uji sterilitas dari tiap produk yang disterilkan. Nmaun cara
ini tidak praktis dan sangat mahal. Untuk itu Unit Sterilisasi Sentral Rumah Sakit
Umum Daerah Ngimbang dilakukan monitoring setiap tahapan sterilisasi untuk
memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam
prosesnya sudah dipenuhi dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kontrol kualitas sebagai berikut :
1. Pemberian nomor lot pada tiap kemasan.
Tiap kemasan yang yang akan disteril harus mencantumkan identitas berupa
nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus
keberapa dari mesin sterilisasi.
Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya
melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah
terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi.
Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didukumentasikan nomor lot, informasi
umum kemasan (kemasan linen, kemasan instrumen, dan sebagainya),
waktu pemaparan dan suhu (jika belum tercatat oleh mesin sterilisator), nama
operator, data hasil pengujian biologi, data respon terhadap indikator kimia
dan data hasil dari uji Bowie-Dick.
3. Waktu kedaluwarsa
Setiap kemasan yang disteril harus diberi label yang mengidikasikan waktu
kedaluwarsa untuk memudahkan rotasi stock, walaupun waktu kedaluwarsa
21
tidak tergantung pada waktu, melaikan pada kejadian yang dialami oleh
kemasan tersebut.
4. Kalibrasi alat
Sterilisator harus dilakukan kalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa
kondisi alat masih layak pakai menjamin mutu hasil sterilisasi. Kalibrasi
sterilisator dilakukan setiap tahun sekali, untuk setiap jenis sterilisator, baik
sterilisator panas kering maupun sterilisator autoclave.
22
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang dilakukan monitoring mutu akhir sterilisasi
dengan menggunakan indikator kimiawi eksternal dan internal, indikator mekanik
serta indikator Biologi. Dan secara periodik setiap tiga bulan sekali dilakukan
pemeriksaan kultur mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi untuk menilai mutu akhir
dan menentukan masa kedaluwarsa bahan steril dalam penyimpanannya
BAB V
LOGISTIK
23
pelayanan. Jadual kegiatan dilakukan dalam setiap tahun dan disampaikan
dalam Rencana Anggaran Belanja Rumah Sakit.
- Prosedur :
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah
tidak dapat dipakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukan
dalam rencana anggaran rutin.
2. Pembelian peralatan sepengatahuan Kepala Bidang Penunjang Medis
dan Kepala Bidang Keperawatan dengan mengajukan permintaan
penggantian peralatan ke Tim Pengadaan Barang Rumah Sakit, disertai
perkiraan biaya.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap
tahun sesuai jadwal kepada tim pengadaan rumah sakit disertai perkiraan
biaya.
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim
perencanaan berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
5. Bila terealisasi kepala Unit menerima alat dan menandatangni buku
penerimaan barang serta berita acara penerimaan dari tim penerima
barang dan mencatat dalam buku inventaris.
24
Tabel. 5.2 Daftar Iventaris Alat-Alat di CSSD
KONDISI ALAT PEMAKAIAN ALAT
NO NAMA ALAT JML TIDAK KETERA
SET BA RUSAK HILANG LAYAK LAYAK NGAN
IK PAKAI PAKAI
1 Sterilisator 4 3 1
Steam
(Uap)
2 Sterilisator 1 1
Dry Heat
(Panas
Kering)
3 Sealler 1 1 Pinjama
(Mesin n dari
Press) distribut
or
pouches
4 Kompresor 1 1
(Angin)
5 PLASMA 1 1
6 DRYING 1 1
7 Lemari es/ 1 1
kulkas
(merk
sharp)
8 AC 1PK 2 2
(Merk gree)
9 Trolly seting 2 2
alat
(stenllis)
10
Meja kerja 1 1
11 Komputer
kerja 1 1
(Satu set)
12 Kursi kerja 4 4
13 APAR
(P. Api 2 2
Ringan)
Lemari 1 1
Penyimpana
n barang
steril
14 Lemari 1 1
25
Penyimpana
n linen
15 Box 1 1
Transport
stenliss alat
steril
16 Box 5 5
Transport
alat bersih
17 Termometer 1 1
Hygrometer
26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berisiko dengan pasien. Pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasinya solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamtan pasien
adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak
seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini
mempunyai tujuan agar supaya tercipta budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyrakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.
27
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asessmen hal
potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan pegawai agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, mendorong
karyawan untuk melakuakan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien,
menggunakan informasi yang ada tetang kejadian atau maslah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
28
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangkah pendek 1-2
tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas) dan melakukan self asessment dengan instrumen akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
30
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas, atau terlalu dingin.
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penangulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.
31
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di
Instalasi Care Unit, Ruang Anak, Ruang Bayi.
- Semua petugas di Unit Sentral Sterilisasi harus menggunakan APD, khususnya
sarung tangan, masker, dan skort bila melakukan pembersihan dan sterilisasi
pada alat/instrumen.
32
- Tuangkan cairan yang dapat menggangu pengenalan secara visual alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrumen satu persatu, pastikan pada bagian yang runcing dari
instrumen mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
- Buang sampah benda tajam (jarum suntik, mess) ke dalam tempat box tahan
tusukan dan tidak dibunag pada tempat sampah biasa.
- Pada saat memproses benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen lain
dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya
luka pada petugas lain dengan penanganan normal.
- Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman, dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit
dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
- Berhati-hatilah bila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat lantai licin, sebaiknya ada rambu-
rambu perigatan.
- Pada saat mencuci instrumen ke dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu
mengosok dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerusol yang
dapat terhirup.
33
- Tindakan hati-hati harus tetap diperhatikan pada saat menggunakan sealler
panas dan pemotongan kantong sterilisasi pouches.
- Pengoperasian mesin sterilisator hanya boleh dilakukan oleh petugas yang
terlatih.
34
G. Penanganan zat-zat kimia di pusat sterilisasi
Penanganan zat-zat kimia di Unit Sterilisasi Sentral sangat perlu diperhatikan
mengingat banyak zat kimia yang digunakan bersifat toksik. Apabila penanganan
tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas sterilisasi itu
sendiri maupun pasien. Berikut ini zat kimia yang ada di Unit Sterilisasi Sentral :
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk etil atau isopropil alkohol (60% - 90%) di gunakan sebagai
densifektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal,
dan virusidal.
Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi.
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.
2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bahu menyengat. Umumnya
digunakan sebagai densifektan. Formlin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadarbervariasi (biasanya antara 12-15%).
35
saluran pernafasan.
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsiogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada
wanita, percikan pada mata dapat mengakibatkan kerusakan
berat sampai dengan menetap, kornea buram dan buta.
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai
mual, muntah, perdarahan.
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme.
Kontak kulit : Iritasi kulit
Kontak mata : Iritaasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan
kornea buram dan buta.
Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan nsirkulasi udara baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penata laksanaan sirkulasi
36
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga
digunakan sebagai densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya dan jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru.
37
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.
38
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia
secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan
sesuai dengan norma etika, hukum sosial budaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kemampuan instansi dan masyarakat konsumen.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
Tujuan Khusus :
Tercapainya pengendalian mutu pelayanan melalui :
1. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitihan dan
pengembangan pelayanan kesehatan.
39
1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien
5. Sarana dan Lingkungan fisik
D. Indikator Mutu CSSD di Rumah Sakit Umum Daerah Ngimbang
1.Ketepatan waktu pelayanan CSSD
Judul Ketepatan waktu pelayanan CSSD
Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas
Tujuan Tergambarnya pengendalian nutu pelayanan CSSD
Definisi operasional Ketepatan waktu pelayanan CSSD adalah ketepatan waktu
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 1 bulan
Numerator Jumlah hari dalam 1 bulan dengan pelayanan CSSD tepat
waktu
denominator Jumlah hari dalam 1 bulan
Standart 100%
Penanggung jawab Kepala Unit CSSD dan Loundri
pengumpulan data
40
Judul Pengecekan indikator kimia atau biologi dalam peralatan
sterilisasi
Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas
Tujuan Tergambarnya pengendalian nutu pelayanan CSSD
Definisi operasional Pengecekan indikator kimia atau biologi dalam peralatan
sterilisasi adalah setelah dilakukan proses sterilisasi selalu
dilakukan pengecekan indikator untuk mengetahui proses
sterilisasinya sudah berhasil atau tidak.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 1 bulan
Numerator Jumlah hari dalam 1 bulan dengan Pengecekan indikator kimia
atau biologi dalam peralatan sterilisasi
denominator Jumlah hari dalam 1 bulan
Standart 100%
Penanggung jawab Kepala Unit CSSD dan Loundri
pengumpulan data
BAB IX
PENUTUP
41
Umum daerah Ngimbang yang berkualitas, dengan pengendalian infeksi nosokomial
secara nyata.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,
maka tidak menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin
disempurnakan. Oleh karenanya, terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan
evaluasi secara berkala, agar diperoleh perkembangan yang terbaru, demi upaya
peningkatan mutu pelayanan di Unit Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum Daerah
Ngimbang.
Ditetapkan di : Ngimbang
Pada tanggal : 6 Nov 2017
Unit CSSD
Kepala,
42