Anda di halaman 1dari 25

Abstrak

Tubuh kita memerlukan energi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Energi tersebut di
dapat pada bahan makanan yang mengandung gizi yang kita konsumsi dengan komposisi gizi
yang seimbang. Gizi itu sendiri dibagi menjadi makronutrien, yaitu karbohidrat, protein,
lemak(lipid). Sedangkan makronutien, yaitu mineral dan vitamin. Sehingga gizi merupakan
salah satu faktor yang menentukan kesehatan, status gizi, penyakit, tingkat kecerdasan, dan
daya tahan tubuh. Apabila ada kekurangan dari komposisi tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap keseimbangan gizi, akan berdampak terhadap kondisi kesehatan tubuh.
Jika dalam jangka waktu yang lama juga dapat membuat badan menjadi kurus, karena
metabolisme yang terjadi untuk membentuk energi di dalam tubuh.

Kata kunci: karbohidrat, lipid, protein

Abstract

Our bodies need energy to carry out daily life. Energy is in the can on foods that contain the
nutrients we consume with a balanced nutritional composition. Nutrition itself is divided into
macronutrients, ie carbohydrates, proteins, fats (lipids). While makronutien, ie minerals and
vitamins. So that nutrition is one of the factors that determine health, nutritional status,
disease, level of intelligence, and endurance. If there is a shortage of such compositions may
interfere with the nutritional balance, will have an impact on the health condition of the
body. If within a period of time can also make the body become emaciated, because
metabolism occurs to form energy in the body.

Keywords: carbohydrates, lipids, proteins

Pendahuluan

Nutrisi yang lengkap dan seimbang sangat penting bagi metabolisme tubuh dan
pertumbuhan, terutama pada awal-awal masa pertumbuhan, yaitu pada masa kanak-kanak.
Seorang anak akan baik bertumbuh apabila ia mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Sehingga pertumbuhan dan perkembangannya akan sesuai dengan ukuran normal seusianya.
Apabila kebutuhan gizi nya mengalami hambatan, maka pertumbuhannya pun akan
terganggu. Misalnya saja akan tumbuh lebih kurus, lebih pendek, atau rambut tipis dan

1
mudah dicabut, daripada anak-anak normal yang seumuran dengannya. Pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh hormon.
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein, serta pengaruh hormon-hormon dalam pertumbuhan. Selain itu juga akan
disinggung sedikit mengenai protein energi malnutrisi / PEM dan kebutuhan gizi normal pada
umumnya.

Karbohidrat
Karbohidrat (hidrat arang) tersebar luas di dalam tumbuhan serta hewan, dan unsur
makanan ini memegang peranan baik struktur maupun metabolik. Dalam tumbuhan, glukosa
disintesis dari karbondioksida serta air melalui fotointesis dan disimpan sebagai pati atau
diubah jadi selulosa yang merupakan kerangka tumbuhan. Jumlah terbesar karbohidrat dalam
jaringan hewan berasal dari tumbuhan.1
Pengetahuan tentang struktur dan sifat-sifat karbohidrat yang mempunyai makna
fisiologis penting sangat diperlukan untuk memahami peranannya dalam mengelola berbagai
fungsi tubuh mamalia. Glukosa merupakan karbohidrat yang paling penting. Karbohidrat
dalam makanan diserap ke dalam darah sebagai glukosa. Di dalam hati, karbohidrat diubah
sebagai glukosa. Dari glukosa, semua karbohidrat lainnya dapat dibentuk.1
Glukosa diubah menjadi jenis-jenis karbohidrat lain yang mempunyai fungsi sangat
spesifik, misalnya glikogen untuk simpanan energi; ribosa di dalam asam nukleat; galaktosa
di dalam laktosa susu, dalam senyawa-senyawa lipid komplek tertentu, dan dalam bentuk
gabungan dengan protein, yaitu di dalam glikoprotein dan proteoglikan. Penyakit yang
berhubungan dengan karbohirat contohnya: DM, galatosemia, intoleransi laktosa.1

Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat diklasifkasikan sebagai berikut. Monosakarida merupakan bentuk
karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederahana lagi. Bentuk
monosakarida dapat dibagi lagi menjadi triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa, atau pun
oktosa, menurut jumlah atom karbon yang dimiliki dan sebagai aldosa atau ketosa, tergantung
gugus keton atau aldehid yang ada.1

2
Disakarida menghasilkan 2 molekul monosakarida yang sama atau berbeda kalau
dihidrolisis. Contohnya sukrosa, maltosa, laktosa. Oligosakarida menghasilkan 3-6 unit
monosakarida pada hidrolisis. Contohnya maltotriosa.1
Polisakarida menghasilkan lebih dari 6 molekul monosakarida pada hidrolisis.
Contohnya polisakarida, bisa linier, bisa bercabang adalah pati dan dekstrin. Kadang-kadang
bentuk disebut heksosa atau pentosa, menurut jenis monosakarida yang dihasilkan waktu
hidrolisis.1

Sumber Karbohidrat
Sumber utama karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit sekali
yang berasal dari hewan. Yang merupakan sumber energi utama dalam tubuh adalah dalam
bentuk amilum dan zat gula (monosakarida dan disakarida). Karbohidrat nabati dalam
makanan terutama berasal dari timbunan, yaitu biji, batang, dan akar. Karbohidrat hewani
terutama terdapat di dalam otot (daging) dan hati. Ada pula jenis buah-buahan yang
mengandung karbohidrat, yaitu pisang, sawo, nangka, sukun, dan kelewih. Bahan makanan
pokok di Indonesia dapat berupa beras, akar dan umbi, serta ekstrak tepung seperti sagu.2

Fungsi Karbohidrat
Di dalam tubuh, karbohidrat merupakan sumber energi utama. Karbohidrat yang tidak
dapat dicerna memberikan volume kepada isi usus dan rangsangan mekanis yang terjadi
melancarkan gerak peristaltik yang melancarkan kimus melalui saluran cerna serta
memudahkan defekasi. Karbohidrat juga merupakan bagian dari struktur sel dalam bentuk
glikoprotein. Reseptor selular yang terdapat pada permukaan membran sel adalah suatu
glikoprotein dan merupakan reseptor dari hormon. Simpanan energi di dalam otot dan hati
terdapat sebagai glikogen.1,2

Metabolisme Karbohidrat

1. Glikolisis EM

Proses glikolisis EM terjadi sitosol dengan menguraikan glukosa menjadi


piruvat (dalam keadaan aerob) atau laktat (keadaan anerob) untuk menghasilkan
energi. Jumlah ATP yang dihasilkan :
 Aerob : 8 ATP / mol glukosa

3
 Anaerob : 2 ATP / mol glukosa
Reaksi glikolisis merupakan jalur utama pemakaian glukosa :
Glukosa memasuki glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa 6-P yang dikatalisis
oleh heksokinase danglukokinase. Pada glikolisis, senyawa ini diubah menjadi
fruktosa 6-P oleh fosfoheksosa isomerase. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi lain yang
dikatalisis oleh fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6 bisfosfat. Fruktosa
1,6 bisfosfat dipecah oleh aldolase menjadi dua triosa fosfat, gliseraldehid 3-P dan
dihidroksiaseton P. Gliseraldehid 3-P dan dihidroksiaseton P dapat saling terkonversi
oleh enzim fosfotriosa isomerase. Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehid 3-
P menjadi 1,3 bisfosfogliserat. Enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi ini
adalah gliseraldehid 3-P DH. Lalu, 1,3 bisfosfogliserat diubah menjadi 3 fosfogliserat
oleh fosfogliserat kinase. 3 fosfogliserat diubah menjadi 2 fosfogliserat
oleh fosfogliserat mutase. 2 fosfogliserat diubah menjadi fosfoenolpiruvat oleh
enzim enolase. Fosfoenolpiruvat diubah lagi menjadi enol piruvat oleh enzim piruvat
kinase. Lalu enol piruvat diubah menjadi keto piruvat dan keto piruvat menjadi laktat
olehlaktat DH.1

2. Oksidasi Piruvat-Asetil KoA

Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut ke dalam mitokondria oleh suatu


simporter proton. Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif
menjadi Asetil Ko-A. Piruvat mengalami dekarboksilasi oleh komponen piruvat
dehidrogenase pada kompleks enzim tersebut menjadi tiamin difosfat yang kemudian
bereaksi dengan lipoamida teroksidasi, yakni gugus prostetik pada dihidrolipoil
transasetilase untuk membentuk asetil lipoamida. Adapun reaksi yang terjadi, yaitu :
Piruvat+NAD++KoA Asetil-KoA+NADH+H++CO2
Piruvat DH akan meningkat pasa saat/setelah makan, berhenti saat lapar,
meningkat jika banyak piruvat, dan dihambat oleh peningkatan Asetil Ko-A.1

3. Siklus Asam Sitrat / Siklus Krebs / TCA

Reaksi awal antara Asetil KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat
dikatalisis oleh sitrat sintaseyang membentuk ikatan karbon ke karbon antara karbon
metil pada Asetil KoA yang terbentuk mengalami hidrolisis dan membebaskan sitrat
dan KoASH. Sitrat mengalami isomerasi menjadi isositrat oleh enzimakonitase.

4
Isositrat mengalami dehidrogenasi yang dikatalisis oleh isositrat DH untuk
membentuk oksalosuksinat. Oksalosuksinat dengan enzim Isositrat DH akan
membentuk alfa ketoglutarat. Alfa ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif.
Kompleks alfa ketoglutarat DH akan mengkatalisis alfa ketoglutarat dengan koenzim
NAD+ dan KoASH membentuk Suksinil KoA dan arsenat menghambat reaksi ini.
Suksinil KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase. Suksinat diubah
menjadi fumarat oleh enzim suksinat DH. Fumarat menjadi malat oleh
enzim fumarase dan malat menjadi oksaloasetat kembali oleh enzim malat DH.1

4. HMP Shunt

Proses HMP Shunt berlangsung di sitosol. Rangkaian reaksi HMP Shunt


dibagi menjadi dua, yaitu fase oksidatif nonreversible dan fase nonoksidatif
reversible. Pada fase pertama, glukosa 6-P mengalami dehidrogenasi dan
dekarboksilasi untuk menghasilkan ribulosa 5-P. Pada fase kedua, ribulosa 5-P diubah
kembali menjadi glukosa 6-P melalui serangkaian reaksi yang melibatkan enzim
transketolase dan transaldolase.1

5. Fase oksidatif menghasilkan NADPH

Dehidrogenasi glukosa 6-P menjadi 6-fosfoglukonat terjadi melalui


pembentukan 6 fosfoglukonolakton yang dikatalisis oleh glukosa 6P DH. Hidrolisis 6
fosfoglukonolakton dilakukan oleh enzim glukonolakton hidrolase. Tahap oksidatif
kedua dikatalisis oleh 6 fosfoglukonat DH yang juga butuh NADP+ sebagai penerima
hidrogen. Kemudian terjadi dekarboksilasi disertai pembentukan ketopentosa ribulosa
5-P.1

6. Fase nonoksidatif menghasilkan prekursor ribosa

Ribulosa 5-P adalah subsrat untuk dua enzim. Ribulosa 5-P 3-


epimerase mengubah konfigurasi di sekitar karbon 3 yang membentuk epimer xilulosa
5-P, yang juga merupakan suatu ketopentosa. Ribosa 5-P ketoisomerase mengubah
ribulosa 5-P menjadi aldopentosanya, ribosa 5-P. Transketolase memindahkan unit 2
karbon yang terdiri dari karbon 1 dan 2 suatu ketosa ke karbon aldehid suatu gula
aldosa. Oleh sebab itu, enzim ini menyebabkan perubahan gula ketosa menjadi aldosa

5
dengan pengurangan 2 karbon dan gula aldosa menjadi satu ketosa dengan
penambahan 2 karbon. Reaksi tersebut butuh vitamin D dan tiamin difosfat(vitamin
B1) sebagai koenzim. Lalu terjadi transaldolase, di mana transaldolase mengkatalisis
pemindahan gugus karbon 1-3 dari ketosa sedoheptulosa 7-P ke aldosa gliseraldehid
3-P untuk membentuk ketosa fruktosa 6-P dan aldosa 4 karbon, yaitu eritrosa 4-P.
Dalam reaksi lebih lanjut, yang dikatalisis transketolase, xilulosa 5-P berfungsi
sebagai donor glikolaldehida. Dalam hal ini, eritrosa 4-P adalah penerima, dan produk
reaksi ini adalah fruktosa 6-P dan gliseraldehid 3-P. Untuk mengoksidasi glukosa
secara sempurna menjadi CO2 melalui jalur pentosa fosfat, di jaringan harus terdapat
enzim-enzim untuk mengubah gliseraldehid 3-P menjadi glukosa 6-P. Hal ini
melibatkan pembalikan glikolisis dan enzim glukoneogenik, yakni fruktosa 1,6
bisfosfatase. Di jaringan yang tidak memiliki enzim ini, glilseraldehid 3-P mengikuti
jalur normal glikolisis menjadi piruvat.1

7. Jalur pentosa fosfat dan glutation peroksidase melindungi eritrosit dari hemolisis

Di sel darah merah, jalur pentosa fosfat menghasilkan NADPH untuk


mereduksi glutation teroksidasi yang dikatalisis oleh glutation reduktase, suatu
flavoprotein yang mengandung FAD. Glutation tereduksi mengeluarkan H2O2 dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh glutation peroksidase, suatu enzim yang
mengandung analog selenium. Reaksi ini penting karena penimbunan H2O2 dapat
mempersingkat umur eritrosit dengan menyebabkan kerusakan oksidatif di membran
sel sehingga terjadi hemolisis.1

Protein

Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos yang berarti yang utama atau yang
didahulukan, di mana benar adanya bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam
setiap organisme.1

Protein merupakan bagian terbesar pada tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi
yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama
lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H),
oksigen (O) dan nitrogen(N); beberapa asam amino di samping itu mengandung unsur-unsur

6
fosfor, besi, sulfur, iodium, dan kobalt. Unsur utama protein adalah nitrogen, di mana
nitrogen merupakan 16% dari berat protein.1

Ada dua puluh jenis asam amino yang diketahui sampai sekarang yang terdiri atas 8
asam amino esensial (tidak dapat diproduksi tubuh) dan 10 asam amino non-esensial (dapat
diproduksi tubuh). Asam amino esensial tersebut adalah: Phenilalanin, Valin, Lysin,
Isoleusin, Triptophan, Threonin, Leusin, dan Methionin. Sedangkan asam amino yang non-
esensial adalah Asam Aspartat, Asam Glutamat, Glysin, Serin, Prolin, Hidroksiprolin,
Tyronin, Hidroksilisin, Asparagin, dan Alanin. Selain itu, jug terdapat 2 asam amino semi-
esensial (asam amino yang dapat mencukupi untuk proses pertumbuhan orang dewasa, tetapi
tidak mencukupi untuk proses pertumbuhan anak – anak), yaitu Arginin dan Histidin.1

Berdasarkan sumbernya, protein dikiasifikasikan menjadi:

1. Protein hewani, yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dan binatang, seperti
protein dari daging, protein susu, dan sebagainya.

2. Protein nabati, yaitu protein yang berasal dan bahan makanan turnbuhan, seperti protein
dari jagung (zein), dan terigu, dan sebagainya.

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, seperti telur, susu, daging,
unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasil olahannya
seperti tahu dan tempe serta kacang-kacangan lainnya.2

Fungsi Protein2

1. Pertumbuhan dan pemeliharaan.

Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis, yang secara bergantian pecah dan
disintesis kembali. Tiap hari sekitar 3% jumlah protein total berada dalam keadaan
berubah ini.

2. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh.

Hormon tiroid, epinefrin, insulin adalah ptotein, begitu juga dengan enzim. Ikatan-
ikatan ini bertindak sebagai katalisator atau membantu perubahan-perubahan biokimia
yang terjadi di dalam tubuh.

3. Mengatur keseimbangan air.

7
Keseimbangan cairan tubuh harus dijaga melaui sistem kompleks yang melibatkan
protein dan elektrolit.

4. Memelihara netralitas tubuh.

Protein tubuh bentindak sebagai buffer, menjaga pH tetap konstan. Sebagian besar
jaringan tubuh berfungsi dalam keadaan pH netral atau sedikit alkali (pH 7,35-7,45).

5. Pembentukan antibodi

Kemampuan tubuh terhadap detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun dikontrol oleh


enzim-enzim yang terdapat terutama di dalam hati.

6. Mengangkut zat-zat gizi

Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna
melaui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan, dan melalui
membran sel ke dalam sel-sel.

7. Sumber energi.

Protein menghasilkan energi sebesar 4 kkal/g.

Metabolisme Protein

Protein yang dimakan didalam tubuh akan dihidrolisis menggunakan enzim-enzim


tertentu. Adapun enzim yang bekerja ialah pepsin dengan bantuan HCl di lambung. Setelah
mencapai usus halus, maka pankreas akan mensekresikan tripsin, kimotripsin dan
karboksipeptidase yang juga bekerja untuk memotong protein menjadi polipeptida. Yang
bertugas sebagai pemecah terakhir ialah peptidase dan aminopeptidase. Setelah terbentuk
asam amino, melalui transpor mediated aktif dengan bantuan ion natrium, asam amino akan
dibawa ke dalam darah melalui lumen usus halus. Vitamin B6 membantu kerja ion natrium
ini.1,2

Asam amino dapat disintesis dalam tubuh dan didapatkan dari makanan. Seperti yang
telah dibahas diatas, asam amino yang disintesis tubuh disebut sebagai asam amino non
essensial. Total terdapat 12 asam amino non essensial. 9 diantaranya disintesis dari
komponen siklus asam sitrat, sedangkan 3 yang lain didapatkan dari asam amino essensial.1

8
Setelah asam amino disintesis, maka di ribosom asam amino akan dirangkai membentuk
protein. Protein tubuh mempunyai masa turn over dan dapat dikatabolisme. Lisosom
merupakan tempat utama katabolisme protein, sedangkan sitosol merupakan tempat
katabolisme protein yang memiliki masa kerja pendek dan protein yang abnormal. Setelah
dikatabolisme, bentuk ekskresi terutama dari protein ialah urea melalui urin. Urea disintesis
melalui empat tahap, yaitu:1

1. Transaminasi

Transaminasi saling mengonversi pasangan-pasangan asam alfa amino dan


asam alfa keto. Semua asam amino protein kecuali lisin, treonin, prolin, dan
hidroksiprolin ikut serta dalam transaminasi. Koenzim PLP( Piridoksal Fosfat )
terdapat di bagian katalitik amidotransferase. Sewaktu transaminasi, PLP berfungsi
sebagai pembawa gugus amino. Alanin piruvat aminotransferase dan glutamat alfa
ketoglutarat aminotransferase mengkatalisis pemindahan gugus amino ke piruvat
(alanin) atau ke alfa ketoglutarat. Karena alanin merupakan suatu substrat untuk
glutamat aminotransferase, semua nitrogen amino dari asam amino yang mengalami
transaminasi dapat terkonsentrasi dalam glutamat.1

2. Deaminasi oksidatif

Pemindahan nitrogen amino ke alfa ketoglutarat membentuk L-glutamat.


Pembebasan nitrogen sebagai amonia dikatalisis oleh L-Glutamat DH dengan bantuan
NAD+ dan NADP+. Reaksi ini dihambat oleh ATP, GTP, dan NADH serta diaktifkan
oleh ADP.1

3. Transpor Amonia

Amoniak ditranspor dalam darah menuju ke hati untuk mengalami intoksikasi.


Kadar amoniak yang normal dalam darah ialah berkisar 10-20 µg/dL. Kadar amoniak
yang tinggi dapat menyebabkan gangguan bicara, penglihatan kabur hingga koma.
Hal ini dapat dijumpai pada sirosis hati. Selain hasil katabolisme, amoniak darah juga
berasal dari senyawa N di kolon akibat aktivitas bakteri usus. Setelah sampai di hati,
amoniak dapat digunakan untuk sintesis urea ataupun pembentukan asam amino.1

9
4. Sintesis Urea

Terjadi di hati. Dalam hepatosit, proses ini terjadi di mitokondria dan sitosil.
Enzim pengatur pada siklus urea ialah karbamoil fosfat sintase I. Senyawa awal yang
dibutuhkan ialah NH4+ dan CO2. Nitrogen disini dapat dibawa oleh asam amino
citrulin, ornitin, arginin, arginin suksinat dan aspartat. Kondisi patologis seperti
diabetes melitus tidak terkontrol dapat mendorong peningkatan sintesis urea. Kelainan
pada siklus urea dapat menyebabkan intoksikasi amonia yang dapat menyebabkan
retardasi mental.1,3

Senyawa nitrogen dalam keadaan tertentu intakenya dibutuhkan lebih tinggi. Pada
kondisi patologis ekskresi nitrogen dapat meningkat. Perbandingan antara jumlah nitrogen
yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah nitrogen yang diekskresikan disebut sebagai
balans nitrogen. Balans nitrogen cenderung positif pada masa pertumbuhan, kehamilan, masa
penyembuhan dan pemberian hormon anabolik. Sedangkan balans nitrogen yang negatif
ditemukan pada malnutrisi dan penyakit berat seperti kanker dan diabetes melitus. Orang
dewasa yang sehat memiliki balans nitrogen yang seimbang.2

Lipid
Lipid merupakan kelompok heterogen senyawa-senyawa yang ada hubungannya baik
secara aktual maupun potensial, dengan asam-asam lemak. Kelompok senyawa ini memiliki
sifat umum, yaitu (1) relatif tidak larut di air dan (2) larut di dalam pelarut nonpolar seperti
eter, kloroform, serta benzena. Jadi, lipid mencakup lemak, minyak, malam, dan senyawa-
senyawa lain yang ada hubungannya.1
Lipid merupakan unsur-unsur penting pembentuk makanan yang bukan karena nilai
energinya yang tinggi saja melainkan juga karena kandungan vitamin larut lemak dan asam-
asam lemak essensial di dalam lemak makanan alami tadi. Dalam tubuh, lemak berfungsi
sebagai sumber energi yang efisien-baik secara langsung maupun potensial kalau tersimpan
di jaringan adiposa. Unsur makanan ini berfungsi sebagai penyekat panas dalam jaringan
subkutan.1
Kandungan lemak dalam jaringan saraf sangat tinggi. Gabungan lemak dan protein
(lipoprotein) merupakan unsur penting pembentukkan sel, yang terdapat baik di dalam sel
membran maupun mitokondria yang ada di dalam sitoplasma, dan juga berfungsi sebagai
sarana pengangkutan lipid di dalam darah.1

10
Klasifikasi Lipid
Klasifikasi lipid merupakan hasil modifikasi dari Bloor. Lipid sederhana yaitu
senyawa ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Contohnya adalah lemak, yaitu senyawa
ester asam lemak dengan gliserol. Lemak berada dalam keadaan cair dikenal sebagai minyak.
Malam, senyawa ester asam lemak dengan alkohol monohidrat yang berbobot molekul lebih
tinggi.1
Lipid kompleks adalah senyawa ester asal lemak yang mengandung gugus alkalis
yang menggunakan nitrogen dan subtituen lain. Terdiri dari fosfolipid, lipid yang
mengandung residu asam fosfor, diluar asam lemak, dan alkohol. Lipid ini sering mempunyai
basa mengandung N. Fosfolipid terdiri dari gliserofosfolipid yaitu gugus alkohol berupa
gliserol, sfingolipid yaitu gugus alkohol berupa spingosin.1
Senyawa kompleks yang kedua adalah glikolipid (glikosfingolipid) yaitu kelompok
lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin, dan karbohidrat. Bentuk senyawa kompleks
lipid yang lainnya adalah sulfolipid dan aminolipid. Lipoprotein juga dimasukkan dalam
kategori ini.1
Lipid prekursor atau derivat lipid. Bentuk ini mencakup asam-asam lemak, gliserol,
steroid, senyawa alkohol disamping gliserol serat serol, aldehid lemak, dan badan keton,
hidrokarbon, vitamin larut lemak serta berbagai hormon. Karena tidak bermuatan, asilgliserol
(gliserida), kolesterol dan ester kolesterol dinamakan lipid netral.1
Metabolisme Lipid
Sisitem ini terdapat dalam banyak jaringan tubuh termasuk jaringan hati, ginjal, otak
dan paru, payudara, dan jaringan adiposa. Kofaktor yang diperlukan mencakup NADPH,
ATP, Mn2+, biotin, dan HCO3- (sebagai sumber CO2). Asetil KoA merupakan substrat antara
dan palmitat bebas adalah produk akhir. Sifat-sifat ini sangat bertentangan dengan sifat-sifat
β-oksidasi.1
Bikarbonat sebagai sumber CO2 diperlukan dalam reaksi pendahuluan untuk
karboksilasi asetil KoA menjadi malonil KoA dengan adanya ATP dan asetil KoA
karboksilase. Asetil Koa karboksilase membutuhkan biotin. Reaksi berlangsung dalam dua
tahap : (1) karboksilasi biotin, (2) pengalihan karboksil kepada asetil KoA untuk membentuk
malonil KoA.1
Fungsi Lemak2

1. Sebagai sumber energi (memiliki kandungan 9 kkal/g)

11
2. Unsur pembangun membran sel dan bertanggung jawab untuk lewatnya berbagai
bahan yang masuk dan keluar sel.
3. Sebagai pelindung organ-organ penting, penyekat jaringan tubuh.
4. Menjaga tubuh terhadap pengaruh luar, misalnya: suhu, luka (infeksi).
5. Insulator listrik (agar impuls-impuls syaraf merambat dengan cepat)
6. Membantu melarutkan dan mentransport senyawa-senyawa tertentu (misal vitamin A,
D, E dan K) dalam aliran darah untuk keperluan metabolisme.

Sumber Lipid

Sumber lemak terbagi menjadi 2, yaitu lemak hewani dan lemak nabati. Lemak
nabati berasal dari bahan makanan tumbuhan sementara lemak nabati dari hewan termasuk
telur, susu. Sumber lemak nabati berada di dalam sitoplasma berupa droplet dan pada hewani
berada di dalam jaringan adiposa.1

Setelah mengalami pencernaan di usus, molekul lemak akan diabsorpsi. Namun


molekul lemak tidak dapat diabsorpsi begitu saja. Hal ini dikarenakan sifat lemak yang
hidrofobik. Sehingga harus ada molekul pembawa, yaitu khilomikron. Khilomikron akan
membawa asam lemak bersama 2 monogliserida ke dalam limfe kemudian beredar dalam
darah. Selain menggunakan khilomikron, bentuk transportasi lemak yang lain di dalam darah
ialah VLDL, HDL, LDL, IDL, dan FFA yang terikat albumin. Jalur metabolisme lemak akan
dimulai ketika asam lemak masuk ke dalam sel.1,2

Metabolisme lemak di dalam tubuh meliputi metabolisme:

1. Asam lemak jenuh

Asam lemak jenuh dapat masuk ke dalam sel untuk mengalami oksidasi. Di
dalam sel, oksidasi asam lemak akan terjadi di dalam mitokondria. Namun asam
lemak yang masuk ke dalam mitokondria umumnya berukuran kecil. Bila jumlah
atom C pada asam lemak lebih dari 12, maka akan ada molekul pembawa yang
disebut sebagai karnitin yang akan membawa asam lemak jenis ini masuk untuk
mengalami oksidasi di dalam mitokondria. Di dalam mitokondria, jenis oksidasi
asam lemak jenuh ini ialah oksidasi beta. Oksidasi ini merupakan oksidasi utama
yang terjadi di dalam mitokondria. Senyawa awal dari proses metabolisme ini ialah
asil ko-A yang merupakan bentuk aktivasi dari molekul asam lemak bebas. Pada
proses oksidasi ini memerlukan koenzim NAD dan FAD yang akan menghasilkan

12
energi melalui rantai pernapasan. Oksidasi asam lemak jenuh dapat meghasilkan
asetil ko-A dan propionil ko-A (bila jumlah atom C ganjil). Asetil ko-A dapat masuk
ke dalam siklus asam sitrat.1

Selain itu proses oksidasi asam lemak jenuh dapat berlangsung di peroksisom.
Namun proses ini tidak dapat menghasilkan ATP. Asam lemak rantai panjang
umumnya mengalami oksidasi di peroksisom. Pada oksidasi ini dihasilkan oktanoil-
koA dan asetil ko-A. Proses oksidasi alfa asam lemak dapat berlangsung di jaringan
otak. Proses ini juga tidak menghasilkan ATP dan tidak perlu pengaktifan oleh asil
ko-A.1

2. Asam lemak tidak jenuh

Pada reaksi ini jumlah ATP yang dihasilkan lebih sedikit dibanding asam lemak
jenuh. Hal ini dikarenakan akan dipakai 2 ATP pada reaksi oksidasi beta yang
merupakan bagian dari reaksi yang menghasilkan FADH2. Produk oksidasinya sama
dengan oksidasi asam lemak jenuh, akan tetapi jumlah ATP berbeda.1

Asam lemak juga dapat disintesis dengan menggunakan jalur sintesis de novo
maupun pemanjangan gugus asam lemak. Jalus sintesis de novo merupakan jalur
ekstramitokondria yang mengubah asetil ko-A menjadi asam palmitat. Jalur ini akan
berlangsung bila ada kelebihan kalori makanan. Sumber utama jalur ini ialah
karbohidrat. Melalui proses glikolisis dan oksidasi piruvat akan dihasilkan asetil Ko-
A. Awalnya asetil ko-A akan diubah ke malonil ko-A dengan bantuan asetil ko-A
karboksilase. Selanjutnya malonil ko-A akan masuk ke kompleks enzim untuk
menghasilkan asam palmitat. Kompleks enzim ini terdiri dari 7 enzim yang akan
menambah 2 atom C pada setiap kerja enzimnya.1,3

3. Eikosanoat

Merupakan senyawa yang berasal dari asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
tidak jenuh disini bersifat essensial, yaitu asam linoleat (ω6), asam alfa linolenat
(ω3) dan asam arakhidonat (ω9). Sintesis eikisanoat melalui jalan metabolisme
siklooksigenasi dan lipokigenase. Akan menghasilkan leukotrien, prostaglandin,
prostasiklin, dan tromboksan.2

13
4. Triasilgliserol

Sintesis triasilgliserol terjadi di hati, jaringan adiposa dan mukosa usus. Proses
ini terutama terjadi di mikrosom.

 Proses di mukosa usus terjadi melalui reaksi berikut:

2-monoasilgliserol + 2 asil ko-A → triasilgliserol + 2 koA

Triasilgliserol diangkut dalam khilomikron ke limfe untuk masuk ke dalam


darah.1,3

 Proses di hati terjadi melalui reaksi berikut:

Gliserol 3-P + 3 asil-koA → triasilgliserol + 3 koA + Pi

Gliserol 3-P bisa didapat melalui gliserol maupun glukosa melalui proses
glikolisis. Namun gliserol disini tidak dapat dipakai karena keatifan glikokinase
yang rendah.1,3

 Proses di jaringan adiposa melalui :

Gliserol 3-P + 3 asil-koA → triasilgliserol + 3 koA + Pi

Tidak seperti di hati dan mukosa usus, triasilgliserol yang terbentuk disini akan
disimpan di jaringan adiposa.

Sedangkan proses katabolisme triasilgliserol terutama terjadi di jaringan adiposa


dengan jalan memotong asam lemak satu per satu hingga tersisa gliserol. Enzim
yang berperan yaitu triasil gliserol lipase, diasil gliserol lipase dan monoasil gliserol
lipase. Sedangkan triasilgliserol yang terdapat di dalam VLDL dan khilomikron
dihidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada dinding pembuluh darah.1

5. Benda keton

Proses ketogenesis terjadi di mitokondria dan hati. Proses ini memakai asetil-
KoA sebagai bahan baku. Pada proses ini dibutuhkan enzim tiolase, HMG-koA
sintase, HMG-koA liase dan beta 3-OH butirat .1

14
Jenis bedan keton yang dihasilkan ialah aseton, asam asetoasetat dan asam beta
3-OH butirat. Kedua asam ini bisa saling interkonversi. Benda keton yang terbentuk
bisa dibawa darah ke jaringan ekstrahepatik untuk diaktifkan menjadi asetil ko-A.
Sementara aseton akan keluar melalui udara pernapasan.1

Ketogenesis meningkat pada peningkatan asam lemak bebas dalam darah yang
bisa terjadi pada keadaan kelaparan, DM tidak terkontrol, diet tinggi lemak dan
hormon yang meningkatkan lipolisis. Akibat peningkatan ketogenesis dapat
menyebabkan ketosis dan asidosis metabolik.1

6. Lipoprotein

Lemak dalam darah ditranspor dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein didalam


darah dapat dipisahkan dengan cara ultrasentrifugasi dan elektroforesa. Bila
dipisahkan lipoprotein akan tersusun dari yang memiliki berat molekul terkecil
(lapisan atas) hingga berat molekul terbesar (lapisan bawah). Dengan cara
ultrasentrifugasi didapat susunan dari atas ke bawah ialah khilomikron, VLDL, LDL
dan HDL.1

Khilomikron disintesis dalam sel usus dengan menggunakan protein apo-B48


dalam ribosom dan retikulum endoplasma kasar serta sintesis lipid di retikulum
endoplasma halus. Setelah itu terjadi penggabungan antara komponen lipid dan
protein di retikulum endoplasma halus. Kemudian terjadi sintesis apo-AI dan apo-
AII membentuk khilomikron yang belum sempurna. Tambahan apo-C dan apo-E
akan menyempurnakan khilomikron. Pada badan golgi dapat terjadi penambahan
karbohidrat pada lipoprotein ini.1

VLDL disintesis bagian proteinnya menggunakan apo-B100 di ribosom dan


retikulum endoplasma kasar sedangkan lipid disintesis di retikulum endoplasma
halus. Dalam retikulum endoplasma halus juga akan bergabung membentuk VLDL
nascent seperti khilomikron. Kemudian akan mendapat penambahan apo-E dan apo-
C serta karbohidrat.1

HDL disintesis dengan menggunakan apo A1. HDL awalnya berbentuk diskoid
hingga menjadi sferis yang merupakan HDL sempurna. Dalam HDL terdapat banyak
fosfolipid.1

15
7. Kolesterol

Kolesterol adalah lipid amfipatik yang merupakan komponen struktural esensial


pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis di banyak
jaringan dari asetil-koA dan merupakan prekursor semua steroid lain di dalam
tubuh.1

Hormon Terkait Pertumbuhan


Pada anak yang sedang tumbuh, terjadi sintesis netto protein di bawah pengaruh
hormon pertumbuhan seiring dengan semakin besarnya tubuh. Pertambahan berat semata
tidak sinonim dengan pertumbuhan, karena pertambahan berat dapat terjadi karena retensi air
atau penyimpanan lemak tanpa pertumbuhan jaringan sebenarnya. Pertumbuhan
membutuhkan sintesis netto protein dan mencakup pemankangan tulang-tulang panjang
(tulang ekstremitas) serta peningkatan ukuran dan jumlah sel di jaringan lunak.4
Berikut adalah hormon-hormon yang penting dalam pertumbuhan. Meskipun
pertumbuhan bergantung kepada hormon pertumbuhan (GH), tetapi pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh faktor lain.4

Growth Hormone (GH)


Meskipun diisyaratkan oleh namanya, hormon pertumbuhan (GH) merupakan bahan
sangat esensial bagi pertumbuhan, namun GH bukan satu-satunya penentu laju dan besar
pertumbuhan akhir seseorang.4
GH adalah hormon yang paling banyak dihasilkan oleh hipofisis anterior, bahkan
pada orang dewasa yang pertumbuhannya telah berhenti, meskipun biasanya sekresi GH
mulai berkurang pada usia pertengahan. GH yang disekresi berkelanjutan menunjukkan
bahwa hormon ini memiliki pengaruh penting lain di luar efek pada pertumbuhan, GH
memiliki efek metabolik penting dalam meningkatkan sistem imun misalnya.4
Efek metabolik GH tidak berkaitan dengan pertumbuhan. GH meningkatkan kadar
asam lemak dalam darah dengan meningkatkan penguraian lemak trigliserida yang tersimpan
di jaringan adiposa, dan hormon ini meningkatkan kadar glukosa darah dengan mengurangi
penyerapan glukosa oleh otot. Otot menggunakan asam-asam lemak di atas dan bukan
glukosa sebagai bahan bakar metabolik. Karena itu, efek metabolik keseluruhan GH adalah
memobilisasi simpanan lemak sebagai sumber energi utama sembari menghemat glukosa
untuk jaringan dependen glukosa misalnya otak. Pola metabolik ini sesuai untuk

16
mempertahankan tubuh selama masa puasa yang lama atau situasi di mana kebutuhan energi
tubuh melebih simpanan glukosa yang tersedia.4
GH merangsang jaringan lunak dan tulang. GH meningkatkan pertumbuhan jaringan
lunak dengan hyperplasia (meningkatkan
jumlah sel) dan hipertrofi (memperbesar sel).
GH mendorong pertumbuhan tulang dengan
mendorong ketebalan tulang dan panjang
tulang. GH merangsang aktivitas osteoblast
dan proliferasi tulang rawan epifisis sehingga
terbentuk ruang untuk pembentukan tulang
lebih banyak. GH dapat memperpanjang
tulang panjang selama epifisis belum
menutup atau masih berupa tulang rawan.
Pada akhir masa remaja, di bawah pengaruh
hormon seks lempeng ini mengalami
penulangan sempurna, atau menutup sehingga
tulang tidak lagi dapat memanjang meskipun
GH masih ada.4 Gambar 1. Kontrol GH.5

Menurut pandangan tradisional, GH tidak bekerja langsung pada sel sasarannya untuk
menimbulkan efek merangsang pertumbuhan. Efek-efek ini umumnya secara langsung
ditimbulkan oleh mediator-mediator peptide yang dikenal sebagai somatomedin. Peptida ini
juga disebut sebagai insulin-like-growth factor (IGF) karena secara struktural dan fungsional
mirip dengan insulin. Dua somatomedin, IGF I dan IGF II, telah berhasil diidentifikasi. Studi
terakhir mengisyaratkan bahwa selain bekerja sama, GH dan IGF-I bekerja sendiri-sendiri
untuk mendorong pertumbuhan.4
Beberapa hormon lain selain GH ikut berkontribusi melalui cara-cara tertentu pada
pertumbuhan keseluruhan, di antaranya adalah:4
1. Hormon tiroid penting bagi pertumbuhan tetapi hormon ini sendiri tidak bertanggung
jawab mendorong pertumbuhan. Hormon ini memiliki peran permisif pada
pertumbuhan tulang; efek GH baru bermanifestasi secara penuh jika terdapat hormon
tiroid dalam jumlah memadai. Akibatnya, pertumbuhan anak dengan hipotiroid akan
terganggu tetapi hipersekresi tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan.
2. Insulin adalah promotor pertumbuhan yang penting. Defisiensi insulin sering
menghambat pertumbuhan, dan hiperinsulinisme sering memicu pertumbuhan yang

17
berlebihan. Karena insulin mendorong sintesis protein, maka efeknya dalam
meningkatkan pertumbuhan seyogianya tidak mengejutkan. Namun, efek ini juga
dapat timbul dari mekanisme di luar efek langsung insulin pada sintesis protein.
Insulin secara struktural mirip dengan somatomedin dan mungkin berinteraksi dengan
reseptor somatomedin (IGF-I), yang sangat mirip dengan reseptor insulin.

Hormon Tiroid
Hormon tiroid terdapat dalam dua jenis, yaitu triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin
(T4 atau tiroksin). Awalan tetra dan tri merupakan jumlah atom iodium yang terdapat pada
masing-masing hormon ini. Hormon tiroid penting untuk regulator laju metabolisme basal
(BMR).4
Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, di mana
keduanya harus diserap dari darah oleh sel folikel. Tirosin, suatu asam amino, dibentuk dalam
jumlah memadai oleh tubuh sehingga bukan merupakan suatu zat esensial dalam makanan.
Sebaliknya, iodium yang dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid perlu diperoleh dari
makanan. Pembentukan, penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid melibatkan langkah-
langkah berikut:4
1. Semua tahap pembentukan hormin tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di
dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri diproduksi oleh kompleks Golgi/RE sel folikel
koloid. Asam amino tirosin masuk ke dalam molekul tiroglobulin yang jauh lebih
besar sewaktu yang terakhir ini sedang diproduksi. Setelah terbentuk, tiroglobulin
yang sudah mengandung tirosin diekspor dari sel ke folikel ke dalam koloid melalui
proses eksositosis.
2. Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui
pompa iodium. Hampir semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradien
konsentrasi untuk disimpan di tiroid untuk membentuk hormon tiroid. Iodium tidak
memiliki fungsi lain di tubuh.
3. Di dalam koloid, iodium cepat dilekatkan ke tirosin di dalam molekul tiroglobulin.
Perlekatan satu iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT). Perlekatan
dua iodium menghasilkan diiodotirosin (DIT).
4. Kemudian, terjadi proses penggabungan antara molekul-molekul tirosin yang telah
beriodium untuk membentuk hormon tiroid. Penggabungan satu MIT dengan satu
DIT menghasilkan triiodotironin (T3). Penggabungan dua DIT menghasilkan

18
tetraiodotironin (T4 atau tiroksin). Antara dua molekul MIT tidak terjadi
penggabungan.

Gambar 2. Pembentukan, Penyimpanan, dan Sekresi Hormon Tiroid.4

Hormon tiroid penting bagi pertumbuhan normal karena efeknya pada GH dan IGF-I.
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi GH dan meningkatkan produksi IGF-I oleh hati,
tetapi juga mendorong efek GH dan IGF-I pada sintesis protein struktural baru dan pada
pertumbuhan tulang. Anak dengan defisiensi tiroid mengalami hambatan pertumbuhan yang
dapat dipulihkan dengan terapi sulih tiroid. Namun tidak seperti kelebihan GH, kelebihan
hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan.4

Kebutuhan Gizi
Tubuh kita memerlukan berbagai zat gizi dengan jumlah masing-masing yang
mencukupi. Untuk beberapa jenis zat gizi, para ahli telah dapa meneliti kwantum yang
diperlukan setiap zat tersebut perharinya. Tetapi tidak semua zat gizi dapat diketahui jumlah
tang diperlukan, karena terdapat faktor-faktor yang berpengaruh, yang sulit diteliti dan
diperhitungkan. Ada pula zat-zat gizi yang hanya diperlukan dalam jumlah kecil, sehingga
tidak pernah timbul kesulitan dalam pemenuhannya.2
Untuk beberapa zat gizi yang sering menimbulkan persoalan dalam memenuhi
kebutuhan badan, telah diteliti dan diketahui kwantum yang diperlukan tubuh setiap hari,
untuk setiap kelompok umur, jenis kelamin, dan keadaan fungsional seperti keadaan hamil
dan menyusui paa wanita.2

19
Jumlah kebutuhan minimal sehari (MDR) adalah kebutuhan minimal agar seseorang
dianggap normal. Pada keadaan-keadaan khusus, dosisi MDR mungkin tidak akan
mencukupi, misalnya saat orang itu bekerja lebih berat dari biasa, atau pada saat ada stress
fisik yang tidak terdapat sehari-hari. Karena itu MDR harus dinaikkan atau ditambah, agar
sanggup menjamin kebutuhan yang meningkat karena kebutuhan khusus itu.2,5
Jumlah, dosisi MDR zat gizi setalah diberi tambahan ini, kemudian dianjurkan untuk
dikonsumsi setiap hariya dan disebut RDA atau AKG (angka kecukupan gizi). Tambahan
pada MDR untuk menjadikan RDA ini disebut batas keamanan. Nilai AKG ini berlaku bagi
rata-rata masyarakat, jadi bila hendak ditetapkan perorangan harus diadakan lagi adaptasi
kondisi orang tersebut, misalnya yang lebih gemuk mungkin memerlukan zat gizi yang lebih
banyak.2,5
Tingkat kegiatan kerja juga berpengaruh pada AKG bagi perorangan, demikian pula
keadaan rekonvalensen memerlukan beberapa tambahan terhadap AKG. Semakin kaya suatu
negara, maka biasanya RDA semakin besar, karena berbagai faktor yang mempengaruhi
batas keamanan semakin tinggi.2,5

Antropometri

Antropometri adalah suatu parameter status nutrisi yang penting, meliputi pengukuran
tinggi badan, lingkar kepala, berat badan, ketebalan lipatan kulit, lingkar lengan atas. Tinggi
dan lingkar kepala merefleksikan status nutrisi masa lalu, sedangkan berat badan, ketebelan
lipatan kulit, dan lingkar lengan atas menggambarkan cadangan lemak dan protein. Ketebalan
lipatan kulit adalah suatu pengukuran kandungan lemak tubuh karena sekitar separuh dari
cadangan lemak tubuh total terdapat langsung di bawah kulit. Lingkar lengan atas
berhubungan dengan pengukuran total massa otot. Karena otot bertindak sebagai cadangan
terbesar protein tubuh, pengukuran ini dipertimbangkan sebagai suatu indeks penyimpanan
protein tubuh.6

Keunggulan Antropometri7

a. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
c. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan

20
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.

Kelemahan Antropometri7
a. Tidak sensitif, tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn
b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran
d. Kesalahan terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi
jaringan), analisis dan asumsi yang keliru
e. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup,
kesalahan alat dan kesulitan pengukuran.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri

Faktor ini dapat dibagi menjadi dua antara lain faktor internal dan eksternal dimana
dapat secara bersama-sama mempengaruhi tubuh dan hasil data antropometri. Menurut
Jelliffe DB (1989) yang termasuk faktor internal adalah genetik, obstetrik, dan gender.
Sedangkan faktor eksternal meliputi diet, obat-obatan, lingkungan, dan penyakit.6

Melalui genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan yang ditandai
dengan (1) intensitas dan kecepatan pembelahan sel; (2) Derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan; (3) Umur pubertas; (4) Berhentinya pertumbuhan tulang dan (5) Faktor bawaan
yang normal dan patologis. Melalui obstetrik mempengaruhi pertumbuhan fetus sejak
konsepsi hingga lahir seperti lahir kembar, gizi saat ibu hamil, adanya radiasi/infeksi/toksin,
dan sebagainya.6

Melalui gender ditandai dengan perbedaan jenis kelamin antara wanita dan laki-laki
serta ras (suku/bangsa). Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi perbedaan distribusi lemak
yaitu untuk laki-laki distribusi bagian atas (tipe android) sedangkan wanita distribusi bagian
bawah (tipe gynoid). Selain itu, ras secara umum dibagi menjadi 5 antara lain Ras Khoisan,
Negroid, Australoid, Kaukasoid, dan Mongoloid. Namun, manusia yang berpindah dari satu
ke lain tempat menimbulkan perbauran berbagai ras sehingga mempengaruhi hasil data
antropometri.6

21
Faktor eksternal seperti gizi bayi yang mendapat ASI atau hanya susu formula dan
gizi anak yang mendapatkan asupan makanan dengan protein, energi, iodium, zink, vitamin
D, dan asam folat yang cukup mempengaruhi hasil data antropometri. Selain itu, seseorang
yang mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan tembakau memiliki faktor resiko tersendiri
dibandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak mengkonsumsinya. Lingkungan yang
tidak optimal yaitu lingkungan kumuh untuk pertumbuhan yang dialami di negara
berkembang serta berbagai penyakit dengan perlakuan khusus seperti kelainan endokrin
hormon pertumbuhan (Growth Hormone), dan konginental anemia sel sabit sehingga
memiliki kelainan metabolisme, malabsorpsi usus halus, hati, dan ginjal mempengaruhi
ukuran antropometri dan klinis lainnya.6,7

Klasifikasi Pengukuran Antropometri

Klasifikasi pengukuran antropometri dibagi menjadi dua yaitu pertumbuhan dan


komposisi tubuh. Ukuran antropometrik untuk pertumbuhan meliputi lingkar kepala, tinggi
lutut, rentang depa, tinggi badan/panjang badan, dan berat badan. Ukuran antropometrik
untuk komposisi tubuh dibagi menjadi lemak tubuh (ketebalan lipatan kulit) dan massa bebas
lemak (lingkar lengan atas).6

Sebagian besar metode antropometrik digunakan untuk menilai komposisi tubuh


didasarkan pada model di mana tubuh terdiri dari dua kompartemen yang berbeda secara
kimia: lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak juga dapat disebut sebagai massa
sel tubuh terdiri dari otot rangka, jaringan lemak yang lembut, dan kerangka. Teknik
antropometrik secara tidak langsung dapat menilai lemak dan massa bebas lemak, dan variasi
dalam jumlah dan proporsi yang dapat digunakan sebagai indeks status gizi. Sebagai contoh,
lemak adalah bentuk penyimpanan utama energi dalam tubuh dan sensitif terhadap
kekurangan gizi akut. Jadi, perubahan dalam isi lemak tubuh memberikan perkiraan tidak
langsung dari perubahan dalam keseimbangan energi. Otot tubuh, sebagian besar terdiri dari
protein, adalah komponen utama dari massa bebas lemak dan berfungsi sebagai indeks dari
cadangan protein tubuh dan menjadi habis selama gizi kronis.6,7

Defisiensi Gizi

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau


karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi
dan protein. Pada umumnya Anak Balita merupakan kelompok umur yang paling sering

22
menderita akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak Balita dalam periode transisi dari
makanan bayi ke makanan orang dewasa, sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan
pengurusannya sering diserahkan kepada orang lain, dan belum mampu mengurus dirinya
sendiri dengan baik terutama dalam hal makanan. Hal ini juga di karenakan pada umur
tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan
protein).7

Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau
gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus (kwashiorkor).
Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari
berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya,
rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.7

Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau
honger oedema (HO) atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar.
Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.7

Jenis KKP atau PCM di kenal dalam 3 bentuk yaitu :

Kwarshiorkor
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat
yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal
atau tinggi.7

Tanda-tanda Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita Kwashiorkor yaitu:7

 Gagal untuk menambah berat badan


 wajah membulat dan sembap
 Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut
 Pertumbuhan linear terhenti
 Endema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang membuncit).
 Diare yang tidak membaik
 Dermatitis perubahan pigmen kulit
 Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut

23
 Penurunan masa otot
 Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi
 Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia
 Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat, coma dan berakhir
dengan kematian.

Marasmus
Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering. Sebaliknya
walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang
(misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya). Marasmus disebabkan karena kurang kalori
yang berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan
hidup.7

Penderita marasmus yaitu penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan


protein, namun dalam batas tertentu ia masih menerima “zat gizi sumber energi” (sumber
kalori) seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat pembentuk tubuh
(protein) maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi
adalah timbulnya penyakit KEP lain yang disebut marasmus.6,7

Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus, yaitu:7

 Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah
waktu lahir.
 Wajahnya seperti orang tua
 Kulit keriput,
 pantat kosong, paha kosong,
 tangan kurus dan iga nampak jelas.
Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu, apatis,
cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan, maka anak
tersebut menjadi kurus-kering.7

Marasmus-Kwashiorkor

Gambaran dua jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada
sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai dengan

24
adanya odema, menurunnya kadar protein (Albumin dalam darah), kulit mongering dan
kusam serta otot menjadi lemah.7

Kesimpulan

Nutrisi yang cukup sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia,
terutama ketika masa bayi dan pada tahun-tahun pertama. Ketika nutrisi yang dibutuhkan
tidak terpenuhi, maka gangguan berbagai macam metabolisme di dalam tubuh akan terjadi.
Hormon-hormon pun akan ikut berpengaruh karena ketidaktersediaannya nutrisi untuk
menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak, sehingga anak yang kekurangan gizi
tersebut bisa mengalami berbagai gangguan.

Daftar Pustaka
1. Murray RK. Biokimia harper. Ed 27. Jakarta: EGC; 2012.h.119-225.
2. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian rakyat:
2008.h.31-95.
3. Harjasasmita. Ikhtisat biokimia dasar. Jakarta: FKUI 2003.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2012.
h.701-3, 710, 740-5, 758-62.
5. SediaoetamaAD. Ilmu gizi 1. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2010.h.85-7, 203-9.
6. Wong DL. Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2008.h.166-
167,176-183.
7. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika; 2008.h.26-32.

25

Anda mungkin juga menyukai