Anda di halaman 1dari 33

Jumat, 09 Maret 2012

Kaum Perempuan Dan KAwin Campur Menurut Ezra 9,1-15, 10,1-44

KAUM PEREMPUAN DAN KAWIN CAMPUR


MENURUT EZRA 9,1-15, 10,1-44
(Mengenal Pokok Pewartaan Nabi Ezra)

1. PENDAHULUAN.
Kaum perempuan seringkali dipandang rendah oleh beberapa pihak yang tidak
bertanggung jawab. Apalah artinya perempuan bagi kaum lelaki? Salah satu tokoh pembunuh
Tuhan yakni Nietzche sangat arogan dalam memberikan jawaban. Ia menjawab bahwa itu
merupakan rindu dendam kejalangan lelaki. Nietzche menghastratkan perempuan sebagai alat
mainan paling berbahaya. Lelaki harus terdidik untuk perang dan perempuan sebagai penyegar
bagi si pendekar perang. Perempuan masih belum mampu bersahabat, masih kucinglah
perempuan itu atau dalam bahasa tersopan, lembu betina[1]. Kedengarannya menyakitkan,
namun kita tidak sedang berdongeng tentang perempuan dengan sang pembunuh Allah itu.
Menarik kalau pada akhirnya kita mempunyai kesempatan untuk berbicara tentang perempuan
dengan seluruh eksistensinya. Karakter perempuan sebagai pemilik kelembutan dan kehalusan
itu akhirnya tampil dalam ekspresi seni yang bernuansa keindahan (estetika)[2].
Dalam Kitab Ezra 9,1-15, 10,1-44, juga disinggung mengenai perempuan dan kawin
campur. Di sini muncul persoalan bahwa Ezra melihat perempuan asing sebagai biang pembawa
masalah dalam komunitas kaum Yahudi. Perempuan asing dianggap menajiskan sehingga orang
yahudi merasa diri tercemar dan melanggar adat istiadat. Ezra membuat perjanjian untuk
mengusir setiap perempuan asing yang telah diperistri oleh lelaki Yahudi. Pengaruh perempuan
akhirnya para Imam, Nabi dan seluruh orang Yahudi telah berbuat dosa di hadapan Allah.
Beberapa orang yang disebutkan berdosa yakni Kaum Yosua’ bin Yosadak serta saudara-
saudaranya: Ma’aseya, Eli’ezer, Jarib dan Gedalja[3].
Perempuan asing dianggap sebagai orang yang belum mengenal Allah. Perempuan asing
kemudian dipandang sebagai kaum yang mempengaruhi orang Yahudi untuk tidak beriman
kepada Allah dan menyembah berhala. Hal ini yang menjadi dasar dan ketakutan tersendiri bagi
orang Yahudi sehingga perempuan asing diusir bersama anak-anak mereka.
2. KONTEKS HISTORIS TEKS DAN PEWARTAAN NABI EZRA.
Kitab Ezra merupakan satu bagian dari kitab Nehemia. Sampai abad pertengahan, tradisi
Yahudi tetap mempertahankan kesatuan kedua kitab ini. Sementara dalam tradisi LXX sejak
abad ketiga, kitab ini menjadi dua kitab yaitu Ezra dan Nehemia[4]. Pemisahan kedua kitab ini
mempunyai pengaruh yang amat besar. Orang yang membacanya tidak akan tahu bahwa kedua
kitab itu sebenarnya menjadi satu jilid. Kisah yang terdapat dalam Ezra mempunyai kaitannya
dalam kitab Nehemia. Kita tahu bahwa kedua kitab mempunyai cerita dan tema yang sama
karena berasal dari satu penulis yang sama yakni Ezra, yang adalah imam dan ahli Taurat. Dalam
Neh.1-7, Ezra sama sekali tidak disebut, tetapi dalam Nehemia pasal 8-10, Ezra ditonjolkan
sedangkan Nehemia sendiri tidak disebut kecuali dalam Nehemia 8,10. Semua peristiwa yang
dihadapi oleh Ezra akan berakhir pada kisah umat Yahudi yang tidak taat pada Allah dengan
berbuat kesalahan mengambil istri asing, sehingga mendatangkan bencana bagi mereka.
Kisah perempuan dan kawin campur mencapai suatu klimaks yakni tindakan Ezra
terhadap orang-orang yang kawin campur (Ezra 9-10). Kisah dibuka ketika beberapa orang
jemaat-yang tidak tahu siapa-datang kepada Ezra dan berkata, “orang-orang Israel awam, para
imam dan orang-orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri dengan segala
kekejiannya, yakni dari orang kanaan, orang het, orang Feris, orang Yebus, orang amon, orang
Moab, orang mesir dan orang amori; Karena mereka telah mengambil istri dari anak perempuan
orang-orang itu untuk diri sendiri dan untuk anak-anak mereka, sehingga bercampurlah benih
yang kudus dengan penduduk negeri, bahkan para pemuka dan penguasalah yang lebih dahulu
melakukan tidak setia itu” (Ezra 9,1-2)[5].
Masalah di atas rupa-rupanya tidak diketahui sendiri oleh Ezra. Andaikata Ezra tidak tahu
maka kisah ini tidak ada dan berhenti pada kitab Ezra 8. Keluhan beberapa jemaat itu yang
membuat Ezra merasa malu sehingga menangislah ia dan memohon ampun pada Allah.
Perempuan asing adalah orang yang belum mengenal Allah dan menyembah pada dewa-dewi.
Pada jaman Ezra Penduduk terbagi dua yakni ada penduduk yang termasuk dalam kelompok
buangan dan ada juga kelompok yang tidak termasuk buangan yakni orang-orang yang tidak ikut
dibuang ke Babilonia. Orang yang tidak ikut dibuang ini merasa bebas dalam pergaulan dengan
orang-orang yang belum beriman pada Allah. Pergaulan yang tanpa batasnya ini berakhir pada
perkawinan sehingga lahirlah anak-anak dari perempuan asing.

3. PEMBAHASAN TEKS
Menarik kalau kita membahas teks Ezra ini dalam penafsiran kita. Ezra sangat unik
dalam menghadapi kaum Yahudi yang hidupnya kurang teratur. Ezra sungguh-sungguh
ditantang dan harus berani membuat keputusan serta pemecahan atas setiap persoalan yang
datang. Bagaimana Nabi Ezra bertindak dapat kita simak lewat tafsiran di bawah ini:
3.1 Ezra 9,1-15: Suatu Laporan Tentang Perkawinan-Perkawinan Campur dan Pengakuan
Ezra.
Pada bagian ini, secara keseluruhan saya dapat memberikan gambaran berdasarkan
penjelasan dari buku (The New Bible Commentary). Empat bulan berlalu (cf 10:9), dan kita
harus menduga, seperti diisyaratkan dalam Ezra 10,3 bahwa Ezra pada waktu itu telah memulai
pelayanan pengajarannya, seperti diilustrasikan oleh Nehemia 8. Ezra mampu memakai kembali
apa yang mungkin telah dipikirkan sebagai hukum kuno untuk situasi-situasi baru; secara
khusus dengan menghubungkan bersama bagian-bagian kitab suci yang berbeda untuk menggali
prinsip-prinsip teologis menggarisbawahi hukum-hukum lama yang khusus.
Akibatnya adalah orang menilai bahwa perkawinan dengan orang asing yang kafir
secara prinsipil tidak berbeda dari perkawinan dengan penduduk asli Kanaan yang mana telah
dilarang oleh nenek moyang mereka. Kebanyakan dari orang yang disebut dalam ayat 1 tidak ada
lagi, tetapi dengan menarik keanekaragaman materi lain (termasuk Imamat 18; 19, 19; ulangan 7,
1-4 dan 20, 10-18) relevansi kontemporer dari hukum di hargai[6]. Untuk lebih jelasnya dapat
kita lihat bersama dalam penjelasan di bawah ini.
 Ezra 9, 1-5: Sukarnya Masalah Itu
Dalam ayat ini memuat laporan Ezra mengenai tindakan yang diambilnya terhadap
perkawinan campur (orang Yahudi dengan orang bukan Yahudi), Bdk Maleakhi 2, 10-12.
Perkawinan semacam itu dahulu tidak terlarang, Kej 41, 45; 48, 5 dst; Bilangan 12, 1 dst; Rut 1,
4; 2 Samuel 3, 3. Kemudian kitab ulangan melarangnya untuk menanggulangi pemujaan berhala
yang kerap kali di bawa serta oleh perempuan-perempuan asing, Ul 7, 1-4; bdk 23, 3 dst. Setelah
masa pembuangan berbahaya itu bertambah besar, karena kebanyakan orang yang kembali dari
pembuangan adalah laki-laki. Tindakan Ezra yang menceraikan perkawinan campur itu
berdasarkan pertimbangan keagamaan (Ezra 9,1; 11). Tetapi tampil juga pertimbangan lain, Ezra
9,2 yaitu kemurnian bangsa Yahudi.
Istilah Orang-orang buangan dari seluruh Jemaat Yahudi disebut “hag-golah” (kaum
buangan), yaitu mereka yang benar-benar pulang dari pembuangan dan yang menjadi inti jemaat
itu, Ezra 4,1;6,16. Kata “Hag-golah” sama dengan “sisa Israel”, (bdk Yes 4, 3; Ezra 2,4). Ezra
sudah berada di Yerusalem sekitar 4 1/2 bulan (bdk. Ezra 8,31; 10,9) sewaktu pejabat-pejabat
meminta perhatiannya mengenai soal perkawinan campuran. Para pelanggar terdiri dari mereka
yang kembali bersama Zerubabel. Tindakan-tindakan Ezra yang luar biasa menandakan dalam
keprihatinannya[7]. Kita perhatikan bahwa seruannya adalah dari sudut pandang moral dan
agama, tidak berdasarkan statusnya sebagai pejabat atau kuasa yang ada padanya. Pembaharuan
tidaklah diperoleh dengan kekerasan.
 Ezra 9, 6-15: Doa Ezra Bagi Umatnya.
Doa dan pengakuan Ezra hendaknya dibandingkan dengan Neh 9, 6-36 dan Daniel 9, 4-
19. Dia tidak berdiri terpisah dari bangsanya dan dia tidak mengutuk mereka. Bahkan biarpun
secara pribadi Ezra tidak bersalah, dia menyamakan dirinya sepenuhnya dalam kesalahan dan
kebutuhan mereka; suatu teladan bagi semua mereka yang berdoa bagi orang lain[8]. Terlepas
dari unsure ilahi ini, sudahlah pasti bahwa jika praktek perkawinan campuran itu diteruskan dan
diperluas, maka Yahudi akan kehilangan identitas. Sejajar dengan itu, PB memperingatkan
terhadap perkawinan dengan orang yang tidak percaya (Bdk 2 Kor 6,14).
Bangsa Yahudi tetap menjaga diri agar tidak tercemar atau najis karena hal itu merupakan
ciri-ciri pemujaan berhala (Ezra 9,10-12). Sesudah itu, bangsa Yahudi juga mulai memikirkan
akan masa depannya, yang mana mau berubah atau tidak. Masa depan menjadi awal untuk
memulai suatu masa yang baru (Ezra 9,13-14).
Dalam Ayat 15 muncul suatu kata yakni Maha benar artinya maha adil. Keadilan Allah
diperlunak oleh belas kasih-Nya. Kalau tidak, maka tak seorangpun yang terluput dan selamat.
Itulah “keadilan Allah yang membenarkan”, (bdk Yes 56,1; Roma 1,17).
3.2 Ezra 10,1-44: Masalah Perkawinan-Perkawinan Campur Terselesaikan.
Sesudah kita membaca bab 9 maka kisah itu akan berlanjut pada suatu tindakan. Ezra
sebagai tokoh utama yang memutuskan untuk menindaklanjuti perkara tentang perempuan asing.
Tindakan Ezra sudah bulat dan semua orang Yahudi juga sepakat untuk mengusir isteri mereka.
Alur kisahnya dapat saya paparkan di bawah ini.
Gaya kepemimpinan ezra mengganjar kembali untuk belajar. Seperti dimana-mana (mis.
Ezra 9,1; Nehemia 8,1), demikianpun di sini, ia menunggu umat untuk datang kepadanya.
Melalui pengajaran, kesabaran dan teladan, ia lalu mampu mengantar umat tanpa kekerasan
untuk membuat bagi mereka sendiri keputusan-keputusan yang ia anggap bermanfaat.
Gagasan pokok yang harus dinilai adalah bahwa dalam situasi nya yang genting (sulit,
berbahaya), komunitas Yahudi di Yehuda memerlukan suatu perasaan kuat akan identitas mereka
sendiri bila komunitas itu bertahan hidup. Komisi Artaxerxes ( Ezra 7, 12-26) telah
memperlengkapi Ezra dengan suatu mandat untuk memperkembangkan Yudaisme sebagai suatu
komunitas religius yang keras. Kualifikasi-kualifikasi bagi keanggotaan lalu harus ditetapkan
kembali; kalau tidak, di sana ada suatu bahaya bahwa elemen-elemen dari iman yang distingktif
(berbeda) akan luntur, barangkali melampaui titik pengenalan. Sebagai suatu prinsip bagi umat
Allah, gagasan ini tetap memelihara validitasnya (cf. Mat 5:13-16), meskipun sarana-sarana
spesifik yang Ezra angkat untuk mencapai nya itu secara eksplisit tersingkirkan bagi orang
Kristen (1 kor 7; 1 Petrus 3, 1-7)[9]. Untuk itu kita coba simak dalam penjelasan di bawah ini:
 Ezra 10,1-5: Pengaruh Doa Ezra
Batten dalam ICC berkata, bahwa doa Ezra adalah terang-terangan bertujuan untuk
menghasilkan suatu akibat pada pendengar, bukan pada Allah. Disini seolah-olah ada perubahan
dramatis yang sekiranya dipaksakan pada orang Yahudi[10]. Dalam ayat 3 disebutkan
perempuan itu (3Ezra 8,90)[11] dan satu naskah Ibrani terbaca: perempuan asing itu. Ezra
memberi gambaran bahwa ada pemberontakan dari bangsa Yahudi untuk melawan Allah
sehingga mereka berani mengambil perempuan asing sebagai istri mereka.Namun pada akhirnya
mereka juga berani untuk mengusir istri mereka pergi bersama anak-anak. Hal ini mau
menunjukan betapa keras dan taatnya bangsa Yahudi terhadap rencana dan kehendak Allah[12].

Ayat 6-17:Tata Cara Menanggulangi Keadaan Itu.


Perasaan gawat dan terdesak yang mendorong orang Yahudi itu, nampak dalam
pengumpulan kilat mereka pada suatu waktu yang tidak baik ditinjau dari sudut cuaca. Semua
mereka, kecuali sejumlah kecil yang pandangannya toh dicatat juga (ayat 15), meyetujui
reformasi. Membentuk panitia penyelidik rupanya adalah upaya yang paling baik untuk
menanggulangi soal yang besar dan luas.
Menarik juga pada Ayat 14 yang menyinggung soal kepemimpinan, biarlah pemimpin-
pemimpin kami bertindak diusulkan supaya semua panitia yang terbentuk dipilih oleh orang-
orang terkemuka. Panitia itu harus mengadakan pemeriksaan. Cerita berlanjut pada suatu cara
berterus terang yang mengarahkan, setelah pertimbangan tepat akan keadaan sekitar dari para
pendatang. Penceraian istri-isteri mereka oleh sejumlah laki-laki yang terdaftar dalam paruh
kedua bab itu sangat jelas dikatakan. Surat keterangan cerai yang pedih bagi para wanita dan
anak dalam ayat pertama dan akhir dari bab itu menyarankan bahwa penulis cerita tidak tak
sadar (menyadari) akan penderitaan manusiawi yang termasuk di dalamnya. Kesulitan utama
seorang pembaca adalah justru bukan dalam hal memahami apa yang terjadi sedemikian banyak
seperti mengapa hal itu terjadi.
 Ayat 18-44: Daftar Orang-Orang Bersalah.
Terdaftar 111 pria (17 imam, 10 kaum Lewi, 84 orang Israel lainnya). Lamanya waktu
dalam penyelidikan dapat menyarankan soal-soal lain yang juga diperhatikan, dimana tata cara
perceraian tidak dianggap perlu. Ketidak bahagiaan yang ditimbulkan oleh rumah tangga yang
rusak itu, harus diimbangi bukan hanya dengan menentang pelanggaran yang termasuk dalam hal
membuat perjanjian perkawinan[13].
laporan Ezra tentang pengusiran isteri-isteri asing sesudah ayat 17 hanya memuat ayat 19
dan ayat 44b. si Muwarikh sendiri menyisipkan sebuah daftar nama orang-orang yang bersalah,
ayat 18,20-44a. daftar ini mungkin diambilnya dari arsip bait Allah. Tetapi dokumen itu
disadurnya berdasarkan Ezra 2-Nehemia 7 dan Ezra 8; keempat keluarga imam yang disebut
adalah sama dengan yang terdapat dalam Ezra 2, 3-35 dan Ezra 8, 3-14. Pelanggaran sampai
pada puncak ketika empat anak dari keturunan Yosua Bin Yosadak dan saudara-saudaranya ikut
terlibat. Imam besar Yosua tentu saja salah satu dari ‘bapak pendiri’ komunitas Golah (Ezra 3;
Zakharia 3-4)[14].

4. PERKAWINAN CAMPUR DEMI IMAN ATAU CINTA?


Dewasa ini wanita lebih diterima dalam segala aktivitas, namun mereka juga tidak pernah
luput dari kekerasan dan kejahatan seperti perkosaan dan perlakuan kejam dalam perkawinan. Ini
bisa masuk dalam suatu sistem budaya yang membenci wanita (misogynist cultural system).
Misogynist diartikan sebagai kebencian terhadap kaum wanita[15]. Realita tidak bisa disangkal
oleh manusia. Dalam kitab Ezra juga kita menemukan sedikit pemojokan terhadapa kaum
wanita. Perlakuan terhadap kaum wanita yang diceraikan oleh laki-laik secara moral tidak dapat
diterima. Ezra bertindak demikian hanya dengan tujuan untuk menjaga kemurnian iman bangsa
Yahudi agar tetap utuh. Alasan Ezra juga masuk akal karena ia menerima tugas sebagai Nabi
yang memimpin semua orang untuk beriman pada Yahweh.
Soal kawin campur pada dasarnya adalah masalah teologis sekitar “persaingan” antara
iman dan cinta. Keduanya merupakan nilai yang melibatkan kedua pribadi. Keduanya harus
saling menunjang, tetapi bila terdapat perbedaan iman, maka dapat saling mengganggu dan
saling membahayakan.
4.1 Nilai Iman.
Nilai iman adalah nilai yang menyangkut hubungan antara Tuhan dan manusia dan
menentukan seluruh hidup manusia, juga di akhirat, merupakan nilai yang sangat tinggi.
Mengingat Tuhan sendiri adalah kebaikan yang tertinggi. Iman dapat dirumuskan sebagai sikap
penyerahan diri manusia kepada Tuhan dalam harapan dan cinta kasih. setiap orang dituntuk
penyerahan diri secara total kepada Allah. Bangsa Yahudi seperti yang saya paparkan di atas,
rela menceraikan istri asing mereka karena imannya kepada Yahweh. Yahweh yang mereka
kenal dan telah membebaskan mereka dari perbudakan menjadi alasan satu-satunya untuk setia
dan takwa.
4.2 Nilai Cinta Kasih dalam Perkawinan.
Manusia diciptakan dan dipanggil untuk mencitai, bukan hanya mencintai Tuhan,
melainkan juga mencintai sesame manusia dan bahkan dengan cinta yang khusus antara patner
dalam perkawinan. Nilai perkawinan sebagai sakramen mementaskan cintakasih Kristus dan
Gereja-Nya dan ini merupakan nilai yang sangat tertinggi. Cinta telah menggelora dalam kedua
patner sehingga mereka menjadi satu baik dalam suka maupun dalam duka. Namun
kenyataannya, kadang ada pihak yang menyeleweng dari janji perkawinan mereka, sehingga
pada akhirnya cerai.
Nabi Ezra dalam pewartaannya tidak memaksudkan demikian untuk bertindak semena-
mena kepada orang lain. Orang Yahudi yang sudah terlanjur kawin dengan perempuan asing
melakukannya dengan unsur sengaja dan juga tidak sengaja. Alasannya ada orang yang sungguh-
sungguh tahu bahwa mereka tidak boleh kawin dengan wanita asing tetapi tetap saja mereka
melakukannya (Misalnya para Imam). Demikian pula sebalik ada orang yang sama sekali tidak
tahu dan memang wajar mereka lakukan karena tidak tahu ( misalnya orang kecil atau umat
biasa).
4.3 Kesulitan Memadukan Iman Yang Berbeda dan Cinta Kasih Yang Berbeda Dalam Kawin
Campur.
Perkawinan merupakan anugerah yang indah dan dapat membahagiakan, namun sulit
karena mengingat pribadi manusia yang unik, watak berbeda dan latar belakang setiap manusia
yang mau tak mau dibawa masuk ke dalam perkawinan juga sangat berpengaruh. Dari perbedaan
semacam itu, dapat meresap juga dalam perbedaan iman/agama yang berarti mengurangi unsur
kebersamaan dan bahkan mempersulit perkawinan, sehingga harus disimpulkan bahwa kawin
campur merupakan sesuatu yang tidak diinginkan. Kawin campur tidak dinginkan bukan berarti
bahwa kita harus bersikap fanatisme agama melainkan sikap realistis yang prihatin akan
kesejahteraan perkawinan dan keluarga.
4.4 Larangan Membahayakan Iman
Seringkali dinyatakan bahwa hukum ilahi (ius divinum) sendiri melarang kawin campur,
karena jika ada bahaya pasti berhubungan iman, misalnya pihak katolik murtad, tidak setia pada
agama katolik, tidak menyampaikan keselamatan dalam Yesus Kristus kepada anak-anaknya.
Hukum ilahi ini dapat ditafsirkan yakni suatu tanggung jawab dihadapan Tuhan dan usaha pihak
katolik untuk menjaga imannya serta penghayatannya dalam perkawinan, dan kewajibannya
menyampaikan kenyakinan imannya kepada anaknya, sebagai harta yang terindah dan paling
berharga[16].

5. REFLEKSI TEOLOGIS DAN RELEVANSI BAGI PERKEMBANGAN IMAN UMAT


Khazanah pemberitaan nabi Ezra dalam keseluruhan kitabnya terarah pada hakekat cinta
Yahwe pada umat Israel. Dalam kitabnya Ezra menggambarkan penyesalannya kepada Yahwe
karena Yahudi telah berbuat dosa sehingga Ezra mengaku dihadapan Allah bahwa ia tidak layak
lagi; namun Yahweh tetap berbelas kasih dan tidak mau menghukum umat kesayangan-Nya
(Ezra 9,2-7)[17]. Bisa disimak bagaimana Nabi melukiskan betapa Yahwe amat mengasihi umat
kesayangan-Nya. Maka dari itu, umat Israel harus setia pada Allah. Gaya penulisan Ezra
menggambarkan juga umat Allah yang sedang dalam perjalanan menuju tanah airnya. Ini
merupakan suatu umat kudus yang oleh Allah dengan perbuatan-perbuatannya dalam sejarah
dipanggil dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Setelah kita memahami konsep pewartaan Nabi Ezra, perkawinan campur bukan suatu
halangan yang radikal. Perkawinan campur tidak dilarang tetapi bagaimana orang sungguh
komitment dan setia pada janjinya untuk setia bersama pasangan sampai mati. Setia memang
susah, namun menjadi tidak susah kalau orang sudah membangun dalam dirinya suatu
kenyakinan yang kuat.
Mengingat kesulitan kawin campur, Gereja melarang kawin campur beda-Gereja dan
menyatakan kawin campur beda-agama tanpa dispensasi sebagai titik sah. Oleh karena itu, salah
satu kemungkinan mencegah kawin campur ialah tindakan positif memberikan kesempatan pada
muda-mudi untuk bertemu dan bergaul satu sama lain agar cinta kasih bisa berkembang menjadi
cinta kasih suami istri.
Setiap orang yang mempunyai andil dan perhatian terhadap kesejahteraan keluarga harus
memperhatikan agar setiap orang yang masuk dalam perkawinan campur juga anak-anak yang
dilahirkan tidak kekurangan bantuan rohani, agar tidak membuka jalan ke persatuan iman
sepenuhnya bagi pihak yang bukan katolik. Suami-istri harus ditolong untuk melindungi
kesatuan hidup perkawinan dan keluarga yang mengandaikan mereka semua Kristen[18].

6. PENUTUP.
Tidaklah bijak melihat bagian khusus akan keadaan sekitar historis ini merupakan suatu
paralel langsung pada pertanyaan menjengkelkan dari seorang Kristen yang dengan berhati-hati
memasuki perkawinan antara seorang pasangan yang bukan kristen. Dalam 2 kor 6,14 tidak
secara langsung menunjuk pada soal ini, meskipun prinsipnya sering dipikirkan untuk dipakai
padanya (model perkawinan campur dengan orang kafir dalam Ezra). Meskipun demikian,
seluruh episode ini mengingatkan kita akan keunggulan melakukan semua yang dapat kita
lakukan untuk menguatkan iman kita sendiri dan iman dari rekan beriman kita dan tidak
meletakkan diri kita terbuka pada situasi-situasi yang mungkin mengarah pada arah yang
berlawanan.
Perempuan dan kawin campur sampai pada penghujung bahwa status kelas kedua kaum
perempuan sangat mencolok dalam kesepuluh perintah Allah, yang melarang seorang laki-laki
Israel untuk mengingini harta milik sesamanya: Istri, budak, ternak piaraan atau barang milik
lainnya (Kel 20, 17; Ul 5,21)[19]. Perempuan seringkali dicantumkan sebagai barang kepunyaan
suami sehingga sang suami dapat bertindak semaunya saja tidak menjadi soal. Suami bebas saja
dalam memperlakukan istrinya. Kisah yang digambarkan Nabi Ezra tidaklah demikian.
Persoalannya hanya untuk mempertahankan kemurnian iman dari umat Yahudi agar tetap setia
pada Allah. Dalam tradisi Yahudi memang demikian adanya bahwa mereka tidak diisinkan untuk
menikah dengan mereka yang belum beriman dan masih kafir.
PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan mempunyai prinsip-prinsip yang


berguna sebagai dasar-dasar dari pelaksanaan program promosi kesehatan. Prinsip-
prinsip tersebut meliputi:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the
process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari
pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi
Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan
merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan
disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang
selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan
upaya advokasi dan bina suasana (social support).
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan
yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat
kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan
di sarana kesehatan (where we get health services).
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual
benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas
sektor.
7. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya,
dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat
susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku
individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekuensi
kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain.

Promosi kesehatan juga mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang
lingkup promosi kesehatan atau setting. Misalnya, promosi kesehatan di keluarga,
fasilitas layanan kesehatan, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum.

a. Prinsip Promosi Kesehatan di Keluarga


Dalam lingkup ini penerapan yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Keluarga merupakan lingkup terkecil dalam suatu kelompok masyarakat, sehingga
promosi kesehatan yang dilakukan harus bias lebih spesifik juga. Pendidikan kesehatan
yang diberikan pun diharapkan akan lebih efektif karena fokus pada satu keluarga
sebagai satu sasaran.
2) Keluarga terdiri atas beberapa orang yang sudah terikat hubungan satu sama lain,
yaitu ayah, ibu, dan anak. Sehingga apabila promosi kesehatan yang dilakukan sudah
baik akan sangat berpengaruh pada perubahan perilaku pada masing-masing anggota
keluarga tersebut, dan nantinya perilaku itu akan terbawa ke lingkungan diluarnya.
3) Setiap keluarga tentu memiliki nilai dan aturan tersendiri dalam lingkungannya, yang
masing-masing anggota keluarga sudah anut sejak lama, biasanya berupa kebiasaan-
kebiasaan tertentu. Dalam hal ini maka pemberi promosi kesehatan harus mampu
menyesuaikan diri dengan aturan tersebut agar keluarga tersebut bsia lebih terbuka
dalam menerima segala bentuk promosi yang dilakukan.

b. Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Layanan Kesehatan


Promosi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan mempunyai prinsip-prinsip
dasar yaitu:
1) Ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau perawatan,
pengunjung, keluarga pasien.
2) Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang
diderita pasien.
3) memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan,
4) menerapkan “proses belajar” di fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja


Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan
melibatkan kerja sama dengan berbagai sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa
kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap serta
berkesinambungan. Dalam ruang lingkup tempat kerja, promosi kesehatan juga
mempunyai prinsip-prinsip, diantaranya :

1) Komprehensif.
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya
tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang
mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok
kearah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.
2). Partisipasi
Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara aktif
mengindetifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan
meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil
keputusan di tempat kerja merupakan hal yang sangat mendukung bagi para pekerja
untuk lebih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam merubah gaya
hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap
penyakit.
3. Keterlibatan berbagai sektor terkait.
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai
upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus melalui pendekatan
yang integrasi yang mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila
memungkinkan.
4. Kelompok organisasi masyarakat
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua
anggota pekerja, termasuk kelomok organisasi wanita dan laki-laki yang ada, termasuk
juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai
organisasi masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam
membantu mengembangkan Promosi kesehatan Di Tempat kerja hendaknya di
perhitungkan dalam mengembangkan program sebelumnya.
5. Berkesinambungan atau Berkelanjutan

Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan
keselamatan kerja mempunyai arti penting pada lingkungan tempat kerja dan aktivitas
manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus
menerus dilakukan dan tujuannya jangka panjang. Apabila pelaksanaan promosi
kesehatan di tempat kerja ingin lebih mantap, program hendaknya sesuai dan responsif
terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan kerja.

d. Prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah


Sedangkan dalam ruang lingkup atau setting sekolah, promosi kesehatan juga
memiliki prinsip, diantara yaitu :
1) Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu
peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di
masyarakat
2) Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
a. Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif
terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang
mendukung kesehatan fisik, mental dan social
b. Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua
3) Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk di laksanakannya pelayanan
kesehatan di sekolah, yaitu :
c. Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
d. Kerjasama dengan Puskesmas setempat
e. Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan “keamanan”
makanan

e. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Umum


Sebagai lingkup yang sangat luas dan tidak tentu maka hal yang perlu
diperhatikan dalam penerapannya antara lain:
a. Tempat umum merupakan sarana yang dilalui oleh banyak orang, sehingga dapat
dikatakan bahwa sasaran dari tindakan promosi kesehatan ini juga tidak tetap. Misalnya
di tempat-tempat umum seperti halte, stasiun, dan lain-lain maka penerapan yang
paling efektif adalah dengan memanfaatkan media berupa poster, spanduk, dan lain-
lain. Dengan ini maka orang-orang yang saat itu berada di tempat itu akan membaca
dan mencoba memahami apa isi pesan yang ada.

PROMOSI KESEHATAN DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


(PTM)

Pengertian : Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengendalian PTM


memalui pembelajaran, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai social
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public berwawasan kesehatan yang mendukung
terciptanya lingkungan yang kondusif dalam penyelenggaraan penendalian PTM.

Ruang lingkup promosi kesehatan dalam pengendalian PTM: Ruang lingkup promosi
kesehatan dalam pengendalian PTM antara lain adalah : membangun kebijakan public
berwawasan kesehatan; menciptakan lingkungan kondusif berpihak pada terselenggaranya upaya
pengendalian PTM; memperkuat gerakan kemasyarakatan dalam pengendalian PTM melaui pos
pembinaan terpadu (Posbindu) PTM; mengembangkan ketrampilan individu dalam menerapkan
perilaku CERDIK (Cek kondisi kesehatan anda secara rutin dan teratur, Enyahkan asap rokok
dan polusi udara lain, Rajin aktifitas fisik dengan gerak olah raga dan seni, Diet yang sehaat
dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup dan utamakan keselamatan serta Kendalikan stress
dan tindak kekerasan); serta menata kembali arah pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.

Tujuan promosi kesehatan dalam pengendalian PTM : Tujuan promosi kesehatan dalam
pengendalian TPM diantaranya adalah : meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat
memelihara dan melindungi kesehatan dirinya terhadap PTM melalui penyelenggaraan Posbindu
PTM; menumbuhkan kesdaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk melakukan perilaku
Cerdik disertai dengan pengembangan iklim kondusif bagi program pengendalian PTM melalui
kebijakan public berwawasan kesehatan serta mingkatkan kemitraan berbagai pihak dalam
melakukan upaya pengendalian PTM melalui upaya partisipatif.

Strategi promosi kesehatan dalam pengendalian PTM : Strategi untuk meningkatkan


program promosi kesehatan, perlu dilakukan dengan langkah kegiatan seperti : advokasi program
pengendalian PTM berbasis local specific area; bina suasana dalam penyelenggaraan
pengendalian PTM melalui upaya partisipasi, penguatan jejaring kerja dan kemitraan; serta
gerakan bersama rakyat kendalikan PTM (GEBRAK-PTM)
Langkah-langkah advokasi Program Promosi Kesehatan dalam Pengendalian PTM :
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam advokasi PTM diantaranya adalah :

· Analisis masalah dan perumusan posisi : situasi PTM saat ini, factor-faktor risiko yang
berkaitan, kebijakan kesehatan sekarang dan masa lalu, upaya yang telah dilakukan dalam
pengendalian PTM, keberhasilan dan kegagalan masa lau yang berpengaruh terhadap PTM serta
pengalaman pelaksanaan upaya pengendalian PTM di tempat lain.

· Analisis para pemangku kepentingan/stakeholder terhadap pengambilan keputusan,


sekutu, teman, kelompok yang menolak (lawan) seperti : pengenalan sasaran, sikap dan
kebutuhan terhadap program pengendalian PTM, pengetahuan dan informasi tentang isu PTM
serta saluran pencapaian pengambilan keputusan.

· Membuat pesan advokasi program pengendalian PTM antara lain: pernyataan singkat,
paddat dan bersifat membujuk, penyajian data dan argumentasi yang tepat dan sahih,
berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan apa yang ingin disampaikan serta bertujuan untuk
menciptakan aksi yang ingin dilakukan oleh pendengar pesan.

Kunci dalam membuat pesan advokasi misalnya : apa masalah utama yang berkaitan dengan
PTM?, Seberapa besar isu utama tersebut?, Apa dampak negative terhadap masyarakat dan
Negara?, Apa yang dapat dilakukan oleh para stakeholder dalam pemecahan masalah tersebut?

· Melaksanakan kegiatan advokasi misalnya penyampaian bahan advokasi program PTM


kepada stakeholder, usahakan singkat dan mengkerucut terhadap inti utama masalah yang
berkembang saat ini dan akan dating, gunakan prinsip Low profile – High pressure”, beri
kesempatan curah pendapat serta respon terhadap berbagai komentar dengan tetap mengacu pada
tema dan tujuan advokasi.

Bentuk kegiatan advokasi antara lain adalah : lobi polotik, debat, dialog, negosiasi,
petisi/resolusi, mobilisasi serta penggunaan media masa.

· Monitoring dan evaluasi yaitu melakukan pemantauan terhadap keberhasilan program


dalam kurun waktu tertentu

· Indicator keberhasilan. Untuk mengukur keberhasilan dapat dilihat adanya : Peraturan


Perundangan, Surat Keputusan, Edaran, Instruksi, himbauan dan dukungan termasuk sarana dan
tenaga; adanya anggaran dari APBD atau sumber lain; adanya jadwal koordinasi dan pemantauan
kegiatan; kemampuan pengambilan keputusan dalam menjelaskan setiap kegiatan; serta
terbentuknya dan berfungsinya forum masyarakat.
RANCANGAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
BAGI PASIEN DI RUMAH SAKIT

A. PROMOSI KESEHATAN DI RUANG PENDAFTARAN

Begitu pasien masuk ke gedung rumah sakit, maka yang pertama kali harus
dikunjunginya adalah Ruang/Tempat Pendaftaran, di mana terdapat loket untuk
mendaftar. Mereka akan tinggal beberapa saat di ruang pendaftaran itu sampai petugas
selesai mendaftar. Setelah pendaftaran selesai barulah mereka satu demi satu
diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pertolongan yang diharapkan.
Kontak awal dengan rumah sakit ini perlu disambut dengan promosi kesehatan.
Sambutan itu berupa salam hangat yang dapat membuat mereka merasa tenteram
berada di rumah sakit. Di ruang ini pula, disediakan informasi tentang rumah sakit
tersebut yang dapat meliputi manajemen rumah sakit, dokter/perawat jaga, pelayanan
yang tersedia di rumah sakit, serta informasi tentang penyakit baik pencegahan
maupun tentang cara mendapatkan penanganan penyakit tersebut.
Media informasi yang digunakan di ruang ini sebaiknya berupa poster dalam
bentuk neon box yang memuat foto dokter dan perawat yang ramah disertai kata-kata
"Selamat Datang, Kami Siap Untuk Menolong Anda" atau yang sejenis. Media yang lain
yang dapat disiapkan di ruang ini misalnya leaflet, factsheet, dan TV.

B. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT JALAN

Promosi Kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar
promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan
advokasi.

1. Pemberdayaan

Idealnya pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di mana setiap


petugas rumah sakit yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus
ditelannya. Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat disediakan satu
ruang khusus bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau ingin
mendapatkan informasi.
Ruang konsultasi ini disediakan di poliklinik dan dilayani oleh seorang dokter atau
perawat mahir (yang berkualifikasi) sesuai dengan poliklinik yang bersangkutan. Di
poliklinik mata misalnya, disediakan ruang konsultasi kesehatan mata yang dilayani
oleh seorang dokter ahli mata atau perawat mahir kesehatan mata. Tugas melayani
ruang konsultasi ini dapat digilir di antara dokter ahli mata atau perawat yang ada, yaitu
mereka yang tidak bertugas di poliklinik, diberi tugas di ruang konsultasi.
Konsultasi seyogianya dilakukan secara individual. Namun demikian tidak
tertutup kemungkinan dilakukannya konsultasi secara berkelompok (5-6 pasien
sekaligus), jika keadaan mengijinkan. Jika demikian, maka ruang konsultasi ini
sebaiknya cukup luas untuk menampung 6-7 orang.
Ruang konsultasi sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media komunikasi atau
alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang efektif digunakan
di sini misalnya adalah lembar balik (flash cards), gambar-gambar atau model-model
anatomi, dan tayangan menggunakan OHP atau laptop dan LCD. Seorang pasien yang
hendak dioperasi katarak, mungkin menginginkan penjelasan tentang proses operasi
katarak tersebut. Jika demikian, maka selain penjelasan lisan, tentu akan lebih
memuaskan jika dapat disajikan gambar-gambar tentang proses operasi tersebut.
Bahkan lebih bagus lagi jika dapat ditayangkan rekaman tentang proses operasi
katarak melalui laptop dan LCD yang diproyeksikan ke layar.

2. Bina Suasana

Sebagaimana disebutkan di muka, pihak yang paling berpengaruh terhadap


pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini
tidak dalam keadaan sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari
berbagai media komunikasi yang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di setiap
poliklinik, khususnya di ruang tunggu, perlu dipasang poster-poster, disediakan
selebaran (leaflet), atau dipasang televisi dan VCD/DVD player yang dirancang untuk
secara terus menerus menayangkan informasi tentang penyakit sesuai dengan
poliklinik yang bersangkutan.
Dengan-mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita
pasien yang diantarnya, si pengantar diharapkan dapat membantu rumah sakit
memberikan juga penyuluhan kepada pasien.
Bahkan jika pasien yang bersangkutan juga dapat ikut memperhatikan leaflet,
poster atau tayangan yang disajikan, maka seolah-olah ia berada dalam suatu
lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki agar
penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.

3. Advokasi

Advokasi bagi kepentingan penderita rawat jalan umumnya diperlukan jika


penderita tersebut miskin. Biaya pengobatan dengan rawat jalan bagi penderita miskin
memang sudah dibayar melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Miskin (JPKMM). Akan tetapi bagi penderita miskin, tuntasnya pengobatan dengan
rawat jalan tidak dapat dijamin jika mereka tidak memiliki biaya untuk transportasi dari
tempat tinggalnya ke rumah sakit. Atau tidak memiliki dana untuk membangun jamban
di rumahnya. Atau tidak memiliki dana untuk menyemen lantai dan memasang genting
kaca rumahnya agar rumahnya tidak lembab. Oleh karena itu akan sangat membantu
jika RS dapat menyediakan uang pengganti ongkos bagi penderita miskin, Mereka bisa
menggunakan uang belanja terlebih dulu atau mungkin meminjam kepada orang lain,
dan setelah itu rumah sakit akan menggantinya. Untuk itu tentu diperlukan suatu
pengaturan khusus guna mencegah penyalahgunaan.
Agar mampu melakukan upaya membantu penderita miskin tersebut, rumah sakit
dapat melakukan advokasi ke berbagai pihak, misalnya kepada para pengusaha
sukses, untuk menyumbangkan dana. Dana ini selanjutnya dikelola secara khusus
dengan manajemen yang transparan dan akuntabel sehingga siapa pun dapat turut
mengawasi penggunaannya. Pengelolaannya bisa melalui pembentukan yayasan atau
lembaga fungsional lain di bawah kendali dari Direktur yang membawahi keuangan
rumah sakit.

C. PROMOSI KESEHATAN BAGI PASIEN RAWAT INAP

Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasien sangat
ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya.
Walaupun ada juga pasien yang acuh tak acuh. Terhadap mereka yang antusias,
pemberian informasi dapat segera dilakukan. Tetapi bagi mereka yang acuh tak acuh,
proses pemberdayaan harus dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan adanya
masalah.

Sementara itu, pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang
berbeda-beda, seperti misalnya apatis, agresif, atau menarik diri. Hal ini dikarenakan
penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial
kepada penderitanya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas rumah
sakit sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan pemberdayaan.

2
1. Pemberdayaan

Sebagaimana disebutkan di atas, pemberdayaan dilakukan terhadap pasien rawat inap


pada saat mereka sudah dalam fase penyembuhan dan terhadap pasien rawat inap
penyakit kronis (kanker, tuberkulosis, dan lain-lain). Terdapat beberapa cara
pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan dalam hal ini.
a. Konseling di Tempat Tidur
Konseling di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan terhadap pasien rawat
inap yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus
berbaring. Dalam hal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus mendatangi pasien
demi pasien, duduk di samping tempat tidur pasien tersebut, dan melakukan pelayanan
konseling.
Oleh karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka alat peraga
atau media komunikasi yang digunakan haruslah yang mudah dibawa-bawa seperti
lembar baik (flashcards), gambar-gambar atau foto-foto. Alat peraga tersebut sebaiknya
sedikit mungkin mencantumkan kata-kata atau kalimat Jika di ruang perawatan pasien
terdapat televisi, mungkin ia dapat membawa VCD/DVD player dan beberapa
VCD/DVD yang berisi informasi tentang penyakit pasiennya.
b. Biblioterapi
Biblioterapi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk
membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien rumah sakit. Di negara-
negara maju seperti Amerika Serikat, perpustakaan-perpustakaan yang dimiliki rumah
sakit tidak hanya berperan dalam mendukung perkembangan pengetahuan petugas,
melainkan juga dalam upaya penyembuhan pasien. Dalam hal ini, para pustakawan
"menjajakan" bahan-bahan bacaan koleksinya dari tempat tidur ke tempat tidur pasien
dengan sebuah kereta dorong. Para pasien boleh meminjam bahan bacaan yang
diminati untuk beberapa lama, dan mengembalikan bahan bacaan yang telah selesai
dibacanya. Bagi pasien yang tidak dapat membaca (misalnya karena sakit mata), maka
biblioterapi dapat digabung dengan bedside conseling. Dalam hal ini perawat mahir
akan membantu pasien membacakan sambil melakukan konseling.
Buku atau bahan bacaan memiliki sejumlah kelebihan dibanding media
komunikasi lain. Umur keberadaan buku atau bahan bacaan di tengah-tengah manusia
adalah paling panjang.
Bahan bacaan juga lebih praktis penggunaannya, karena dapat digunakan di
mana saja, kapan saja, tanpa tergantung kepada listrik, batere, cuaca, dan peralatan-
peralatan pendukung. Untuk mengulang-ulang isi yang belum dipahami, seseorang
tidak perlu berepot-repot, cukup sekedar membalik-balik kertas. Bahan bacaan juga
dapat menampung Iebih banyak informasi. Memang, bahan bacaan juga memiliki
kelemahan, khususnya karena ia menuntut kemampuan dan minat membaca dari
pemakainya. Tapi kelemahan ini dapat ditutup jika para petugas rumah sakit memang
benar-benar bersedia sebagai penolong pasien. Banyak contoh di mana mereka yang
semula tidak gemar membaca, akhirnya menjadi kutu buku sekeluar dari rumah sakit,
akibat ketekunan pustakawan atau perawat membimbingnya membaca.
c. Konseling Berkelompok
Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya barang sejenak,
dapat dilakukan konseling secara berkelompok (3-6 orang). Untuk itu, maka di bangsal
perawatan yang bersangkutan harus disediakan suatu tempat atau ruangan untuk
berkumpul.
Konseling berkelompok ini selain untuk meningkatkan pengetahuan serta
mengubah sikap dan perilaku pasien, juga sebagai sarana bersosialisasi para pasien.
Oleh karena itu, kegiatan ini dapat pula diselingi dengan rekreasi. Misalnya dengan
sekali waktu menyelenggarakan konseling berkelompok ini di taman rumah sakit.
Atau sekali waktu diselingi acara menyanyi dengan iringan gitar, organ, atau
karaoke. Atau dengan makan siang bersama. Untuk konseling berkelompok tentu
sebaiknya digunakan alat peraga atau media komunikasi untuk kelompok. Lembar balik
(flashcards) mungkin terlalu kecil jika digunakan di sini. Lebih baik digunakan media
yang lebih besar seperti flipchart, poster, atau standing banner.

2. Bina Suasana

Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap adalah para
penjenguk(pembesuk). Biasanya para pembesuk ini sudah berdatangan beberapa saat
sebelum jam besuk dimulai.
a. Pemanfaatan Ruang Tunggu
Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam besuk, sebaiknya rumah sakit
menyediakan ruang tunggu bagi mereka.
Jika demikian, maka ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bina
suasana. Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster cetakan atau
poster dalam neon box. Juga dapat disediakan boks berisi selebaran atau leaflet yang
boleh diambil secara gratis. Akan lebih baik lagi jika di ruang tunggu itu juga disediakan
televisi yang menayangkan berbagai pesan kesehatan dari VCD/DVD player.
Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para pembesuk mendapat
informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan dibesuknya.

b. Pembekalan Pembesuk Secara Berkelompok


Para pembesuk yang sedang menunggu jam besuk, dapat pula dikumpulkan
dalam ruangan-ruangan yang berbeda sesuai dengan penyakit pasien yang akan
dibesuknya. Jadi, penjenguk pasien penyakit jantung misalnya, dikumpulkan di ruang A,
penjenguk pasien tuberkulosis dikumpulkan di ruang B, dan seterusnya.
Setelah itu datang dokter spesialis jantung atau perawat mahir jantung ke ruang
A, dokter spesialis paru atau perawat mahir paru ke ruang B, dan seterusnya. Dalam
waktu 15 - 30 menit dokter spesialis atau perawat mahir tersebut memberikan
penjelasan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan para pembesuk.
Sebelum menutup diskusi, yaitu beberapa menit sebelum jam besuk dimulai,
dokter spesialis atau perawat mahir menyampaikan pesan agar para pembesuk kiranya
dapat membantu memberi penjelasan kepada pasien yang mereka besuk agar proses
penyembuhan menjadi lebih cepat.

c. Pendekatan Keagamaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat
penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan dengan pendekatan keagamaan. Dalam
hal ini para petugas rumah sakit, baik dengan upaya sendiri atau pun dengan dibantu
pemuka agama, mengajak pasien untuk melakukan pembacaan doa-doa.
Pembacaan doa-doa ini kemudian disambung dengan pemberian nasihat
(tausiyah) oleh petugas rumah sakit atau oleh pemuka agama tentang pentingnya
melaksanakan perilaku tertentu.
Rujukan terhadap kitab suci untuk memperkuat nasihat biasanya dilakukan,
sehingga pasien pun merasa l ebih yakin akan kebenaran perilaku yang harus
dilaksanakannya dalam rangka mempercepat penyembuhan penyakitnya.
Acara keagamaan ini dapat dilakukan untuk individu pasien ataupun untuk
kelompok-kelompok pasien. Juga dapat melibatkan keluarga dan teman-teman pasien.
Frekuensinya bisa seminggu sekali, sebulan dua kali, atau sebulan sekali, sesuai
dengan kemampuan rumah sakit.

3. Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap pun advokasi diperlukan, khususnya
dalam rangka menciptakan kebijakan atau peraturan perundang-undangan sebagai
rambu-rambu perilaku dan menghimpun dukungan sumber daya, khususnya untuk
membantu pasien miskin.
Bagi pasien miskin, biaya untuk rawat inap juga sudah tercakup dalam program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin.
Namun demikian, sebenarnya tidak hanya itu yang dibutuhkan oleh pasien miskin. Apa
lagi jika yang harus dirawat inap di rumah sakit adalah kepala keluarga yang bertugas
menghidupi keluarganya. Dengan dirawat inapnya kepala keluarga, maka praktis
pendapatan keluarga hilang atau setidak-tidaknya sangat berkurang.

Rumah sakit akan dapat mempercepat kesembuhan pasien, jika rumah sakit juga dapat
membantu meringankan beban ekonomi keluarga dengan memberikan bantuan biaya
hidup keluarga selama pasien dirawat inap.Sebagaimana pada pasien rawat jalan,
tuntasnya kesembuhan pasien miskin yang dirawat inap juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, khususnya rumah pasien. Jika rumah sakit dapat juga membantu pasien
miskin rawat inap untuk memugar rumahnya menjadi rumah sehat, membuat jamban
keluarga, membuat sumber air, membuat saluran air limbah, dan lain-lain, maka berarti
rumah sakit tidak hanya telah menolong individu pasien, melainkan juga telah
membantu mengatasi masalah kesehatan masyarakat.

4. Promosi Kesehatan di Tempat Pembayaran

Sebelum pulang, pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya harus
singgah dulu di tempat pembayaran. Di ruang perpisahan ini pasien/kerabatnya itu
memang tidak berada terlalu lama. Namun hendaknya promosi kesehatan juga masih
hadir, yaitu untuk menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga
semakin bertambah sehat. Perlu juga disampaikan bahwa kapan pun kelak pasien
membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu untuk datang lagi ke rumah sakit.
Datang diterima dengan salam hangat, dan pulang pun diantar dengan salam
hangat. Biarlah kenangan yang baik selalu tertanam dalam ingatan pasien/kerabatnya,
sehingga mereka benar-benar menganggap rumah sakit sebagai penolong yang baik.

D. PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN PENUNJANG MEDIK

Dalam rangka pelayanan penunjang medik, PKRS terutama dapat dilaksanakan di


Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Rontgen, Pelayanan Obat/Apotik, dan Pelayanan
Pemulasaraan Jenasah.

1. PKRS di Pelayanan Laboratorium


Di Pelayanan Laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit), juga klien
(orang sehat), dan para pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri
mereka adalah pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:
a.Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter.
b.Bagi klien atau mereka yang sehat Iainnya adalah untuk memantau kondisi
kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
Pada umumnya pasien, klien atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama di Pelayanan
Laboratorium. Oleh karena itu, di kawasan ini sebaiknya dilakukan promosi kesehatan
dengan media swalayan (self service) seperti poster-poster yang ditempel di dinding
atau penyediaan leaflet yang dapat diambil gratis.

2. PKRS di Pelayanan Rontgen


Sebagaimana di Pelayanan Laboratorium, di Pelayanan Rontgen pun umumnya
pasien, klien, dan para pengantarnya tidak tinggal terlalu lama. Di sini kesadaran yang
ingin diciptakan dalam diri mereka pun serupa dengan di Pelayanan Laboratorium, yaitu
pentingnya melakukan pemeriksaan rontgen:
a. Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter.
b Bagi klien atau mereka yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan,
agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
Dengan demikian, promosi kesehatan yang dilaksanakan di sini sebaiknya juga
dengan memanfaatkan media swalayan seperti poster dan leaflet.

5
3. PKRS di Pelayanan Obat/Apotik
Di Pelayanan Obat/Apotik juga dapat dijumpai baik pasien, klien, maupun
pengantarnya. Sedangkan kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah
terutama tentang:
a. Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat generik.
b. Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai dengan petunjuk dokter.
c. Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam rangka memenuhi
kebutuhan akan obat-obatan sederhana.dan laptop, LCD projector dan layarnya untuk
menayangkan gambar-gambar atau bahkan film.
Di Pelayanan Obat/Apotik boleh jadi pasien, klien atau pengantarnya tinggal agak lama,
karena menanti disiapkannya obat. Dengan demikian, selain poster dan leaflet, di
kawasan ini juga dapat dioperasikan VCD/DVD Player dan televisinya yang
menayangkan pesan-pesan tersebut di atas.

4. PKRS di Pelayanan Pemulasaraan Jenasah


Di Pelayanan Pemulasaraan Jenasah tentu tidak akan dijumpai pasien, karena
yang ada adalah pasien yang sudah meninggal dunia.Yang akan dijumpai di kawasan
ini adalah para keluarga atau teman-teman pasien (jenasah) yang mengurus
pengambilan jenasah dan transportasinya.
Adapun kesadaran dan perilaku yang hendak ditanamkan kepada mereka
adalah tentang pentingnya memantau dan menjaga kesehatan dengan mempraktikkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Namun perlu diingat bahwa di kawasan ini
suasananya adalah suasana berkabung, sehingga tidak mungkin dilakukan promosi
kesehatan yang formal dan ketat. Dengan demikian, cara yang paling tepat adalah
dengan memasang poster-poster dan atau menyediakan leaflet untuk diambil secara
gratis. Akan lebih menyentuh jika pesan-pesan dalam poster dan leaflet juga dikaitkan
dengan pesan-pesan keagamaan.
6

Prinsip Promkes
keperawatan

Upaya Promotif dan Preventif (Leavel & Clark)


Pendidikan Kesehatan : suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan, mrpk suatu
keg. untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dlm meningkatkan kemampuan/ perilakunya
, unt mencapai kes scr optimal.

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan,pendidikan kes dpt dilakukan berdasarkan lima tingkat
pencegahan (five levels of prevention) dr Leavel & Clark :
1.Promkes (health promotion)
2.Perlindungan khusus (specific protection)
3.Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
4.Pembatasan cacat (disability limitation)
5.Rehabilitasi (rehabilitation)

Pengertian Promosi Kesehatan


adalah tentang meningkatkan status kesehatan dari individu dan komunitas
Aspek promkes adalah bertujuan melakukan pemberdayaan shg orang mempunyai kontrol yang
mendasar yang lebih besar thd aspek-aspek kehidupan mereka yang mempengaruhi kesehatan.
Promkes (WHO) : proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki,
kesehatan mereka.

VISI PROMKES

 Masyarakat mau dan mampu


 Memelihara dan meningkatkan kesehatannya

MISI PROMKES

 Advokasi
 Mediator (jembatan lintas sektoral)
 Pemberdayaan

Tujuan Promkes
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :

 Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat


 Peningkatan perilaku masyarakat
 Peningkatan status kesehatan masyarakat

Contoh : Mengubah orang untuk sesuai dgn lingkungan, dan sedikit berbuat untuk lingkungan sbg
tempat yang lebih sehat untuk ditinggali. Alat bagi individu dalam berproses untuk meningkatkan
kesehatan diri individu Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :

Tujuan Program : Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu
yang berhubungan dengan status kesehatan.

Tujuan Pendidikan : Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada.

Tujuan Perilaku : Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang
diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.

Sasaran Promkes
Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan. Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran
adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun keduanya.

Home » Uncategories » PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Wednesday, 17 April 2013

PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


A. Prinsip Dasar
Promosi kesehatan bukan hanya diperlukan dalam pelayanan preventif dan promotif saja,
melainkan juga diperlukan pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif atau pelayanan rumah sakit.
Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan yaitu:

 Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu-individu yang sedang memerlukan
pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
 Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan pengertian atau
pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan atau penyakit yang
dideritanya.
 Promosi kesehatan di rumah sakit juga mempunyai prinsip pemberdayaan pasien dan
keluarganya dalam kesehatan.
 Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan "proses belajar" kesehatan
di rumah sakit.

B. Tujuan Promosi Kesahatan Di Rumah Sakit


Sasaran promosi kesehatan di rumah sakit bukan hanya orang sakit atau pasien dan keluarga
pasien saja, tetapi juga rumah sakit. Oleh sebab itu, promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai
bermacam-macam tujuan sesuai dengan sasaran yaitu tujuan bagi pasien, keluarga pasien, dan tujuan
bagi rumah sakit.

1. Bagi Pasien, mengembangkan perilaku kehatan (healthy behavior), mengembangkan perilaku


pemanfaatan fasilitas kesehatan (healthy seeking behavior).
2. Bagi Keluarga, membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, keliarga tidak terserang
atau tertular penyakit, membantu agar tidak menularkan penyakit ke orang lain.
3. Bagi Rumah sakit, meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, meningkatkan citra rumah sakit,
meningkatkan angka hunian rumah sakit Board Occupancy Rate (BOR).

C. Sasaran Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit


Sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit, yang dikelompokkan
menjadi kelompok orang yang sakit (pasien), kelompok orang yang sehat (keluarga pasien dan
pengunjung rumah sakit), dan petugas rumah sakit.

D. Tempat Dan Kesempatan Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit

Tempat-tempat atau bagian-bagian pelayanan rumah sakit yang potensial dilakukan promosi
kesehatan yaitu:

 Di ruang tunggu
 Di kamar periksa
 Di ruang perawatan

E. Materi Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit


Materi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan yang disampaikan kepada pasien atau keluarga pasien. Materi promosi kesehatan di rumah
sakit dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:

1. Pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan pengingkatan kesehatan.


2. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pencegahan serangan penyakit.
3. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan.

F. Bentuk Metode Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit


Untuk mengubah kesan tersebut bentuk atau pola promosi kesehatan dapat diklasifikasikan yaitu,
pemberian contoh, penggunaan media, promosi atau penyuluhan langsung (Individual, kelompok,
massa) dan penyuluhan secara langsung atau penyuluhan secara tidak langsung.
METODE DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN UNTUK
PERUBAHAN DALAM MASYARAKAT.

2
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN
• Pengertian
• Penyerapan materi dalam promosi kesehatan
III. METODE PROMOSI KESEHATAN
• Jenis Metode Promosi Kesehatan
a. Berdasarkan Teknik Komunikasi
b. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
c. Berdasarkan Indera Penerima
• Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
IV. MEDIA / ALAT PERAGA
• Pengertian
• Kegunaan
• Jenis-jenis media
DAFTAR PUSTAKA
3
METODE DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN YANG DILAKUKAN
UNTUK PERUBAHAN DALAM MASYARAKAT.

I. PENDAHULUAN

Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan PHBS perlu selalu


disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku kadang-
kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative lama. Dari pengalaman
bertahun-tahun pelaksanaan promosi atau penyuluhan kesehatan masyarakat
mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan
perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Dari penelitian-penelitian yang ada terungkap
meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang
kesehatan,namun perilaku kesehatan masyarakat masih rendah.

Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu mendapatkan
perhatian secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga yang digunakan
dalam promosi kesehatan. Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga
yang tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam
promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dandiserap oleh sasaran, sehingga
kesadaran masyarakat akan PHBS lebih mudah terwujud.

II. PROMOSI KESEHATAN


2.1. Pengertian

Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar


menghentikan perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang
aman atau pelaing tidak beresiko rendah. Program Promosi Kesehatan tidak di rancang
”di belakang meja”. Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas
kehidupan sehari-hari masyarakat sasaran setempat. Umumnya ada empat faktor yang
dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya,yaitu : (i) Fasilitasi, yaitu
bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannyamenjadi lebih
mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat; (ii) Pengertian yaitu bila
perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan lokal, (iii)
Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat
menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan (iv) Kesanggupan untuk
mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun jamban
dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.

Program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”. Maksudnya adalah


(i) bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam
kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan
inginkan, (ii) bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang
menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air
besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman serta (iii) bersama dengan
masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau
dampaknya secara terus-menerus.

2.2.Penyerapan Materi Dalam Promosi Kesehatan

Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera ternyata berbeda


pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang . Oleh karena itu seseorang dapat
mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia menggunakan lebih dari satu indera.

Apa yang bisa kita ingat :


10% dari yang kita baca
20% dari yang kita dengar
30% dari yang kita lihat
50% dari yang kita lihat dan
dengar
80% dari yang kita ucapkan
90% dari yang kita ucapkan dan lakukan

III. METODE PROMOSI KESEHATAN


3. 1. Jenis Metode Promosi Kesehatan

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi,


Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
3.1.1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD),
pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan
secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui
pertunjukan film, dsb

3.1.2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai


a. Pendekatan PERORANGAN
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan
telepon, dan lain-lain.
b. Pendekatan KELOMPOK
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran.
Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :
Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan MASAL
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada
sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini
adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media
cetak lainnya, Pemutaran film, dll

3.1.3. Berdasarkan Indera Penerima


a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui
indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,
Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
b. Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
c. Metode “KOMBINASI”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,
dicium, diraba dan dicoba).

2
3.2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
3.2.1. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan


masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa mereka
berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dsb.
Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
-. Ada maksud dan tujuan tertentu
- Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu
- Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu
- Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil
- Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila metode-metode l l
tidak mungkin
Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
- Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian
- Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan memotong
pembicaraannya
- Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya
- Bicara dalam gaya yang menarik sasaran
- Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan suasana
menyenangkan
- Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan
- Jangan memperpanjang mempersilat lidah
- Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang baik
- Harus jujur dalam mengajar maupun belajar
- Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan
- Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji
- Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga sasaran. Ini
akan menjalin persahabatan
Kelebihan metode ini adalah :
- Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan
- Membina persahabatan
- Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima
- Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
- Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi kurang
- Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
- Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi
Keterbatasannya adalah :
- Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
- Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah
terbatas
sekali
- Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan
prasangka pada keluarga lainnya

3.2.2. Pertemuan Umum

Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana di


sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk dilaksanakan oleh
masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti :
- Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait
- Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara sementara
- Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)
- Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.

3
Hal-hal perlu diperhatikan :
- Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan penerangan dan
udara yang segar
- Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat
- Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan
- Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan

- Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan kesempatan


untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapat
- Anjuran mempergunakan alat-alat peraga
- Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong kegiatan
- Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir
- Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat
- Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)
- Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang didiskusikan
Kelebihan metode ini adalah :
- Banyak orang yang dicapai
- Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
- Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
- Segala macam topik/judul dapat diajukan
- Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya
Kekurangan / keterbatasannya :
- Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
- Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
- Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah campuran
- Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat mengurangi
jumlah kehadiran

3.2.3 Pertemuan Diskusi ( Kelompok Diskusi Terfokus )

Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit
pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari
peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang
lebih rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku
kesehatan. Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh
untuk :
- Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
- Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
- Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan
menghindari dominasi beberapa orang saja
- Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang
diajukan
- Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan
yang tepat.

3.2.4. Demonstrasi cara atau percontohan.

Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok


bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan
pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah
suatu percobaan atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah
untuk meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang
dianjurkan itu adalahberguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini
mengajarkan suatu ketrampilan yang baru.

4
Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan,
seperti :
- Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan bahan yang
Diperlukan
- Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya dan ikut
dalam diskusi
- Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan peserta
untuk bertanya-tanya
- Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan perilaku yang
baru
- Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan demostrasi itu
Anjuran :
- Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
- Demonstrasi dilakukan tepat masanya
- Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian dan
peserta
- Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
- Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
- Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan / keuntungan metode ini :
- Cara mengajar ketrampilan yang efekif
- Merangsasang kegiatan
- Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri
Kekurangan / keterbatasannya :
- Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
- Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk

IV. MEDIA PROMOSI KESEHATAN


4.1. Pengertian

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi

4.2. Kegunaan

Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan


papan tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga,
baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
• Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh
yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari
• Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
• Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
• Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
• Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
4.3. Jenis / Macam Media

Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :


4.3.1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai
bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu
mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar.

5
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
• Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
• Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam
botol pengawet, dll
• Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll

4.3.2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.

Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal
ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

4.3.3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit
kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan
mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada
suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai
desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat
berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat.
Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide
atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk
bertindak.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada
beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah,
misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat
pertemuanpertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu,
kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan
sederhana seperti di photo copy.

4.3.4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll


Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu
cerita,kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa
dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan.
Misalnya album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah
kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan
resmi dari Bupati.
b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan
dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo
ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat
effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap
materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang
Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa edikatif.

6
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi
Kesehatan, Dalam
Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku,
Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta
2004
7

Anda mungkin juga menyukai