1. PENDAHULUAN.
Kaum perempuan seringkali dipandang rendah oleh beberapa pihak yang tidak
bertanggung jawab. Apalah artinya perempuan bagi kaum lelaki? Salah satu tokoh pembunuh
Tuhan yakni Nietzche sangat arogan dalam memberikan jawaban. Ia menjawab bahwa itu
merupakan rindu dendam kejalangan lelaki. Nietzche menghastratkan perempuan sebagai alat
mainan paling berbahaya. Lelaki harus terdidik untuk perang dan perempuan sebagai penyegar
bagi si pendekar perang. Perempuan masih belum mampu bersahabat, masih kucinglah
perempuan itu atau dalam bahasa tersopan, lembu betina[1]. Kedengarannya menyakitkan,
namun kita tidak sedang berdongeng tentang perempuan dengan sang pembunuh Allah itu.
Menarik kalau pada akhirnya kita mempunyai kesempatan untuk berbicara tentang perempuan
dengan seluruh eksistensinya. Karakter perempuan sebagai pemilik kelembutan dan kehalusan
itu akhirnya tampil dalam ekspresi seni yang bernuansa keindahan (estetika)[2].
Dalam Kitab Ezra 9,1-15, 10,1-44, juga disinggung mengenai perempuan dan kawin
campur. Di sini muncul persoalan bahwa Ezra melihat perempuan asing sebagai biang pembawa
masalah dalam komunitas kaum Yahudi. Perempuan asing dianggap menajiskan sehingga orang
yahudi merasa diri tercemar dan melanggar adat istiadat. Ezra membuat perjanjian untuk
mengusir setiap perempuan asing yang telah diperistri oleh lelaki Yahudi. Pengaruh perempuan
akhirnya para Imam, Nabi dan seluruh orang Yahudi telah berbuat dosa di hadapan Allah.
Beberapa orang yang disebutkan berdosa yakni Kaum Yosua’ bin Yosadak serta saudara-
saudaranya: Ma’aseya, Eli’ezer, Jarib dan Gedalja[3].
Perempuan asing dianggap sebagai orang yang belum mengenal Allah. Perempuan asing
kemudian dipandang sebagai kaum yang mempengaruhi orang Yahudi untuk tidak beriman
kepada Allah dan menyembah berhala. Hal ini yang menjadi dasar dan ketakutan tersendiri bagi
orang Yahudi sehingga perempuan asing diusir bersama anak-anak mereka.
2. KONTEKS HISTORIS TEKS DAN PEWARTAAN NABI EZRA.
Kitab Ezra merupakan satu bagian dari kitab Nehemia. Sampai abad pertengahan, tradisi
Yahudi tetap mempertahankan kesatuan kedua kitab ini. Sementara dalam tradisi LXX sejak
abad ketiga, kitab ini menjadi dua kitab yaitu Ezra dan Nehemia[4]. Pemisahan kedua kitab ini
mempunyai pengaruh yang amat besar. Orang yang membacanya tidak akan tahu bahwa kedua
kitab itu sebenarnya menjadi satu jilid. Kisah yang terdapat dalam Ezra mempunyai kaitannya
dalam kitab Nehemia. Kita tahu bahwa kedua kitab mempunyai cerita dan tema yang sama
karena berasal dari satu penulis yang sama yakni Ezra, yang adalah imam dan ahli Taurat. Dalam
Neh.1-7, Ezra sama sekali tidak disebut, tetapi dalam Nehemia pasal 8-10, Ezra ditonjolkan
sedangkan Nehemia sendiri tidak disebut kecuali dalam Nehemia 8,10. Semua peristiwa yang
dihadapi oleh Ezra akan berakhir pada kisah umat Yahudi yang tidak taat pada Allah dengan
berbuat kesalahan mengambil istri asing, sehingga mendatangkan bencana bagi mereka.
Kisah perempuan dan kawin campur mencapai suatu klimaks yakni tindakan Ezra
terhadap orang-orang yang kawin campur (Ezra 9-10). Kisah dibuka ketika beberapa orang
jemaat-yang tidak tahu siapa-datang kepada Ezra dan berkata, “orang-orang Israel awam, para
imam dan orang-orang Lewi tidak memisahkan diri dari penduduk negeri dengan segala
kekejiannya, yakni dari orang kanaan, orang het, orang Feris, orang Yebus, orang amon, orang
Moab, orang mesir dan orang amori; Karena mereka telah mengambil istri dari anak perempuan
orang-orang itu untuk diri sendiri dan untuk anak-anak mereka, sehingga bercampurlah benih
yang kudus dengan penduduk negeri, bahkan para pemuka dan penguasalah yang lebih dahulu
melakukan tidak setia itu” (Ezra 9,1-2)[5].
Masalah di atas rupa-rupanya tidak diketahui sendiri oleh Ezra. Andaikata Ezra tidak tahu
maka kisah ini tidak ada dan berhenti pada kitab Ezra 8. Keluhan beberapa jemaat itu yang
membuat Ezra merasa malu sehingga menangislah ia dan memohon ampun pada Allah.
Perempuan asing adalah orang yang belum mengenal Allah dan menyembah pada dewa-dewi.
Pada jaman Ezra Penduduk terbagi dua yakni ada penduduk yang termasuk dalam kelompok
buangan dan ada juga kelompok yang tidak termasuk buangan yakni orang-orang yang tidak ikut
dibuang ke Babilonia. Orang yang tidak ikut dibuang ini merasa bebas dalam pergaulan dengan
orang-orang yang belum beriman pada Allah. Pergaulan yang tanpa batasnya ini berakhir pada
perkawinan sehingga lahirlah anak-anak dari perempuan asing.
3. PEMBAHASAN TEKS
Menarik kalau kita membahas teks Ezra ini dalam penafsiran kita. Ezra sangat unik
dalam menghadapi kaum Yahudi yang hidupnya kurang teratur. Ezra sungguh-sungguh
ditantang dan harus berani membuat keputusan serta pemecahan atas setiap persoalan yang
datang. Bagaimana Nabi Ezra bertindak dapat kita simak lewat tafsiran di bawah ini:
3.1 Ezra 9,1-15: Suatu Laporan Tentang Perkawinan-Perkawinan Campur dan Pengakuan
Ezra.
Pada bagian ini, secara keseluruhan saya dapat memberikan gambaran berdasarkan
penjelasan dari buku (The New Bible Commentary). Empat bulan berlalu (cf 10:9), dan kita
harus menduga, seperti diisyaratkan dalam Ezra 10,3 bahwa Ezra pada waktu itu telah memulai
pelayanan pengajarannya, seperti diilustrasikan oleh Nehemia 8. Ezra mampu memakai kembali
apa yang mungkin telah dipikirkan sebagai hukum kuno untuk situasi-situasi baru; secara
khusus dengan menghubungkan bersama bagian-bagian kitab suci yang berbeda untuk menggali
prinsip-prinsip teologis menggarisbawahi hukum-hukum lama yang khusus.
Akibatnya adalah orang menilai bahwa perkawinan dengan orang asing yang kafir
secara prinsipil tidak berbeda dari perkawinan dengan penduduk asli Kanaan yang mana telah
dilarang oleh nenek moyang mereka. Kebanyakan dari orang yang disebut dalam ayat 1 tidak ada
lagi, tetapi dengan menarik keanekaragaman materi lain (termasuk Imamat 18; 19, 19; ulangan 7,
1-4 dan 20, 10-18) relevansi kontemporer dari hukum di hargai[6]. Untuk lebih jelasnya dapat
kita lihat bersama dalam penjelasan di bawah ini.
Ezra 9, 1-5: Sukarnya Masalah Itu
Dalam ayat ini memuat laporan Ezra mengenai tindakan yang diambilnya terhadap
perkawinan campur (orang Yahudi dengan orang bukan Yahudi), Bdk Maleakhi 2, 10-12.
Perkawinan semacam itu dahulu tidak terlarang, Kej 41, 45; 48, 5 dst; Bilangan 12, 1 dst; Rut 1,
4; 2 Samuel 3, 3. Kemudian kitab ulangan melarangnya untuk menanggulangi pemujaan berhala
yang kerap kali di bawa serta oleh perempuan-perempuan asing, Ul 7, 1-4; bdk 23, 3 dst. Setelah
masa pembuangan berbahaya itu bertambah besar, karena kebanyakan orang yang kembali dari
pembuangan adalah laki-laki. Tindakan Ezra yang menceraikan perkawinan campur itu
berdasarkan pertimbangan keagamaan (Ezra 9,1; 11). Tetapi tampil juga pertimbangan lain, Ezra
9,2 yaitu kemurnian bangsa Yahudi.
Istilah Orang-orang buangan dari seluruh Jemaat Yahudi disebut “hag-golah” (kaum
buangan), yaitu mereka yang benar-benar pulang dari pembuangan dan yang menjadi inti jemaat
itu, Ezra 4,1;6,16. Kata “Hag-golah” sama dengan “sisa Israel”, (bdk Yes 4, 3; Ezra 2,4). Ezra
sudah berada di Yerusalem sekitar 4 1/2 bulan (bdk. Ezra 8,31; 10,9) sewaktu pejabat-pejabat
meminta perhatiannya mengenai soal perkawinan campuran. Para pelanggar terdiri dari mereka
yang kembali bersama Zerubabel. Tindakan-tindakan Ezra yang luar biasa menandakan dalam
keprihatinannya[7]. Kita perhatikan bahwa seruannya adalah dari sudut pandang moral dan
agama, tidak berdasarkan statusnya sebagai pejabat atau kuasa yang ada padanya. Pembaharuan
tidaklah diperoleh dengan kekerasan.
Ezra 9, 6-15: Doa Ezra Bagi Umatnya.
Doa dan pengakuan Ezra hendaknya dibandingkan dengan Neh 9, 6-36 dan Daniel 9, 4-
19. Dia tidak berdiri terpisah dari bangsanya dan dia tidak mengutuk mereka. Bahkan biarpun
secara pribadi Ezra tidak bersalah, dia menyamakan dirinya sepenuhnya dalam kesalahan dan
kebutuhan mereka; suatu teladan bagi semua mereka yang berdoa bagi orang lain[8]. Terlepas
dari unsure ilahi ini, sudahlah pasti bahwa jika praktek perkawinan campuran itu diteruskan dan
diperluas, maka Yahudi akan kehilangan identitas. Sejajar dengan itu, PB memperingatkan
terhadap perkawinan dengan orang yang tidak percaya (Bdk 2 Kor 6,14).
Bangsa Yahudi tetap menjaga diri agar tidak tercemar atau najis karena hal itu merupakan
ciri-ciri pemujaan berhala (Ezra 9,10-12). Sesudah itu, bangsa Yahudi juga mulai memikirkan
akan masa depannya, yang mana mau berubah atau tidak. Masa depan menjadi awal untuk
memulai suatu masa yang baru (Ezra 9,13-14).
Dalam Ayat 15 muncul suatu kata yakni Maha benar artinya maha adil. Keadilan Allah
diperlunak oleh belas kasih-Nya. Kalau tidak, maka tak seorangpun yang terluput dan selamat.
Itulah “keadilan Allah yang membenarkan”, (bdk Yes 56,1; Roma 1,17).
3.2 Ezra 10,1-44: Masalah Perkawinan-Perkawinan Campur Terselesaikan.
Sesudah kita membaca bab 9 maka kisah itu akan berlanjut pada suatu tindakan. Ezra
sebagai tokoh utama yang memutuskan untuk menindaklanjuti perkara tentang perempuan asing.
Tindakan Ezra sudah bulat dan semua orang Yahudi juga sepakat untuk mengusir isteri mereka.
Alur kisahnya dapat saya paparkan di bawah ini.
Gaya kepemimpinan ezra mengganjar kembali untuk belajar. Seperti dimana-mana (mis.
Ezra 9,1; Nehemia 8,1), demikianpun di sini, ia menunggu umat untuk datang kepadanya.
Melalui pengajaran, kesabaran dan teladan, ia lalu mampu mengantar umat tanpa kekerasan
untuk membuat bagi mereka sendiri keputusan-keputusan yang ia anggap bermanfaat.
Gagasan pokok yang harus dinilai adalah bahwa dalam situasi nya yang genting (sulit,
berbahaya), komunitas Yahudi di Yehuda memerlukan suatu perasaan kuat akan identitas mereka
sendiri bila komunitas itu bertahan hidup. Komisi Artaxerxes ( Ezra 7, 12-26) telah
memperlengkapi Ezra dengan suatu mandat untuk memperkembangkan Yudaisme sebagai suatu
komunitas religius yang keras. Kualifikasi-kualifikasi bagi keanggotaan lalu harus ditetapkan
kembali; kalau tidak, di sana ada suatu bahaya bahwa elemen-elemen dari iman yang distingktif
(berbeda) akan luntur, barangkali melampaui titik pengenalan. Sebagai suatu prinsip bagi umat
Allah, gagasan ini tetap memelihara validitasnya (cf. Mat 5:13-16), meskipun sarana-sarana
spesifik yang Ezra angkat untuk mencapai nya itu secara eksplisit tersingkirkan bagi orang
Kristen (1 kor 7; 1 Petrus 3, 1-7)[9]. Untuk itu kita coba simak dalam penjelasan di bawah ini:
Ezra 10,1-5: Pengaruh Doa Ezra
Batten dalam ICC berkata, bahwa doa Ezra adalah terang-terangan bertujuan untuk
menghasilkan suatu akibat pada pendengar, bukan pada Allah. Disini seolah-olah ada perubahan
dramatis yang sekiranya dipaksakan pada orang Yahudi[10]. Dalam ayat 3 disebutkan
perempuan itu (3Ezra 8,90)[11] dan satu naskah Ibrani terbaca: perempuan asing itu. Ezra
memberi gambaran bahwa ada pemberontakan dari bangsa Yahudi untuk melawan Allah
sehingga mereka berani mengambil perempuan asing sebagai istri mereka.Namun pada akhirnya
mereka juga berani untuk mengusir istri mereka pergi bersama anak-anak. Hal ini mau
menunjukan betapa keras dan taatnya bangsa Yahudi terhadap rencana dan kehendak Allah[12].
6. PENUTUP.
Tidaklah bijak melihat bagian khusus akan keadaan sekitar historis ini merupakan suatu
paralel langsung pada pertanyaan menjengkelkan dari seorang Kristen yang dengan berhati-hati
memasuki perkawinan antara seorang pasangan yang bukan kristen. Dalam 2 kor 6,14 tidak
secara langsung menunjuk pada soal ini, meskipun prinsipnya sering dipikirkan untuk dipakai
padanya (model perkawinan campur dengan orang kafir dalam Ezra). Meskipun demikian,
seluruh episode ini mengingatkan kita akan keunggulan melakukan semua yang dapat kita
lakukan untuk menguatkan iman kita sendiri dan iman dari rekan beriman kita dan tidak
meletakkan diri kita terbuka pada situasi-situasi yang mungkin mengarah pada arah yang
berlawanan.
Perempuan dan kawin campur sampai pada penghujung bahwa status kelas kedua kaum
perempuan sangat mencolok dalam kesepuluh perintah Allah, yang melarang seorang laki-laki
Israel untuk mengingini harta milik sesamanya: Istri, budak, ternak piaraan atau barang milik
lainnya (Kel 20, 17; Ul 5,21)[19]. Perempuan seringkali dicantumkan sebagai barang kepunyaan
suami sehingga sang suami dapat bertindak semaunya saja tidak menjadi soal. Suami bebas saja
dalam memperlakukan istrinya. Kisah yang digambarkan Nabi Ezra tidaklah demikian.
Persoalannya hanya untuk mempertahankan kemurnian iman dari umat Yahudi agar tetap setia
pada Allah. Dalam tradisi Yahudi memang demikian adanya bahwa mereka tidak diisinkan untuk
menikah dengan mereka yang belum beriman dan masih kafir.
PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan juga mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang
lingkup promosi kesehatan atau setting. Misalnya, promosi kesehatan di keluarga,
fasilitas layanan kesehatan, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum.
1) Komprehensif.
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya
tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang
mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok
kearah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.
2). Partisipasi
Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara aktif
mengindetifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan
meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil
keputusan di tempat kerja merupakan hal yang sangat mendukung bagi para pekerja
untuk lebih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam merubah gaya
hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap
penyakit.
3. Keterlibatan berbagai sektor terkait.
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai
upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus melalui pendekatan
yang integrasi yang mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila
memungkinkan.
4. Kelompok organisasi masyarakat
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua
anggota pekerja, termasuk kelomok organisasi wanita dan laki-laki yang ada, termasuk
juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai
organisasi masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam
membantu mengembangkan Promosi kesehatan Di Tempat kerja hendaknya di
perhitungkan dalam mengembangkan program sebelumnya.
5. Berkesinambungan atau Berkelanjutan
Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan
keselamatan kerja mempunyai arti penting pada lingkungan tempat kerja dan aktivitas
manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus
menerus dilakukan dan tujuannya jangka panjang. Apabila pelaksanaan promosi
kesehatan di tempat kerja ingin lebih mantap, program hendaknya sesuai dan responsif
terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan kerja.
Ruang lingkup promosi kesehatan dalam pengendalian PTM: Ruang lingkup promosi
kesehatan dalam pengendalian PTM antara lain adalah : membangun kebijakan public
berwawasan kesehatan; menciptakan lingkungan kondusif berpihak pada terselenggaranya upaya
pengendalian PTM; memperkuat gerakan kemasyarakatan dalam pengendalian PTM melaui pos
pembinaan terpadu (Posbindu) PTM; mengembangkan ketrampilan individu dalam menerapkan
perilaku CERDIK (Cek kondisi kesehatan anda secara rutin dan teratur, Enyahkan asap rokok
dan polusi udara lain, Rajin aktifitas fisik dengan gerak olah raga dan seni, Diet yang sehaat
dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup dan utamakan keselamatan serta Kendalikan stress
dan tindak kekerasan); serta menata kembali arah pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.
Tujuan promosi kesehatan dalam pengendalian PTM : Tujuan promosi kesehatan dalam
pengendalian TPM diantaranya adalah : meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat
memelihara dan melindungi kesehatan dirinya terhadap PTM melalui penyelenggaraan Posbindu
PTM; menumbuhkan kesdaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk melakukan perilaku
Cerdik disertai dengan pengembangan iklim kondusif bagi program pengendalian PTM melalui
kebijakan public berwawasan kesehatan serta mingkatkan kemitraan berbagai pihak dalam
melakukan upaya pengendalian PTM melalui upaya partisipatif.
· Analisis masalah dan perumusan posisi : situasi PTM saat ini, factor-faktor risiko yang
berkaitan, kebijakan kesehatan sekarang dan masa lalu, upaya yang telah dilakukan dalam
pengendalian PTM, keberhasilan dan kegagalan masa lau yang berpengaruh terhadap PTM serta
pengalaman pelaksanaan upaya pengendalian PTM di tempat lain.
· Membuat pesan advokasi program pengendalian PTM antara lain: pernyataan singkat,
paddat dan bersifat membujuk, penyajian data dan argumentasi yang tepat dan sahih,
berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan apa yang ingin disampaikan serta bertujuan untuk
menciptakan aksi yang ingin dilakukan oleh pendengar pesan.
Kunci dalam membuat pesan advokasi misalnya : apa masalah utama yang berkaitan dengan
PTM?, Seberapa besar isu utama tersebut?, Apa dampak negative terhadap masyarakat dan
Negara?, Apa yang dapat dilakukan oleh para stakeholder dalam pemecahan masalah tersebut?
Bentuk kegiatan advokasi antara lain adalah : lobi polotik, debat, dialog, negosiasi,
petisi/resolusi, mobilisasi serta penggunaan media masa.
Begitu pasien masuk ke gedung rumah sakit, maka yang pertama kali harus
dikunjunginya adalah Ruang/Tempat Pendaftaran, di mana terdapat loket untuk
mendaftar. Mereka akan tinggal beberapa saat di ruang pendaftaran itu sampai petugas
selesai mendaftar. Setelah pendaftaran selesai barulah mereka satu demi satu
diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pertolongan yang diharapkan.
Kontak awal dengan rumah sakit ini perlu disambut dengan promosi kesehatan.
Sambutan itu berupa salam hangat yang dapat membuat mereka merasa tenteram
berada di rumah sakit. Di ruang ini pula, disediakan informasi tentang rumah sakit
tersebut yang dapat meliputi manajemen rumah sakit, dokter/perawat jaga, pelayanan
yang tersedia di rumah sakit, serta informasi tentang penyakit baik pencegahan
maupun tentang cara mendapatkan penanganan penyakit tersebut.
Media informasi yang digunakan di ruang ini sebaiknya berupa poster dalam
bentuk neon box yang memuat foto dokter dan perawat yang ramah disertai kata-kata
"Selamat Datang, Kami Siap Untuk Menolong Anda" atau yang sejenis. Media yang lain
yang dapat disiapkan di ruang ini misalnya leaflet, factsheet, dan TV.
Promosi Kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar
promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan
advokasi.
1. Pemberdayaan
2. Bina Suasana
3. Advokasi
Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasien sangat
ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya.
Walaupun ada juga pasien yang acuh tak acuh. Terhadap mereka yang antusias,
pemberian informasi dapat segera dilakukan. Tetapi bagi mereka yang acuh tak acuh,
proses pemberdayaan harus dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan adanya
masalah.
Sementara itu, pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang
berbeda-beda, seperti misalnya apatis, agresif, atau menarik diri. Hal ini dikarenakan
penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial
kepada penderitanya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas rumah
sakit sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan pemberdayaan.
2
1. Pemberdayaan
2. Bina Suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap adalah para
penjenguk(pembesuk). Biasanya para pembesuk ini sudah berdatangan beberapa saat
sebelum jam besuk dimulai.
a. Pemanfaatan Ruang Tunggu
Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam besuk, sebaiknya rumah sakit
menyediakan ruang tunggu bagi mereka.
Jika demikian, maka ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bina
suasana. Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster cetakan atau
poster dalam neon box. Juga dapat disediakan boks berisi selebaran atau leaflet yang
boleh diambil secara gratis. Akan lebih baik lagi jika di ruang tunggu itu juga disediakan
televisi yang menayangkan berbagai pesan kesehatan dari VCD/DVD player.
Dengan berbagai informasi tersebut diharapkan para pembesuk mendapat
informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan dibesuknya.
c. Pendekatan Keagamaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat
penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan dengan pendekatan keagamaan. Dalam
hal ini para petugas rumah sakit, baik dengan upaya sendiri atau pun dengan dibantu
pemuka agama, mengajak pasien untuk melakukan pembacaan doa-doa.
Pembacaan doa-doa ini kemudian disambung dengan pemberian nasihat
(tausiyah) oleh petugas rumah sakit atau oleh pemuka agama tentang pentingnya
melaksanakan perilaku tertentu.
Rujukan terhadap kitab suci untuk memperkuat nasihat biasanya dilakukan,
sehingga pasien pun merasa l ebih yakin akan kebenaran perilaku yang harus
dilaksanakannya dalam rangka mempercepat penyembuhan penyakitnya.
Acara keagamaan ini dapat dilakukan untuk individu pasien ataupun untuk
kelompok-kelompok pasien. Juga dapat melibatkan keluarga dan teman-teman pasien.
Frekuensinya bisa seminggu sekali, sebulan dua kali, atau sebulan sekali, sesuai
dengan kemampuan rumah sakit.
3. Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap pun advokasi diperlukan, khususnya
dalam rangka menciptakan kebijakan atau peraturan perundang-undangan sebagai
rambu-rambu perilaku dan menghimpun dukungan sumber daya, khususnya untuk
membantu pasien miskin.
Bagi pasien miskin, biaya untuk rawat inap juga sudah tercakup dalam program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin.
Namun demikian, sebenarnya tidak hanya itu yang dibutuhkan oleh pasien miskin. Apa
lagi jika yang harus dirawat inap di rumah sakit adalah kepala keluarga yang bertugas
menghidupi keluarganya. Dengan dirawat inapnya kepala keluarga, maka praktis
pendapatan keluarga hilang atau setidak-tidaknya sangat berkurang.
Rumah sakit akan dapat mempercepat kesembuhan pasien, jika rumah sakit juga dapat
membantu meringankan beban ekonomi keluarga dengan memberikan bantuan biaya
hidup keluarga selama pasien dirawat inap.Sebagaimana pada pasien rawat jalan,
tuntasnya kesembuhan pasien miskin yang dirawat inap juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, khususnya rumah pasien. Jika rumah sakit dapat juga membantu pasien
miskin rawat inap untuk memugar rumahnya menjadi rumah sehat, membuat jamban
keluarga, membuat sumber air, membuat saluran air limbah, dan lain-lain, maka berarti
rumah sakit tidak hanya telah menolong individu pasien, melainkan juga telah
membantu mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
Sebelum pulang, pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya harus
singgah dulu di tempat pembayaran. Di ruang perpisahan ini pasien/kerabatnya itu
memang tidak berada terlalu lama. Namun hendaknya promosi kesehatan juga masih
hadir, yaitu untuk menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga
semakin bertambah sehat. Perlu juga disampaikan bahwa kapan pun kelak pasien
membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu untuk datang lagi ke rumah sakit.
Datang diterima dengan salam hangat, dan pulang pun diantar dengan salam
hangat. Biarlah kenangan yang baik selalu tertanam dalam ingatan pasien/kerabatnya,
sehingga mereka benar-benar menganggap rumah sakit sebagai penolong yang baik.
5
3. PKRS di Pelayanan Obat/Apotik
Di Pelayanan Obat/Apotik juga dapat dijumpai baik pasien, klien, maupun
pengantarnya. Sedangkan kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah
terutama tentang:
a. Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat generik.
b. Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai dengan petunjuk dokter.
c. Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam rangka memenuhi
kebutuhan akan obat-obatan sederhana.dan laptop, LCD projector dan layarnya untuk
menayangkan gambar-gambar atau bahkan film.
Di Pelayanan Obat/Apotik boleh jadi pasien, klien atau pengantarnya tinggal agak lama,
karena menanti disiapkannya obat. Dengan demikian, selain poster dan leaflet, di
kawasan ini juga dapat dioperasikan VCD/DVD Player dan televisinya yang
menayangkan pesan-pesan tersebut di atas.
Prinsip Promkes
keperawatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan,pendidikan kes dpt dilakukan berdasarkan lima tingkat
pencegahan (five levels of prevention) dr Leavel & Clark :
1.Promkes (health promotion)
2.Perlindungan khusus (specific protection)
3.Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
4.Pembatasan cacat (disability limitation)
5.Rehabilitasi (rehabilitation)
VISI PROMKES
MISI PROMKES
Advokasi
Mediator (jembatan lintas sektoral)
Pemberdayaan
Tujuan Promkes
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
Contoh : Mengubah orang untuk sesuai dgn lingkungan, dan sedikit berbuat untuk lingkungan sbg
tempat yang lebih sehat untuk ditinggali. Alat bagi individu dalam berproses untuk meningkatkan
kesehatan diri individu Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :
Tujuan Program : Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu
yang berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan Pendidikan : Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada.
Tujuan Perilaku : Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang
diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
Sasaran Promkes
Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan. Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran
adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun keduanya.
Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu-individu yang sedang memerlukan
pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan pengertian atau
pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan atau penyakit yang
dideritanya.
Promosi kesehatan di rumah sakit juga mempunyai prinsip pemberdayaan pasien dan
keluarganya dalam kesehatan.
Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan "proses belajar" kesehatan
di rumah sakit.
Tempat-tempat atau bagian-bagian pelayanan rumah sakit yang potensial dilakukan promosi
kesehatan yaitu:
Di ruang tunggu
Di kamar periksa
Di ruang perawatan
2
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN
• Pengertian
• Penyerapan materi dalam promosi kesehatan
III. METODE PROMOSI KESEHATAN
• Jenis Metode Promosi Kesehatan
a. Berdasarkan Teknik Komunikasi
b. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
c. Berdasarkan Indera Penerima
• Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
IV. MEDIA / ALAT PERAGA
• Pengertian
• Kegunaan
• Jenis-jenis media
DAFTAR PUSTAKA
3
METODE DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN YANG DILAKUKAN
UNTUK PERUBAHAN DALAM MASYARAKAT.
I. PENDAHULUAN
Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu mendapatkan
perhatian secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga yang digunakan
dalam promosi kesehatan. Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga
yang tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam
promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dandiserap oleh sasaran, sehingga
kesadaran masyarakat akan PHBS lebih mudah terwujud.
2
3.2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
3.2.1. Kunjungan Rumah
3
Hal-hal perlu diperhatikan :
- Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan penerangan dan
udara yang segar
- Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat
- Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan
- Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan
Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit
pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari
peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang
lebih rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku
kesehatan. Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh
untuk :
- Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
- Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
- Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan
menghindari dominasi beberapa orang saja
- Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang
diajukan
- Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan
yang tepat.
4
Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan,
seperti :
- Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan bahan yang
Diperlukan
- Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya dan ikut
dalam diskusi
- Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan peserta
untuk bertanya-tanya
- Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan perilaku yang
baru
- Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan demostrasi itu
Anjuran :
- Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
- Demonstrasi dilakukan tepat masanya
- Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian dan
peserta
- Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
- Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
- Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan / keuntungan metode ini :
- Cara mengajar ketrampilan yang efekif
- Merangsasang kegiatan
- Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri
Kekurangan / keterbatasannya :
- Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
- Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi
4.2. Kegunaan
5
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
• Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
• Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam
botol pengawet, dll
• Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal
ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.
4.3.3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit
kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan
mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada
suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai
desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat
berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat.
Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide
atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk
bertindak.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada
beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah,
misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat
pertemuanpertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu,
kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan
sederhana seperti di photo copy.
6
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi
Kesehatan, Dalam
Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku,
Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta
2004
7