4344 11734 1 SP
4344 11734 1 SP
3 (2013)
Abstrak
Menipisnya cadangan minyak bumi telah meningkatkan minat pengembangan sumber energi alternatif terbarukan.
Limbah keju yang biasa disebut whey adalah salah satu bahan baku yang dapat digunakan untuk produksi bioetanol.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian kritis terhadap proses fermentasi limbah keju dengan mengaplikasikan
konsep dasar keteknikan dan matematika, mempelajari karakteristik proses fermentasi limbah keju menjadi bioetanol,
dan mencari desain fermenter yang optimum. Hal ini dilakukan dengan membuat model sistem steady state dari
fermentasi limbah keju menjadi etanol berdasarkan data kinetika dari peneliti terdahulu dan dengan menggunakan
prinsip fundamental neraca massa. Model tersebut kemudian digunakan untuk mensimulasikan fermentasi limbah keju
secara kontinyu untuk produksi etanol. Pada kondisi steady state, proses fermentasi limbah keju menjadi bioetanol
dipengaruhi oleh hydraulic retention time (R). Pada kondisi steady state tersebut diperoleh harga R optimum sebesar 25
jam didasarkan pada produktifitas etanol yang tinggi. Hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam perancangan proses
dan pengendalian reaksi fermentasi limbah keju menjadi etanol. Pemanfaatan limbah keju yang masih mengandung gula
sehingga dapat difermentasi akan memberikan nilai tambah pada limbah tersebut disamping memberikan alternatif
sumber energi terbarukan yang sangat dibutuhkan oleh karena krisis energi.
Abstract
The depletion of oil reserves has been increasing interest in the development of alternative renewable energy sources.
Cheese whey as a waste of cheese production is one of the raw materials that can be used for bioethanol production. The
aim of this study is to conduct critical assessment of the cheese whey fermentation process by applying the basic concepts
of engineering and mathematics, to investigate the characteristics of the cheese whey fermentation process into bioethanol,
and to obtain the optimum design of fermenter. This is done by developing steady state model of cheese whey fermentation
system into ethanol based on kinetic data from previous research and using mass balance principle. The model was then
used to simulate the continuous fermentation of cheese whey for ethanol production. At steady state conditions, the
fermentation process of cheese whey into bioethanol is affected by the hydraulic retention time (R). At steady state
conditions, the optimum value of R obtained is 25 hours based on high ethanol productivity. The results of this study will be
useful in the design process and control of cheese whey fermentation reactions into ethanol. The utilization of waste from
cheese production (cheese whey) that contain sugars which can be fermented will provide added value to the waste while
providing an alternative source of renewable energy that is needed due to energy crisis.
22
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)
Candida pseudotropicalis ATCC 8619 [3, 4]. Kargi dan Dalam perancangan dan interpretasi unjuk kerja
Ozmihci (2006) mempelajari pengaruh parameter operasi reaktor biologi, diperlukan informasi fisis dan biologis.
pada fermentasi limbah keju menjadi etanol. Sedangkan Faktor fisis yang mempengaruhi lingkungan umum
Ghaly dan Taweel mempelajari kinetika pertumbuhan dan hidrodinamis pada suatu bioreaktor meliputi beberapa
produksi etanol dari whey secara batch dan kontinyu [3, paramter seperti pola aliran liquida dan waktu sirkulasi,
4]. efisiensi distribusi udara dan holdup gas, laju perpindahan
Model matematika kondisi steady state fermentasi massa oksigen, intensitas pencampuran dan pengaruh
limbah keju menjadi etanol dalam penelitian ini berguna geseran (shear). Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh
dalam aspek perancangan proses produksi bioetanol. geometri bioreaktor dan pengaduk (kecepatan pengaduk,
Konversi yang optimum dalam fermenter dapat diperoleh efek baffle) dan oleh pengaruh sifat fisis seperti viskositas
atau diperkirakan berdasarkan model tersebut. cairan dan tegangan permukaan. Semuanya dapat
berpengaruh pada ukuran gelembung dan hidrodinamika
Teori cairan dan gas. Input biokinetika melibatkan beberapa
Fermentasi mikrobial adalah suatu proses dimana faktor seperti laju pertumbuhan sel, produktifitas sel dan
populasi mikroorganisme (bakteri, ragi, kapang, dll) laju konsumsi substrat. Seringkali informasi ini diperoleh
ditumbuhkan dengan menggunakan elemen nutrisi tertentu dari data laboratorium, didapatkan pada kondisi tertentu
(nutrients) pada kondisi lingkungan yang menguntungkan yang sering sekali jauh dari kondisi nyata pada reaktor
(suhu, pH, pengadukan, aerasi, dll). Fermentasi tersebut skala besar.
merupakan transformasi material (umumnya substrat yang
mengandung karbon,) menjadi produk hasil dari aktifitas
metabolisme sel [1].
Komponen utama dari reaksi fermentasi adalah:
- Substrat (S) diperlukan untuk pertumbuhan
mikroorganisme, biasanya mengandung karbon (glukosa,
etanol, dll) dan nitrogen (NO3, NH4, dll) dan fosfor (PO4,
dll).
- Biomassa mikroba (X)
- Produk akhir (P) untuk makanan hasil pertanian (minyak,
bir, keju, wine, dll), bahan kimia (pelarut, enzim, asam
amino, dll), industri farmasi (antibiotik, hormon, vitamin
Aspek fisis Biokinetika
dll) atau untuk menghasilkan energi (etanol, biogas, dll). (Jenis aliran, waktu tinggal, (order, inhibisi dan suhu)
Dalam produksi, bioreaktor dapat dioperasikan perpindahan massa)
secara batch, semikontinyu dan kontinyu. Dalam operasi
batch, semua elemen nutrisi yang diperlukan untuk Gambar 1. Informasi untuk Pemodelan Bioreaktor [2]
pertumbuhan biologis dimasukkan pada awal reaksi, tidak
ada suplai ataupun pengeluaran bahan sesudahnya, kecuali Model Bioreaktor
Meskipun merupakan input yang berbeda seperti
untuk pengambilan sampel pengukuran. Reaksi juga
yang ditunjukan pada Gambar 1., pada kenyataannya
berlangsung pada volume konstan. Satu-satunya kegiatan
terdapat interaksi yang perlu diperhitungkan diantara
operator adalah yang terkait dengan variabel lingkungan
kondisi hidrodinamik bioreaktor
Laju produksidan biokinetika sel,
(pH, suhu, kecepatan pengadukan, aerasi, dll). Sehingga,
morfologi dan fisiologi, dan salah satu seni pemodelan
Selektifitas
hanya sedikit alat yang diperlukan dalam implementasinya. Pengendalian
adalah melibatkan secara komprehensif pengaruh faktor-
Hal inilah yang menarik bagi industri. Keuntungan lainnya
faktor tersebut. Oleh sebab itu pada bioreaktor skala besar,
adalah jaminan kemurnian biakan karena resiko
beberapa sel mungkin mengalami kekurangan nutrisi
kontaminasi yang kecil. Kerugiannya adalah kesulitan
esensial karena kombinasi waktu sirkulasi yang lama dan
dalam mengoptimalkan penggunaan mikroorganisme dan
laju suplai nutrisi yang tidak memadai. Hal ini disebabkan
inhibisi substrat karena tingginya konsentrasi awal yang
oleh pencampuran yang tidak memadai atau perpindaham
dapat memperpanjang waktu proses dan membatasi beban
massa yang tidak efisien. Pengadukan dan pengaruh
substrat awal. Pada mode operasi semi kontinyu terdapat
geseran (shear) dapat berdampak pada morfologi sel
suplai elemen nutrisi bila dibutuhkan oleh mikroorganisme.
sehingga mempengaruhi viskositas liquida, yang pada
Hal ini memungkinkan untuk menghilangkan masalah
akhirnya berpengaruh pada bervariasinya densitas sel. Hal
inhibisi dan beroperasi pada laju pertumbuhan spesifik
ini berarti bahwa proses pertumbuhan sel mempengaruhi
yang mendekati maksimum. Mode operasi kontinyu
hidrodinamika bioreaktor secara komplek dan interaktif.
digunakan secara luas pada pengolahan air secara biologis.
Perubahan pada fisiologi sel sedemikian hingga proses
Operasi kontinyu bekerja pada kondisi steady state dan
pertumbuhan sel bergeser dari produksi sel lebih lanjut
suplai yang tetap dengan mempertahankan sistem pada
menjadi produksi metabolit sekunder dapat juga
keadaan stasioner dan menghindari fenomena inhibisi
dipengaruhi oleh keterbatasan jumlah dan laju suplai
karena adanya efek pengenceran dari suplai. Pada operasi
nutrien esensial pada media secara selektif. Perubahan
ini dapat dihasilkan produksi yang tinggi dengan ukuran
reaktor yang kecil.
23
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)
24
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)
25
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)
dX dS 1
V QX i XV K d XV QX (10) Si
dt dt R
dX Q Q
X i X K d X X (11) mS X m S X
dt V V ms X
K S Y K s S YP / S
s X /S
Pada kondisi steady state laju akumulasi akan sama 1
dX S
dengan nol atau 0 . Dengan asumsi bahwa aliran R
dt (18)
masuk tidak mengandung mikroorganisme (steril) atau
X i 0 , maka persamaan di atas akan menjadi: Pada kondisi steady-state persamaan di atas akan
S Q menjadi:
0 m X Kd X X
Ks S V (12)
1
0 Si
Waktu tinggal dalam reaktor atau hydraulic retention time R
(HRT) didefinisikan sebagai berikut: m S X m S X
ms X
R
V K S Y K s S YP / S
(13) s X /S
Q
Sehingga persamaan neraca massa steady state sebagai 1
S
fungsi dari HRT adalah sebagai berikut: R
m S 1 (19)
0 Kd
Ks S R (14)
3. Neraca massa Produk:
Laju akumulasi produk etanol
2. Neraca massa substrat: Laju etanol masuk
Laju akumulasi substrat Laju substrat masuk Laju produksi etanol
Laju konsumsi substrat untuk pertumbuhan Laju etanol keluar
Laju substrat untuk maintenance (20)
Laju substrat untuk pembentukan produk dP V
dt
QPi R X X V QP
Laju substrat keluar (21)
(15)
dP Q SX Q
Pi m X P (22)
dS dt V K s S V
V QSi RSX RSm RSP V QS
dt SX 1
(16) dP 1 m
Pi X P (23)
dt R K s S R
dS Q
Si
dt V Pada kondisi steady state persamaan di atas
menjadi:
m S X m S X
ms X 1 SX 1
K S Y K s S YP / S 0 Pi m X P (24)
s X /S R K s S R
Q
S Produktifitas dari sebuah fermenter kontinyu untuk
V produk dan sel dapat ditentukan melalui persaman
(17) berikut:
Pd sel X / R (25)
Pd produk P / R (26)
Dimana:
Pd sel = produktifitas sel, g/L.jam
Pd produk = produktifitas produk, g/L.h
26
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)
Si=100 g/L
X g/L
konsentrasi sel, substrat dan produk terhadap variasi
hydraulic retention time (HRT).
5
Hasil
Data kinetika untuk fermentasi limbah keju oleh
Kluyveromyces marxianus (DSMZ 7239) ditunjukkan
pada Tabel 2 [6]. 0
0 10 20 30 40 50
R (Hydraulic Retention Time) h
YX / S 0,2 g/g
Si=150 g/L
Si=200 g/L
80
YP / S 0,42 g/g
3,16
S g/L
60
sebab itu pada gambar 4. dan 6 konsentrasi sel dan produk Si=100 g/L
27
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)
2
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Si=100 g/L
Si=150 g/L
Universitas Surabaya yang telah mendanai penelitian
Si=200 g/L ini.
1.5
Productivity g/L.h
0.5
Daftar Pustaka
0
0 10 20 30 40 50
[1] Dochain D., Bioprocess Control, Wiley, 2008.
R (Hydraulic Retention Time) h
[2] Dunn, I.J., Heinzle, E., Ingham, J., Přenosil, J.E.,
Gambar 7. Pengaruh hydraulic retention time dan Biological Reaction Engineering, Wiley-VCH, 2003.
konsentrasi substrat aliran masuk terhadap
[3] Ghaly, A.E., Taweel, A.A., Kinetic Modelling of
produktifitas etanol dalam fermenter Bacth Production of Ethanol from Cheese Whey,
Biomass and Bioenergy, 6( 6), (1994) 465.
Kesimpulan [4] Ghaly, A.E., Taweel, A.A, Kinetic Modelling of
Pada penelitian ini telah dilakukan kajian kritis Continuous Production of Ethanol From Cheese
terhadap proses fermentasi limbah keju dengan Whey, Biomass and Bioenergy, 12(6), (1997) 461.
mengaplikasikan konsep neraca massa pada fermenter
kontinyu. Pada kondisi steady state, proses fermentasi [5] Kargi, F., Ozmihci, S., Utilization of Cheese whey
limbah keju menjadi bioetanol dipengaruhi oleh hydraulic Powder (CWP) for Ethanol Fermentations: Effect of
retention time (R). Pada kondisi steady state tersebut Operating Parameters, Enzyme and Microbial
diperoleh harga R optimum sebesar 25 jam didasarkan Technology, 38 (2006) 711.
pada produktifitas etanol yang tinggi. Harga R optimum ini [6] Kargi, F., Ozmihci, S., Continuous Ethanol
sangat berguna dalam desain peralatan proses karena Fermentation of Cheese Whey Powder Solution:
menentukan ukuran fermenter. Semakin besar harga R, Effects of Hydraulic Residence Time, Bioprocess
semakin besar pula volume fermenter. Namun demikian Biosyst Eng., 30, (2007) 79.
semakin besar volume fermenter akan semakin besar pula
biaya investasinya. [7] Zafar S., Owais M., Ethanol Production from Crude
Whey by Kluyveromyces Marxianus, Biochemical
Ucapan Terima Kasih Engineering, 27, (2005) 295.
28