Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No.

3 (2013)

MODEL PRODUKSI BIOETANOL DARI LIMBAH KEJU


MENGGUNAKAN KLUYVEROMYCES MARXIANUS 

Rudy Agustriyanto, Akbarningrum Fatmawati


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya
Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya, 60292, Indonesia
Email: rudy.agustriyanto@staff.ubaya.ac.id.

Abstrak
Menipisnya cadangan minyak bumi telah meningkatkan minat pengembangan sumber energi alternatif terbarukan.
Limbah keju yang biasa disebut whey adalah salah satu bahan baku yang dapat digunakan untuk produksi bioetanol.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian kritis terhadap proses fermentasi limbah keju dengan mengaplikasikan
konsep dasar keteknikan dan matematika, mempelajari karakteristik proses fermentasi limbah keju menjadi bioetanol,
dan mencari desain fermenter yang optimum. Hal ini dilakukan dengan membuat model sistem steady state dari
fermentasi limbah keju menjadi etanol berdasarkan data kinetika dari peneliti terdahulu dan dengan menggunakan
prinsip fundamental neraca massa. Model tersebut kemudian digunakan untuk mensimulasikan fermentasi limbah keju
secara kontinyu untuk produksi etanol. Pada kondisi steady state, proses fermentasi limbah keju menjadi bioetanol
dipengaruhi oleh hydraulic retention time (R). Pada kondisi steady state tersebut diperoleh harga R optimum sebesar 25
jam didasarkan pada produktifitas etanol yang tinggi. Hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam perancangan proses
dan pengendalian reaksi fermentasi limbah keju menjadi etanol. Pemanfaatan limbah keju yang masih mengandung gula
sehingga dapat difermentasi akan memberikan nilai tambah pada limbah tersebut disamping memberikan alternatif
sumber energi terbarukan yang sangat dibutuhkan oleh karena krisis energi.

Kata kunci: Pemodelan, proses produksi, bioetanol, simulasi

Abstract
The depletion of oil reserves has been increasing interest in the development of alternative renewable energy sources.
Cheese whey as a waste of cheese production is one of the raw materials that can be used for bioethanol production. The
aim of this study is to conduct critical assessment of the cheese whey fermentation process by applying the basic concepts
of engineering and mathematics, to investigate the characteristics of the cheese whey fermentation process into bioethanol,
and to obtain the optimum design of fermenter. This is done by developing steady state model of cheese whey fermentation
system into ethanol based on kinetic data from previous research and using mass balance principle. The model was then
used to simulate the continuous fermentation of cheese whey for ethanol production. At steady state conditions, the
fermentation process of cheese whey into bioethanol is affected by the hydraulic retention time (R). At steady state
conditions, the optimum value of R obtained is 25 hours based on high ethanol productivity. The results of this study will be
useful in the design process and control of cheese whey fermentation reactions into ethanol. The utilization of waste from
cheese production (cheese whey) that contain sugars which can be fermented will provide added value to the waste while
providing an alternative source of renewable energy that is needed due to energy crisis.

Keywords: Modeling, production process, bioethanol, simulation

Pendahuluan Whey adalah istilah yang digunakan untuk limbah


Menipisnya cadangan minyak bumi telah keju. Whey atau plasma susu tersebut merupakan cairan
meningkatkan minat pengembangan sumber energi sisa yang didapat setelah susu digumpalkan. Whey dapat
alternatif terbarukan. Limbah keju adalah salah satu bahan dimanfaatkan sebagai bahan aditif dalam banyak proses
baku yang dapat digunakan untuk produksi bioetanol. pembuatan makanan, antara lain dalam pembuatan roti,
Pada umumnya limbah keju mengandung 5-6% laktosa, biskuit, dan pastry komersial. Pemanfaatan whey sebagai
0.8-1% protein, dan 0.06% lemak [5]. bahan baku pembuatan etanol memberi nilai tambah bagi
Oleh karena adanya ketergantungan pada luar negeri bahan tersebut, karena biasanya bahan tersebut dianggap
dalam teknologi proses bioetanol skala besar (20 ribu sebagai limbah. Pembuatan etanol dapat dilakukan dengan
ton/tahun), maka diperlukan pengembangan teknologi proses fermentasi.
proses yang kompetitif dan efektif untuk mengkonversi Beberapa peneliti telah mempelajari penggunaan
gula atau pati menjadi bioetanol. Penelitian ini sangat limbah keju untuk difermentasi menjadi etanol [3, 4, 5, 7].
relevan untuk pengembangan teknologi industri proses Fermentasi etanol dari whey yang telah dilakukan
yang kompetitif dan efektif. menggunakan yeast Kluyveromyces marxianus NRRL-
1195 [5], Kluyveromyces marxianus MTCC 1288 [7], dan

22
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)

Candida pseudotropicalis ATCC 8619  [3, 4]. Kargi dan Dalam perancangan dan interpretasi unjuk kerja
Ozmihci (2006) mempelajari pengaruh parameter operasi reaktor biologi, diperlukan informasi fisis dan biologis.
pada fermentasi limbah keju menjadi etanol. Sedangkan Faktor fisis yang mempengaruhi lingkungan umum
Ghaly dan Taweel mempelajari kinetika pertumbuhan dan hidrodinamis pada suatu bioreaktor meliputi beberapa
produksi etanol dari whey secara batch dan kontinyu [3, paramter seperti pola aliran liquida dan waktu sirkulasi,
4]. efisiensi distribusi udara dan holdup gas, laju perpindahan
Model matematika kondisi steady state fermentasi massa oksigen, intensitas pencampuran dan pengaruh
limbah keju menjadi etanol dalam penelitian ini berguna geseran (shear). Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh
dalam aspek perancangan proses produksi bioetanol. geometri bioreaktor dan pengaduk (kecepatan pengaduk,
Konversi yang optimum dalam fermenter dapat diperoleh efek baffle) dan oleh pengaruh sifat fisis seperti viskositas
atau diperkirakan berdasarkan model tersebut. cairan dan tegangan permukaan. Semuanya dapat
berpengaruh pada ukuran gelembung dan hidrodinamika
Teori cairan dan gas. Input biokinetika melibatkan beberapa
Fermentasi mikrobial adalah suatu proses dimana faktor seperti laju pertumbuhan sel, produktifitas sel dan
populasi mikroorganisme (bakteri, ragi, kapang, dll) laju konsumsi substrat. Seringkali informasi ini diperoleh
ditumbuhkan dengan menggunakan elemen nutrisi tertentu dari data laboratorium, didapatkan pada kondisi tertentu
(nutrients) pada kondisi lingkungan yang menguntungkan yang sering sekali jauh dari kondisi nyata pada reaktor
(suhu, pH, pengadukan, aerasi, dll). Fermentasi tersebut skala besar.
merupakan transformasi material (umumnya substrat yang
mengandung karbon,) menjadi produk hasil dari aktifitas
metabolisme sel [1].
Komponen utama dari reaksi fermentasi adalah:
- Substrat (S) diperlukan untuk pertumbuhan
mikroorganisme, biasanya mengandung karbon (glukosa,
etanol, dll) dan nitrogen (NO3, NH4, dll) dan fosfor (PO4,
dll).
- Biomassa mikroba (X)
- Produk akhir (P) untuk makanan hasil pertanian (minyak,
bir, keju, wine, dll), bahan kimia (pelarut, enzim, asam
amino, dll), industri farmasi (antibiotik, hormon, vitamin
Aspek fisis Biokinetika
dll) atau untuk menghasilkan energi (etanol, biogas, dll). (Jenis aliran, waktu tinggal, (order, inhibisi dan suhu)
Dalam produksi, bioreaktor dapat dioperasikan perpindahan massa)
secara batch, semikontinyu dan kontinyu. Dalam operasi
batch, semua elemen nutrisi yang diperlukan untuk Gambar 1. Informasi untuk Pemodelan Bioreaktor [2]
pertumbuhan biologis dimasukkan pada awal reaksi, tidak
ada suplai ataupun pengeluaran bahan sesudahnya, kecuali Model Bioreaktor
Meskipun merupakan input yang berbeda seperti
untuk pengambilan sampel pengukuran. Reaksi juga
yang ditunjukan pada Gambar 1., pada kenyataannya
berlangsung pada volume konstan. Satu-satunya kegiatan
terdapat interaksi yang perlu diperhitungkan diantara
operator adalah yang terkait dengan variabel lingkungan
kondisi hidrodinamik bioreaktor
Laju produksidan biokinetika sel,
(pH, suhu, kecepatan pengadukan, aerasi, dll). Sehingga,
morfologi dan fisiologi, dan salah satu seni pemodelan
Selektifitas
hanya sedikit alat yang diperlukan dalam implementasinya. Pengendalian
adalah melibatkan secara komprehensif pengaruh faktor-
Hal inilah yang menarik bagi industri. Keuntungan lainnya
faktor tersebut. Oleh sebab itu pada bioreaktor skala besar,
adalah jaminan kemurnian biakan karena resiko
beberapa sel mungkin mengalami kekurangan nutrisi
kontaminasi yang kecil. Kerugiannya adalah kesulitan
esensial karena kombinasi waktu sirkulasi yang lama dan
dalam mengoptimalkan penggunaan mikroorganisme dan
laju suplai nutrisi yang tidak memadai. Hal ini disebabkan
inhibisi substrat karena tingginya konsentrasi awal yang
oleh pencampuran yang tidak memadai atau perpindaham
dapat memperpanjang waktu proses dan membatasi beban
massa yang tidak efisien. Pengadukan dan pengaruh
substrat awal. Pada mode operasi semi kontinyu terdapat
geseran (shear) dapat berdampak pada morfologi sel
suplai elemen nutrisi bila dibutuhkan oleh mikroorganisme.
sehingga mempengaruhi viskositas liquida, yang pada
Hal ini memungkinkan untuk menghilangkan masalah
akhirnya berpengaruh pada bervariasinya densitas sel. Hal
inhibisi dan beroperasi pada laju pertumbuhan spesifik
ini berarti bahwa proses pertumbuhan sel mempengaruhi
yang mendekati maksimum. Mode operasi kontinyu
hidrodinamika bioreaktor secara komplek dan interaktif.
digunakan secara luas pada pengolahan air secara biologis.
Perubahan pada fisiologi sel sedemikian hingga proses
Operasi kontinyu bekerja pada kondisi steady state dan
pertumbuhan sel bergeser dari produksi sel lebih lanjut
suplai yang tetap dengan mempertahankan sistem pada
menjadi produksi metabolit sekunder dapat juga
keadaan stasioner dan menghindari fenomena inhibisi
dipengaruhi oleh keterbatasan jumlah dan laju suplai
karena adanya efek pengenceran dari suplai. Pada operasi
nutrien esensial pada media secara selektif. Perubahan
ini dapat dihasilkan produksi yang tinggi dengan ukuran
reaktor yang kecil.

23
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)

fisiologi sel ini dapat dipengaruhi oleh hidrodinamika dX


bioreaktor dan juga oleh cara operasi bioreaktor tersebut.  X (1)
dt
Semua permasalahan itu sangat kompleks tetapi
seperti terlihat pada Gambar 1, ketika semua informasi Dimana:
dikombinasikan pada model bioreaktor yang realistis dan X = konsentrasi sel, g/L
benar, akan diperoleh hasil yang memuaskan dan dapat t = waktu, jam
digunakan untuk menentukan laju produksi sel, produk,  = laju pertumbuhan spesifik, jam-1
selektifitas produk, pengendalian dan optimisasi proses Model kinetika pertumbuhan sel terbagi menjadi
dengan meyakinkan [2]. model terstruktur dan tak terstruktur. Model tak
Dalam fermentasi secara batch, pertumbuhan terstruktur menganggap sel sebagai satu unit yang
sel mikroorganisme terdiri dari beberapa fase yang berinteraksi dengan lingkungannya sehingga
ditunjukkan seperti pada Gambar 2 dimana pertumbuhannya dapat diwakili oleh salah satu
karakteristik masing-masing fase ditunjukkan pada komponen saja. Beberapa model tak terstruktur yang
Tabel 1. menjelaskan limitasi substrate pada pertumbuhan sel
adalah model Monod, Contois, Blackman, Tessier dan
Moser.
Hubungan antara laju pertumbuhan spesifik
dan konsentrasi substrat pada model Monod adalah:
mS
 (2)
Ks  S
Dimana:
m = laju pertumbuhan spesifik maksimum, jam-1
S = konsentrasi substrat, g/L
Ks = saturation constant, g/L

Gambar 2. Kurva pertumbuhan Kargi dan Ozmichi (2007) telah memodelkan


mikroorganisme sistem batch pertumbuhan sel Kluyveromyces marxianus (DSMZ
7239) pada bubuk limbah keju (cheese whey powder)
Tabel 1. Karakteristik Fase-Fase Pertumbuhan Sel menggunakan model Monod tersebut. Penggunaan
Fase Laju Karakteristik model tersebut pada fermentasi limbah keju oleh
pertumbuhan Kluyveromyces marxianus tersebut berarti
Lag Nol Tidak terdapat mengabaikan pengaruh inhisi substrat dan etanol
peningkatan jumlah sel, pada pertumbuhan yeast tersebut.
ukuran sel bertambah. Sel Menurut Ghaly dan Taweel (1997), model
aktif secara fisiologis dan fermentasi etanol melibatkan inhibisi etanol sebagai
mensintesa enzim-enzim
produk dan substrat karena konsentrasi produk dan
baru untuk adaptasi
Eksponensial Maksimal Kondisi balanced growth
substrat yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan.
dan dimana sel hampir Oleh sebab itu, laju pertumbuhan spesifik harus
konstan seragam dalam komposisi melibatkan inbisi substrat dan produk tersebut.
kimia dan aktifitas Hubungan antara Laju pertumbuhan spesifik dan
fisiologisnya. inhibisi substrat dan produk adalah sebagai berikut:
Stasioner Nol Akumulasi produk m S Kp Ks '
metabolisme yang toksik  (3)
dan kehabisan nutrien Ks  S K p  P K s ' S
pertumbuhan
Kematian Negatif Terjadi akumulasi zat Dimana:
toksik dan penurunan
K p = konsentrasi etanol yang menghambat, g/L
nutrien lebih lanjut
P = konsentrasi produk (etanol), g/L
Pada fase eksponensial, pertumbuhan secara K s' = konsentrasi substrat dimana pertumbuhan
matematis dapat dimodelkan melalui persamaan terhambat, g/L
berikut:

24
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)

Beberapa parameter yang terkait dengan


stoikiometeri reaksi fermentasi telah didefinisikan Metodologi Penelitian
untuk mempermudah dalam mengembangkan model
kinetika. Yield pertumbuhan sel dan pembentukan Tahapan Penelitian
produk terhadap substrat dalam fermentasi
didefinisikan sebagai berikut: Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
X sebagai berikut:
YX / S  (4)
S a. Studi literatur
b. Pemodelan sistem steady state fermentasi limbah keju
P menjadi etanol berdasarkan data kinetika dari peneliti
YP / S   (5)
S terdahulu dan dengan menggunakan prinsip fundamental
neraca massa.
Dimana: c. Pembuatan program simulasi fermentasi limbah keju
menjadi etanol dengan menggunakan Matlab dan
Y X / S = yield sel terhadap substrat, g/g Simulink.
d. Simulasi fermentasi limbah keju menjadi etanol steady
X = perubahan konsentrasi sel, g/L state
S = perubahan konsentrasi substrat, g/L
Pemodelan Sistem Steady State Fermentasi Limbah keju
YP / S = yield produk terhadap substrat, g/g
Kargi dan Ozmichi (2007) memodelkan fermentasi
P = perubahan konsentrasi produk, g/L limbah keju menjadi etanol dengan menggunakan model
Monod seperti yang dituliskan pada persamaan (2). Skema
fermenter yang digunakan pada sistem kontinyu
Produk yang dihasilkan oleh mikroorganisme ditunjukkan pada Gambar 3.
dalam reaksi fermentasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Produk yang berkaitan dengan pertubuhan yaitu
produk yang secara simultan dengan
pertumbuhan dihasilkan oleh mikroorganisme.
Pembentukan produk seperti ini dapat
dimodelkan sebagai berikut:
1 dP
qp    (6)
X dt
Dimana:
qp = laju pembentukan produk spesifik,
Gambar 3. Skema fermentasi limbah keju secara
g/L.jam kontinyu
 = konstanta produk pertumbuhan
Pada sistem kontinyu, fermentasi dapat dimodelkan yang
2. Produk yang tidak berkaitan dengan diperoleh dari persamaan neraca massa komponen yang
ada di dalam fermenter. Persamaan neraca massa tersebut
pertumbuhan yaitu produk yang dihasilkan pada adalah sebagai berikut:
fase stasioner. Produk seperti ini dapat
1. Neraca massa sel:
dimodelkan sebagai berikut:  Laju akumulasi sel   Laju sel masuk  
qp   (7)  Laju pertumbuhan sel 
Dimana:
 Laju kematian sel 
 Laju keluar sel
 = konstanta produk non pertumbuhan (9)
3. Produk campuran dengan model:
q p     (8)

25
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)

dX dS 1
V  QX i  XV  K d XV  QX (10)  Si 
dt dt R
dX Q Q
 X i  X  K d X  X (11)  mS X  m S X 
dt V V   ms X  
K S Y K s  S YP / S 
 s X /S 
Pada kondisi steady state laju akumulasi akan sama 1
dX S
dengan nol atau  0 . Dengan asumsi bahwa aliran R
dt (18)
masuk tidak mengandung mikroorganisme (steril) atau
X i  0 , maka persamaan di atas akan menjadi: Pada kondisi steady-state persamaan di atas akan
 S Q menjadi:
0  m X  Kd X  X
Ks  S V (12)
1
0 Si 
Waktu tinggal dalam reaktor atau hydraulic retention time R
(HRT) didefinisikan sebagai berikut:  m S X  m S X 
  ms X  
R
V K S Y K s  S YP / S 
(13)  s X /S 
Q
Sehingga persamaan neraca massa steady state sebagai 1
S
fungsi dari HRT adalah sebagai berikut: R
m S 1 (19)
0  Kd 
Ks  S R (14)
3. Neraca massa Produk:
 Laju akumulasi produk etanol 
2. Neraca massa substrat:  Laju etanol masuk 
 Laju akumulasi substrat    Laju substrat masuk    Laju produksi etanol 
 Laju konsumsi substrat untuk pertumbuhan    Laju etanol keluar
 Laju substrat untuk maintenance  (20)
 Laju substrat untuk pembentukan produk  dP V
dt

 QPi  R X  X V  QP 
 Laju substrat keluar (21)
(15)
dP Q   SX  Q
 Pi   m  X   P (22)
dS dt V K s  S  V
V  QSi   RSX  RSm  RSP V  QS
dt   SX  1
(16) dP 1 m
 Pi    X   P (23)
dt R  K s  S  R
dS Q
 Si 
dt V Pada kondisi steady state persamaan di atas
menjadi:
 m S X  m S X 
  ms X   1   SX  1
K S Y K s  S YP / S  0  Pi   m  X   P (24)
 s X /S  R  K s  S  R
Q
S Produktifitas dari sebuah fermenter kontinyu untuk
V produk dan sel dapat ditentukan melalui persaman
(17) berikut:
Pd sel  X / R (25)
Pd produk  P / R (26)
Dimana:
Pd sel = produktifitas sel, g/L.jam
Pd produk = produktifitas produk, g/L.h

26
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)

Simulasi Fermentasi Steady State Limbah Keju 15

Si=100 g/L

Dari model yang diturunkan untuk sistem steady Si=150 g/L


Si=200 g/L
state, model akan diselesaikan secara numerik dengan
bantuan komputer (software Matlab). Akan dipelajari 10

kelakuan steady state fermentasi limbah keju yaitu

X g/L
konsentrasi sel, substrat dan produk terhadap variasi
hydraulic retention time (HRT).
5
Hasil
Data kinetika untuk fermentasi limbah keju oleh
Kluyveromyces marxianus (DSMZ 7239) ditunjukkan
pada Tabel 2 [6]. 0
0 10 20 30 40 50
R (Hydraulic Retention Time) h

Tabel 2. Parameter Kinetika


Gambar 4. Pengaruh hydraulic retention time dan
Parameter Harga konsentrasi substrat aliran masuk terhadap
m 0,094 /jam konsentrasi sel dalam fermenter.
Ks 78,5 g/L
100
Si=100 g/L

YX / S 0,2 g/g
Si=150 g/L
Si=200 g/L
80
YP / S 0,42 g/g
 3,16
S g/L

60

Model matematika dari fermentasi limbah keju oleh 40


Kluyveromyces marxianus secara kontinyu dan steady state
ditunjukkan pada persamaan (14); (19) dan (24). Simulasi
proses fermentasi tersebut dilakukan dengan 20

memvariasikan hydraulic retention time (HRT) dan


konsentrasi substrat pada aliran masuk fermenter. 0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Hasil simulasi steady state ditunjukkan pada Gambar R (Hydraulic Retention Time) h

4 - 7. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa semakin


Gambar 5. Pengaruh hydraulic retention time dan
besar hydraulic retention time maka konsentrasi substrat
konsentrasi substrat aliran masuk terhadap
sisa akan semakin kecil. Penurunan konsentrasi substrat
konsentrasi substrat dalam fermenter
sisa ini terjadi karena konsumsi substrat yang meningkat
untuk pertumbuhan sel dan pembentukan produk. Oleh 50

sebab itu pada gambar 4. dan 6 konsentrasi sel dan produk Si=100 g/L

meningkat dengan semakin besarnya harga hydraulic 40


Si=150 g/L
Si=200 g/L
retention time.
Dari Gambar 5 terlihat bahwa konsentrasi substrat 30
pada aliran masuk tidak mempengaruhi konsentrasi
P g/L

substrat sisa yang terdapat pada fermenter. Hal ini nampak


20
dari persamaan (14) bahwa konsentrasi susbtrat sisa hanya
dipengaruhi oleh hydraulic retention time. Namun
kenaikan konsentrasi substrat di aliran masuk 10

menyebabkan peningkatan konsentrasi sel dan etanol serta


produktifitas etanol yang dihasilkan di fermenter.
0
0 10 20 30 40 50
R (Hydraulic Retention Time) h

Gambar 6. Pengaruh hydraulic retention time dan


konsentrasi substrat aliran masuk terhadap
konsentrasi etanol dalam fermenter

27
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 3 (2013)

2
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Si=100 g/L
Si=150 g/L
Universitas Surabaya yang telah mendanai penelitian
Si=200 g/L ini.
1.5
Productivity g/L.h

0.5

Daftar Pustaka

0
0 10 20 30 40 50
[1] Dochain D., Bioprocess Control, Wiley, 2008.
R (Hydraulic Retention Time) h
[2] Dunn, I.J., Heinzle, E., Ingham, J., Přenosil, J.E.,
Gambar 7. Pengaruh hydraulic retention time dan Biological Reaction Engineering, Wiley-VCH, 2003.
konsentrasi substrat aliran masuk terhadap
[3] Ghaly, A.E., Taweel, A.A., Kinetic Modelling of
produktifitas etanol dalam fermenter Bacth Production of Ethanol from Cheese Whey,
Biomass and Bioenergy, 6( 6), (1994) 465.
Kesimpulan [4] Ghaly, A.E., Taweel, A.A, Kinetic Modelling of
Pada penelitian ini telah dilakukan kajian kritis Continuous Production of Ethanol From Cheese
terhadap proses fermentasi limbah keju dengan Whey,  Biomass and Bioenergy, 12(6), (1997) 461.
mengaplikasikan konsep neraca massa pada fermenter
kontinyu. Pada kondisi steady state, proses fermentasi [5] Kargi, F., Ozmihci, S., Utilization of Cheese whey
limbah keju menjadi bioetanol dipengaruhi oleh hydraulic Powder (CWP) for Ethanol Fermentations: Effect of
retention time (R). Pada kondisi steady state tersebut Operating Parameters, Enzyme and Microbial
diperoleh harga R optimum sebesar 25 jam didasarkan Technology, 38 (2006) 711.
pada produktifitas etanol yang tinggi. Harga R optimum ini [6] Kargi, F., Ozmihci, S., Continuous Ethanol
sangat berguna dalam desain peralatan proses karena Fermentation of Cheese Whey Powder Solution:
menentukan ukuran fermenter. Semakin besar harga R, Effects of Hydraulic Residence Time, Bioprocess
semakin besar pula volume fermenter. Namun demikian Biosyst Eng., 30, (2007) 79.
semakin besar volume fermenter akan semakin besar pula
biaya investasinya. [7] Zafar S., Owais M., Ethanol Production from Crude
Whey by Kluyveromyces Marxianus,  Biochemical
Ucapan Terima Kasih Engineering, 27, (2005) 295.

28

Anda mungkin juga menyukai