Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga dan

puskesmas Rawat Inap Sidomulyo di kota Pekanbaru, pada bulan April-Mei.

Penelitian ini dilakukan dengan metode consequtive sampling. Populasi pada

penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang menjalankan pengobatan di

Puskesmas. Sampel penelitian ini adalah 103 pasien DM yang memenuhi kriteria

inklusi.

4.1 Karakteristik sosiodemografi pasien DM tipe 2

Gambaran mengenai sosiodemografi penderita diabetes melitus pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Variabel Jumlah Persentase


Jenis kelamin
Laki-laki 38 36,9
Perempuan 65 63,1
Total 103 100
Umur
≤45 tahun 5 4,9
>45 tahun 98 95,1
Total 103 100
Pendidikan
SD 13 12,6
SMP 13 12,6
SMA 45 43,7
Perguruan tinggi 32 31,1
Total 103 100
Pekerjaan
Tidak bekerja 51 49,5
Bekerja 52 50,5
Total 103 100
Riwayat DM Keluarga
Tidak ada 34 33
Ada 69 67
Total 103 100
Merokok
Tidak ada 87 84,5
Ada 16 15,5
Total 103 100
Alkohol
Tidak ada 103 100
Total 103 100
AntidiabetikOral
1 Obat 39 37,9
2 Obat 64 63,1
Total 103 100
Status Gizi
Tidak obesitas 68 66
Obesitas 35 34
Total 103 100
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perempuan (63,1%) lebih

banyak daripada laki-laki (36,9%). Pada variabel umur didapatkan bahwa usia

>45 (95,1%) tahun lebih besar dibandingkan usia ≤45 tahun (4,9%). Tingkat

pendidikan responden didapatkan SMA (43,7%) lebih banyak dibandingkan

perguruan tinggi (31,1%), SD (12,6%) dan SMP (12,6%). Berdasarkan pekerjaan

didapatkan bahwa pasien yang bekerja berjumlah 52 orang (50,5%) dan tidak

bekerja 51 orang (49,5%). Berdasarkan riwayat DM dalam keluarga didapatkan

adanya riwayat DM dalam keluarga berjumlah 69 orang (67%). Berdasarkan

riwayat merokok didapatkan sebanyak 87 orang (84,5%) tidak memiliki riwayat

merokok. Berdasarkan riwayat konsumsi antidiabetik oral sebanyak 64 orang

(63,1%) menggunakan 2 jenis obat antidiabetik oral. pada status gizi didapatkan

bahwa tidak obesitas berjumlah 68 orang (66%).


4.2 Hubungan aktivitas fisik dengan kontrol gula darah pada pasien DM

tipe 2

Hubungan aktivitas fisik dengan kontrol gula darah pada pasien DM tipe 2

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Kontrol Gula Darah


Aktivitas Jumlah Tidak
Terkontrol P Value
fisik n (%) terkontrol
n (%)
n (%)
Ringan 21 (20,4) 0 (0) 21 (20,4) 0,000
Sedang 60 (58,3) 3 (2,9) 57 (55,4)
Berat 22 (21,4) 6 (5,9) 12 (15,5)

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan tingkat aktivitas fisik terbanyak adalah

aktivitas fisik sedang yaitu 60 orang (58,3%) dengan kontrol gula darah tidak

terkontrol adalah 57 orang (55,4%) dan terkontrol sebanyak 3 orang (2,9%).

Berdasarkan uji statistik dengan chi square didapatkan hubungan yang signifikan

dengan p value 0,000.

4.3 Hubungan kontrol gula darah dengan faktor pengganggu pada pasien

DM tipe 2

Hubungan kontrol gula darah dengan faktor pengganggu pada pasien DM

tipe 2 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Kontrol Gula Darah


Faktor Jumlah Tidak
Terkontrol P Value
pengganggu N (%) terkontrol
n (%)
n (%)
Riwayat DM
Ada 69 (68) 11 (10,7) 58 (56,3) 0,351
Tidak ada 34 (32) 8 (7,8) 26 (25,2)
Total 103 (100) 19 (18,5) 84 (81,5)
Merokok
Ada 15 (14,6) 4 (3,9) 11 (10,7) 0,375
Tidak ada 88 (85,4) 15 (14,5) 73 (70,9)
Total 103 (100) 19 (18,4) 84 (81,6)
Alkohol
Tidak ada 103 (100) 19 (18,4) 84 (81,6) -
Antidiabetik
1 obat 39 (37,9) 9 (8,7) 30 (29,2) 0,344
2 obat 64 (62,1) 10 (9,7) 54 (52,4)
Status gizi
Obesitas 35 (34) 4 (3,9) 31 (30,1) 0,188
Tidak obesitas 68 (66) 15 (14,6) 53 (51,4)

Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan riwayat DM dengan gula darah tidak

terkontrol (56,3%) lebih banyak dibandingkan dengan gula darah terkontrol

(10,7%). Hasil uji statistik riwayat DM dengan kontrol gula darah ialah 0,351

yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan. Berdasarkan faktor

pengganggu merokok dengan kontrol gula darah tidak ditemukan hubungan yang

signifikan dengan p value 0,375. Berdasarkan faktor pengganggu obat antidiabetik

didapatkan penggunaan 2 (dua) obat dengan gula darah tidak terkontrol (52,4%)

lebih banyak dibandingkan dengan gula darah terkontrol (9,7%). Tidak ditemukan

hubungan yang signifikan antara konsumsi antidiabetik dengan kontrol gula darah

dengan p value 0,344. Berdasarkan faktor pengganggu status gizi ditemukan

status gizi dengan tidak obesitas lebih banyak (66%) dengan gula darah tidak

terkontrol sebanyak 53 orang (51,4%) dan terkontrol sebanyak 15 orang (14,6%).

Berdasarkan uji statistik dengan uji chi square didapatkan adanya hubungan

signifikan antara status gizi dengan kontrol gula darah dengan nilai p value 0,188.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakterisktik responden penelitian

Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sebagian besar

pasien DM tipe 2 adalah perempuan. Adapun jumlah pasien DM tipe 2 dengan

jenis kelamin perempuan berjumlah 65 orang (63,1%), dan laki-laki 38 orang

(36,9% ). Diketahui ada beberapa faktor risiko terjadinya DM tipe 2 pada

perempuan seperti obesitas, kurangnya aktivitas/latihan fisik, usia dan riwayat

DM saat hamil.36 Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2013 yang menyatakan prevalensi diabetes berdasarkan diagnosis dokter

lebih banyak pada perempuan.5 Sekitar 20 hingga 50% wanita yang terkena

diabetes gestasional, kemudian akan berkembang menjadi DM tipe 2.45 Hasil ini

serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Salistyaningsih

dimana kejadian DM tipe 2 lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki.10,46

Hasil penelitian berdasakan umur, didapatkan pasien yang berusia >45

hingga 64 tahun sebanyak 98 orang (95,1%). Usia mempengaruhi risiko kejadian

DM, proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan

perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Penelitian yang dilakukan Yuwindry

di Surakarta tahun 2016 didapatkan hasil pasien yang paling banyak mengalami

DM tipe 2 pada kelompok umur <65 tahun.43

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang paling banyak menderita

DM tipe 2 adalah SMA yaitu 45 orang (43,7%). Tingkat pendidikan perguruan

tinggi 32 orang (31,1%), diikuti tingkat pendidikan SD dan SMP sama banyak
yaitu 13 orang (12,6%). Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap kejadian

penyakit DM, orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki

kesadaran dalam menjaga kesehatannya.46 penelitian yang dilakukan oleh

Salistyaningsih di Yogyakarta didapatkan 51,1% pasien DM tipe 2 berada pada

tingkat pendidikan terakhir SD.46

Berdasarkan status pekerjaan responden, didapatkan lebih banyak pasien

yang bekerja dibanding yang tidak bekerja. Pasien DM tipe 2 yang bekerja yaitu

sebanyak 52 orang (50,5%) dan yang tidak bekerja sebanyak 51 orang (49,5%).

Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyah tahun 2016 di RSUD

dr Soeroto bahwa pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan DM tipe 2 pada usia

produktif.dyah 2016

Hasil penelitian berdasarkan riwayat DM dalam keluarga, sebanyak 69

pasien (67%) memiliki riwayat keluarga dengan DM tipe 2.

Merokok

Alkohol

Antidiabetik oral

Status gizi

5.2 Hubungan aktivitas fisik dengan kontrol gula darah pasien DM tipe 2

Anda mungkin juga menyukai