Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Erisipelas merupakan suatu infeksi kulit akut dan saluran limfa yang di
sebabkan oleh bakteri Streptokokkus pyogenes. Kata “Erisipelas” berasal dari
bahasa kedokteran latin kuno dan diperkirakan merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu dari bahasa yunani erythrós artinya kemerahan, dan dari bahasa latin
pélla artinya kulit.
Erisipelas merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan kulit berbercak
merah, berbatas tegas, melepuh, kadang berair, ada kalanya bernanah dan
membentuk area erosi cukup luas pada permukaan kulit. Erisipelas biasanya
bermula dari luka kecil. Sekitar 85% terjadi di kaki dan wajah, sedangkan
sebagian kecil dapat terjadi di tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.
Erisipelas biasanya terjadi akibat adanya luka, trauma, borok, dan kondisi
yang memungkinkan terjadinya kolonisasi kuman. Kondisi penurunan daya tahan
tubuh seperti kakeksia, diabetes melitus, malnutrisi, dan penyakit sistemik disertai
dengan hygiene yang kurang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Erisipelas dapat berakhir dengan komplikasi serius sehingga membutuhkan
penanganan yang tepat. Kondisi infeksi tersebut terkadang menyebabkan lamanya
masa perawatan di rumah sakit.
Meski sekarang sudah jarang, penyakit ini masih dapat dijumpai di praktek
sehari-hari, terutama pada anak-anak yang sebelumnya ditemukan adanya koreng
atau luka di sekitar timbulnya erisipelas.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Erisipelas adalah suatu jenis selulitis kutaneus superfisial yang ditandai
dengan keterlibatan pembuluh limfatik pada kulit, disebabkan oleh bakteri
Streptococcus β-hemolyticus grup A dan jarang disebabkan oleh S. aureus. Pada
bayi yang baru lahir, bakteri Streptococcus β-hemolyticus grup B bisa
menyebabkan erisipelas. Limfaedema, vena stasis, dan obesitas merupakan faktor
resiko pada pasien dewasa.
Erisipelas merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan kulit berbercak
merah, berbatas tegas, melepuh, kadang berair, ada kalanya bernanah dan
membentuk area erosi cukup luas pada permukaan kulit. Erisipelas biasanya
bermula dari luka kecil. Sekitar 85% terjadi di kaki dan wajah, sedangkan
sebagian kecil dapat terjadi di tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.
Erisipelas dapat terjadi pada semua usia, bangsa dan ras, namun paling
sering ditemukan pada bayi, anak dan usia lanjut. Erisipelas biasanya terjadi pada
wajah dan kaki.
2.2. Etiologi
Erisipelas pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh bakteri
Streptococcus β-hemolyticus grup A, Staphylococcus aureus, dan gabungan
bakteri anaerobik fakultatif, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif seperti
Clostridia. Erisipelas jarang disebabkan oleh Streptococcus grup C dan G. Bakteri
Streptococcus hemolytic grup B bisa menginfeksi bayi baru lahir yang biasanya
disebabkan oleh penyakit erisipelas abdomen atau perianal pada wanita setelah
baru melahirkan.
Faktor Predisposisi Erisipelas
a. Kakhesia
b. Diabetes Melitus
c. Malnutrisi
d. Disgammaglobulinemia

2
e. Alkoholisme
f. Dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila
disertai hygiene yang jelek.

2.3. Patogenesis
Pada awalnya, erisepelas terjadi akibat inokulasi bakteri pada daerah
trauma pada kulit. Selain itu, faktor lokal seperti insufisiensi vena, ulkus,
peradangan pada kulit, infeksi dermatofita, gigitan serangga dan operasi bisa
menjadi port of the entry penyakit ini. Bakteri streptokokus merupakan penyebab
umum terjadinya erisipelas. Infeksi pada wajah biasanya disebabkan oleh bakteri
streptokokus grup A, sedangkan infeksi pada kaki disebabkan oleh bakteri
streptokokus non-grup A. Bakteri ini menghasilkan toksin sehingga menimbulkan
reaksi inflamasi pada kulit yang ditandai dengan bercak berwarna merah cerah,
plak edematous dan bulla. Erisipelas pada wajah berawal dari bercak merah
unilateral dan kemudian terus-menerus menyebar melewati hidung sampai ke sisi
sebelahnya sehingga menjadi simetris. Nasofaring mungkin menjadi port of the
entry erisipelas pada wajah bila disertai dengan riwayat streptokokal faringitis.
Pada erisipelas di daerah extremitas inferior, pasien mengeluh adanya pembesaran
kelenjar limfatik femoral dan disertai demam.

2.4. Gejala klinis


Terdapat gejala-gejala konstitusi seperti: demam, malaise, flu, menggigil,
nyeri kepala, muntah dan nyeri sendi. Kelainan kulit yang utama adalah eritema
yang berwarna merah cerah, berbatas tegas dan pinggirnya meninggi dengan tanda
radang akut. Dapat disertai edema, vesikel dan bulla dan terdapat leukositosis.
Lesi pada kulit bervariasi dari permukaan yang bersisik halus sampai ke inflamasi
berat yang disertai vesikel dan bulla. Erupsi lesi berawal dari satu titik dan dapat
menyebar ke area sekitarnya. Pada tahap awal, kulit tampak kemerahan, panas, terasa
sakit dan bengkak. Kemudian kemerahan berbatas tegas dengan bagian tepi meninggi
yang dapat dirasakan saat di palpasi dengan jari. Pada beberapa kasus, vesikel dan
bullaberisi cairan seropurulen. Pembengkakan nodus limfe di sekitar infeksi sering

3
ditemukan. Bagian yang paling sering terkena adalah kaki dan wajah. Pada kaki,
sering ditemukan edema dan lesi bulla. Biasanya inflamasi pada wajah bermula
dari pipi dekat hidung atau di depan cuping telinga dan kemudian menyebar ke
kulit kepala. Infeksi biasanya terjadi bilateral dan ia jarang disebabkan oleh
trauma.

Tempat Predileksi Erisipelas

4
5
2.5. Diagnosis
Anamnesis
Keluhanan utama : bercak kemerah-merahan pada kulit wajah dan/atau
kaki disertai rasa nyeri.
Keluhan lain : bercak eritem pada daerah wajah, awalnya unilateral lama-
kelamaan menjadi bilateral atau diawali dengan bercak eritem di tungkai bawah
yang sebelumnya dirasakan nyeri di area lipatan paha. Disertai gejala-gejala
konstitusi seperti demam, malaise, flu, menggigil, sakit kepala, muntah, dan nyeri
sendi.
Riwayat penyakit : faringitis, ulkus kronis pada kaki, infeksi akibat
penjepitan tali pusat yang tidak steril pada bayi.
Riwayat pengobatan : pernah dioperasi. Faktor resiko : vena statis,
obesitas, limfaedema.
Pemeriksaan fisis
Inspeksi : bercak merah bilateral pada pada pipi dan kaki, bekas garukan
dan abrasi, bekas luka, dan pembesaran kelenjar limfatik femoral. Effloresensi :
eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas dan pinggirnya meninggi.
Sering disertai udem, vesikel dan bulla yang berisi cairan seropurulen.
Pemeriksaan penunjang
Bakteri dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan biopsi kulit dan kultur.
Spesimen untuk kultur bisa diambil dari apusan tenggorokan, darah dan cairan
seropurulen pada lesi. Pada pemeriksaan darah rutin menunjukkan adanya
polimorfonuklear leukositosis, meningkatnya laju endap darah (LED) dan juga
meningkatnya C-reaktif protein.

2.6. Diagnosis banding


a. Selulitis
Selulitis terjadi pada lapisan dermis dan subkutan. Etiologi paling sering adalah
S. Pyogens, S.aureus dan GAS. Selain itu, bakteri sering disebabkan oleh streptokokus
grup B juga bisa menyerang bayi dan bakteri basil gram negatif bisa menyerang orang
dengan tingkat imun yang rendah. Tinea pedis biasanya menjadi port of the entry infeksi

6
penyakit ini. Selulitis mempunyai gejala yang sama dengan erisipelas yaitu eritema dan
sakit, tetapi dapat dibedakan dengan batas lesi yang tidak tegas, terjadi di lapisan yang
lebih dalam, permukaan lebih keras dan ada krepitasi saat dipalpasi. Selulitis dapat
berkembang menjadi bulla dan nekrosis sehingga mengakibatkan penggelupasan dan
erosi lapisan epidermal yang luas.

b. Dermatitis Kontak Alergi


Dermatitis kontak alergi merupakan presentasi dari respon
hipersensitivitas type IV terhadap lebih 3700 jenis zat kimia eksogen. Gejala-
gejala klinis akan muncul setelah terekspos berulang oleh alergen. Fase akut
ditandai dengan eritema, permukaan menonjol dan plak bersisik. Penderita
dermatitis kontak alergi biasanya dalam keadaan normal dan tidak ditemukan
tanda-tanda patologis pada pemeriksaan lab.

7
2.7. Komplikasi
Bila tidak diobati atau diobati tetapi dosis tidak adekuat, maka kuman
penyebab erisipelas akan menyebar melalui aliran limfe sehingga terjadi abses
subkutan, septikemi dan infeksi organ lain (nefritis). Pengobatan dini dan adekuat
dapat mencegah terjadinya komplikasi supuratif dan non supuratif.
Pada bayi dan usia lebih lanjut yang lemah, serta penderita yang sementara
mendapat pengobatan dengan kortikosteroid, erispelas dapat progresif bahkan bisa
terjadi kematian (mortalitas pada bayi bisa mencapai 50%).
Erysipelas cenderung rekuren pada lokasi yang sama, mungkin disebabkan
oleh kelainan imunologis, tetapi faktor predisposisi yang berperan pada serangan
pertama harus dipertimbangkan sebagai penyebab, misalnya obstruksi limfatik
akibat mastektomi radikal (merupakan faktor predisposisi erispelas rekuren).

2.8. Penatalaksanaan
Pada erisipelas di daerah kaki, istirahatkan tungkai bawah dan kaki yang
diserang ditinggikan. Pengobatan sistemik ialah antibiotik, topikal diberikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptik.
 Sistemik
1. Obat pilihan utama (drug of choice):
a. Penicilline masih merupakan obat pilihan utama dan memberikan
respon sangat bagus untuk penyembuhan Erysipelas.
b. Benzyl penicilline 600-1200 mg, diberikan secara intravenous setiap 6
jam, sedikitnya 10 hari.
c. Penicilline Procain G: 0,6-1,2 juta unit, diberikan secara intramuskuler
(suntik di bokong atau paha), 2 kali sehari selama 10 hari.
d. Amoxycilline 500 mg, diminum 3 x 1 selama 7-10 hari. Atau
ampicilline 500 mg, diminum 4 x 1 selama 7-10 hari. Dapat juga
diberikan kombinasi Amoxycilline dan Clavulanic acid selama 10 hari.
2. Obat-obat lain yang dapat digunakan, diantaranya:

8
a. Erythromycin. Diminum 4 kali 250-500 mg sehari, selama 10 hari.
Dosis anak: 30-50 mg per kg berat badan per hari, diberikan 3-4 kali
sehari selama 10 hari.
b. Cloxacilline atau Dicloxacilline, diminum 4 kali 250-500 mg sehari,
selama 10 hari.
c. Cephalosporine, misalnya cefadroxyl, diminum 3 kali 500 mg selama
10 hari.
 Topikal
- Kompres dengan Sodium Chloride 0,9 %.
- Salep atau krim antibiotika, misalnya: Natrium Fusidat, Mupirocin,
Garamycin, Gentamycin.

2.9. Pencegahan
- Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi secara teratur menggunakan
sabun dan shampoo yang mengandung antiseptic, agar kuman pathogen
secepatnya hilang dari kulit.
- Sebisa mungkin menghindari faktor predisposisi yang dapat memperparah
kondisi penyakit.
- Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit pada bagian yang belum
terinfeksi. Atau bila terjadi kerusakan berupa luka kecil segera dirawat/
diobati.
- Hindari bersentuhan dengan bayi dan anak-anak, wanita hamil, orang yang
sakit serius, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
- Konsumsi buah - buahan yang mengandung vitamin agar daya tahan tubuh
tetap terjaga.
- Selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih.

9
2.10. Prognosis
Prognosis pasien erisipelas adalah bagus. Komplikasi dari infeksi
tidak menyebabkan kematian dan kebanyakan kasus infeksi dapat diatasi dengan
terapi antibiotik. Bagaimanapun, infeksi ini masih sering kambuh pada pasien
yang memiliki faktor predisposisi.
Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal.
Kalau sering residif di tempat yang sama, dapat terjadi elephantiasis.

10
BAB III
STATUS PASIEN

1. IDENSITAS PASIEN
Nama : Asa Zanolo Hulu
Umur : 53
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jln. Medan km 4,5
Bangsa : Indonesia
Suku : Nias
Tanggal Kunjungan : 26-09-2016
No. RM : 32-45-20
2. ANAMNESE PASIEN
Keluhan Utama : Tampak keropeng-keropeng,bengkak dan luka dan
terasa gatal,perih dan berdenyut dikaki sebelah kiri
dialami 1bulan lalu
Telaah :Luka awalnya disebabkan karena kena knalpot.
Luka merah dan berair, terasa panas dan perih.
Kemudian luka menyebar keatas dan semakin
parah.Os mengaku ada meriang-riang satu hari
datang sebelum ke Rs. Os pernah berobat ke
puskesmas dan diberikan obat tetapi tidak sembuh
juga. Lalu Os datang ke RSUD dr. Djasamen
Saragih.

RPT : Tidak ada


RPK : Tidak ada
RPA : Tidak ada
RPO : obat dari puskesmas
Kompres

11
3. STATUS DERMATOLOGIS
 Ruam : Vesikel, Eritema, Erosi, Ekskoriasi, Ulkus, Krusta
 Lokasi : Tungkai bawah sebelah kiri

12
 Diagnosis Banding :1. Erisipelas
2.Selulitis
 Diagnosis Sementara : Erisipelas
 Terapi : Clindamicyn 3x300
Ibuprofen 3X1
Kompres Nacl 0,9%
Fuson cr II
 Prognosis : pasien erisepalas prognosisnya bagus. Komplikasi
dari infeksi tidak menyebabkan kematian dan kebanyakan kasus
infeksi dapat diatasi dengan terapi antibiotik.
 Anjuran : menghindari faktor resiko penyakit yaitu luka
pada kulit dan menjaga kebersihan diri serta lingkungan kita dan
makan banyak serta makanan yang bergizi

13
RESUME
Pasien atas nama Asa Zanolo Hulu, 53 tahun datang ke poli kulit RSUD
dr.Djasamen Saragih. Tampak keropeng-keropeng, bengkak dan luka dan terasa
gatal, perih dan berdenyut dikaki sebelah kiri dialami 1 bulan lalu. Awalnya Os
Luka merah dan berair, terasa panas dan perih disebabkan karena terkena knalpot.
Pasien mengalami Luka merah dan berair, terasa panas dan perih. Kemudian luka
menyebar keatas dan semakin parah.Os mengaku ada meriang-riang satu hari
datang sebelum ke Rs.

DISKUSI
Ruam : Vesikel, Eritema, Erosi, Ekskoriasi, Ulkus, Krusta. Sesuai dengan
teori Erisipelas disebabkan oleh bakteri Streptococcus β-hemolyticus grup A.
Terdapat gejala-gejala konstitusi seperti : demam, malise, flu, nyeri kepala, nyeri
sendi. Pada tahap awal kulit tampak kemerahan, panas, terasa sakit dan bengkak.
Obat yang sering digunakan adalah kompres Nacl 0,9%
Kelainan kulit yang utama adalah eritema yang berwarna merah cerah,
berbatas tegas dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai
edema, vesikel dan bulla dan terdapat leukositosis. Lesi pada kulit bervariasi dari
permukaan yang bersisik halus sampai ke inflamasi berat yang disertai vesikel dan
bulla. Erupsi lesi berawal dari satu titik dan dapat menyebar ke area sekitarnya. Pada
tahap awal, kulit tampak kemerahan, panas, terasa sakit dan bengkak. Kemudian
kemerahan berbatas tegas dengan bagian tepi meninggi yang dapat dirasakan saat di
palpasi dengan jari (Djuanda 2010).

14
BAB IV
KESIMPULAN

1. Erysipelas merupakan suatu infeksi kulit akut dan saluran limfa yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus β-hemolyticus.
2. Erysipelas ditandai dengan kulit berbercak merah, berbatas tegas, melepuh,
kadang berair, adakalanya bernanah dan membentuk area erosi cukup luas
pada permukaan kulit. Erysipelas biasanya bermula dari luka kecil. Sekitar
85% terjadi di kaki dan wajah, sedangkan sebagian kecil dapat terjadi di
tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.
3. Penyakit ini pada umumnya menular melalui kontak langsung dengan
penderita Erysipelas. Namun tidak menutup kemungkinan bakteri
Streptokokkus pyogenes dapat menyebar melalui udara.
4. Cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit tersebut adalah dengan
menghindari faktor pemicu penyakit yaitu luka pada kulit dan menjaga
kebersihan diri serta lingkungan kita.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, R.S 2002. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

2. Davis L. Medscape Drugs, Diseases & Procedures Reference :

Erysipelas.http://emedicine.medscape.com/article/1052445-

overview.2012.

3. James WD, Berger TG, Elston DM.Andrew’s disease of Skin Clinical

Dermatology.10th Ed. Elsevier. Canada. 2000. P.260-261.

4. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of

Dermatology. 8th Ed.Wiley Blackwell. United Kingdom. 2007. P.30.17-

30.20.

5. Gawkrodger D. Dermatology An Illustrated Colour Text. 3rd Ed.

Churchill Livingstone.China. 2002. P.45.

6. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Kedua. Fakultas

KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta. 1993. P.48-49.

7. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Thieme Clinical Companions

Dermatology. Thieme.New York. 2006. P.82.

8. Cohen DE, Jacob SE. Chapter 13 Allergic Contact Dermatitis. Wolff K,

Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.

7th Ed. McGraw Hill Medical.United State of America. 2008. P.136-140.

16

Anda mungkin juga menyukai