PENDAHULUAN
Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi
di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan
salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup
maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota
London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang
disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di
jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul
baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%,
terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk
rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius.
Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat
tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata.
40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan klub-klub,
50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum waktu penyerangan, 27%
pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang disebabkan oleh pukulan (46%),
tendangan (17%) bermacam-macam senjata (17%), pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya
disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidak diketahui. Selama
tahun 2006, jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119. Inilah
peningkatan kejahatan yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena
kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan
tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65 persen.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
1
dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum,
dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka,
keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di
Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et
Repertum. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka,
tujuannya untuk mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang
baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim
untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering
mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan
tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi
persyaratan formal dan material, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di
sidang pengadilan. Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa sebagai kalangan medis,
penting untuk mengetahui dan mendeskripsikan berbagai hal mengenai luka dan trauma.
Sehingga traumatologi menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Definisi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Jadi traumatologi merupakan
ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan
tubuh manusia yang masih hidup.
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik
maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan
dapat di ketahui jenis penyebabnya yaitu :
A. Benda–benda Mekanik
1. Benda Tumpul
Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis
luka, antara lain :
a. Memar ( kontusi )
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan
tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut disebabkan oleh
pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap ke jaringan di sekitarnya.
Mula–mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5
hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi
kekuningan. Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan
darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar
dibandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat di
jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras tidaknya
pukulan. Pada wanita atau orang–orang yang gemuk juga akan mudah terjadi memar.
Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika di periksa dengan
seksama akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya, yaitu :
3
Memar Lebam mayat
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar
dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :
4
Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka lecet
juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda sebagai
berikut :
o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak di
temukan reaksi jaringan.
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan
benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan
jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :
o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
( misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas )
5
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka
tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda
tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala
maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi. Kekerasan akibat
benda tajam dapat menimbulkan luka yang bentuknya tergantung dari cara benda
tajam itu mengenai sasaran. Jika diiriskan akan mengakibatkan luka iris, jika di
tusukan akan mengakibatkan luka tusuk dan jika di bacokan (di ayunkan dengan
tenaga yang kuat) akan mengakibatkan luka bacok. Kekerasan akibat benda
tumpul dapat menyebabkan luka memar, luka lecet atau luka robek.
d. Patah tulang
Pada trauma tumpul yang kaut dapat terjadi patah tulang. Pada anak-anak
dan oarng muda tulang masih lentur dan dapat menyerap tekanan yang berat
miasalnya dinding, mobil, pada anak-anak dapat menyebabkan hancurnya organ
dalam tanpa patah tulang iga. Pecahnya tulang dapat menunjukkan rah trauma.
Patah tulang dapat menimbulkan perdarahan luar dan perdarahan dalam.
Yang paling bahaya adalah trauma tumpul pada tulang kepala, karena dapat
terjadi perdarahan epidural, subdural, subarachnoid, dan intraserebral
2. Emboli pulmonal atau emboli otak oleh karena sel-sel lemak memasuki
sirkulsi darah, biasanya terjadi pada fraktur tulang-tulang panjang
6
2. Benda Tajam
Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :
- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
- Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.
Luka iris adalah luka yang diakibatkan karena alat untuk memotong dengan mata
tajam dengan cara menekan dan menggeser pada permukaan kulit, tenaga menggeser lebih
besar daripada tenaga menekan. Contoh benda tajam: pisau, silt, pecahan kaca dan taji.
7
a. Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka
b. Tepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit tepi luka tajam dan berliku-liku
c. Ujung luka runcing
d. Rambut ikut teriris
e. Tidak ada jembatan jaringan
Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luuka sayat mengenai pembuluh darah
yang dekat ke permukaan seperti dileher, siku bagian dalam, pergelangan tangan dan
lipat paha.
1. Lokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher. Pergelangan tangan, perut dan
lekuk lutut, irisan dileher biasanya tidak sampai ruas belakang tulang leher
2. Terdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal dinamakan irisan percobaan
kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebih dalam
8
f. 3-5 hari
Bersamaan dengan pembuluh darah baru juga terbentuk jaringan fibrin, pembuluh
darah yang terbentuk menunjukkanpenebalan dan obliterasi
g. 1-2 minggu
Jaringan parut mulai terbentuk
Luka tusuk dalah luka yang disebabkan oleh karena alat dengan ujung-ujung runcing, mata
tajam atau tumpul atau alat dengan ujung runcing denganpenampang bulat, segitiga
dengan cara menusukkan sehingga masuk ke dalam jaringan tubuh. Contohnya: pisau,keris,
pecahan kaca, kikir dengan penampang bulat, segitiga, obeng dll.
a. Penetrasi
Pada luka ini benda menyebabkan penetrasi yang merobek kulit dan jaringan yang lebih
dala, lalu masuk ke rongga tubuh, seperti pada rongga thorax, abdomen,dll. Dengan
demikian bahwa luka hanya merupakan tempat masuk
b. Perforasi
Jika luka merobek jaringan tubuh manusia sampai menembus dari satu sisi ke sisi yang
lainnya.
Penyebab kematian yang paling sering adalah cedera pada organ vital tubuh
Luka bacok adalah luka yang diakibatkan senjata tajam yang berat dan diayunkan
dengan tenaga akan menimbulkan luka menganga2. Contoh: pedang, arit. Kapak, golok3
Luka ini sering sampai ketulang . bentuknya hampirsama dengan luka sayat
tetapi dengan derajat luka yang lebih berat dalam. Luka terlihat terbuka lebar atau
ternganga pedarahan sangat banyak dansering mematikan.
10
Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri, atau
kecelakaan memiliki ciri-ciri:
11
3. Luka tembak
a. Jika hanya terdapat satu luka tembak yaitu luka tembak masuk, hal
itu menunjukkan bahwa peluru masih terdapat di dalam tubuh. Pada
kasus demikian maka peluru harus diambil oleh ahli bedah dan pelurunya
diserahkan kelaboratorium forensik. Lokasi peluru dengan tepat dapat
diketahui dengan pemeriksaan sinar X
b. Luka tembak masuk biasanya lebih kecil dibanding pelurunya.
Hal ini disebabkan sifat elastis kulit
c. Bentuk luka adalah bulat jika peluru menembus kulit pada posisi tegak
lurus.
Jika peluru menembus kulit dengan membentuk sudut maka bentuk luka
menjadi lonjong.
a. Jika tembakan dilakukan dari jarak dekat, luka tembak masuk cukup besar
dan pinggiran luka melekuk ke arah luar.
b. Pada luka mungkin terdapat sisa-sisa pakaian yang dikenakan korban, atau
sisa bubuk mesiu yang tidak terbakar
c. Kulit disekitarnya da yang hangus dan seperti kulit di tato.
12
a. Ukuran lukanya lebih besar daripada luka tembak masuk
b. Pinggiran luka tercabik-cabik atau robek dan melekuk kearah luar.
a. Peluru mungkin keluar melalui luka tembak masuk karena berbenturan dengan
tulang yang keras.
Tidak terdapat bagian kult hangus atau seperti tatto pada kulit disekitarnya.
13
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Ukuran kecil, karena peluru menembus kulit sepertiUkuran lebih besar dan lebih tidak teratur
bor dengan kecepatan tinggi dibanding luka tembak masuk, karena
kecepatan peluru berkurang sehingga
menyebabkan robekan jaringan
Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena peluruPinggiran luka melekuk ke luar karena
menembus kulit dari luar peluru menuju keluar
Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa oleh peluru Tidak ada
yang masuk
Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, kelim tato,Tidak ada
atau jelaga
Pada tulang tengkorak pinggiran luka bagus Tampak seperi keadaan mirip kerucut
a. Jenis peluru
14
keluar tanpa mengalami deflekasi. Dalam hal ini maka cedera yang terjadi
pada luka tembak masuk dan luka tembak keluar hampir sama ukuran dan
bentuknya melingkar. Luka seperti ini cepat sembuh.
5. Peluru yang bentuknya tidak teratur mengakibatkan bentuk luka yang
tidak beraturan, laserasi jaringan dan ukuran yang bermacam-macam.
b. Kecepatan peluru
Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel
dengan kulit:
2. Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tatto terjadi
karena bubuk mesiu senjata yang tidak terbakar.
4. Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata.
15
Tembak jarak dekat
f. Sekitar luka Tidak ada luka lain Ada luka lecet atau memar
B. Benda Fisik
16
Benda bersuhu rendah
Sengatan listrik
Petir
Tekanan (barotrauma)
3. Sengatan listrik
17
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka
bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
Besarnya pengaruh listrik pada jaringan tersebut tergantung dari besarnya
tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya tahanan kulit (ohm),
dan kontak serta luasnya daerah yang terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan
jaringan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah
pucat, dikelilingi daerah hipereremis. Sering ditemukan adanya metalisasi.
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan
adanya luka. Bahkan kadang-kadang bagian baju atau sepatu yang dilalui
arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.Tegangan arus
kurang dari 65 volt biasanya tidak mebahayakan, tetapi tegangan antara 65-
1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (ampere) yang dapat
mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi
ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan. Sedangkan
faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang
akan adanya listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang yang
tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya biasanya
pengaruhnya lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap
hari berhubungan dengan listrik.
4. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang
tegangannya dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar
100.000 A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada hakekatnya
merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara.
Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara berupa
luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan beda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan
susunan saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat
18
terjadi karena efek ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya.
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborecent mark (percabangan
pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-
benda dari logam yang dipakai, magnetisasi benda-benda dari logam yang
dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
5. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar
tubuh manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering
disebut disbarisme yang terdiri atas 2 macam, yaitu:
a. Hiperbarik:
Sindroma ini disebabkan oleh tekanan tinggi, antara lain:
- Turun dari ketinggian secara mendadak (saat pesawat mendarat
atau turun gunung)
- Berada di kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving
(menyelam dengan tangki oksigen), snorkling (menyelam
dengan tube di mulut) penyelam dengan pakaian khusus.
b. Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
- Naik tempat tinggi secara mendadak saat pesawat mengudara
atau saat pesawat meluncur ke ruang angkasa.
- Berada di ruangan bertekanan rendah, misalnya dalam
decompression chamber.
19
- Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
Luka akibat tembakan senjata api pada dasarnya merupakan luka yang
disebabkan oleh trauma benda mekanik (benda tumpul) dan fisik (panas), yaitu
anak peluru yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor).
20
D. Zat Kimia Korosif
1. Golongan asam
Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain:
- Asam mineral, antara lain: H2SO4, HCl dan NO3
- Asam organik, antara lain: asam oksalat, asam formiat dan asam
asetat
- Garam mineral, antara lain: AgNO3 dan zinc chloride
- Halogen, antara lain: F, Cl, Ba dan J
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan
luka, ialah:
2. Golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
- KOH
- NaOH
- NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka adalah:
- Mengadakan ikatan denga protoplasma sehingga membentuk
alkaline albumin dan sabun
- Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematine
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini
adalah:
- Terlihat basah dan edematous
- Berwarna merah kecoklatan
- Perabaan lunak dan licin
21
Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi
keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum
terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus,
informasi tentang waktu terjadinya kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai
bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, tidak seharusnya seseorang
dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada ditempat
yang jauh dari tempat kejadian perkara.
Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka itu
terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu
dicari ada tidaknya tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka terjadi
sebelum mati dan demikian pula sebaliknya.
a. Retraksi jaringan
Terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan
kemudian mengkerut sambil menarik kulit diatasnya. Jika arah luka
memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan
22
menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis maka
bentuk luka tak begitu menganga.
b. Reaksi vaskuler
Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :
- Eritema (kulit berwarna kemerahan)
- Vesikel atau bulla
Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa :
- Kontusi atau memar
c. Reaksi mikroorganisme (infeksi).
Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan
meninggalkan luka terbuka maka kuman-kuman akan masuk serta
menimbulkan infeksi yang ciri-cirinya sebagai berikut :
- Warna kemerahan.
- Terlihat bengkak.
- Terdapat pus.
- Bila sudah lama telihat adanya jaringan granulasi.
d. Reaksi biokimiawi.
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah
tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :
- Kenaikan kadar serotonin(kadar maksimal terjadi 10 menit
sesudah trauma).
- Kanaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30 menit
sesudah trauma).
- Kanaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase)
yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari
mekanisme pertahanan jaringan.
B. Umur Luka
- Pemeriksaan makroskopik.
23
- Pemeriksaan mikroskopik (histologik).
- Pemeriksaan histokemik (histochemical examination).
- Pemeriksaan biokemik (biochemical examination).
1. Pemeriksaan makroskopik.
Pada luka robek atau terbuka juga dapat diperkirakan umurnya dengan
mengamati perubahan–perubahannya. Dalam selang waktu 12jam sesudah
trauma akan terjadi pembengkakan pada tepi luka, selanjutnya kondisi luka
akan di dominasi oleh tanda-tanda inflamasi dan kemudian di susul tanda-tanda
penyembuhan.
2. Pemeriksaan mikroskopik.
24
sesudah trauma. Leukosit yang mula-mula masuk kejaringan adalah jenis
polimorfonuklear. Pada stadium berikutnya akan tampak monosit, namun
leukosit jenis ini jarang ditemukan pada eksudat kurang dari 12 jam sesudah
trauma. Pada trauma dengan inflamasi aseptik, proses eksudasi akan mencapai
puncaknya dalam waktu 48 jam.
Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga, sedangkan sel-sel fibroblast mulai
menunjukan perubahan reaktif ( dalam bentuk proliferasi ) sekitar 15 jam
sesudah trauma. Tingkat proliferasi tersebut serta proses pembentukan kapiler-
kapiler baru sangat variatif, tetapi biasanya jaringan granulasi lengkap dengan
vaskularisasinya akan terbentuk paling tidak sesudah 3 hari.serabut-serabut
kolagen yang baru juga mulai tebentuk 4 atau 5 hari sesudah trauma.
3. Pemeriksaan Histokemik
25
disekitarnya, kira-kira setengah inci. Separo dari potongan itu difiksasi dengan
menggunakan formalin 10% didalam refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius
sepanjang malam untuk membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase.
Separonya lagi dibekukan dengan isopentane dengan menggunakan es kering
(dry ice) guna mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan
aminopeptidase.
4. Pemeriksaan Biokemik.
Dengan melihat bentuk serta ciri-ciri luka, dapat juga diketahui cara benda
penyebabnya digunakan. Sudah barang tentu tergantung dari jenis benda
penyebab luka tersebut.
Untuk senjata tajam, cara senjata itu digunakan dapat dibedakan, yaitu:
26
Diiriskan
Ditusukkan
Dibacokkan
Untuk senjata api, cara senjata itu ditembakkan juga dapat ditentukan, yaitu:
1. DIIRISKAN
Diiriskan artinya bahwa mata tajam dari senjata tersebut ditekankan lebih
dahulu ke suatu bagian dari tubuh kemudian digeser ke arah yang sesuai
dengan arah senjata. Luka yang ditimbulkannya merupakan luka iris (incised
wound) yang ciri-cirinya:
Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka
2. DITUSUKKAN
Ditusukkan artinya bagian ujung dari senjata tajam ditembakkan pada suatu
bagian dari tubuh dengan arah tegak lurus atau miring dan kemudian ditekan
ke dalam tubuh sesuai arah tadi. Luka yang ditimbulkan merupakan luka tusuk
(stab wound) yang ciri-cirinya:
Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka
3. DIBACOKKAN
Dibacokkan artinya bahwa senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan
diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut
27
mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-tulang dibawahnya biasanya
berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka. Luka yang
ditimbulkannya merupakan luka bacok (chop wound) yang ciri-cirinya:
Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
Ukuran luka besar dan menganga
Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka
Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas luka
terdapat memar
4. DITEMBAKKAN
Jika ditembakkan tegak lurus ke arah permukaan tubuh, maka ciri-cirinya:
Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris
Jika ditembakkan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi mempunyai
ciri-ciri:
Jika ditembakkan dengan jarak dekat (1 inci – 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka
yang terjadi adalah:
Jika ditembakkan dengan jarak jauh (lebih dari 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka
yang terjadi adalah:
28
Berdasarkan prinsip inersia (principle of inertia) dari Galileo Galilei,
setiap benda akan tetap pada bentuk dan ukurannya sampai ada kekuatan luar
yang mampu merubahnya. Selanjutnya Isaac Newton dengan 3 buah hukumnya
berhasil menemukan metode yang dapat dipakai untuk mengukur dan
menghitung energi.
Dengan dasar-dasar tadi maka dapat diterangkan bagaimana suatu energi
potensial dalam bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetik yang mampu
menimbulkan luka, yaitu kerusakan jaringan yang dapat disertai atau tidak
disertai oleh diskontinuitas permukaan kulit.
Bentuk dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian tubuh
yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta,
tuli atau terganggunya fungsi organ-organ dalam.
3. Infeksi
4. Penyakit
29
Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit
jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam
kontroversi.
5. Kelainan psikis
30
B. Aspek Yuridis
Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau
tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut
hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak
pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau
negligence (kurang hati-hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman
perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.
Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut
didasarkan atas pengaruhnya terhadap :
- Kesehatan jasmani.
- Kesehatan rohani.
- Estetika jasmani
1. Luka ringan.
2. Luka sedang.
3. Luka berat.
31
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh
dengan sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan
sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma
pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah dijahit
sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.
f. Lumpuh.
32
waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana
umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedangkan,
kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi
menunjukkan tanda-tanda hidup, tidak dipersoalkan bayi keluar
atau tidak dari perut ibunya.
1. Pembunuhan
Ciri-ciri lukanya adalah:
Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan
maupun yang tidak mematikan
Lokasi tersebut di daerah yang dapat dijangkau maupun yang tidak
dapat dijangkau oleh tangan korban
Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata
Dapat ditemukan luka tangkisan (defensive wounds), yaitu pada
korban yang sadar ketika mengalami serangan. Luka tangkisan
tersebut terjadi akibat reflek menahan serangan sehingga letak luka
tangkisan biasanya pada lengan bawah bagian luar.
2. Bunuh diri
Ciri-ciri lukanya adalah:
Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat
Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan
Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata
Ditemukan luka-luka percobaan (tentative wounds).
33
Jumlahnya lebih dari satu
Lokasinya di sekitar luka yang mematikan
Kualitas lukanya dangkal
Tidak mematikan
3. Kecelakaan
Jika ciri-ciri luka yang ditemukan tidak menggambarkan pembunuhan atau
bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelakaan. Untuk lebih
memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan di tempat kejadian.
BAB 3
34
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Seorang dokter atau calon dokter harus belajar mendiskripsikan luka
sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.
2. Seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
5. Apuranto, Hariadi. Luka tumpul [online]. 2010. Available at:
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf
37