Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi
di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan
salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup
maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota
London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang
disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di
jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul
baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%,
terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk
rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius.

Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat
tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam senjata.
40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan klub-klub,
50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum waktu penyerangan, 27%
pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang disebabkan oleh pukulan (46%),
tendangan (17%) bermacam-macam senjata (17%), pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya
disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidak diketahui. Selama
tahun 2006, jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119. Inilah
peningkatan kejahatan yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena
kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan
tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65 persen.

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
1
dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum,
dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka,
keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di
Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et
Repertum. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka,
tujuannya untuk mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang
baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim
untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering
mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan
tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi
persyaratan formal dan material, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di
sidang pengadilan. Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa sebagai kalangan medis,
penting untuk mengetahui dan mendeskripsikan berbagai hal mengenai luka dan trauma.
Sehingga traumatologi menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Definisi

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Jadi traumatologi merupakan
ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan
tubuh manusia yang masih hidup.

2.2 Jenis Penyebab Trauma

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik
maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan
dapat di ketahui jenis penyebabnya yaitu :

A. Benda–benda Mekanik

1. Benda Tumpul

Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis
luka, antara lain :

a. Memar ( kontusi )

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan
tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut disebabkan oleh
pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap ke jaringan di sekitarnya.
Mula–mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5
hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi
kekuningan. Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan
darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar
dibandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat di
jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras tidaknya
pukulan. Pada wanita atau orang–orang yang gemuk juga akan mudah terjadi memar.
Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika di periksa dengan
seksama akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya, yaitu :

3
Memar Lebam mayat

Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah


Pembengkakan Positif Negatif
Bila ditekan Memucat/menghilang Warna tetap
Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)

b. Luka lecet ( abrasi )

Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar
dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :

o Bentuk luka tidak teratur

o Batas luka tidak teratur

o Tepi luka tidak rata

o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan

o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mengering )

o Warna coklat kemerahan

 Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di


tutupi epitel dan reaksi jaringan ( inflamasi )

4
Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka lecet
juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda – tanda sebagai
berikut :

o Warna kuning mengkilat

o Lokasi biasanya didaerah penonjolan tulang

o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak di
temukan reaksi jaringan.

c. Luka terbuka / robek ( laserasi )

Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan
benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan
jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :

o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagian jaringan hancur )

o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

o Di sekitar garis batas luka di temukan memar

o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
( misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas )

5
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka
tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda
tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala
maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi. Kekerasan akibat
benda tajam dapat menimbulkan luka yang bentuknya tergantung dari cara benda
tajam itu mengenai sasaran. Jika diiriskan akan mengakibatkan luka iris, jika di
tusukan akan mengakibatkan luka tusuk dan jika di bacokan (di ayunkan dengan
tenaga yang kuat) akan mengakibatkan luka bacok. Kekerasan akibat benda
tumpul dapat menyebabkan luka memar, luka lecet atau luka robek.

d. Patah tulang

Pada trauma tumpul yang kaut dapat terjadi patah tulang. Pada anak-anak
dan oarng muda tulang masih lentur dan dapat menyerap tekanan yang berat
miasalnya dinding, mobil, pada anak-anak dapat menyebabkan hancurnya organ
dalam tanpa patah tulang iga. Pecahnya tulang dapat menunjukkan rah trauma.
Patah tulang dapat menimbulkan perdarahan luar dan perdarahan dalam.

Yang paling bahaya adalah trauma tumpul pada tulang kepala, karena dapat
terjadi perdarahan epidural, subdural, subarachnoid, dan intraserebral

Akibat yang ditimbulkan oleh patah tulang:

1. Menimbulkan rasa nyeri dan gangguan fungsi

2. Emboli pulmonal atau emboli otak oleh karena sel-sel lemak memasuki
sirkulsi darah, biasanya terjadi pada fraktur tulang-tulang panjang

3. Perdarahan ekstradural terjadi karena robeknya arteri meningea media yang


berada pada bagian dalam tempurung kepala

6
2. Benda Tajam

Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :

- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

- Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.

- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar

1. Luka iris (inciseal wound)

Luka iris adalah luka yang diakibatkan karena alat untuk memotong dengan mata
tajam dengan cara menekan dan menggeser pada permukaan kulit, tenaga menggeser lebih
besar daripada tenaga menekan. Contoh benda tajam: pisau, silt, pecahan kaca dan taji.

Ciri-ciri luka iris yaitu:

7
a. Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka
b. Tepi luka tajam dan rata, pada lipatan kulit tepi luka tajam dan berliku-liku
c. Ujung luka runcing
d. Rambut ikut teriris
e. Tidak ada jembatan jaringan

Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luuka sayat mengenai pembuluh darah
yang dekat ke permukaan seperti dileher, siku bagian dalam, pergelangan tangan dan
lipat paha.

Luka iris pada percobaan bunuh diri:

1. Lokasi pada tempat tertentu, antara lain: leher. Pergelangan tangan, perut dan
lekuk lutut, irisan dileher biasanya tidak sampai ruas belakang tulang leher

2. Terdapat luka iris yang sejajar, pertama dangkal dinamakan irisan percobaan
kemudian timbul keberanian untuk mengiris lebih dalam

3. Pakaian biasanya disingkirkan sebelum melakkan irisan

4. Tidak ditemukan luka tangkisan

5. TKP rapi tidak porak poranda

Usia luka sayat diperkirakan sebagai berikut:


a. Masih segar
Darah masih ada, daerah tepi luka masih segar, hematoma ada
b. 12 jam
Pinggir luka merah, bengkak serta ada perlengketan darah dan cairan limfe
c. 24 jam
Lapisan epidermis kulit menutupi permukaan luka, diatasnya terdapat krusta
(kropeng) yang merupakan bekuan darah
d. 36 jam
Mulai terbentuk jaringan kapiler
e. 48-72 jam
Sel epidermis semakin tumbuh kedalam luka yang nantinya akan membentuk
jaringan penyambung

8
f. 3-5 hari
Bersamaan dengan pembuluh darah baru juga terbentuk jaringan fibrin, pembuluh
darah yang terbentuk menunjukkanpenebalan dan obliterasi
g. 1-2 minggu
Jaringan parut mulai terbentuk

2. Luka tusuk (puncture wound)

Luka tusuk dalah luka yang disebabkan oleh karena alat dengan ujung-ujung runcing, mata
tajam atau tumpul atau alat dengan ujung runcing denganpenampang bulat, segitiga
dengan cara menusukkan sehingga masuk ke dalam jaringan tubuh. Contohnya: pisau,keris,
pecahan kaca, kikir dengan penampang bulat, segitiga, obeng dll.

Luka tusuk ada 2 jenis yaitu:

a. Penetrasi

Pada luka ini benda menyebabkan penetrasi yang merobek kulit dan jaringan yang lebih
dala, lalu masuk ke rongga tubuh, seperti pada rongga thorax, abdomen,dll. Dengan
demikian bahwa luka hanya merupakan tempat masuk

b. Perforasi

Jika luka merobek jaringan tubuh manusia sampai menembus dari satu sisi ke sisi yang
lainnya.

Penyebab kematian pada luka tusuk adalah:


9
a. Cedera pada organ vital tubuh
b. Perdarahan dari pembuluh darah yang mengenai cedera
c. Infeksi

Penyebab kematian yang paling sering adalah cedera pada organ vital tubuh

Ciri-ciri luka tusuk:

a. Kedalaman luka lebih besar dibandingkan panjang antara lebarnya


b. Tepi luka tajam atau rata
c. Rambut terpotong pada sisi tajam
d. Sekitar luka terkadang ada luka memar (contussion), ekimosis karena tusukan
sampai mengenai tangkai pisau
e. Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul

3. Luka bacok (chopped wound)

Luka bacok adalah luka yang diakibatkan senjata tajam yang berat dan diayunkan
dengan tenaga akan menimbulkan luka menganga2. Contoh: pedang, arit. Kapak, golok3

Luka ini sering sampai ketulang . bentuknya hampirsama dengan luka sayat
tetapi dengan derajat luka yang lebih berat dalam. Luka terlihat terbuka lebar atau
ternganga pedarahan sangat banyak dansering mematikan.

Ciri-ciri luka bacok:

a. Ukuran luka bacok baiasanya besar


b. Tepi luka bacok tergantung pada mata senjatanya
c. Sudut luka bacok tergantung pada mata senjata
d. Hampir selalu mengakibatkan kerusakan pada tulang
e. Kadang-kadang memutuskan tubuh yang terkena bacokan
f. Disekitar luka dapat ditemukan luka memar (contusio) atau luka lecet (abrasio)

10
Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh diri, atau
kecelakaan memiliki ciri-ciri:

Pembunuhan Bunuh diri Kecelakan


Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cedera sekunderMungkin ada Tidak ada Mungkin ada

11
3. Luka tembak

Ciri-ciri utama dari luka tembak adalah:

1. Luka tembak masuk

a. Jika hanya terdapat satu luka tembak yaitu luka tembak masuk, hal
itu menunjukkan bahwa peluru masih terdapat di dalam tubuh. Pada
kasus demikian maka peluru harus diambil oleh ahli bedah dan pelurunya
diserahkan kelaboratorium forensik. Lokasi peluru dengan tepat dapat
diketahui dengan pemeriksaan sinar X
b. Luka tembak masuk biasanya lebih kecil dibanding pelurunya.
Hal ini disebabkan sifat elastis kulit
c. Bentuk luka adalah bulat jika peluru menembus kulit pada posisi tegak
lurus.

Jika peluru menembus kulit dengan membentuk sudut maka bentuk luka
menjadi lonjong.

Pinggiran luka melekuk kearah dalam dan terdapat memar.

a. Jika tembakan dilakukan dari jarak dekat, luka tembak masuk cukup besar
dan pinggiran luka melekuk ke arah luar.
b. Pada luka mungkin terdapat sisa-sisa pakaian yang dikenakan korban, atau
sisa bubuk mesiu yang tidak terbakar
c. Kulit disekitarnya da yang hangus dan seperti kulit di tato.

2. Luka tembak keluar

12
a. Ukuran lukanya lebih besar daripada luka tembak masuk
b. Pinggiran luka tercabik-cabik atau robek dan melekuk kearah luar.

Tidak adanya luka tembak keluar dapat dijelaskan berdasarkan keterangan


dibawah ini:

a. Peluru mungkin keluar melalui luka tembak masuk karena berbenturan dengan
tulang yang keras.

b. Peluru mungkin dibatukkan keluar

c. Peluru hilang melalui feses

d. Peluru tertahan di dalam jaringan tubuh

Tidak terdapat bagian kult hangus atau seperti tatto pada kulit disekitarnya.

Perbedaan antara luka tembak masuk dengan luka tembak keluar

13
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Ukuran kecil, karena peluru menembus kulit sepertiUkuran lebih besar dan lebih tidak teratur
bor dengan kecepatan tinggi dibanding luka tembak masuk, karena
kecepatan peluru berkurang sehingga
menyebabkan robekan jaringan

Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena peluruPinggiran luka melekuk ke luar karena
menembus kulit dari luar peluru menuju keluar
Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa oleh peluru Tidak ada
yang masuk
Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, kelim tato,Tidak ada
atau jelaga
Pada tulang tengkorak pinggiran luka bagus Tampak seperi keadaan mirip kerucut

Bisa tampak berwarna merah terang akibat Tidak ada


adanya zat monoksida
Disekitar luka tampak kelim ekimosis Tidak ada
Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau analisa aktivitas Tidak ada

Faktor- faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api:

a. Jenis peluru

1. Peluru yang besar mengakibatkan kerusakan yang lebih parah


2. Luka akibat peluru yang bulat lebih besar dibandingkan jika
pelurunya berbentuk kerucut
3. Peluru berbentuk kerucut lebih sedikit menyebabkan laserasi
jaringan dibandingkan peluru yang bulat. Luka yang ditimbulkan lukanya
seperti luka tusuk.
4. Peluru modern yang dibungkus dengan besi merupakan peluru yang
bentuknya kerucut memanjang. Peluru ini menembus tubuh dan dan

14
keluar tanpa mengalami deflekasi. Dalam hal ini maka cedera yang terjadi
pada luka tembak masuk dan luka tembak keluar hampir sama ukuran dan
bentuknya melingkar. Luka seperti ini cepat sembuh.
5. Peluru yang bentuknya tidak teratur mengakibatkan bentuk luka yang
tidak beraturan, laserasi jaringan dan ukuran yang bermacam-macam.

b. Kecepatan peluru

Peluru dengan kecepatan tinggi mempunya ciri-ciri sebagai berikut:

1. Lubang luka pinggirannya bagus, dengan pinggiran yang mengarah keluar


2. Menembus jaringan tubuh
3. Arah peluru tidak berubah walaupun membentur tulang
4. Sisa mesiu bentuknya tidak jelas dan tidak teratur.
5. Peluru dengan kecepatan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
6. Terdapat memar pada luka tembak masuk
7. Arah jalan peluru mudah berubah
8. Karena peluru mungkin tertanam didalam tubuh. Mungkin tidak terdapat
luka tembak keluar.
9. Gambaran sisa mesiu cendrung mengalami distribusi yang merata dan
jelas

c. Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan

Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel
dengan kulit:

1. Jaringan subkutan 5-7,5 cm disekitar luka tembak yang masuk mengalami


laserasi.

2. Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tatto terjadi
karena bubuk mesiu senjata yang tidak terbakar.

3. Rambut disekitar luka hangus

4. Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata.

5. Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atu putih


disekitar luka. Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak berasap dan tidak
terdapat bagian kehitaman pada kulit.

15
Tembak jarak dekat

1. Jarak antara 30-45 cm

2. Ukuran luka jarak lebih kecil dibandingkan peluru

3. Warna luka dan kelim tatto lebih luas disekitar luka

4. Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus

Tembak jarak jauh

1. Jaraknya adalah diatas 45 cm

2. Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkanpeluru

3. Kehitaman atau kelim tatto tidak ada

4. Bisatampak kelim lecet. Jika perlu menyebabkan gesekan pada lubang


tampak masuk dan menyebabkan lecet, maka disebut kelim lecet.

Perbedaan trauma tajam dan trauma tumpul

Trauma Tajam Tumpul

a. Bentuk luka Teratur Tidak teratur

b. Tepi luka Rata Tidak rata

c. Jembatan jaringan Tidak ada Ada

d. Rambut Ikut terpotong Tidak ikut terpotong

e. Dasar luka Berupa garis atau titik Tidak teratur

f. Sekitar luka Tidak ada luka lain Ada luka lecet atau memar

B. Benda Fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik,


antara lain:

 Benda bersuhu tinggi

16
 Benda bersuhu rendah
 Sengatan listrik
 Petir
 Tekanan (barotrauma)

1. Benda bersuhu tinggi


Kekerasan dengan benda bersuhu tinggi akan menimbulkan luka
bakar yang cirinya amat tergantung pada bendanya, ketinggian suhunya,
serta lamanya berkontak dengan benda tersebut. Api, benda padat panas
atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I,II,III dan IV. Zat
cair panas dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II dan III.

Luka bakar derajat I Luka bakar derajat II

Luka bakar derajat III Luka bakar derajat IV

2. Benda bersuhu rendah


Kekerasan oleh benda bersuhu dingin (rendah) biasanya dialami
oleh bagian tubuh yang terbuka, seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau
hidung. Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah superficial sehingga terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi
paralisis kontrol vasomotor yang menyebabkan daerah tersebut berubah
menjadi kemerahan. Pada keadaan yang lebih berat akan berubah menjadi
gangren.

3. Sengatan listrik

17
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka
bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
Besarnya pengaruh listrik pada jaringan tersebut tergantung dari besarnya
tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya tahanan kulit (ohm),
dan kontak serta luasnya daerah yang terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan
jaringan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah
pucat, dikelilingi daerah hipereremis. Sering ditemukan adanya metalisasi.
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan
adanya luka. Bahkan kadang-kadang bagian baju atau sepatu yang dilalui
arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.Tegangan arus
kurang dari 65 volt biasanya tidak mebahayakan, tetapi tegangan antara 65-
1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (ampere) yang dapat
mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi
ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan. Sedangkan
faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang
akan adanya listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang yang
tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya biasanya
pengaruhnya lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap
hari berhubungan dengan listrik.

4. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang
tegangannya dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar
100.000 A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada hakekatnya
merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara.
Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara berupa
luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan beda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan
susunan saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat

18
terjadi karena efek ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya.
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborecent mark (percabangan
pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-
benda dari logam yang dipakai, magnetisasi benda-benda dari logam yang
dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.

5. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar
tubuh manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering
disebut disbarisme yang terdiri atas 2 macam, yaitu:

a. Hiperbarik:
Sindroma ini disebabkan oleh tekanan tinggi, antara lain:
- Turun dari ketinggian secara mendadak (saat pesawat mendarat
atau turun gunung)
- Berada di kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving
(menyelam dengan tangki oksigen), snorkling (menyelam
dengan tube di mulut) penyelam dengan pakaian khusus.

Gejala yang ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:

- Barotraumas pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau


emfisema interstitialis.
- Barotalgia: rasa nyeri, membran tympani pecah, perdarahan,
vertigo, dizziness.
- Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri
atau bahkan meletus.
- Narkosis nitrogen: amnesia, disorientasi.

b. Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
- Naik tempat tinggi secara mendadak saat pesawat mengudara
atau saat pesawat meluncur ke ruang angkasa.
- Berada di ruangan bertekanan rendah, misalnya dalam
decompression chamber.

Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan


pengumpulan gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak
atau organ-organ berongga. Gejala tersebut antara lain:

19
- Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat

- Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang


hebat.
- Gejala pada susunan saraf tergantung letak emboli dan letak
emfisema subkutan
- Rongga perut terasa kembung
- Gigi geligi terasa nyeri.

C. Kombinasi Benda Mekanik dan Fisik

Luka akibat tembakan senjata api pada dasarnya merupakan luka yang
disebabkan oleh trauma benda mekanik (benda tumpul) dan fisik (panas), yaitu
anak peluru yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor).

Mengingat lapisan kulit memiliki elastisitas yang kurang baik


dibandingkan lapisan di bawahnya, maka jaringan yang hancur akibat terjangan
anak peluru lebih luas. Akibatnya bentuk luka tembak masuk terdiri atas
lubang, dikelilingi cincin lecet yang diameternya lebih besar. Diameter cincin
tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.

Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai


tenaga pendorong anak pelurunya (senjata angin) pada hakekatnya merupakan
luka yang disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja.

Ciri-ciri luka tembak amat bergantung pada jenis senjata yang


ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan, serta posisinya (sebagai tempat
masuk atau keluarnya anak peluru).

Contoh luka tembak

20
D. Zat Kimia Korosif

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh


manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung pada golongan zat kimia tersebut.

1. Golongan asam
Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain:
- Asam mineral, antara lain: H2SO4, HCl dan NO3
- Asam organik, antara lain: asam oksalat, asam formiat dan asam
asetat
- Garam mineral, antara lain: AgNO3 dan zinc chloride
- Halogen, antara lain: F, Cl, Ba dan J

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan
luka, ialah:

- Mengekstraksi air dan jaringan


- Mengkoagulasi protein menjadi albuminat
- Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin
Ciri-ciri luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut ialah:
- Terlihat kering
- Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitrit acid
berwarna kuning kehijauan
- Perabaan keras dan kasar

2. Golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
- KOH
- NaOH
- NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka adalah:
- Mengadakan ikatan denga protoplasma sehingga membentuk
alkaline albumin dan sabun
- Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematine
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini
adalah:
- Terlihat basah dan edematous
- Berwarna merah kecoklatan
- Perabaan lunak dan licin

2.3 Waktu Terjadinya Kekerasan

21
Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi
keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum
terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus,
informasi tentang waktu terjadinya kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai
bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, tidak seharusnya seseorang
dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada ditempat
yang jauh dari tempat kejadian perkara.

Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti, akan dapat ditentukan :

- Luka terjadi antemortem atau postmortem.


- Umur luka.

A. Luka Antemortem dan Postmortem

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka itu
terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu
dicari ada tidaknya tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka terjadi
sebelum mati dan demikian pula sebaliknya.

Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang


menunjukan bahwa :

- Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.


- Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi trauma.

1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.

Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan


hidup ketika terjadi trauma antara lain :

a. Retraksi jaringan
Terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan
kemudian mengkerut sambil menarik kulit diatasnya. Jika arah luka
memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan

22
menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis maka
bentuk luka tak begitu menganga.
b. Reaksi vaskuler
Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :
- Eritema (kulit berwarna kemerahan)
- Vesikel atau bulla
Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa :
- Kontusi atau memar
c. Reaksi mikroorganisme (infeksi).
Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan
meninggalkan luka terbuka maka kuman-kuman akan masuk serta
menimbulkan infeksi yang ciri-cirinya sebagai berikut :
- Warna kemerahan.
- Terlihat bengkak.
- Terdapat pus.
- Bila sudah lama telihat adanya jaringan granulasi.
d. Reaksi biokimiawi.
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah
tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :
- Kenaikan kadar serotonin(kadar maksimal terjadi 10 menit
sesudah trauma).
- Kanaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30 menit
sesudah trauma).
- Kanaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase)
yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari
mekanisme pertahanan jaringan.

B. Umur Luka

Untuk mengetahui kapan terjadinya kekerasan, perlu diketahui umur luka.


Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan
tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup ataupun mati) dilakukan
mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan darah
atau penyakit defisiensi) serta faktor kualitas dari kekerasan itu sendiri.

Kendati demikian ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk


memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :

- Pemeriksaan makroskopik.

23
- Pemeriksaan mikroskopik (histologik).
- Pemeriksaan histokemik (histochemical examination).
- Pemeriksaan biokemik (biochemical examination).

1. Pemeriksaan makroskopik.

Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa


umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan dihitung dari saat trauma
sampai saat diperiksa dan pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat
kematiannya.

Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat diperkirakan


dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Mula-mula pada daerah
yang mengalami trauma akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasasi dan
inflamasi, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 samapai 5 hari warna tersebut
berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi
kekuningan.

Pada luka robek atau terbuka juga dapat diperkirakan umurnya dengan
mengamati perubahan–perubahannya. Dalam selang waktu 12jam sesudah
trauma akan terjadi pembengkakan pada tepi luka, selanjutnya kondisi luka
akan di dominasi oleh tanda-tanda inflamasi dan kemudian di susul tanda-tanda
penyembuhan.

2. Pemeriksaan mikroskopik.

Mengingat hasil pemeriksaan makroskopik sangat variatif dan jauh dari


ketetapan maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.
Selain berguna bagi penentuan intravitalisasi luka, pemeriksaan mikroskopik
juga dapat menentukan umur luka secara lebih teliti. Caranya ialah dengan
mengamati perubahan-perubahan histologiknya.

Menurut Walcher, Robertson dan Hodge, infiltrasi perivaskuler dari


leukosit polimorfonukler dapat dilihat dengan jelas pada kasus-kasus dengan
periode survival sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel
leukosit mungkin dapat dilihat lebih dini lagi, bahkan dalam beberapa menit

24
sesudah trauma. Leukosit yang mula-mula masuk kejaringan adalah jenis
polimorfonuklear. Pada stadium berikutnya akan tampak monosit, namun
leukosit jenis ini jarang ditemukan pada eksudat kurang dari 12 jam sesudah
trauma. Pada trauma dengan inflamasi aseptik, proses eksudasi akan mencapai
puncaknya dalam waktu 48 jam.

Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga, sedangkan sel-sel fibroblast mulai
menunjukan perubahan reaktif ( dalam bentuk proliferasi ) sekitar 15 jam
sesudah trauma. Tingkat proliferasi tersebut serta proses pembentukan kapiler-
kapiler baru sangat variatif, tetapi biasanya jaringan granulasi lengkap dengan
vaskularisasinya akan terbentuk paling tidak sesudah 3 hari.serabut-serabut
kolagen yang baru juga mulai tebentuk 4 atau 5 hari sesudah trauma.

Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan perut tampak pada akhir


minggu pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktifitas sl-sel epitel
dan jaringan dibawah nya mengalami tahapan regresi. Akibatnya jaringan epitel
akan mengalami atrofi, vaakularisasi jaringan di bawahnya juga berkurang
diganti serabut-serabut kolagen,sampai beberapa minggu sesudah
penyembuhannya, serabut-serabut elastis masih tampak lebih banyak dari
jaringan yang tak terkena trauma. Perubahan-perubahan histologik dari luka ini
sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya infeksi dan perlu diketahui bahwa infeksi
akan memperlambat proses penyembuhan luka.

3. Pemeriksaan Histokemik

Perubahan-perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat


trauma merupakan akibat dari fenomena fungsional yang sering sejalan dengan
aktifitas enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi biologik.
Oleh sebab itu di temukannya enzim yang bertanggung jawab terhadap
perubahan tersebut dapat membuktikan lebih dini tentang adanya trauma
sebelum perubahan morfologiknya dapat dilihat.

Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat dilihat


dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat tertentu. Mula-
mula luka atau bagian dari luka dipotong dengan mengikutsertakan jaringan

25
disekitarnya, kira-kira setengah inci. Separo dari potongan itu difiksasi dengan
menggunakan formalin 10% didalam refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius
sepanjang malam untuk membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase.
Separonya lagi dibekukan dengan isopentane dengan menggunakan es kering
(dry ice) guna mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan
aminopeptidase.

Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat dilihat


lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas
aminopeptidase dapat dilihat sesudah 2 jam, sedangkan peningkatan acid
phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.

4. Pemeriksaan Biokemik.

Meskipun pemeriksaan histokemik lebih banyak menolong, tetapi reaksi


trauma yang dapat ditunjukkannya masih memerlukan waktu yang relatif
panjang yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang sering terjadi korban
mati beberapa saat sesudah trauma sehingga belum dapat dilihat reaksinya
dengan metode tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan biokemik.

Perlu diketahui bahwa histamine dan serotonin merupakan zat vasoaktif


yang bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada
stadium yang paling awal dari trauma. Penerapannya bagi kepentingan forensik
telah dipublikasikan untuk yang pertama kali pada tahun 1965 oleh Vazekas
dan Viragos-Kis. Mereka melaporkan adanya kenaikan histamine bebas pada
jejas jerat antemortem pada kasus menggantung. Oleh peneliti lain dibuktikan
bahwa kenaikan histamin terjadi 20-30 menit sesudah trauma sedangkan
serotonin naik setelah 10 menit.

2.4 Cara Melakukan Kekerasan

Dengan melihat bentuk serta ciri-ciri luka, dapat juga diketahui cara benda
penyebabnya digunakan. Sudah barang tentu tergantung dari jenis benda
penyebab luka tersebut.

Untuk senjata tajam, cara senjata itu digunakan dapat dibedakan, yaitu:

26
 Diiriskan
 Ditusukkan
 Dibacokkan

Untuk senjata api, cara senjata itu ditembakkan juga dapat ditentukan, yaitu:

 Secara tegak lurus atau miring


 Dengan jarak tembak tempel, sangat dekat, dekat atau jauh

1. DIIRISKAN
Diiriskan artinya bahwa mata tajam dari senjata tersebut ditekankan lebih
dahulu ke suatu bagian dari tubuh kemudian digeser ke arah yang sesuai
dengan arah senjata. Luka yang ditimbulkannya merupakan luka iris (incised
wound) yang ciri-cirinya:
 Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
 Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka

2. DITUSUKKAN
Ditusukkan artinya bagian ujung dari senjata tajam ditembakkan pada suatu
bagian dari tubuh dengan arah tegak lurus atau miring dan kemudian ditekan
ke dalam tubuh sesuai arah tadi. Luka yang ditimbulkan merupakan luka tusuk
(stab wound) yang ciri-cirinya:
 Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
 Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka

3. DIBACOKKAN
Dibacokkan artinya bahwa senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan
diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut

27
mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-tulang dibawahnya biasanya
berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka. Luka yang
ditimbulkannya merupakan luka bacok (chop wound) yang ciri-cirinya:
 Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
 Ukuran luka besar dan menganga
 Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
 Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka

Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas luka
terdapat memar

4. DITEMBAKKAN
Jika ditembakkan tegak lurus ke arah permukaan tubuh, maka ciri-cirinya:
 Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris

Jika ditembakkan secara miring ke arah permukaan tubuh maka ciri-cirinya:

 Letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris

Jika ditembakkan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi mempunyai
ciri-ciri:

 Bentuknya seperti bintang (cruciform)


 Terlihat memar berbentuk sirkuler akibat hentakan balik dari moncong
senjata

Jika ditembakkan dengan jarak dekat (1 inci – 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka
yang terjadi adalah:

 Berupa lubang berbentuk bulat yang dikelilingi cincin lecet


 Terdapat produk dari mesiu (tatto, sisa-sisa mesiu atau jelaga)

Jika ditembakkan dengan jarak jauh (lebih dari 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka
yang terjadi adalah:

 Berupa lubang berbentuk bulat yang dikelilingi cincin lecet


 Tidak ditemukan produk mesiu

2.5. Akibat Trauma


A. Aspek Medik

28
Berdasarkan prinsip inersia (principle of inertia) dari Galileo Galilei,
setiap benda akan tetap pada bentuk dan ukurannya sampai ada kekuatan luar
yang mampu merubahnya. Selanjutnya Isaac Newton dengan 3 buah hukumnya
berhasil menemukan metode yang dapat dipakai untuk mengukur dan
menghitung energi.
Dengan dasar-dasar tadi maka dapat diterangkan bagaimana suatu energi
potensial dalam bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetik yang mampu
menimbulkan luka, yaitu kerusakan jaringan yang dapat disertai atau tidak
disertai oleh diskontinuitas permukaan kulit.

Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa :


1. Kelainan fisik / organik.

Bentuk dari kelainan fisik atau organik ini dapat berupa :


- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh.
- Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu.

2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu.

Bentuk dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian tubuh
yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta,
tuli atau terganggunya fungsi organ-organ dalam.

3. Infeksi

Seperti diketahui bahwa kulit atau membrana mukosa merupakan barier


terhadap infeksi. Bila kulit atau membrana tersebut rusak maka kuman akan
masuk lewat pintu ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau
bahkan iritasi akibat benda yang terkontaminasi oleh kuman. Jenis kuman
dapat berupa Streptococcus, Staphylococcus, Eschericia coli, Proteus
vulgaris, Clostridium tetani serta kuman yang menyebabkan gas gangren.

4. Penyakit

29
Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit
jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam
kontroversi.

5. Kelainan psikis

Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat


menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang
spektrumnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety
neurosis, dementia praecox primer (schizophrenia), manic depressive atau
psikosis. Kepribadian serta potensi individu untuk terjadinya reaksi mental
yang abnormal merupakan faktor utama timbulnya gangguan mental
tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada
setiap gangguan mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya
yang terdiri atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relatif bagi yang
bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara umum
dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau organ
dengan psikosis post trauma didasarkan atas :

 Keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma.

 Trauma telah merusak susunan syaraf pusat.

 Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan


seseorang.

 Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau


fungsinya dapat mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata,
tangan atau wajah.

 Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan.

 Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal.

 Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang


menimpanya.

30
B. Aspek Yuridis

Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau
tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut
hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak
pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau
negligence (kurang hati-hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman
perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.
Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut
didasarkan atas pengaruhnya terhadap :

- Kesehatan jasmani.

- Kesehatan rohani.

- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan.

- Estetika jasmani

- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian.

- Fungsi alat indera :

1. Luka ringan.

Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau


halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencahariannya.

2. Luka sedang.

Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam


menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk
sementara waktu.

3. Luka berat.

Luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang


terdiri atas:

31
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh
dengan sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan
sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma
pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah dijahit
sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.

b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat


mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensi
untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat
sembuh.

c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan


pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya. Luka yang dari
sudut medik tidak membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat
dikategorikan sebagai luka berat. Contohnya trauma pada tangan
kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat
dikategorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi
menjalankan pekerjaan tersebut selamanya.

d. Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma


menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran
satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera.
Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat
berdasarkan butir (a) di atas.

e. Cacat besar atau kudung.

f. Lumpuh.

g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan


daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat
juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau
gangguan jiwa lainnya.

h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang


dimaksud dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa

32
waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana
umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedangkan,
kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi
menunjukkan tanda-tanda hidup, tidak dipersoalkan bayi keluar
atau tidak dari perut ibunya.

2.6 Perihal Peristiwa Penyebab Luka

Latar belakang terjadinya luka dapat disebabkan oleh peristiwa pembunuhan,


bunuh diri atau kecelakaan.

1. Pembunuhan
Ciri-ciri lukanya adalah:
 Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan
maupun yang tidak mematikan
 Lokasi tersebut di daerah yang dapat dijangkau maupun yang tidak
dapat dijangkau oleh tangan korban
 Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata
 Dapat ditemukan luka tangkisan (defensive wounds), yaitu pada
korban yang sadar ketika mengalami serangan. Luka tangkisan
tersebut terjadi akibat reflek menahan serangan sehingga letak luka
tangkisan biasanya pada lengan bawah bagian luar.

2. Bunuh diri
Ciri-ciri lukanya adalah:
 Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat
 Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan
 Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata
 Ditemukan luka-luka percobaan (tentative wounds).

Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu-


ragu atau karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil
mengumpulkan keberaniannya, sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah:

33
 Jumlahnya lebih dari satu
 Lokasinya di sekitar luka yang mematikan
 Kualitas lukanya dangkal
 Tidak mematikan

3. Kecelakaan
Jika ciri-ciri luka yang ditemukan tidak menggambarkan pembunuhan atau
bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelakaan. Untuk lebih
memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan di tempat kejadian.

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

34
3.1 Kesimpulan

1. Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian


terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka
bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik, & kekerasan
kimiawi. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat
kekerasan benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api,
akibat benda yang muda pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma
listrik, akibat petir, dan akibat zat kimia korosif.
Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka
terjadi antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa
mengetahui umur luka. Walaupun belum ada satupun metode yang
digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan dilakukan
mengingat adanya berbagai macam faktor yang mempengaruhinya; seperti
faktor infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi.
Dari deskripsi luka kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak hukum
untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal
351 dan 352 serta Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk
menentukan hukuman yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan
melihat deskripsi luka yang kita buat. Oleh karena itu diharapkan kita
sebagai calon dokter yang nantinya sebagai dokter di masyarakat umum
akan banyak menemukan kasus kekerasan yang menyebabkan luka baik
pada korban hidup maupun korban mati, bisa mendeskripsikan luka
sebaik-baiknya dalam Visum et Repertum.

3.2 Saran
1. Seorang dokter atau calon dokter harus belajar mendiskripsikan luka
sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.
2. Seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Guntur BN. Kapita Selekta Forensik Edisi Revisi. Medan

2. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar


[online]. 2010. Available at:
http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf

2. Wales J. Visum et Repertum. [online]. 2010. Available at :


http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum.

3. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas


Diponegoro. Semarang : 2003.Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

4. Dahlan, Sofwan. Traumatologi. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Badan


Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91.

36
5. Apuranto, Hariadi. Luka tumpul [online]. 2010. Available at:
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf

6. Apuranto, Hariadi. Luka tajam [online]. 2010. Available at :


www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA%20TAJAM.pdf

7. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54.

8. Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa


Aksara: Jakarta 1997. Hal 85-129.

9. Satyo, Alfred.C. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah


Kedokteran Nusantara Vol.39. Universitas Sumatera Utara: Medan: Desember
2006. Hal 430-432

37

Anda mungkin juga menyukai