Anda di halaman 1dari 20

KANKER OVARIUM

dr.Leo Simanjuntak, Sp.OG

Fakultas Kedokteran
Universitas HKBP
Nommensen Medan
2016
PENDAHULUAN

 Menyebabkan kira kira 5% kematian wanita


karena kanker.
 Pada tahun 2003 terdapat 25.400 kasus kanker
ovarium dengan kematian 14.300
 Jarang pada usia dibawah 40 tahun, angka
kejadian meningkat dengan bertambahnya usia.
 Median usia saat diagnosis adalah 63 tahun dan
48% diatas 65 tahun.
ETIOLOGI

 Penyebab pasti belum diketahui.


1. Teori Incessant Ovulation
 diperkenalkan oleh Fathalla(1972)
 Ovulasi yang terjadi berulang-ulang dan terus
menerus menyebabkan kerusakan epithel dan
diduga menimbulkan transformasi menjadi sel-sel
tumor.
2.Hipotesis Gonadotropin.
terjadi stimulasi ovarium terus menerus oleh hormon
gonadotropin.
3.Hipotesis Androgen.
Didasarkan pad bukti ditemukannya reseptor
androgen pada epitel ovarium.
4. Hipotesis Progesteron
 Progesteron melindungi terjadinya kanker
ovarium dengan jalan merangsang apoptosis
sel-sel epithel ovarium.
 Selain itu, progesteron menekan ovulasi.
5. Paritas
 Wanita dengan paritas tinggi memiliki risiko

lebih rendah daripada nullipara (RR=0,7).


6. Pil Kontrasepsi

 Menurunkan risiko kanker ovarium.

 Penurunan risiko semakin nyata dengan


semakin lama pemakaian.
7. Terapi Hormon Pengganti pada Menopause
 Hormon estrogen meningkatkan risiko relatif
kanker ovarium.
8. Fertility Drugs (CC, FSH, LH)
 Meningkatkan risiko kanker ovarium sejalan
dengan hipotesis incessant ovulation.
9. Herediter
 Wanita mengandung gen BRCA1 yang
bermutasi mempunyai risiko terkena kanker
ovarium 40-60%, dan risiko kanker payudara
sebesar hampir 90%.
 Gen BRCA2 bermutasi mempunyai risiko lebih
rendah dibanding BRCA1 yaitu 16-27%.
Klasifikasi

1. Epithelial (90%)
2. Sex-Cord Stromal (5-8%)
3. Germ Cell (2-5%)
4. Metastasis ke Ovarium
Epithelial

a. Serous (75-80%)
b. Mucinous (10%)
c. Endometrioid (10%)
d. Clear cell (1%)
e. Transitional Cell (Brenner’s tumor) (1%)
f. Undifferentiated (<10%)
Sex-Cord Stromal
a. Granulosa cell (70%)
b. Fibroma
c. Thecoma
d. Sertoli-Leydig cell
e. Gynandroblastoma
Germ Cell
a. Dysgerminoma (30-40%)
b. Endodermal sinus tumor
c. Teratoma
d. Choriocarcinoma
e. Gonadoblastoma
Metastasis berasal dari:
a. Breast cancer.
b. Colon cancer.
c. Stomach cancer.
d. Endometrium cancer.
e. Lymphoma.
Klinis
 Tanda paling penting adalah adanya massa
tumor di pelvis.
 Jinak
o Unilateral
o Mobile
o Cystic
o Permukaan luar dan dalam licin
o Bebas perlekatan
o Tidak ada ascites
 Ganas
o Bilateral
o Terfiksir
o Solid/keras
o Permukaan tidak licin
o Terdapat pertumbuhan papiler dalam kista
o Ada ascites
o Ada perlengketan tumor dengan sekitarnya
 Pada stadium lanjut, terdapat keluhan :
• Nyeri abdomen/pelvis
• Perut kembung
• Gangguan BAB/BAK
• Mual, muntah
• Anorexia
• Dyspnea
Diagnosis
 Memerlukan tindakan laparotomi eksplorasi.
 Diagnosis pasti dengan histopatologi.
 Pemeriksaan penunjang :

1. USG
• Pemeriksaan USG-TV Color Doppler dapat
menduga kanker ovarium dengan menilai indeks
resistensi pembuluh darah tumor.
2. CT Scan
• Dapat menilai metastasis kehepar, KGB, ascites dan
penyebaran ke dinding perut.
3. MRI
4. Tumor Marker
a. Epitelial : CA-125.
b. Dysgerminoma : AFP, hCG, LDH.
c. Choriocarcinoma : hCG, LDH.
d. Embryonal cancer : AFP, LDH.
e. Granulosa cell tumor : Inhibin.
Penanganan

 Pencegahan.
 Pil KB terbukti mengurangi risiko kanker ovarium.
 Infertilitas (nulligravida) meningkatkan risiko.
 Menars dini (<12 thn) dan menopause lambat
(>50 thn) meningkatkan risiko.
 Tubektomi, mengurangi risiko diduga seperti
pemakaian pil KB.
 Merokok risiko bagi jenis musinous.
 Obesitas meningkatkan risiko.
 Surgical staging.
 Kemoterapi.

--------------------

Anda mungkin juga menyukai