Anda di halaman 1dari 14

ERISIPELAS

Disusun Oleh :

Arnold Christoper Siahaan


212 210 060

Dokter Pembimbing :
dr. DAME MARIA PANGARIBUAN, SpKK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT


DAN KELAMIN

RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat dan kasihNya sehingga dapat menyelesaikan refarat yang
berjudul “Erisipelas”.

Adapun tujuan tugas refarat ini adalah sebagai salah satu persyaratan
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) bagian ilmu penyakit kulit
dan kelamin di RSUD.dr.Djasamen Saragih P.Siantar.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dr.Dame Maria Pangaribuan, Sp.KK atas bimbingan dan
masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa refarat ini belum sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan tugas ini. Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita
semua.

Pematang Siantar, November 2016

Penulis

Arnold Christoper Siahaan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2
2.1. Definisi ....................................................................................... 2
2.2. Etiologi ....................................................................................... 2
2.3. Patogenesis ................................................................................. 3
2.4. Gejala klinis ............................................................................... 3
2.5. Diagnosis ................................................................................... 5
2.6. Diagnosis banding ...................................................................... 6
2.7. Penatalaksanaan ......................................................................... 7
2.8 Komplikasi ................................................................................ 8
2.9. Prognosis .................................................................................... 8
2.10 Pencegahan ................................................................................ 9
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Erisipelas merupakan suatu infeksi kulit akut dan saluran limfa yang di
sebabkan oleh bakteri Strephococcus B hemolyticus. Kata “Erisipelas” berasal dari
bahasa kedokteran latin kuno dan diperkirakan merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu dari bahasa yunani erythrós artinya kemerahan, dan dari bahasa latin
pélla artinya kulit. 1,2
Erisipelas merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan kulit berbercak
merah, berbatas tegas, melepuh, kadang berair, ada kalanya bernanah dan
membentuk area erosi cukup luas pada permukaan kulit. Erisipelas biasanya
bermula dari luka kecil. Sekitar 85% terjadi di kaki dan wajah, sedangkan
sebagian kecil dapat terjadi di tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.2
Meski sekarang sudah jarang, penyakit ini masih dapat dijumpai di praktek
sehari-hari, terutama pada anak-anak yang sebelumnya ditemukan adanya koreng
atau luka di sekitar timbulnya erisipelas.1,2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Erisipelas adalah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh bakteri
Streptococcus β hemolyticus grup A dan jarang disebabkan oleh S. aureus. Pada
bayi yang baru lahir, bakteri Streptococcus β hemolyticus grup B bisa
menyebabkan erisipelas. Limfaedema, vena stasis, dan obesitas merupakan faktor
resiko pada pasien dewasa.1,2
Erisipelas dapat terjadi pada semua usia, bangsa dan ras, namun paling
sering ditemukan pada bayi, anak dan usia lanjut. Erisipelas biasanya terjadi pada
wajah dan kaki. Pada zaman dahulu, erisipelas dikenali dengan nama St. Antony’s
fire dan ignis sacer. Pada waktu itu, beberapa penyakit yang gambarannya hampir
sama dikelompokkan sebagai erisipelas seperti ergotism dan herpes zoster.
Ergotism adalah keracunan makanan apabila seseorang itu makan gandum hitam
yang terinfeksi oleh jamur ergot, yang menghasilkan zat kimia seperti ergotamin
dan ergometrin.1,2,3

2.2. Etiologi
Erisipelas pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh bakteri
Streptococcus β hemolyticus grup A, Staphylococcus aureus, dan gabungan
bakteri anaerobik fakultatif, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif seperti
Clostridia. Erisipelas jarang disebabkan oleh Streptococcus grup C dan G. Bakteri
Streptococcus hemolytic grup B bisa menginfeksi bayi baru lahir yang biasanya
disebabkan oleh penyakit erisipelas abdomen atau perianal pada wanita setelah
baru melahirkan.1,2,4
Faktor Predisposisi Erisipelas
a. Kakhesia
b. Diabetes Melitus
c. Malnutrisi
d. Disgammaglobulinemia

2
e. Alkoholisme
f. Dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila
disertai hygiene yang jelek.

2.3. Patogenesis
Pada awalnya, erisepelas terjadi akibat inokulasi bakteri pada daerah
trauma pada kulit. Selain itu, faktor lokal seperti insufisiensi vena, ulkus,
peradangan pada kulit, infeksi dermatofita, gigitan serangga dan operasi bisa
menjadi port of the entry penyakit ini. Bakteri streptokokus merupakan penyebab
umum terjadinya erisipelas. Infeksi pada wajah biasanya disebabkan oleh bakteri
streptokokus grup A, sedangkan infeksi pada kaki disebabkan oleh bakteri
streptokokus non-grup A. Bakteri ini menghasilkan toksin sehingga menimbulkan
reaksi inflamasi pada kulit yang ditandai dengan bercak berwarna merah cerah,
plak edematous dan bulla. Erisipelas pada wajah berawal dari bercak merah
unilateral dan kemudian terus-menerus menyebar melewati hidung sampai ke sisi
sebelahnya sehingga menjadi simetris. Nasofaring mungkin menjadi port of the
entry erisipelas pada wajah bila disertai dengan riwayat streptokokal faringitis.
Pada erisipelas di daerah extremitas inferior, pasien mengeluh adanya pembesaran
kelenjar limfatik femoral dan disertai demam.5,6

2.4. Gejala klinis


Terdapat gejala-gejala konstitusi seperti: demam, malaise, flu, menggigil,
nyeri kepala, muntah dan nyeri sendi. Kelainan kulit yang utama adalah eritema
yang berwarna merah cerah, berbatas tegas dan pinggirnya meninggi dengan tanda
radang akut. Dapat disertai edema, vesikel dan bulla dan terdapat leukositosis.
Lesi pada kulit bervariasi dari permukaan yang bersisik halus sampai ke inflamasi
berat yang disertai vesikel dan bulla. Erupsi lesi berawal dari satu titik dan dapat
menyebar ke area sekitarnya. Pada tahap awal, kulit tampak kemerahan, panas, terasa
sakit dan bengkak. Kemudian kemerahan berbatas tegas dengan bagian tepi meninggi
yang dapat dirasakan saat di palpasi dengan jari. Pada beberapa kasus, vesikel dan bulla
berisi cairan seropurulen. Pembengkakan nodus limfe di sekitar infeksi sering

3
ditemukan. Bagian yang paling sering terkena adalah kaki dan wajah. Pada kaki,
sering ditemukan edema dan lesi bulla. Biasanya inflamasi pada wajah bermula
dari pipi dekat hidung atau di depan cuping telinga dan kemudian menyebar ke
kulit kepala. Infeksi biasanya terjadi bilateral dan ia jarang disebabkan oleh
trauma.4,5,6

A. Tempat Predileksi Erisipelas


Erisipelas terjadi di kaki dan wajah, sedangkan sebagian kecil dapat terjadi
di tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.

Gambar 1. Lokasi Predileksi Erisipelas


a. Wajah

Gambar 2. Erisipelas pada wajah

4
b. Kaki

Gambar 3. Bercak eritema cerah berbatas tegas pada kaki


c. Bagian tubuh lain

Gambar 4. Erisipelas pada bagian tubuh lain

2.5. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnese didapatkan keluhanan utama yaitu, bercak kemerahan pada kulit wajah
dan/atau kaki disertai rasa nyeri. Keluhan lain berupa gejala-gejala sistemik

5
seperti demam, malaise, flu, menggigil, sakit kepala, muntah, dan nyeri sendi.
Memiliki riwayat penyakit yaitu, trauma, faringitis, ulkus kronis pada kaki, infeksi
akibat penjepitan tali pusat yang tidak steril pada bayi, peradangan pada bagian
tubuh. Sedangkan pada pemeriksaan fisik dijumpai bercak eritema berwarna
merah cerah, berbatas tegas, tepinya meninggi disertai udem, vesikel, dan bulla.
Eritema awalnya unilateral seiring progresifitas penyakit menjadi bilateral pada
pada pipi dan kaki, bekas garukan dan abrasi, bekas luka, dan pembesaran
kelenjar limfatik femoral.
Bakteri dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan biopsi kulit dan kultur.
Spesimen untuk kultur bisa diambil dari apusan tenggorokan, darah dan cairan
seropurulen pada lesi. Pada pemeriksaan darah rutin menunjukkan adanya
polimorfonuklear leukositosis, meningkatnya laju endap darah (LED) dan juga
meningkatnya C-reaktif protein.3,4,7
2.6. Diagnosis banding
a. Selulitis
Selulitis terjadi pada lapisan dermis dan subkutan. Etiologi paling sering adalah
S. Pyogens, S.aureus dan GAS. Selain itu, bakteri sering disebabkan oleh streptokokus
grup B juga bisa menyerang bayi dan bakteri basil gram negatif bisa menyerang orang
dengan tingkat imun yang rendah. Tinea pedis biasanya menjadi port of the entry infeksi
penyakit ini. Selulitis mempunyai gejala yang sama dengan erisipelas yaitu eritema dan
sakit, tetapi dapat dibedakan dengan batas lesi yang tidak tegas, terjadi di lapisan yang
lebih dalam, permukaan lebih keras dan ada krepitasi saat dipalpasi. Selulitis dapat
berkembang menjadi bulla dan nekrosis sehingga mengakibatkan penggelupasan dan
erosi lapisan epidermal yang luas.

6
b. Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi merupakan presentasi dari respon
hipersensitivitas type IV terhadap lebih 3700 jenis zat kimia eksogen. Gejala-
gejala klinis akan muncul setelah terekspos berulang oleh alergen. Fase akut
ditandai dengan eritema, permukaan menonjol dan plak bersisik. Penderita
dermatitis kontak alergi biasanya dalam keadaan normal dan tidak ditemukan
tanda-tanda patologis pada pemeriksaan lab.6,8

2.7. Penatalaksanaan
Pada erisipelas di daerah kaki, istirahatkan tungkai bawah dan kaki yang
diserang ditinggikan. Pengobatan sistemik ialah antibiotik, topikal diberikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptik.
 Sistemik
1. Obat pilihan utama (drug of choice):
a. Penicilline masih merupakan obat pilihan utama dan memberikan
respon sangat bagus untuk penyembuhan Erysipelas.
b. Benzyl penicilline 600-1200 mg, diberikan secara intravenous setiap 6
jam, sedikitnya 10 hari.
c. Penicilline Procain G: 0,6-1,2 juta unit, diberikan secara intramuskuler
(suntik di bokong atau paha), 2 kali sehari selama 10 hari.
d. Amoxycilline 500 mg, diminum 3 x 1 selama 7-10 hari. Atau
ampicilline 500 mg, diminum 4 x 1 selama 7-10 hari. Dapat juga
diberikan kombinasi Amoxycilline dan Clavulanic acid selama 10 hari.
2. Obat-obat lain yang dapat digunakan, diantaranya:

7
a. Erythromycin. Diminum 4 kali 250-500 mg sehari, selama 10 hari.
Dosis anak: 30-50 mg per kg berat badan per hari, diberikan 3-4 kali
sehari selama 10 hari.
b. Cloxacilline atau Dicloxacilline, diminum 4 kali 250-500 mg sehari,
selama 10 hari.
c. Cloxacilline atau Dicloxacilline, diminum 4 kali 250-500 mg sehari,
selama 10 hari.
 Topikal
- Kompres dengan Sodium Chloride 0,9 %.
- Salep atau krim antibiotika, misalnya: Natrium Fusidat, Mupirocin,
Garamycin, Gentamycin. 5,6,8

2.8 Komplikasi
Bila tidak diobati atau diobati tetapi dosis tidak adekuat, maka kuman
penyebab erisipelas akan menyebar melalui aliran limfe sehingga terjadi abses
subkutan, septikemi dan infeksi organ lain (nefritis). Pengobatan dini dan adekuat
dapat mencegah terjadinya komplikasi supuratif dan non supuratif.
Pada bayi dan usia lebih lanjut yang lemah, serta penderita yang sementara
mendapat pengobatan dengan kortikosteroid, erispelas dapat progresif bahkan bisa
terjadi kematian (mortalitas pada bayi bisa mencapai 50%).
Erysipelas cenderung rekuren pada lokasi yang sama, mungkin disebabkan
oleh kelainan imunologis, tetapi faktor predisposisi yang berperan pada serangan
pertama harus dipertimbangkan sebagai penyebab, misalnya obstruksi limfatik
akibat mastektomi radikal (merupakan faktor predisposisi erispelas rekuren).6,8

2.9. Prognosis
Prognosis pasien erisipelas adalah bagus. Komplikasi dari infeksi
tidak menyebabkan kematian dan kebanyakan kasus infeksi dapat diatasi dengan
terapi antibiotik. Bagaimanapun, infeksi ini masih sering kambuh pada pasien
yang memiliki faktor predisposisi.

8
Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal.
Kalau sering residif di tempat yang sama, dapat terjadi elephantiasis.5,6

2.10 Pencegahan
- Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi secara teratur menggunakan
sabun dan shampoo yang mengandung antiseptic, agar kuman pathogen
secepatnya hilang dari kulit.
- Sebisa mungkin menghindari faktor predisposisi yang dapat memperparah
kondisi penyakit.
- Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit pada bagian yang belum
terinfeksi. Atau bila terjadi kerusakan berupa luka kecil segera dirawat/
diobati.
- Hindari bersentuhan dengan bayi dan anak-anak, wanita hamil, orang yang
sakit serius, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
- Konsumsi buah - buahan yang mengandung vitamin agar daya tahan tubuh
tetap terjaga.
- Selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih. 8

9
BAB III
KESIMPULAN

1. Erisipelas merupakan suatu infeksi kulit akut dan saluran limfa yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus β-hemolyticus.
2. Erisipelas ditandai dengan kulit berbercak merah, berbatas tegas, melepuh,
kadang berair, adakalanya bernanah dan membentuk area erosi cukup luas
pada permukaan kulit. Erisipelas biasanya bermula dari luka kecil. Sekitar
85% terjadi di kaki dan wajah, sedangkan sebagian kecil dapat terjadi di
tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.
3. Penyakit ini pada umumnya menular melalui kontak langsung dengan
penderita Erisipelas. Namun tidak menutup kemungkinan bakteri
Streptococcus pyogenes dapat menyebar melalui udara.
4. Cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit tersebut adalah dengan
menghindari faktor pemicu penyakit yaitu luka pada kulit dan menjaga
kebersihan diri serta lingkungan kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Saavedra A,Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Chapter 179 Soft
TissueInfections : Erysipelas, Cellulitis, Gangrenous Cellulitis, and
Myonecrosis. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine. 7th Ed.McGraw Hill Medical. United State of
America. 2008. P.1720-17222.
2. Davis L. Medscape Drugs, Diseases & Procedures Reference :
Erysipelas.http://emedicine.medscape.com/article/1052445-
overview.2012.
3. James WD, Berger TG, Elston DM.Andrew’s disease of Skin Clinical
Dermatology.10th Ed. Elsevier. Canada. 2000. P.260-261.
4. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of
Dermatology. 8th Ed.Wiley Blackwell. United Kingdom. 2007. P.30.17-
30.20.
5. Gawkrodger D. Dermatology An Illustrated Colour Text. 3rd Ed.
Churchill Livingstone.China. 2002. P.45.
6. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Keenqm. Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia. 2010. P.48-49.
7. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Thieme Clinical Companions
Dermatology. Thieme.New York. 2006. P.82.
8. Cohen DE, Jacob SE. Chapter 13 Allergic Contact Dermatitis. Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
7th Ed. McGraw Hill Medical.United State of America. 2008. P.136-140.

11

Anda mungkin juga menyukai