Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“Landasan Pengembangan Kurikulum”

Dosen Pengampuh : Klaudius Ware,S.T.,M.Pd.

OLEH

Fransiska Irma Sari (084170011)


Novilia Herci (084170005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Landasan Pengembangan
Kurikulum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kajian Kurikulum SMA.Disamping itu,penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya dapat diperbaiki.Akhir
kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan penulis khususnya.

Maumere,6 Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis.Hal ini


berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai
dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Pengembangan kurikulum
harus didasarkan pada landasan dan prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku.Hal ini
dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang
menjadi tujuan dari pendidikan nasional.Oleh sebab itu ada beberapa landasan dan
prinsip-prinsip yang harus menjadi pedoman dalam pengembangan kurikulum.

Maka dari itu pengembangan kurikulumpun menjadi sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan dalam dunia pendidikan.Dalam pengembangan kurikulum terdapat istilah
yang dinamakan landasan pengembangan kurikulum,lalu apa yang dimaksud dengan
landasan pengembangan itu sendiri?Makalah ini mencoba untuk memaparkan apa yang
menjadi landasan-landasan dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses
pengembangan kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pengembangan kurikulum ?
2. Apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ?
3. Bagaimana landasan pengembangan kurikulum ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat pengembangan kurikulum
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui landasan pengembangan kurikulum
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pengembangan Kurikulum

Kurikulum memiliki peranan penting dalam sistem pendidikan.Oleh sebab itu,


pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan yang kuat dan prinsip-prinsip
yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam implementasi pendidikan.
”Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang
isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya”.
(Sanjaya: 2010: 30).”Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian
berbagai komponen situasi belajar mengajar,antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan,mata pelajaran,
kegiatan,sumber,dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi
sumber sumber unit,dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya,untuk memudahkan
proses belajar mengajar.”(Hamalik: 2008: 183)
Seller dan Miller dalam Sanjaya (2010: 32)mengemukakan bahwa proses
perkembangan kurikulum adalah rangakaian kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus. Seller berpendapat bahwa pengembangan kurikulum merupakan siklus yang
dimulai dari menentukan orientasi kurikulum yang berupa kebijakan kebijakan umum
seperti arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan peserta didik,
dll.Kemudian, Berdasarkan orientasi tadi dikembangkan kurikulum yang dirancang
untuk menjadi acuan pembelajaran.Kurikulum yang telah dikembangkan ini
diimplementasikan dalam pembelajaran dan setelah itu dievaluasi.Hasil evaluasi
penerapan kurikulum tadi dijadikan masukan untuk menentukan orientasi, dan begitu
seterusnya. ”Dengan demikian, maka pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yang
sama pentingnya, sisi kurikulum sebagai pedoman dan sisi kurikulum sebagai
implementasi” (Sanjaya: 2010: 33)
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan isi pengembangan
kurikulum, yaitu:
1. Rentangan Kegiatan (Range of Activity)
Pengembangan isi kurikulum dimulai dari kegiatan pengembangan yang
paling luas yaitu rancangan kebijakan kurikulum yang berisi tentang apa yang harus
diajarkan dan sebagai pedoman bagi para pengembang kurikulum lebih lanjut.
Menetapkan kebijakan kurikulum perlu dikaji secara hati hati dan
komprehensif.Kemudian rancangan program studi yang mencakup kegiatan kegiatan
menentukan tujuan, urutan serta kedalaman materi dalam bidang studi.Setelah itu
dirancanglah program pengajaran yang mencakup aktivitas belajar dalam setiap
bidang studi untuk satu tahun, satu semester, atau satu caturwulan. Selain merancang
program, kegiatan pengembangan kurikulum juga berkaitan dengan menghasilkan
bahan bahan pengajaran, seperti menyusun buku teks, modul, program program film,
rekaman audio, dan lain sebagainya yang menunjang kegiatan pembelajaran.

2. Tujuan Kelembagaan (Instutional Purpose)


Tujuan kelembagaan harus sejalan dengan visi dan misi sekolah.Setiap
sekolah memiliki visi dan misi yang berbeda.Misalnya visi dan misi sekolah umum
adalah mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi sedangkan visi dan misi sekolah kejuruan mempersiapkan siswa untuk
memasuki dunia kerja.Dengan demikian, isi kurikulum harus disesuaikan dengan
tujuan kelembagaan agar pengalaman belajar yang didapat siswa di sekolah dapat
mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.

2.2 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Sanjaya (2008: 39) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan


kurikulum, yaitu: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Prinsip
tersebut juga diajukan oleh Abdullah idi (2007: 179-182) dan Asep Herry Hernawan
dkk (dalam Rahmat 2009: 22). Sementara Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 150-
155) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dengan membaginya
ke dalam dua kelompok: (1) prinsip-prinsip umum (sama dengan Herdawan dkk); dan
(2) prinsip-prinsip khusus, yaitu: prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip
berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan
proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat
pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian). Berikut ini
adalah uraian lebih lanjut dari prinsip-prinsip tersebut dengan mengikuti alur
klasifikasi yang di ajukan oleh Nana Syaodih.
1. Prinsip-prinsip Umum Pengembangan Kurikulum
agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan,
maka ada sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Di bawah ini akan
diuraikan prinsip-prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.
A.Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam
bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat.Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam
kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat.Inilah yang disebut dengan
prinsip relevansi.Prinsip relevansi adalah prinsip kesesuaian. Ada dua macam
relevansi, yaitu :
1. Relevansi internal
Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara
komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi,
materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang
digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan.Relevansi internal
ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
2. Relevansieksternal
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar
siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Ada tiga macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum:

a. Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik (relevansi sosiologis).


Bisa diartikan bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaklah
disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya untuk siswa yang
ada di perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota, seperti
keramaian dan rambu-rambu lalu lintas; tata cara dan pelayanan jasa bank, kantor
pos, dan lain sebagainya. Demikian juga untuk sekolah yang berada di daerah pantai,
perlu diperkenalkan bagaimana kehidupan di pantai, seperti mengenai tambak,
kehidupan nelayan, koperasi, pembibitan udang, dan lain sebagainya.

b. Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan
datang
Bisa diartikan bahwa relevansi harus sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi (relevansi epistomologis). Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan
situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan
kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang.
Misalkan untuk kehidupan yang akan datang, penggunaan komputer dan Internet
akan menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana cara
memanfaatkan komputer dan bagaimana cara mendapatkan informasi dari Internet
sudah harus diperkenalkan kepada siswa. Demikian juga dengan kemampuan
berbahasa. Pada masa yang akan datang ketika pasar bebas seperti persetujuan APEC
mulai berlaku, maka masyarakat akan dihadapkan kepada persaingan merebut pasar
kerja dengan orang-orang asing. Oleh karenanya keterampilan berbahasa asing sudah
harus mulai dipupuk sejak sekarang.

c. Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan dan tuntutan dan potensi peserta didik
(relevansi psikologis)
Artinya bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja.
Untuk sekolah kejuruan contohnya, kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi
dilatih bagaimana agar siswa mampu menggunakan mesin tik sebagai alat untuk
keperluan surat-menyurat, maka sekarang mesin tik sudah tidak banyak digunakan,
akan tetapi yang lebih banyak digunakan komputer. Dengan demikian, keterampilan
mengoperasikan komputer harus diajarkan.
Untuk memenuhi prinsip relevansi ini, maka dalam proses pengembangannya
sebelum ditentukan apa yang menjadi isi dan model kurikulum yang bagaimana yang
akan digunakan, perlu dilakukan studi pendahuluan dengan menggunakan berbagai
metode dan pendekatan seperti melakukan survei kebutuhan dan tuntutan masyarakat;
atau melakukan studi tentang jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap
lembaga atau instansi.
B. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku,
terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan
agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan
situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan
latar bekang peserta didik.
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan
kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh
kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang
rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak
memadai.Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel.Artinya, kurikulum itu harus
bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak
fleksibel akan sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi:
1. fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak
bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi
yang ada.
2. fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
C. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal.Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang
diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi
telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang
sebelumnya.
Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi
pengulanganpengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran
tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai
materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.
Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerja sama
antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para
pengembang pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA,
dan bahkan dengan para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.

D. Prinsip Efektifitas
Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi pada
tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bias dikatakan sebagai instrument
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tujuan apa yang ingin
dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan pada pemilihan dan
penentuan isi, metode dan system evaluasi serta model kurikulum apa yang akan
digunakan juga akan mempermudah dan mengarahkan dalam implementasi kue\rikulu
itu sendiri. Prinsip efektifitas mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun
kuantitas.Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat
dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum.
Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.Kedua, efektivitas kegiatan siswa
dalam melaksanakan kegiatan belajar.Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan
keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun. Sebagai contoh, apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu
semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman
kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5
program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.
Efektivitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Sebagai contoh
apabila ditetapkan dalam satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan
pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan
bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif.

E. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal,
cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan
biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.Kurikulum dikatakan memiliki
tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang
terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.Betapa pun bagus dan idealnya suatu
kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan prasarana yang sangat khusus serta
mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan.
Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan..
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan
dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan
yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru
tampaknya sering kali terabaikan.Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh
atau jiwanya kurikulum.Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang
lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum
.Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-
prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.Yaitu :
a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta
Didik dan Lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian
tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
b. Beragam dan Terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta
status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu,
serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
c. Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan
isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan


Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan
dunia kerja.Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan
berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan
informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang Antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masih dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum, Olivia
(1992:31-45) mengemukakan pandangannya mengenai kabaradaan pendidikan atau
kurikulum dalam kaitqannya dengan masyarakat, serta implikasinya bagi keberadaan
kurikulum dan pekerjaan para pengembang kurikulum, juga menyangkut pentingnya
prinsip-pronsip pentingnya pengembangan kurikulum bagi para pengembang kurikulum.
Olivia menjelaskan bahwa apa yang kita sebut dengan system pendidikan yang
didalamnya termasuk kurikulum semastinya memberikan respon terhadap perubahan
kondisi yang terjadi pada supra system yaitu masyarakat. Terjadi perubahan kurikulum
merupakan hal yang normal, bahkan perubahan kurikulum itu diperlukan sebagai
konsekwensi dari adanya perubahan lingkungan. Tugas dan tanggung jawab dari para
pengembang kurikulum akan dipermudah jika mengikuti prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum. Dalam hal ini Olivia mengajukan sepuluh prinsip (axiom) pengembangan
kurikulum, yaitu :
a. Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan
diperlukan.
b. Kurikulum merupakan produk dari masa yang berkelanjutan.
c. Perubahan kurikulum masa lalu sering sering terdapat secara bersamaan bahkan
tumpang tindih dengan perubahan kurikulum masa kini.
d. Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat dan jika ada
perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
e. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok.
f. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari
sekian alternative yang ada.
g. Pengembangan kirikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.
h. Pengembangan kurikulum akan barhasil jika dilakukan dengan komprehensif,
bukan aktivitas bagian perbagian yang terpisah.
i. Pengembangan kurikulum akan lebih nefektif jika dilakukan dengan mengikuti
suatu proses yang sistematis.
j. Pengembangan kurikulum dilakukan barangkat dari kurikulum yang ada.

2. Prinsip-prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum


Prinsip khusus ini merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan
komponen-komponen kurikulum secara khusus yang didalamnya terdapat tujuan, isi,
metode, dan evaluasi.
a. Prinsip yang berkenaan dengan tujuan
Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada :
 Ketentuan dan kebijakan pemerintah yang dapat ditemukam dalam dokumen-
dokumen lembaga Negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk
di dalamnya pendidikan.
 Survai mengenai persepsi orang tua dan masyarakat tentang kebutuhan mereka
yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
 Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidangtertentu, dihimpun
melalui angket, wawancara, observasi dan dari berbagai media massa.
 Survai tentang manpower (sumber daya manusia atau tenaga kerja)
 Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama.
 Penelitian.

b. Prinsip yang berkenan dengan pemilhan isi


Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan atau
kurikulum, yaitu :
 Perlu penjabaran tujuan pendidikan atau pengajaran ke dalam perbuatan hasil
belajar yang khusus dan sederhana.
 Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
 Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.

c. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar


Untuk menentukan kegiatan proses belajar mengajar apa yang akan digunakan harus
memperhatikan hal-hal berikut :
 Metode atau teknik mengajar yang digunakan harus cocok untuk mengajarkan
bahan pelajaran.
 Metode atau teknik tersebut harus dapat memberikan kegiatan yang bervariasi
untuk melayani perbedaan individual siswa.
 Metode atau teknik tersebut harus dapat memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat
 Metode atau teknik tersebut harus dapat menciptakan pencapaian kea rah
kognitif, afektif dan psikomotor.
 Metode atau teknik harus lebih mengaktifkan siswa maupun gurunya.
 Metode atau teknik tersebut harus mendorong berkembangnya kemampuan
baru.
 Metode atau teknik harus menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan
di rumah.

d. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran


Beberapa prinsip yang bias dijadikan pegangan untuk memilih dan menggunakan
media dan alat bantu pembelajaran.
 Alat atau media apa yang dibutuhkan dan apakah semuanya sudah tersedia ?
 Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran.
 Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
 Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

e. Prinsip yang berkenaan dengan penilaian


Ada tiga fase yang harus diperhatikan ketika akan membuat alat tes, yaitu :
a. fase perencanaan penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan penilaian,yaitu:
 Bagaimanakah karakteristik kelas, usia, tingkat kemampuan kelompok
yangakan di tes ?
 Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes ?
 Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau oilihan ?
 Berapa banyak butir tes yang perlu disusun ?
 Apakah tes tersebut diaministrasikan oleh guru atau murid ?

b. Menyusun alat penilaian


Dalam penyusunann alat penilaian sebaiknya mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
 Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum dalam ranah kognitif,
afektif dan psikomotor.
 Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati.
 Hubungkan dengan bahan pelajaran.
 Tuliskan butir-butir tes.
c. Pengelolaan hasil penilaian
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian
sebagai berikut :
 Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam pengelolaan hasil tes ?
 Apakah digunakan formula guessing ?
 Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak ?
 Untuk apakah hasil tes digunakan ?

2.3 Landasan Pengembangan Kurikulum


Kurikulum merupakan track yang harus dilalui peserta didik dalam
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan meskipun sudah dirumuskan dengan sangat baik
tetapi masih memiliki kekurangan terutama dalam pelaksanaannya. Maka dari
itu pengembangan kurikulumpun menjadi sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan dalam dunia pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum
terdapat istilah yang dinamakan landasan pengembangan kurikulum.Ketika
kita mendengar kata landasan mungkin ada yang teringat pada suatu dasar
atau pondasi. Jika kita ingin suatu bangunan menjadi kokoh dan tidak mudah
hancur maka pondasi bangunan harus kuat menopang bangunan yang akan
kita buat nantinya . Seperti halnya bangunan, kurikulum pun memiliki
landasan pengembangan yang menjadi dasar atau acuan dalam
mengembangkan kurikulum agar kurikulum yang dibuat tersebut dapat
dilaksankan sebaik mungkin dalam mencapai tujuan pendidikan.Kurikulum
sendiri sebagai suatu sistem terdiri atas empat komponen, yaitu komponen
tujuan (aims, goals, objectives), isi/materi (contents), proses pembelajaran
(learning activities) dan komponen evaluasi (evaluations). Setiap komponen
bisa menjalankan fungsinya secara tepat dan bersinergi, jika ditopang oleh
sejumlah landasan. Secara umum landasan pokok dalam pengembangan
kurikulum adalah landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis
dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
1) Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum.

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-


pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Pandangan-
pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan terutama dalam
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat atau pandangan hidup yang
dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan
perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Di Indonesia tujuan Pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada
pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila.
Landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia
adalah yang sesuai dengan kandungan falsafah Pancasila itu sendiri.

Pada hakikatnya kurikulum merupakan alur atau tahapan yang harus


dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum
membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berpikir. Landasan filsafat
tertentu beserta konsep-konsepnya yang meliputi konsep metafisika,
epistomologi, logika dan aksiologi akan berimplikasi terhadap konsep-konsep
pendidikan yang meliputi rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode
pendidikan, peranan pendidikan dan peserta didik.

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum.


Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai
aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,
progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun
senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan
mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini
diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.

Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran


dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran
absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran
ini lebih berorientasi ke masa lalu.

Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan


pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber


pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan :
bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?

Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan


individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.
Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik
aktif.

Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran


progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat
ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti
pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang
pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan
melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari
pada proses.

Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme


merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model
Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan
dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara,
filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model
Kurikulum Interaksional.

Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan


keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan
kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk
lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang
terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara
dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada
filsafat rekonstruktivisme.

2) Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum.

Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan


berhubungan erat dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Kurikulum
diharapkan dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan potensial
menjadi kemampuan aktual peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru
yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama. Pengembangan kurikulum harus
dilandasi oleh asumsi-asumsi yang bersasal dari psikologi yang meliputi
kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik serta
bagaimana peserta didik belajar. Terdapat dua cabang psikologi yang sangat
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan
dan teori belajar.

Pemahaman tentang peserta didik sangat penting dalam pengembangan


kurikulum. Melalui kajian mengenai peserta didik, diharapkan upaya
pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik
penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang
harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya dan
penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal


terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu
(1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji
tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang
berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi
belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-
teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus
mendasari pengembangan kurikulum.

Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati


memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati
mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan
“karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal
dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam
pekerjaan pada suatu situasi“. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe
kompetensi, yaitu :

motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau
keinginan untuk melakukan suatu aksi.

bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai


situasi atau informasi.

konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;

pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan


keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap


perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan
pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang,
sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih
mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi
permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan.
Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya,
kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan
dikembangkan.

Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002)


menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik,
Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik
peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi,
yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3)
perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan
perkembangan kognitif.

3) Landasan Sosiologis (Sosial-Budaya) dalam Pengembangan Kurikulum.

Kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan
dan tiitk tolak dalam melaksanakan pendidikan, karena kita merupakan bagian dari
masyarakat, mendapat pendididkan dalam lingkungan masyarakat dan diharapkan mampu
terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Pengembangan kurikulumpun harus mampu
mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan.

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut
di masyarakat. Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal
maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat
pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat
lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat. Setiap lingkungan masyarakat
masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan
pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial
budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para
warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-
segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan
dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Israel
Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial –
budaya dalam suatu masyarakat,baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4) Landasan IPTEK dalam Pengembangan Kurikulum.

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan
terus semakin berkembang

Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang
tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau
manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat
di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian. Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah
tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan
mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik
dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. kurikulum pada hakekatnya adalah proses penyusunan rencana
tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta
bagaimana cara mempelajarinya.
2. prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dibagi ke dalam dua
kelompok meliputi
a. prinsip-prinsip umum yaitu
relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas
b.prinsip-prinsip khusus, yaitu: prinsip berkenaan dengan tujuan
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar,
prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran,
dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian).

3. Secara umum landasan pokok dalam pengembangan kurikulum


adalah landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis dan
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

3.2 Saran

Dalam makalah ini,penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna


seperti apa yang diharapkan. untuk itu, jika terdapat kesalahan ataupun kekeliruan baik
dalam segi pengetikan,penulis sangat mengaharapkan kritikan dan saran-saran dari
pembaca,dan semoga kritikan dan saran-saran dari pembaca bisa membangun motivasi
kami dalam penulisan makalah yang akan datang. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar.2005. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syaodih, Nana (2000.150-151). Kurikulum pembelajaran.Bandung : Jurusan Kutekpen FIP


UPI.

Susilana, Rudi dkk. 2006. Kurikulum pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional Kurikulum


Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. 2002. Kurikulum dan


Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan UPI.

Fuaduddin dan Sukama Karya. 1998. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.Jakarta:


Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai