Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IKATAN KIMIA

Dosen Pengampuh : M.A Yohanita Nirmalasari, S.Si.,M.Pd

OLEH

Fransiska Irma Sari (084170011)


Sri Ariani (084170012)
Fransiska Asni Deno (084170006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Ikatan Medan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Ikatan Kimia.Disamping itu,penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
dapat terealisasikanlah makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya dapat diperbaiki.Akhir
kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan penulis khususnya.

Maumere,08 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB 11 PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Teori Medan Kristal .......................................................................................... 3
2.2 Spliting Pada Kompleks Oktahedral..................................................................4
BAB 111 PENUTUP .......................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 9
3.2 Saran .................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam semua senyawaannya kation dikelilingi oleh anion atau molekul
netral.Gugus yang langsung mengelilingi suatun kation disebut ligan.Pada awalnya teori
medan kristal dikemukakan oleh Hans Bethe,seorang pakar fisika yang telah dikemukakan
tahun 1929.Teori ini muncul dikarenakan teori ikatana valensi yang telah dikemukakan
mempunyai beberapa kelemahan seperti:
a. Seperti terdapatnya warna-warna senyawa komplek yang tidak dapat diterangkan dengan
teori ini
b. Ion-ion Ni2+,Pd2+,Pt2+,dan Au2+ yang biasanya membentuk komplek planarsegi empat
dapat membentuk komplek tetra hedral atau komplek dengan bilangan kordinasi 5
c. Adanya beberapa komplek yang memilih membentuk auter orbital komplek
d. Teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan terjadinya spektra elektrik
e. Keteterangan tentang terjadinya kompleks planar segiempat dari Cu(N3)42+
f. Perbedaan antara kompleks ion dan kompleks kovalen
Teori medan kristal ini hampir selama 20 tahun semenjak ditemukan hanya
digunakan dalam bidang fisika zat padat.Teori medan kristal digunakan pada pakar fisika zat
padat untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi
terhidrat,khususnya yang memiliki atom pusat ion logam transisi dengan orbital d yang
belum sepenuhnya terisi elektro seperti CuSO4.5H2O.Baru pada tahun 1950an.Pada awal
tahun 1950an barulah pakar kimia koordinasi menerapkan teori medan kristal.Teori medan
kristal ini digunakan untuk menjelaskan energi kompleks koordinasi. Hal ini didasarkan pada
deskripsi ionik pada ikatan logam ligan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori medan kristal ?
2. Bagaimana spliting pada kompleks oktahedral ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori medan kristal
2. Untuk mengetahui spliting pada kompleks oktahedral

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Medan Kristal


Teori medan kristal yang dikemukakan Bethe dilandasi oleh tiga asumsi yaitu :
1. Ligan ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan
2. Interaksi anatara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenunya sebagai interaksi
elektrostatik(ionik).Apabila ligan yang ada merupakan ligan netral seperti NH3, dan
H2O,maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam molekul-molekul netral
diarahkan terhadap ion logam
3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari
ligan.
4. H2O,maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam molekul-molekul netral
diarahkan terhadap ion logam
5. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari
ligan.
Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT),ikatan antara atom pusat
dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion,hingga gaya yang ada hanya berupa gaya
elektrostatik.Ion kompleks tersusun dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau
molekul-molekul yang mempunyai momen dipole permanen.Medan listrik dari ion pusat
akan mempengaruhi ligand-ligand sekelilingnya,sedang medan gabungan dari ligand-ligand
akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat.Pengaruh ligan ini terutama mengenai
elektron d dari ion pusat dan ion kompleks dari logam-logam transisi. Pengaruh ligand
tergantung dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri
ligand-ligand dalam kompleks.
Didalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate artinya mempunyai
energi yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang
maksimal.Teori medan kristal terutama membicarakan pengaruh ligand yang tersusun secara
berbeda-beda disekitar ion pusat terhadap energi dari orbital d. Pembagian orbital d menjadi
dua golongan yaitu orbital eg atau dj dan orbital t2g atau de mempunyai arti penting dalam hal
pengaruh ligan terhadap orbital-orbital tersebut.

3
Dengan adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate,
orbital d ini terbagi menjad beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga orbital d
ini mengalami spilitting.Ligand didalam ion kompleks berupa ion-ion negatif seperti F- dan
CN- atau berupa molekul-molekul polar dengan muatan negatifnya mengarah pada ion pusat
seperti H2O atau NH3.Ligand ini akan menimbulkan medan listrik yang akan menolak
elektron terutama elektron d dari ion pusat.Penolakan ini menyebabkan energi level orbital d
dari ion pusat bertambah.
Bila kelima orbital d sama dengan dan medan ligand mempengaruhi
kelimanya dengan cara yang sama maka kelima orbital d ini akan tetap degenerate pada
energy level yang lebih tinggi.Kenyataannya kelima orbital d tidak sama,yaitu ada orbital eg
atau d γ dan t2g atau d e.Disamping itu medan ligand tergantung dari letaknya disekitar ion
pusat, artinya apakah strukturnya oktahedral, tetrahedral, atau planar segi empat.Akibat dari
orbital d diurai oleh medan ligand, peristiwa ini disebut uraian medan ligand atau crysral
field spilitting.Dari percobaan diperoleh bahwa ada ligand-ligand yang menghasilkan medan
listrik yang kuat dan disebut strong ligand field, ada ligand yang sebaliknya dan disebut weak
ligand field.Berhubungan dengan ini ligand dapat disusun dalam suatu spectrochemical series
sesuai dengan kekuatan medannya.

2.2 Spliting Pada Kompleks Oktahedral


Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligand-ligand sekelilingnya,
sedang medan gabungan dari ligand-ligand akan mempengaruhi ion pusat.Pengaruh ligand ini
terutama mengenai elektron d dari ion pusat seperti kita ketahui ion kompleks dari logam-
logam transisi.Pengaruh ligand tergantung dari jenisnya, trutama pada kekuatan medan listrik
dan kedudukan geometri ligand-ligand dalam kompleks.Di dalam ion bebas kelima orbital d
bersifat degenerate artinya mempunyai energi yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu
memenuhi hukum multiplicity yang maksimal. Pembagian orbital d menjadi2 golongan yaitu
orbital eg atau dj dan orbital t2g atau demempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligand
terhadap orbital-orbital tersebut.
Dengan adanya ligan d disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate,
orbital d ini terbagi menjadi beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga orbital d
ini mengalami spliting.Uraian atau spliting dari orbital d oleh ligand, tergantung dari
strukturnya dan bebeda untuk struktur oktahedral, tetrahedral, dan planar segi empat.

4
Pada kompleks oktahedral atom pusat berikatan dengan 6 atom
donor.Kompleks oktahedral memiliki tingkat simetri tertinggi apabila ligan-ligan yang terikat
pada atom pusat merupakan ligan monodentat monoatom yang sama, seperti: F-, Cl-, Br-, dan
I-.Pada pembentukan kompleks octahedral dianggap ada 6 ligan monodentat yang mendekati
atom pusat sampai pada jarak tertentu saat ikatan-ikatan antara atom pusat dan ligan-ligan
terbentuk.Ligan-ligan dengan medan negatif yang dimilikinya mengadakan interaksi dengan
5 orbital d dari atom pusat sehingga terjadi penurunan tingkat simetri orbital-orbital tersebut.
Tingkat simetri 5 orbital d dari ion logam adalah paling tinggi apabila pembentukan ikatan-
ikatan tersebut ligan-ligan mendekati ion logam pada arah sumbu +x, -x, +y, -y, +z, dan –z
dari koordinat kartesian seperti ditunjukkan pada gambar.

Gambar 1
Susunan dalam ruang 5 orbital d adalah berbeda.Pada gambar tersebut 3
orbital d, yaitu dxy, dxz, dyz,cuping-cupingnya tidak diarsir dan terletak antara 2 sumbu,
sedangkan 2 orbital d yang lain, yaitu orbital dx2-y2 dan orbital dz2 cuping-cupingnya diarsir
dan terletak pada sumbu-sumbu oktahedral.
Teori medan kristal menjelaskan ikatan dalam ion kompleks dari segi gaya
elektrostatik. Dalam ion kompleks, ada 2 jenis interaksi elektrostatik yaitu:
1. Interaksi tarik menarik elektrostatik antara ion logam positif dan ligan yang bermuatan
negatif atau ujung yang bermuatan negatif dari suatu ligan polar.Gaya inilah yang
mengikat ligan dengan logam.
2. Interaksi tolak menolak elektrostatik antara pasangan electron bebas pada ligan dan
elektron dalam orbital d dari logam itu.

5
Sebagaimana kita ketahui orbital-orbital d mempunyai orientasi yang berbeda-
beda.Jika tidak ada gangguan eksternal semua orbital ini akan memiliki energi yang sama.
Dalam kompleks octahedral satu atom logam pusat dikelilingi oleh 6 pasangan electron bebas
(PEB) pada keenam ligan.Pada medan octahedral interaksi antara 6 ligan dengan orbital-
orbital dx2-y2 dan dz2 adalah lebih kuat dibandingkan interaksinya dengan orbital dxy, dxz, dan
dyz.
Kita lihat bahwa cuping-cuping orbital dx2-y2 dan dz2 mengarah ke sudut-sudut
octahedron disepanjang sumbu x dan y,tempat pasangan elektron bebas terdapat.Jadi elektron
yang menempati orbital ini akan mengalami tolakan lebih besar dari ligan dibandingkan
seandainya elektron berada misalnya, di orbital dxy.Akibatnya energi orbital dx2-y2 meningkat
relatif dibandingkan orbital dxy, dxz, dan dyz. Energi dari orbital dz2 juga lebih besar karena
cuping-cupingnya mengarah ke ligan pada sumbu z.
Sebagai akibat dari interaksi logam-ligan ini, kelima orbital d dalam kompleks
octahedral terbelah menjadi 2 set tingkat energi: tingkat yang lebih tinggi dengan 2 orbital
(dx2-y2 dan dz2 ) yang energinya sama dan tingkat energi yang lebih rendah dengan 3 orbital
yang berenergi sama (dxy, dxz, dan dyz ).Lima orbital d yang semula degenerate akan
mengalami pemisahan (spilitting) menjadi 2 kelompok orbital dengan tingkat energi yang
berbeda.Pembelahan medan kristal ( splitting )merupakan selisih energi antara dua set orbital
d dalam atom logam jika ada ligan.besarnya bergantung pada logam dan jenis ligan.Apabila
orbital-orbital d tersebut dilambangkan dengan garis-garis mendatar maka pemisahannya
dapat ditunjukkan dengan gambar

Gambar 2

6
Orbital-orbital dxy, dxz, dan dyz secara keseluruhan disebut orbital t2g
sedangkan orbital-orbital dx2-y2 dan dz2 disebut orbital eg. perbedaan tingkat energi antara dua
kelompok orbital tersebut dinyatakan dengan harga 10Dq atau ∆0.Diagram pemisahan orbital
d pada medan oktahedral yang biasa digunakan adalah seperti pada gambar berikut

Gambar 3

Tingkat energi rata-rata 5 orbital d disebut barycenter atau center of gravity.


Tingkat energi orbital eg adalah 6Dq diatas barycenter, sedangkan tingkat energi orbital t2g
adalah 4Dq dibawah barycenter. Besarnya pembelahan medan kristal berdampak langsung
pada warna dan sifat magnetik ion kompleks.
a. Pengisisan elektron pada orbital d
Pengisian elekton pada orbital d, dipengaruhi oleh kekuatan medan dari
ligand.Untuk ligand yang kekuatan medannya besar atau strong ligand field, splitting yang
terjadi menghasilkan perbedaan energi yang besar, akibatnya elektron akan mengisi penuh
energi yang rendah sebelum mengisi orbital yang energinya tinggi.Pengisian elektron orbital
d pada medan oktahedral
b. Perhitungan CFSE
Crystal field st Hans Bethe abilizationenergy berubah – ubah sesuai dengan
struktur dan jenis ion kompleks.Perbedaan energi orbital t2g dan eg Hans Bethe untuk
kompleks tetrahedral ~4/9 kali untuk kompleks oktahedral.orbital t2g mempunyai energi 0,27
∆˳ lebih rendah dari pada kompleks hipotesis, bila ∆˳ adalah ∆˳.untuk kompleks tetrahedra:
CFSE = (0,27y – 0,18x) ∆˳ y = jumlah elektron di orbital eg dan x = jumlah elektron di orbital
t2g.

7
Pada gambar splitting oktahedral terlihat bahwa orbital t2g mempunyai energi
0,4 Io dan energi pada orbital eg adalah 0,6 Io sehingga untuk menghitung CFSE = (0,4 x –
0,6 y) Io.Dimana x = jumlah elektron di orbital t2g dan y = jumlah elektron di orbital eg.
Contoh jumlah elektron d = 7, t2g = 5 dan eg = 2.
CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io
= (0,4 . 5 – 0,6 . 2 ) Io
= (2 – 1,2 ) Io
= 0,8 Io
Jadi dengan kata lain CFSE dapat dihitung dengan rumus umum
𝐶𝐹𝑆𝐸 = (𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡2𝑔. 𝑥 )– (𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒𝑔 . 𝑦)
Berikut ini dicantumkan tabel nilai umum CFSE pada kompleks oktahedral, tetrahedral dan
planar segiempat

TABEL CFSE UNTUK KOMPLKS OKTAHEDRAL, TETRAHEDRAL


DAN PLANAR SEGIEMPAT
Jumlah High spin Low spin
elektron
Oktahedral Tetrahedral Planar segi Oktahedral Tetrahedral Planar segi
empat empat

0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0


1 0,4 0,27 0,51 O,4 0,27 0,57
2 0,8 0,54 1,02 0,8 0,54 1,02
3 1,2 0,36 1,45 1,2 0,81 1,45
4 0,6 0,18 1,22 1,6 1,08 1,96
5 0,0 0,0 0,0 2,0 0,90 2,47
6 0,4 0,27 0,51 2,4 0,72 2,90
7 0,8 0,54 1,02 1,8 0,54 2,67
8 1,2 0,36 1,45 1,2 0,36 2,44
9 0,6 0,18 1,22 0,6 0,18 1,22
10 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT),ikatan antara atom pusat dan
ligan dalam kompleks berupa ikatan ion,hingga gaya yang ada hanya berupa gaya
elektrostatik.
 Pada medan oktahedral,setelah terjadi uraian atau spliting orbiltal eg mempunyai
energi lebih tinggi daripada orbital t2g.
 Pada splitting oktahedral,elektron akan mengisi orbital d yang energinya rendah, jadi
pada orbital t2g.
 Pada gambar splitting oktahedral terlihat bahwa orbital t2g mempunyai energi 0,4 Io
dan energi pada orbital eg adalah 0,6 Io sehingga untuk menghitung CFSE = (0,4 x –
0,6 y) Io .Dimana x = jumlah elektron di orbital t2g dan y = jumlah elektron di orbital
eg
 eg terletak pada bidang atau sumbu, t2g terletak diantara dua sumbu

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami buat,tentunya masih banyak kekurangan dan


kesalahan.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca sebagai kesempurnaan makalah ini.Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan
untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan
terkhusus buat kami.

9
DAFTAR PUSTAKA

Effendy.2007.Kimia Koordinasi Jilid 1.Malang:Bayumedia

Sukardjo.1992.Kimia Koordinasi.jakarta:Rineka Cipta

Oxtoby dkk. 2001.Prinsip-prinsip kimia modern 2.jakarta.Erlangga

Raymond chang. 2004.Kima dasar konsep-konsep inti jilid 2. Jakarta. Erlangga

10

Anda mungkin juga menyukai