PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak ada cara yang unik untuk memulai sebuah organisasi pada jalur
menuju peningkatan sensitivitas lingkungan. Respon lingkungan adalah semacam
isu yang tidak harus segera dilimpahkan ke beberapa bagian dari organisasi. Krisis
lingkungan itu sendiri muncul dari kegagalan dasar atau struktur organisasi, etika
bisnis, kerangka ekonomi dan sistem akuntansi untuk mengenali 'alam'. Semua
kehidupan, jelas berasal dari dan merupakan bagian dari 'lingkungan alam', Sama
seperti kesehatan, keselamatan, dan menghormati karyawan satu ini telah menjadi
prasyarat untuk organisasi yang bertanggung jawab, demikian juga kepedulian
lingkungan dianggap sebagai elemen penting dari manajemen yang bertanggung
jawab.
Pada akuntansi konvensional, pusat perhatian yang dilayani perusahaan
adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang lain sering diabaikan.
Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan
tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor
dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, serta masyarakat. Perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak diluar manajemen dan
pemilih modal. Perusahaan kadangkala melalaikannya dengan alasan bahwa
mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Hai ini disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non
reciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal
balik.
Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang
transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin
bagus (Good Corporate Governance) semakin memaksa perusahaan untuk
memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan
informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas
sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman, tentram, dan kesejahteraan
karyawan dapat terpenuhi.
Saat ini masyarakat mulai peduli lingkungan. Pelaporan komponen
lingkungan (seperti: CSR) merupakan komponen wajib dan bukan lagi pilihan
bagi perusahaan. Beberapa perusahaan seperti: Body Shop telah mengelompokkan
diri dengen membuat komitmen jangka panjang terhadap CSR. Pada contoh
beberapa perusahaan ini menunjukkan bahwa bisnis dan masyarakat mempunyai
hubungan saling ketergantungan. Bisnis memerlukan masyarakat sebagai pembeli
dan pemberi dana dan masyarakat juga perlu bisnis untuk produk-produk yang
dihasilkannya. Hubungan bisnis dan masyarakat dapat dimasukkan sebagai unsur-
unsur dalam strategi perusahaan untuk berkompetisi.
Pada era pergerakan perusahaan kearah green company, akuntan menjadi
salah satu faktor penting. Karena akuntan yang bertugas menyajikan setiap
informasi operasional perusahaan ke dalam bentuk laporan keuangan. Jika
perusahaan memasukkan lingkungan ke dalam operasionalnya, maka pelaporan
keuangannya pun harus memasukkan unsure lingkungan. Oleh karena itu,
pelaporannya harus berbasis pada environmental accounting.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan dan kebijakan-kebijakan tentang lingkungan
2. Alasan penerapan Green Organization
3. Faktor eksternal yang memengaruhi Green Organization
4. Faktor internal yang memengaruhi Green Organization
5. Peran akuntan dalam Green Organization
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini
adalah untuk:
1. Mengetahui perkembangan dan kebijakan-kebijakan tentang lingkungan
2. Mengetahui alasan penerapan Green Organization
3. Mengetahui faktor eksternal yang memengaruhi Green Organization
4. Mengetahui faktor internal yang memengaruhi Green Organization
5. Mengetahui pera akuntan dalam Green Organization
BAB II
PEMBAHASAN
Terlihat jelas dari pengalaman dan penelitian yang luas bahwa organisasi
menanamkan masalah lingkungan kedalam sistem penilaian kinerja, lalu
diprioritaskan secara tepat, dan insentif, penghargaan, dan sistem anggaran
diarahkan dengan tujuan serupa, masalah lingkungan akan hampir selalu kalah
banding dengan kriteria finansial. Tentu saja ada pengecualian dimana kriteria
finansial dan lingkungan berlangsung harmonis, dan sepertinya meningkat. Hal ini
tidak berlaku untuk semua aktifitas, akan tetapi hal ini harus diketahui dan
ditujukan secara eksplisit.
Akuntan secara umum, berubah secara lambat. Secara garis besar, hal ini
terjadi karena tidak adanya pengetahuan lebih dulu mengenai aturan dalam isu
lingkungan dan pada banyak kasus, dapat terlihat kegagalan dalam
menghubungkan akuntan dengan lingkungan. Penelitian menyarankan bahwa
akuntan harus melihat dirinya bertanggung jawab dalam inovasi sama baiknya
dengan keingingan untuk mendapat inisiatif dalam pengembangan sistem
informasi finansial. Akuntan, sistem akuntansi, dan auditor internal mungkin
secara cepat dapat melakukan penghentian jika ada isu lingkungan tidak
terintegrasi secara tepat pada sistem. Organisasi tidak dapat mengurangi dampak
lingkungan yang mereka miliki dan menjadi lebih ramah lingkungan jika mereka
memiliki budaya finansial yang kuat dan akuntan mereka tidak ikut serta pada
tahap mendesain inisiatif lingkungan dan sistem informasi lingkungan.
BAB III
PENUTUP
Tidak ada suatu cara yang ideal dalam memulai proses pengembangan
sensitifitas organisasional. Tiap organisasi mungkin memilih rute yang berbeda –
ada yang memulai dari aturan lingkungan, ada yang memulai dari audit
lingkungan dan pengembangan EMS, yang lainnya dengan laporan tentang
lingkungan.