Anda di halaman 1dari 36

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN

KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT

PROPOSAL
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Keperawatan Minat Utama Program Studi Ilmu Keperawatan

Diajukan oleh:

Firman Hidayat
NIM: A11501120

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG

2019

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan unsur yang sangat penting dalam
menentukan dan mengatur agar pelayanan di rumah sakit berjalan dengan
lancar. Menurut George R. Terry dalam Thoha (2010) mengartikan bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang orang supaya
diarahkan mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Yamin (2010)
kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi yang di lakukan oleh
seorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan
organisasi. Dalam keperawatan kepemimpinan dibutuhkan untuk mengatur
agar program dan pelayanan berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan.
Menurut Latif (2008) didalam keperawatan kepemimpinan merupakan
penggunaan keterampilan seseorang pemimpin (perawat) dalam
mempengaruhi perawat-perawat lain yang berada dibawah pengawasannya
untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan tugas
pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
Adapun untuk mempengaruhi seseorang mempunyai ciri khas atau gaya
tersendiri dalam mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan
organisasi atau kelompok.
Gaya kepemimpinan merupakan model atau seni untuk
mempengaruhi orang lain dengan cara memotivasi, mengajak dan
mengarahkan untuk melakukan sesuatu agar tercapainya suatu tujuan.
Menurut Thoha (2013) bahwa gaya kepemimpinan merupakan perilaku
yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Sedangkan
menurut (Rivai, 2014) menyatakan Gaya Kepemimpinan adalah
sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi
bawahannya agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan
3

bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai
dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang
menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan
seoarang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya
kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, keterampilan, sikap yang sering di terapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Di rumah sakit
memiliki beberapa ruang rawat atau bangsal dalam melakukan proses
asuhan keperawatan, diruang tersebut memliki pemimimpin yang disebut
kepala ruang. Hal ini dilakukan untuk mengatur jalannya proses
keperawatan yang ada diruang sehingga terarah dan jelas.
Kepala ruang merupakan tenaga perawat yang diberi tugas
memimpin satu ruang rawat, dan bertanggung jawab terhadap pemberian
asuhan keperawatan, yang berperan sebagai first line manager disebuah
rumah sakit, yang diharapkan mampu melaksankan fungsi manajemen
keperawatan Sitorus, R & Panjaitan, (2011). Setiap kepala ruang dalam
memimpin tentu saja mempunyai ciri khas dalam memimpin dengan
model atau gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja akan
mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja seseorang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanindrawati, dkk
(2012) hasil Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD
Kabupaten Bekasi, jumlah responden sebanyak 71 perawat, diketahui
bahwa perawat yang merasa puas dalam bekerja hanya 5 perawat (7,04%)
nilai tersebut sangat rendah dibandingkan dengan jumlah perwat yang
merasa tidak puas sejumalah 66 perawat (92,96%).
Robbin (2015) mengatakan kepuasan kerja adalah suatu sikap
umum terhadap pekerjaan seseorang sebagai perbedaan antara banyaknya
ganjaran yang diterima pekerja dengan banyaknya ganjaran yang diyakini
seharusnya diterima. Sedangkan menurut (Priansa 2014) kepuasan kerja
merupakan perasaan pegawai terhadap pekerjaanya apakah senang, suka,
atau tidak suka dan tidak senang sebagai hasil intraksi pegawai dengan
4

lingkungan pekerjaannya atau sebagai persepsi sikap mental, juga sebagai


hasil penilaian pegawai terhadap pekerjaanya. Sedangkan menurut
(Sunyoto, 2012) Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan
memandang pekerjaanya. kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseoarang terhadap pekerjaanya. Hal tersebut terlihat dari sikap positif
karyawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi
dilingkungan kerjaanya. Bagian manajemen harus memonitor kepuasan
kerja karyawannya karena hal ini mempengaruhi sikap absensi. Perputaran
tenaga kerja, kepuasan kerja dan masalah masalah penting lainnya.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rini Roostyowati
dkk. Menunjukkan hasil kepuasan kerja perawat sebagian besar puas
(86,5%) dan tidak puas (13,5%). Hasil analisis bivariat menunjukan
bahwa ada hubungan gaya kemepimpinan kepala ruang dengan kepuasan
kerja perawat di RSPW ( p = 0,000)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas maka di
rumuskan masalah penelitian adakah: “Hubungan Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruang Dengan Kepuasan Kerja Perawat” ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan disusun dalam dua hal:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang
dengan Kepuasan Kerja perawat di RSUD Dr Soedirman Kebumen
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gaya kepemimpinan kepala ruang RSUD Dr.
soedirman Kebumen
b. Mengetahui kepuasan kerja perawat di RSUD Dr. Soedirman
Kebumen
5

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada
berbagai pihak yaitu:
1. Manfaat teori
a. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang dengan Kepuasan
Kerja Perawat serta menerapakan teori yang telah di peroleh.
b. Bagi institusi pendidikan
Sebagai salah satu media pembelajaran, sumber informasi, wacana,
kepustakaan terkait dengan Hubungan Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruang dengan Kepuasan Kerja Perawat
2. Manfaat bagi praktisi
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
terhadap kepala ruang di tempat pelayanan keperawatan untuk
dapat mengembangkan dan meningkatkan kepuasan kerja perawat.
6

E. Keaslian Penelitian
1. Rini Roostyowati , Erlisa Candrawati, dkk (2017) judul penelitian
“Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Kepuasan
Kerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Panti Waluyo Malang :
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Prporsional
Random Sampling dan analisis data menggunakan korelasi
Sperman Rank. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan tidak ada yang otokratis (0%) sebagian besar
demokratis (59,6%) dan sisanya partisipatif (28,9%) serta bebas
tindak (11,5%) Hasil kepuasan kerja perawat sebagian besar puas
(86,5%) hasil Bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan gaya
kepemimpinan kepala ruang dengan kepuasan kerja perawat (p =
0,000). Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya karena berbeda tempat , waktu dan jumlah sampel.
Persamaan penelitian adalah sama meneliti hubungan gaya
kepemimpinan kepala ruang dengan dengan kepuasan kerja
perawat.
2. Maryanto, Tri isma dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Hubungan Gaya Kepemimpinan kepala ruang dengan Kepuasan
Kerja Perawat Di Rumah Sakit Swasta Di Demak” Metode
penelitian ini menggunakan analiltik korelasional dengan desain
cross sectional, teknik yang digunakan adalah purposive sampling
penelitian ini menggunakan kuesioner, uji statistik yang digunakan
adalah chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
yang signifikan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan kepuasan
kerja dengan P – value 0,5.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kepemimpinan
a. Definisi
Pada umumnya para ahli berpendapat kepemimpinan (leadership)
adalah pokok atau inti dari pada manajemen. Kepemimpinan
berkaitan pula dengan kemampuan motivasi, komunikasi dan
hubungan antar manusia, seorang pemimpin harus memotivasi
dirinya sendiri dan orang lain agar mau bekerja dengan mencapai
tujuan. Pemimpin yang mampu berkomunikasi dan mampu
berhubungan manusiawi dengan orang lain (human relation)
dengan baik dan lebih mudah mempengaruhi dan menggerakkan
oarang lain sesuai keinginannya dalam mencapai tujuan yang
dikehendaki. (Zaidin, 2010)
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi
kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok,
agar dapat mencapai suatu tujuan umum kemampuan memimpin
diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-hari (Suarli, 2010).
Dalam memberikan asuhan keperawatan, seoarang perawat
pelaksana memiliki tanggung jawab yang sangat besar bagi pasien
dan bagi institusi tempat ia bekerja, sehingga untuk mencapai
tujuan yang telah dibuat, sebuah rumah sakit harus memiliki
pimpinan yang jelas sesuai bidang masing-masing dan terarah
setiap program kerja dan setiap kegiatan yang dilakukan demi
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tersebut
(Roymond, 2014).
Tanpa kepemimpinan yang baik, sulit bagi seseorang
manejer atau pemimpin menjalankan fungsi manajemen dengan
semestinya. Perencanaan yang baik,organisasi yang memadai,
8

anggaran yang besar, sarana dan pra sarana yang lengkap belum
menjamin bahwa akan diperoleh hasil kegiatan (out put) yang
diinginkan. Banyak pengertian atau teori kepemimpinan
disampaikan, beberapa dikemukakan disini dengan maksud makin
banyak pengertian diberikan oleh para ahli semakin lengkap
pemahaman kita akan kedudukan, tugas, kewajiban dan wewenang
seseoarang pemimpin dan sebagainya.
Pengertian kepemimpinan menurut para ahli :
1) James A.F Stoner dan Hendry Mintzberg, kepemimpinan
berkaitan erat dengan fungsi manajemen yang amat penting
yaitu penggerakan pelaksanaan (actuating). Pengarahan
(directing), atau memerintah (command), kemampuan
koordinasi (coordinating), pengawasan dan pengendalian
(controling), berkomunikasi (comunicating), menuntun,
membimbing (leading = meimpin), dan mengambil keputusan
(decision making) dan menjadi narasumber (resourcing).
2) George R. Terry mengatakan, kebanyakan pemimpin-
pemimpin efektif merupakan orang-orang yang bermotivasi
tinggi dan menetapkan standar-standar prestasi tinggi bagi
mereka sendiri. Mereka ingin mengetahui banyak hal bersifat
energik dan merasa ditantang oleh problem-problem yang sulit
dipecahkan oleh mereka. Seorang pemimpin menggugah
keinginan seoarang untuk melaksanakan suatu hal. Ia
menunjukan arah yang harus ditempuh dan ia membina
anggota-anggota kelompok kearah penyelesaian hasil pekerjaan
kelompok.
3) Dubin “kepemimpinan merupakan aktivitas para pemegang
kekuasaan dan membuat keputusan”
4) Ralph M. Stoggdill “kepemimpinan adalah proses yang
mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok oarang yang
9

terorganisir dalam usaha mereka menetapkan tujuan dan


mencapai tujuan “
5) Harold Koontz dan Cyril o’donnel “Kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai
tujuan umum”. Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan
untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan
semangat keyakinan”
6) R.D.Agrawala mengatakan kepemimpinan adalah seni
mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan kemana mereka,
kemampuan dan usaha untuk mencapai tujuan pimpinan”.
Dalam huubungan dengan organisasi, kepemimpinan terletak
pada mempengaruhi usaha individu dan kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi secara optimal”.
7) Orday Ted. Mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah
aktivitas mempengaruhi oarang-oarang agar mau bekerja sama
untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan”.
8) Franklin G. Moore mengatakan bahwa “Kepemimpinan adalah
kemampuan membuat orang-orang bertindak sesuai dengan
keinginan pemimpin”
9) Jhon D, Pfiffner & Robert Presthus “Kepemimpinan adalah
seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu serta
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan”
10) Jhon Frech, Betron Raven, Leone Mingginsa, Amizal etzioni.
Kepemimpinan adalah seni menggunakan orang lain dan daya
kekuatan (power) sebagai berikut:
b. Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan seseorang berbeda dengan lainya karena gaya
kepemimpinan tersebut adalah bersifat unik, walaupun demikian
dapat di kelompokkan sebagai berikut, Roland Lippits dan Ralph
K.White berpendapat bahwa ada tiga gaya kepemimpinan yaitu
Otoriter, Demokrasi, Dan Liberal.
10

1. Gaya kepemimpinan Otoriter atau Otokratis menurut Thoha,


(2010) adalah kepemimpinan otokratis sebagai gaya yang
didasarkan kekuatan posisi dan penggunaa otoritas, jadi
kepemimpinan otokrtaik adalah kepemimpinan yang oleh
seorang pemimpin dengan sikapnya yang menang sendiri,
tertutup terhadap saran dari orang lain dan memiliki idealisme
yang tinggi. Adapun ciri-ciri kepemimpinan otokratis yaitu:
a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
b. Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin
c. Kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada
bawahan.
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau
kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat.
f. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan.
g. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat.
h. Tugas-tugas diberikan secara instruktif.
i. Lebih banyak kritik daripada pujian .
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa
syarat.
k. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat.
l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
m. Kasar dalam bertindak.
n. Kaku dalam bersikap
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipukul
oleh pimpinan.

Beberapa ciri gaya kepemimpinan otoriter tersebut senada


dengan pendapat Agrawala yang menyatkan bahwa : “Otokratis
atau otoriter: pemimpin jenis ini memberikan instruksi secara pasti,
11

menuntut kerelaan, menekankan pelaksanaan tugas, melakukan


pengawasan tertutup, ijin sangat sedikit atau tiada bawahan
mempengaruhi keputusan, tiada saran datang dari bawahan,
memakai paksaan, ancaman dan kekuasaan untuk melaksanakan
disiplin serta menjamin pelaksanaanya”. Penerapan gaya
kepemimpinan otoriter dapat mendatangkan keuntungan antara lain
berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan
bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat
naik. Tetapi penerapan gaya kepemimpinan otoriter dapat
menimbulkan kerugian anatara lain berupa suasana kaku, tegang,
mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut
timbulnya ketidak puasan. Dalam hal ini Agrawala berpendapat
bahwa : ”penerapan kepemimpinan gaya otoriter ternyata
mengakibatkan merusak moral, meniadakan inisiatif.
Menimbulkan permusuhan, agresivitas, keluhan, absen pindah dan
tidak puas”. Kepemimpinan gaya otoriter hanya tepat diterapkan
dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena
sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila
keadaan darurat telah selesai gaya otoriter ini harus segera di
tinggalkan. Umpanya pada perawat pasien yang gawat yang
membutuhkan pertolongan cepat dan tepat dimana tidak mungkin
dilakukan musyawarah lagi untuk pertolongan pasien.

2. Gaya kepemimpinan “Democratic” (Demokratis)


Kepemimpinan gaya demokratis merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama
untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara antara
pimpinan dan bawahan. Ciri-ciri kepemimpinan demokrtis
adalah:
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak
12

b. Pemimpin bersedia melimpahkan sebagian wewenang


kepada bawahan
c. Keputusan dibuat bersama anatara pimpinan dan bawahan
d. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
maupun antara sesama bawahan
e. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik terjadi antara
pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan.
f. Pengawan anatara sikap, tingkah laku perbuatan atau
kegiatan bawahan dilakukan secara wajar
g. Prakarsa datang dari pimpinan maupun bawahan.
h. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan
saran, pertimbangan atau pendapat
i. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih
bersifat permintaan dari pada instruktif
j. Pujian dan kritik seimbang
k. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan
dalam batas kemampuan masing-masing
l. Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar
m. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak
n. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat
menghormati dan saling harga menghargai.
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama
pimpinan dan bawahan

Herberg G. Hicks dan Ray C. Gullet meyatakan


bahwa “ dengan kepemimpinan gaya demokratis hasil
produksi mungkin tidak setinggi pada gaya otoriter, namun
kualitas lebih baik, dan masalah manusia sedikit, terjadi
saling saran anatara pimpinan dan bawahan, saling
13

berpendapat, semua orang dianggap sama penting dalam


menyumbangkan ide dalam keputusan.”

Sharma memberikan pandangan yang senada pula


tentang gaya demokratis,yaitu : “dalam gaya demokratis
pimpinan memperhatikan pandangan bawahan,memberikan
bimbingan pada masalah-masalah yang timbul dan
melibatkan perasaan sendiri dalam membantu bawahan
mencapai tujuan organisasi sebabgai tujuan individu”

Penerapan kepemimpinan gaya demokratis dapat


mendatangkan keuntungan anataralain berupa keputusan
serta tindakan yang lebih objektif, tumbuhnya rasa ikut
memiliki, serta terbinannya moral yang tinggi. Sedang
kelemahan gaya ini anatara lain keputusan serta tindakan
kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang,
keputusab yang dibuat bukan merupakan keputusan yang
terbaik. Type ini selalu melibatkan kelompok dalam
pengambilan keputusan, dan memberi tanggung jawab
kepada bawahan. Type ini baik apabila keputusan tersebut
tidak mendesak untuk diputuskan. Umpanya perawatan
penyakit yang tidak darurat, penyakit kronis dan lain-lain

3. Gaya kepemimpinan kebebasan “Laissez-Faire” atau liberal


Kepemimpinan gaya kebebasan atau liberal merupakan
kemampuan mempengaruhi oarang lain agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapakan dengan
cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak
diserahkan kepada bawahan. “Laissez-Faire” secara harfiah
berarti “allow (them) to do” (mengijinkan (mereka) bekerja).
Atau “to leave alone” (biarkan sendiri), “free-rein” berasal dari
kata “free” (bebas) dan “rein” (kendali), jadi “free-rein”secara
14

harfiah berarti bebas kendali. Kepemimpinan liberal ciri-


cirinya yaitu:
a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan \
c. Kebijakan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahannya
e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahan
f. Prakarsa selalu datang dari bawahan
g. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
h. Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
i. Kepentingan pribadi lebih utama dari pada kepentingan
kelompok
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang
per orang.

Tentang ciri kepemimpinan gaya liberal ini Herbert G. Hicks dan


Ray C. Gullet menyatakan “disini pemimpin mencoba melaksanakan
sangat sedikit kontrol atau pengaruh terhadap anggota. Anggota
menentukan tujuan dan kebanyakan membiarkan sendiri untuk
memmutuskan bagaimana mencapainya. Fungsi pimpinan sebagian besar
sebagai anggota kelompok, hanya memberikan nasehat atau pengarahan
sejauh diminta.” Untuk memperkuat kepemimpinan gaya liberal
berintikan kebebasan untuk para bawahan. Agrawala mengatakan
“pemimpin jenis ini tiada perhatian terhadap produksi maupun orang. Dia
membiarkan oarang-orang lepas”. Dengan sari pengertian yang sama
Sharma mengatakan : “pemimpin menyediakan informasi kepada anggota
kelompok, tetapi ditujukan dengan keterlibatan emosi yang sangat sedikit
dan peran serta yang minimum dalam kegiatan kelompok”.
15

Penerapan pemimpin gaya liberal dapat mendatangkan keuntungan


antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan
kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian
bagi organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja
menurut selera masing-masing. Type ini pemimpin memberi kewenangan
sepenuhnya kepada pada bawahan atau tim untuk memberi keputusan.
Pimpinan memberi pengawasan yang longgar atau lemah terhadap
bawahannya atau anggota tim. Type ini baik dilakukan apabila staffnya
sudah mampu dan ahli dibidangnya dan telah menghayati dengan
sungguh-sungguh visi, misi organisasi.umpanya pada tim kerja
keperawatan dimana anggota-anggotanya sudah berpengalaman yang sama
dalam bidang tersebut.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan


Kadarman dalam Budisuharto (2013) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu:
1) Keperibadian (personality)
pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini
mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya
akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2) Ciri atasan
Gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat
mempengaruhi orientasi kepemimpinan.
3) Ciri bawahan
Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan
efektivitas kepemimpinan manajer. Latar pendidikan
bawahan sangat menentukan pula cara manajer
menentukan gaya kepemimpinannya.
4) Persyaratan tugas
Tuntutan tanggung jawab pekerjaan bawahan akan
mempengaruhi gaya kepemimpinan.
16

5) Iklim organisasi dan kebijakan


Ini akan mempengaruhi harapan dan perilaku anggota
kelompok serta gaya kepemimpinan yang diplih.
6) Perilaku dan harapan rekan
Rekan sekerja merupakan kelompok acuan yang penting,
segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan sangat
mempengaruhi efektivitas hasil kerja.
Sedangkan menurut Kartini Kartono dalam bukunyaThe
Art Of Leadearship (2010) kepemimpinan juga dapat
dillihat sebagai produk dalam suatu keadaan yang
ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
1. Pribadi pemimpin dengan cara hidupnya
2. Struktur kelompok dengan ciri khasnya
3. Kejadian-kejadian yang berlangsung pada saat itu.

2. Kepuasan Kerja
a. Definisi
Kepuasan kerja adalah persepsi karyawan mengenai
seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai
penting (kaswan, 2012). Menurut Robbins (2003 dalam Wibowo)
kepuasan kerja merupakan sikap umum terhadap pekerjaan
seseorang, yang menunjukan perbedaan anatara jumlah
penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima (Wibowo, 2010). Kepuasan kerja
merupakan suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong
diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaanya maupun
dengan kondisi dirinya (Sinambela, 2012).
Menurut beberapa definisi mengenenai kepuasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap
atau persepsi seorang karyawan terhadap pekerjaanya, bagaimana
17

cara mereka memandang pekerjaanya merasa senang atau tidak


dengan pekerjaanya sendiri.
b. Aspek Aspek Kepuasan Kerja
Menurut Jewell dan Siegall 1998 (dalam Prestawan 2010) beberapa
aspek dalam mengukur kepuasan kerja:
a. Aspek psikologis, berhubungan dengan kejiwaan karyawan
meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, bakat
dan keterampilan.
b. Aspek fisik, berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan
kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja, pengaturan waktu istirahat, keadaan
ruangan, suhu udara, penerangan, pertukaran udara, kondisi
kesehatan karyawan dan umur.
c. Aspek sosial, berhubungan dengan intraksi sosial, baik antara
sesama karyawan dengan atasan maupun antar karyawan yang
berbeda jenis kerjanya serta hubungan dengan keluarga.
d. Aspek finansial, berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besar gaji,
jaminan sosial, tunjangan, fasilitas dan promosi. (jewell dan
Siegall, 1998).
c. Teori tentang kepuasan kerja Sunyoto (2012) adalah:
1. Teori ketidakseuaian (Discrepancy Theory) dari Porter
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan
menghitung selisih yang seharusnya dengan kenyataan yang
dirasakan. Apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari yang
diinginkan, maka akan menjadi lebih puas lagi, sehingga
terdapat dicrepancy yang positif. Kepuasan kerja tergantung
pada selisih anatara sesuatu yang dianggap akan didapatkan
dengan apa yang dicapai.
2. Teori keadilan (Equity Theory) dari Adam.
18

Teori ini dikembangkan oleh adam yang mengemukakan


bahwa oarang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung
pada ada atau tidak keadilan (equality) dalam suatu situasi,
khusunya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama
dalam teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah,
input, hasil, keadilan dan ketidakadilan.
3. Teori dua faktor (TwoFactor Theory) dari Herzberg
Teori ini dikembangakan oleh Herzberg dan menurut teori ini
kepuasan kerja dan ketidakkepuasankerja itu merupakan hal
yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadapa
pekerjaan itu bukan suatu variabel yang berkelanjutan teori ini
merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok
yaitu stafies atau motivator dan dissatifies.
4. Teori pemenuhan kebutuhan (Need Fulfillment Theory) dari
Schafer.
Kepuasan kerja kayawan tergantung pada terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan karyawan. Karyawan akan merasa puas
apabila ia mendapatkan sesuatuyang dibutuhkannya. Makin
besar kebutuhan karyawan yang terpenuhi maka akan semakin
puas karyawan tersebut, begitu sebaliknya.
5. Teori pandangan kelompok (Social Refrence Theory) dari
Alderfer.
Teori ini mengatakan bahwa kepuasan karyawan itu tidak
tergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi juga
tergantung pada pandangan dan pendapat kelompok, yang oleh
para karyawan dianggap sebagai kelompok acuan.kelompok
acuan tersebut dijadikan tolak ukur untuk menilai diri maupun
lingkungannya.
6. Teori pengharapan (Expectancy Theory) dari Victor Vroom.
Menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk dari cara
seseorang menginginkan sesuatu dan penaksiran seseoarang
19

tersebut memungkinkan adanya aksi tertentu yang


menuntutnya. Harapan merupakan motivasi yang meningkat.

d. Faktor –faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja


1) Gaji

Gaji adalah jumlah bayaran yang didapat seseoarang sebagai


akibat dari pelaksanaan kerja. Gaji dapat dirasakan seseorang
dengan sangat memuaskan atau sebaliknya tidak memuaskan
(Badeni,2013) pemberian gaji terhadap karyawan yang adil
dan layak dapat meningkatkan kepuasan kerja. Gaji yang
layak menyebabkan terpuasnya segala kebutuhan baik
sandang, pangan dan papan maupun terhadap keluarga atau
oarng yang menjadi tanggungannya.

2) Kepuasan promosi
Kepuasan promosi adalah rasa karyawan terhadap
kebijakan perusahaan dan pelaksanaan kebijaka, termasuk
promosi jabatan yang adil berdasarkan kemampuan
(Juliansyah, 2013). Sistem promosi yang adil dan jujur
memacu karyawan untuk meningkatkan kinerja yang baik,
bekerja dengan sesuai apa yang diharapkan atasan dan
karyawan memiliki peluang yang sama untuk menempati
jabatan yang lebih tinggi.
3) Kepuasan supervisi
Kepuasan supervisi adalah refleksi rasa karyawan tentang
atasannya, termasuk kopetensi atasan, kesopanan dan
komnikator yang baik (Badeni, 2013). Supervisi merupakan
suatu pemberian sumber-sumber penting kepada karyawan
dalam menyelesaikan tugas-tugas agar sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan. Dalam melakukan supervisi perlu
20

diperhatikan dan dilakukan secara baik karena dapat


mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
4) Kepuasan rekan kerja
Kepuasan rekan kerja merupakan rasa karyawan tentang
rekan sesama karyawan,termasuk kecerdasan,tanggung
jawab,suka menolong,ramah dan begitu pula
sebaliknya,teman kerja yang bodoh, suka gosip dan tidak
menyenangkan, merupakan faktor yang berhubungan
dengan sebagai pegawai dengan atasannya dan dengan
pegawai lain. Baik yang sama maupun yang berbeda jenis
pekerjaannya (Juliansyah, 2013)
5) Kepuasan pekerjaan
Kepuasan pekerjaan itu sendiri merupakan refleksi rasa
karyawan tentang kondisi pekerjaan yang ditugaskan saat
ini, termasuk apakah pekerjaan itu menantang, menarik,
respek, dan membutuhkan keterampilan, dibandingkan
dengan pekerjaan yang pengulangannya tidak
mengenakkan (Juliansyah, 2013). Adapun menurut Asmuji,
(2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
adalah:
1) Pemenuhan kebutuhan
Faktor ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan
oleh karakteristik pekerjaan yang memungkinkan
individu terpenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu,
jika individu dalam bekerja tidak mendapatkan
kebutuhan yang cukup, individu akan merasa tidak
puas. Kenyataannya ini dapat membuat keluar dari
pekerjaanya. Sebaliknya, jika individu terpenuhi
kebutuhannya,dia akan merasa puas dengan
pekerjaannya.
2) Ketidakcocokan
21

Kepuasan akan terjadi jika antara harapan dan


kenyataan sesuai, atau bahkan kenyataan melampaui
harapan. Akan tetapi, jika harapan lebih besar
nilainya bila dibandingkan dengan kenyataan,
individu akan tidak puas. Bahkan, beberapa
penelitian mengatakan bahwa harapan yang
terpenuhi secara signifikan berhubungan dengan
kepuasan kerja,
3) Pencapaian Nilai
Kepuasan berasal dari persepsi terhadap suatu
pekerjaan yang memungkinkan individu
terpenuhinya nilai-nilaikerja yang penting.
Sebaliknya, jika individu dalam bekerja tidak
mencapai nilai yang diinginkan, akan membuat
individu tidak puas. Nilai-nilai kerja dapat terpenuhi
dengan memberikan pengakuan maupun
penghargaan atas hasil, wewenang, dan tanggung
jawab yang dilakukan pekerja.
4) Persamaan
Kepuasan dalam model persamaan ini terfokus pada
keadilan yang diterima oleh pekerja. Individu yang
diperlakukan adil dalam imbalan maupun promosi
akan membuat individu puas. Beberapa penelitian
mendukung model ini yang menyatakan bahwa
karyawan merasakan keadilan terhadapa upah dan
promosi secara signifikan berkorelasi dengan
kepuasan kerja.
5) Genetik
Kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh sifat pribadi
dan faktor genetik. Hal ini dapat diamati saat ada
individu yang merasakan kepuasan pada situasi
22

apapun dilingkungan kerja, sedangkan ada orang


lain yang merasa tidak puas. Ada penelitian yang
menyatakan bahwa ada hubungan keperibadian
yang positif dan signifikan antara sifat pribadi dan
kepuasan kerja.
6) Kepemimpinan
Kepuasan kerja banyak dipengaruhi sikap pemimpin
dalam kepemimpinannya. Model kepemimpinan
partisipatif memberikan peluang kepada karyawan
untuk ikut aktif dalam menyampaikan pendapatnya
dalam menentukan kebijakan-kebijakan organisasi
sehingga kepuasan kerja karyawan akan terpenuhi.
Sedangkan model kepemimpinan otoriter atau juga
permisif akan mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan menjadi menurun atau tidak meraskan
kepuasan dalam kerjanya.
e. Metode Pengukuran Kepuasan Kerja
Sebagai suatu sikap yang dapat diukur maka diperlukan
metode pengukuran yang tepat. Metode yang umum digunakan
mengukur kepuasan kerja adalah survei kepuasan kerja, yaitu
prosedur yang diterapkan untuk menghimpun perasaan pegawai
tentang pekerjaan dan lingkungan mereka. Alat yang digunakan
berupa kuesioner dengan variasi pertanyaan tertutup dan
terbuka. Zainur (2010).
f. Dampak dari ketidakpuasan kerja
Menurut (Anwar, 2009) ketidakpuasan kerja pada tenaga
kerja atau karyawan dapat diungkap dalam berbagai cara.
Misalnya, selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat
mengeluh, membangkang, mengambil barang milik organisasi,
menghindari sebagian dari tanggung jawab pekerjaan mereka
23

ada emapat cara karyawan mengungkapkan ketidakpuassan


karyawan :
1. Keluar (exit) ketidakpuasan kerja dapat diungkapkan
dengan meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekrjaan
lain.
2. Menyuarakan (voice) ketidakpuasan yang diungkapkan
melalui usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki
kondisi, termasuk memberikan saran perbaikan,
mendiskusikan permasalahan dengan atasan.
3. Mengabaikan (negleat) ketidakpuasan kerja yang
diungkapkan melalui sikap membiarkan keadaan menjadi
lebih buruk, termasuk misalnya, sering absen atau datang
terlambat, upaya berkurang, kesalahan yang dilakukan
senakin banyak.
4. Kesetiaan (loyality) ketidakpuasan kerja yang diungkapkan
dengan menunggu secara pasif sampai kondisinya menjadi
lebih baik, termasuk menikmati hasil kapsitas maksimum
dari industri dan naiknya nilai manusia didalm konteks
pekerjaan.
24

B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi gaya


kepemimpinan

1. Diri pemimpin
2. Ciri atasan
3. Ciri bawahan
4. Persyratan tugas
5. Iklim organisasi dan
kebijakan
6. Perilaku dan harapan
rekan

Gaya kepemimpinan
1. Demokratis
2. Otoriter
3. Laissez faire

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan
kerja
Aspek psikologis
1. Pemenuhan
Aspek sosial kebutuhan
2. Ketidakcocokan
Kepuasan kerja 3. Pencapaian nilai
Aspek finansial 4. Persamaan
5. Genetik
6. kepemimpinan
Aspek fisik

Gambar: 2.1

Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Jewell dan Siegall, Prestawan (2010) Lippits dan


Ralph, Zaidin Ali (2010), Asmuji (2012), Budisuharto
(2013)
25

C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variable terikat

Kepuasan Kerja
Gaya kepemimpinan 1. Puas
2. Tidak puas

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja
nan
1. Pemenuhan kebutuhan
2. Ketidakcocokan
3. Pencapaian nilai
4. Persamaan
5. Genetik

Gambar 2.2

Kerangka konsep Penelitian

Ket:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

D. Hipotesis
H0 = tidak ada hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan
kepuasan kerja perawat
H1 = ada hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan kepuasan
kerja perawat
26

Ali, Zaidin.H. 2010. Dasar-Dasar Kepemimpinan Dalam Keperawatan Penerbit


Trans Info Media. Jakarta
Anang Prestawan. 2010. Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja
dengan Produktivitas Kerja Karyawan Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera Surakarta. Skripsi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Asmuji. (2013).Manajemen Keperawatan Cetakan ke II. Ar-Ruzz
Media.Yogjakarta
Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Danang, Sunyoto. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Buku


Seru.http://repository.upi.edu/17628/4/S_MBS_1001311_Bibliography
Juliansyah. 2013. Analisis Data Penelitian Ekonomi dan Manajemen. Grasindo .
Jakarta.
Kaswan. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Simamora, Roymond. 2014. Manajemen Keperawatan, Jakarta: EGC

Sinambela, Lijan Poltan. 2012. “Kinerja Pegawai Teori Pengukurandan


Implementasi”. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta.
Wibowo.2010. Manajemen Kinerja, Edisi Ketiga,

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan
menggunakan desain penelitian deskripsi korelasi, yaitu penelitian untuk
mengetahui hubungan antar variabel, dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan kepuasan
kerja perawat di RSUD Dr Soedirman Kebumen
Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
27

risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan


data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010)
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala
ruang dengan kepuasan kerja perawat pelaksana RSUD Dr Soedirman
Kebumen
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010) populasi dalam penelitian seluruh perawat
yang bekerja di bangsal rawat inap RSUD Dr Soedirman Kebumen
2. Sampel/Partisipan
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil menjadi objek
penelitian (Notoatmodjo,2010). Menurut Arikunto (2010) apabila
subjknya kurang dari 100 lebih diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih
a. Kriteria Inklusi
1) Perawat bangsal RSUD Dr. Soedirman Kebumen
2) Bersedia menjadi responden
3) Perawat PNS
4) Perawat THL (Tenaga Harian Lepas)
b. Kriteria Eksklusi
1) Perawat yang sedang libur
2) Perawat yang sedang cuti
3) Perawat magang
4) Perawat yang tidak ditempat saat penelitian dilakukan
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di RSUD Dr Soedirman Kebumen
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan pada tanggal 25 maret 2019
28

D. Variabel penelitian
Variabel dalah segala bentuk data, informasi yang sudah ditetapkan
oleh peneliti untuk dilakukan analisis data atau kesimpulan. (Sugiyono,
2009).
1. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,
abstecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas,
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
(Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah gaya
kepemimpinan kepala ruang.
2. Variabel terikat (dependen variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016). Pada
penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah kepuasan kerja
perawat.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1 Definisi operasional
Variabel Definisi Cara ukur Hasil Ukur Skala
Independen : Gaya Dengan kuesioner Skor Ordinal
Gaya kepemimpinan yang berjumlah 9 dikelompokan
kepemimpinan. adalah prilaku atau pertanyaan yang menjadi 3 gaya
seni untuk terdiri gaya kepemimpinan
mempengaruhi kepemimpinan yaitu: Demokrtis
orang lain atau demokratis, otoriter = Otoriter =
mempengaruhi dan laissez failure Laissez failure =
bawahannya. atau bebas. Cara
penilian dengan skala
29

likert pemberian skor


pertanyaan dengan
ketentuan “Sangat
Tidak Setuju” (STS)
skor 1,”Tidak Setuju”
(TS) skor 2, “Kurang
Setuju”(KS) skor 3,
“Setuju”(S) skor 4,
“Sangat Setuju” (SS
skor 5
Dependen : Kepuasan Kerja Dengan kuesioner Ordinal
Kepuasan kerja adalah bagaimana dengan jumlah 16
persepsi seseoran pertanyaan dari
atau cara pandang kepuasan kerja
seoarang terhadap
pekerjaan itu
sendiri.

F. Instrumen Penelitian
Berdasrkan Variabel-variabel diatas, penulis kemudian
menegembangkan menjadi instrumen penelitian yang dalam hal ini adalah
pernyataan-pernyataan didalam kuesioner penelitian.
Menurut (Sugiyono,2009) skla likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Sehingga untuk menegetahui pengukuran jawaban
responden pada penelitian ini yang mana menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner, peneliti menggunakan metode skala Likert
(Likerts Summated Rating)
Tabel 3.2 alat penelitian
Gaya Nomor pertanyaan Jumlah
kepemimpinan soal
30

Demokratis 1,2,3 3
Otokratis 4,5,6 3
Kebebasan / 7,8,9 3
Laissez faire
Total 9
Kepuasan kerja 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16 16
Total 25

Kuesioner gaya kepemimpinan teridiri dari 9 item, demokratis 3 item


1-3, otokratis 3 item 4-6, kebebasan/laissez faire 3 item 7-9 dan kuesioner
kepuasan jumlah 16 item 1-16. Dengan pilihan jawaban sangat setuju,
setuju, kurang setuju, tidak setuju. Sangat tidak setuju.
Dalam pengukuran jawaban responden, pengisian kuesioner diukur
dengan menggunakan skala likert, dengan tingkatan sebagai berikut:
a. Jawaban Sangat Setuju diberi bobot 5
b. Jawaban Setuju diberi bobot 4
c. Jawaban Cukup Setuju diberi bobot 3
d. Jawaban Tidak Setuju diberi bobot 2
e. Jawaban Saagat Tidak Setuju diberi bobot 1
Penilaian untuk penarikan kesimpulan gaya kepemimpinan kepala
ruang
G. Uji Validitas dan Realibilitas
1. Uji Validitas
Uji Validitas merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengukur ketepatan dan kecermatan data yang diteliti. Validitas dapat
diartikan sebagai aspek kecermatan pengukuran (Donsu, 2016). Uji
validitas dalam penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit .....
dengan jumlah responden ......
Uji validitas ini menggunakan rumus Pearsom Product Moment
Sebagai berikut:
31

𝑛 (∑𝑋𝑌) − (∑𝑋∑𝑌)
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑚𝑔 =
√[(𝑛∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 ]. [𝑛, ∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 )]

Keterangan:
rhitung : koefisien korelasi
∑Xi : jumlah skor intem
∑Yi : jumlah skor total (intem)
n : jumlah responden

Rumus Uji t:
𝑟√(𝑛 − 2)
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√(1 − 𝑟 2

Keterangan:
t : nilai thitung
r : koefisien korelasi hasil rhitung
n : jumlah responden

2. Uji Realibilitas dimkasudkan untuk mengukur suatu kuesioner yang


merupakan indikator dan variabel. Reabilitas diukur dengan uji
statistik cronbach’s alpha (a). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach’ alpha >0,60.

H. Teknik Pengumpulan Data


1. Melakukan pengkajian data pendahuluan pada lokasi penelitian,
untuk melakukan data awal yang digunakan untuk melakukan
pengumpulan data awal yang digunakan untuk penelitian.
2. Mengajukan proposal penelitian diprogram Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong.
32

3. Mengajukan ethical clearance dari komite etik Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
4. Mengajukan izin penelitian kepada Rumah Sakit RSUD
DR.SOEDIRMAN KEBUMEN
5. Melakukan pemilihan sampel penelitian sesuai dengan kriteria
inklusi.
6. Melakukan informed consent kepada responden dan juga pihak
Rumah Sakit sebagai saksi dan penanggung jawab guna
memberikan informasi dan teknis penelitian serta persetujuan
menjadi responden.
7. Sebelum kuesioner diisi, peneliti menjelaskan tentang pengisian
kuesioner dan meminta responden untuk berlaku jujur dalam
mengisi kuesioner
8. Membagikan kuesioner kepada responden
9. Setelah kuisoner terisi dan diserahkan ke peneliti, peneliti
melakukan pengecekkan kelengkapan isian. Jika ada salah satu
atau lebih pertanyaan yang tidak terisi, peneliti mengembalikan
kepada responden untuk mengisi kembali.
10. Setelah semua kuesioner terjawab, kuesioner dikumpulkan
kembali ke peneliti dan peneliti berpamitan
I. Teknik Pengolahan Data
1. Teknik pengolahan data
Menurut setiadi (2007), teknik pengolahan data dan analisa data
meliputi:
a. Editing (pemeriksaan data)
Editing yaitu pengecekan data yang telah dikumpulkan,
jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan
data maka akan diperbaiki dalam penelitian.
b. Coding
33

Coding merupakan pemberian kode atau tanda pada setiap


data yang telah dikumpulkan untuk mempermudah proses
pemasukan data ke komputer dalam program spss.
c. Tabulating
Tabulating merupakan proses megklarifikasi data sesuai
kriteria tertentu hingga fruekuensi dari masing-masing item
untuk mempermudah analisa data,pengolahan data dan
membuat kedalam tabel distribusi frekuensi.
d. Entry
Entry data yaitu proses memasukkan data yang sudah
diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel
dengan cara menghitung frekuensi data dalam komputer
boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan
komputer.
e. Cleaning
Cleaning data merupakan kegitan memeriksa kembali data
yang sudah dimasukkan kedalam tabel, jika terdapat
kesalahan atau tidak. Apabila terjadi kesalahan saat
memasukkan data ke komputer dapat dibenarkan kembali
sebelum penganalisaan data.

2. Analisa Data
a. Analisa univariat
Merupakan analisa yang menganalisis satu variabel.
Disebut analisa univariat karena pengumpulan data awal masih
acak dan abstrak, kemudian data diolah menjadi informasi
yang informatif . Analisa ini sering kali digunakan untuk
statistik deskriptif, yang dilaporkan dalam bentuk distribusi
frekuensi dan prosentase
34

Nilai yang diperoleh


Skor = X100%
Skor maksimal
Untuk menetukan skor gaya kepemimpinan, skor yang akan dgunakan
sebagai berikut, Hidayat (2007)
Demokratis =skor %
Otokratis = skor %
Kebebasan = skor %
b. Analisa bivariat
Analisis bivariat yaitu analisa data yang menganalisi dua
variabel. Analisa jenis ini sering digunakan untuk mengetahui
hubungan atau pengaruh dan pengaruh x dan y antar variabel
satu dengan varibel lainnya (Donsu, 2016).dalam penelitian ini
untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang
dengan kepuasan kerja perawat. Dalam penelitian ini
menggunkan Uji Korelasi Spearman Rank (Rho) untuk
mengukur tingkat eratnya hubungan antar dua variabel yang
berskala ordinal. Teknik analisa yang digunakan adalah
Spearman dengan menggunakan α = 5% dengan derajat
kepercayaan 95% , sehingga jika p value ≤ 0,5% berarti hasil
perhitungan statistik menunjukkan ada hubungan anatara
variabel independen dan variabel dependen, dan jika p value >
0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada
hubungan anatara variabel independen dan dependen.

J. Etika Penelitian
Prinsip etik yang paling utama terdapat tiga yakni, benefience respect
for human dignity, dan justice (Polit & Beck, 2012).
1. Benefience
35

Penelitian melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian


guna mendpat hassil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi
subjek penelitian dan dapat digenerasikan ditingkat populasi
(beneficience).
2. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human
Dignity)
Peneliti mempertimbangkan subjek untuk mendapatkan informasi
yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berbartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa
tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan
martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir
persetujuan subjek (informed consent) dan apabila subjek menolak
maka peneliti tidak akan memaksa.
3. Keadilan (justice)
Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kccermatan,intimitas, psikologis, serta perasaan
religius seubjek penelitian. Peneliti menjelaskan prosedur
penelitian kepada semua responden, prinsip keadilan ini menjamin
bahwa semua responden memperoleh perlakuan dan keuntungan
yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan
sebagainya.
36

Anda mungkin juga menyukai