Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SC VES BIGENIMI +


MVP G0 P2 A0 DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
HAMBATAN MOBILITAS FISIK DIRUANG FLAMBOYAN
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWEKERTO

Disusun oleh:

Anwar Mujahid

A32019013

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG

TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NY.R DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SC VES BIGENIMI +
MVP G0 P2 A0 DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
HAMBATAN MOBILITAS FISIK DIRUANG FLAMBOYAN
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWEKERTO

HALAMAN PENGESAHAN

Di susun oleh:

Nama : Anwar Muajhid

NM : A32019013

Mengetahui

Pembimbing akademik pembombong klinik

(Diah Astuti M. Kep) (Siti Suwaibah S.Kepe. NS)


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Sectio caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada
dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau mediana, dari
kulit sampai fasia (Carpenito, 2010).
Sectio caesaria SC adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak
dari rongga rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim
(Bobak, 2013).
Sectio caesaria SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan
janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan,
sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding
rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Doengoes, 2010).
Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga
janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar
anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.
B. Etiologi
Menurut Manuaba (2015), ada beberapa faktor sectio caesarea
diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-
tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan letak janin
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
g. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna (Saifuddin, 2010).
C. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah risiko infeksi (Saifuddin, 2010).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Doenges (2010) Persalinan dengan Sectio Caesaria,
memerlukan perawatan yang lebih koprehensif, yaitu perawatan post
operatif dan perawatan post partum. Manifestasi klinis sectio caesarea,
antara lain:
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak diumbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f. Biasanya terpasang kateter urinarius
g. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual, muntah, dan keterbatasan
anggota gerak
h. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut menurut Doenges (2010),
anatara lain:
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit.
F. Penata Laksanaan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut
(Saefudin, 2010) diantaranya:
a. Penatalaksanaan secara medis
a) Analgesik diberikan setiap 3-4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, dan Ketorolak.
b) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
c) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif
dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya
dianjurkan.
d) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
a) Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c) Mobilisasi
d) Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat
tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
e) Pemulangan
f) Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada
hari kelima setelah operasi
D. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut
Prawirohardjo (2012), sebagai berikut:
a. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama
beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan
parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada
kehamilan berikutnya.
E. Diagnosa keperawatan
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (NANDA, 2017).
Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang
(Doenges, 2013).
Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keadaan tidak bergerak/tirah
baring yang terus menerus selama 5 hari/lebih akibat perubahan fungsi
fisiologis (Carpenito, 2015).
F. Etiologi
a. Gangguan perkembangan otot
b. Kerusakan saraf pusat
c. Trauma sistem muskuluskeletal
d. Kekakuan otot
e. Kecelakaan
f. Proses penyakit injuri
g. Tingkat energi
G. Batasan karakteristik
a. Tidak mampu mengontrol anggota gerak
b. Kurang semangat
c. Penurunan kemampuan, kekuatan dan masa otot
d. Tidak mampu mengikuti perintah
e. Nyeri
f. Keterbatasan ruang gerak
H. Fokus pengkajian
a. Pola aktivitas
Sebelum sakit: Selama kehamilan klien hanya berjalan-jalan disekitar
rumah dan istirahat yang cukup.
Saat sakit: Selama dirumah sakit pasien hanya berbaring dan tidur
karena nyeri yang dirasakan (Post SC).
Tabel ADL
No Aktivitas 1 2 3 4 5
1 Makan dan minum
2 Mandi
3 Terlentang
4 Berpakaian
5 Mobilisasi ditempat tidur
6 Berpindah

Keterangan:
1. Mandiri
2. Dengan alat bantu
3. Dibantu
4. Dibantu dan alat bantu
5. Tergantung total
b. Pola istirahat
Selama kehamilan pasien banyak istirahat tapi sering terbangun juga
dan di RSMS dilakukan oprasi SC dalam persalinannya pasien kurang
istirahat karena nyeri yang dirasakan bekas oprasi (luka oprasi).
c. Pola konsep diri-persepsi diri
Setelah melahirkan anak kedua pasien merasakan cemas karena belum
bisa menghisap puting areola secara maksimal.
I. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bagi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cepalo
perpic, ruptur uteri mengancam, dan partus luna. Kondisi tersebut
menyebabkan adanya suatu tindakan pembedahan yaitu SC (sectio
caesarea).
Proses oprasi dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
mobilisasi. Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidyat, 2013).
a. Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunter dan sensorik untuk mengontrol secara peuh area
tubuh.
b. Mobilisasi permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan untuk
rusaknya saraf reversibel.
J. Pathway

Tindakan oprasi
Sectio caesarea
(SC)

Post SC Insisi jaringan

Penurunan General anastesi lukan


kesadaran

Kontraksi uterus Saraf nyeri


Stagnasi
(nosiseftor)
penarikan

Anemia aliran darah


uteri NYERI AKUT
Trombus vena

Konraksi berlebihan
Penurunan
emboli
Perdarahan
meningkat
Co2 menurun Perawatan luka
kurang baik/tidak
steril/kebersihan luka
SYOK
tidak terjaga
HIPOPOLEMIK
Perubahan perfusi
jaringan

RISIKO
INFEKSI
muskuluskeletal

HAMBATAN
Intoleransi aktivitas MOBILITAS FISIK
K. Masalah keperawatan lain yang muncul
a. Risiko infeksi
b. Nyeri akut
c. Syok hipopolemik
L. Intervensi keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik
a) Menjelaskan/melakukan tirah baring
b) Posisikan body asesment yang tepat
c) Ajarkan pasien miring kanan/kiri dua jam setelah oprasi
d) Ajarkan latihan ditempat tidur dengan cara yang tepat.
BAB II

TINJAUAN KASUS

Nama mahasiswa : Mahasiswa A


Tanggal pen gkajian : 28 Agustus 2019
Ruanga/RS : Flamboyan

A. Identitas klien
Nama : Ny. R
Umur : 34 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : JL. Cemara 6 No. 105 RT 03/06 Teluk
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA/SMK
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk RS : 26 Agustus 2019
No. RM : 02-10-98-88
Diagnosa medis : G0 P2 A0 Post SC + VES Bigenimi + MVP

B. Identitas penanggung jawab


Nama Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : JL. Cemara 6 No. 105 RT 03/06 Teluk
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Suami
C. Keluhan utama
Kaki sulit digerakan dan terasa berat
D. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke igd rsms rujukan dari rumah sakit keluarga dengan
g2p2a0, usia kehamilan 37minggu, dengan bekas luka sc keadaan baik,
kesadaran cm, setelah masuk igd pasien dipindahkan ke ruang flamboyan
tanggal 26-08-2019, pukul 10.00 WIB, dengan hasil pemeriksaan TTV:
TD 120/88 mmHg, Nadi 97x/menit, RR 22x/menit, S 37.0 0C. pada
tanggal 28-08-2019, pukul 09.30 WIB, pasien dibawa ke ruang IBS untuk
dilakukan oprasi sectio caesarea (SC) yang ke 2 kalinya, bayi lahirberjenis
kelamin laki-laki, BBL 3200 kg, PB 50 cm, pasien diantar kembali
keruangan flamboyan dengan post SC, pasien mengeluhkan kakinya terasa
berat dan susahdigerakan.pemeriksaan TTV: TD 100/87 mmHg, N 89
x/menit, RR 27 x/menit, S 36.7 0C.
E. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah melakukan oprasi sebelumnya yaitu melahirkan
anak pertama dengan SC, dengan indikasi yang sama, bayi pertama
berjenis kelamin laki-laki, BBL 3400 kg, PB 50 cm, dengan umur
kehamilan ± 10 bulan.
F. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya, ibu pasien mengalami penyakit
asma dan pasien juga mengalami penyakit yang sama, dan ibu pasien
mempunyai riwayat penyakiit gula (DM), dan hipertensi.
G. Genogram
Keterangan:
: Ibu pasien yang menderita penyakit yang sama

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien

: Anak ke 2

: Suami

H. Riwayat ginekologi
Pasien mengatakan pertamakali menstruasi pada usia 14 tahun frekuensi
haid teratur setiap bulanya, dan setiap mau haid pasien merasakan nyeri.
I. Riwayat KB
Pasien mengatakan menggunakan KB jenis spiral selama 8 tahun.
J. Riwayat kehamilan dan peralinan yang lalu
Pasien mengatakan persalonan anak pertama tidak secara normal tetapi
denga persalinan SC, karena indikasi penyakit asma, bayi lahir berjenis
kelamin laki-laki, BBL 3400 kg, PB 50 cm, dengan umur kehamilan ± 10
bulan.
Pengalama menyusui: Ya berapa lama: 1 Tahun
K. Riwayat kehamilan
No Tipe Usia kehamilan JK BBL Keadaan masalah
Sehat,
1 SC ± 10 bulan L 3400 kg -
menangis
Sehat,
2 SC 37 Minggu L 3200 kg -
menangis

L. Riwayat persalinan
a. Jenis persalinan : SC
b. Jenis kelamin bayi : Laki-laki, BBL 3200 gram, PB 50 cm
c. Perdarahan : 300cc
d. Masalah dalam persalinan : -
M. Pola fungsional menurut gordon
a. Pola persepsi-manajeman
Sebelum MRS : Pasien rujukan dari rumah sakit keluarga dengan
riwayat asma berat
Setelah MRS : Setelah diobservasi pasien harus segera melakukan
persalinan dengan oprasi (SC).
b. Pola nutrisi-metabolik
Sebelum MRS : Selama kehamilan pasien makan seperti biasa tapi
porsi lebih banyak makan sayur dan buah-buahan
Setelah MRS : Selama kehamilan pasien makan seperti biasa tapi
porsi habis ditambah sering makan buah-buahan
c. Pola eliminasi
Sebelum MRS : Selama kehamilan tidak ada maslah dalam
BAB/BAK (1x/5-6x sehari), dalam 10 hari terakhir
kaki mulai bengkak dan berjalanpun harus hati-hati
Setelah MRS : Pasien terpasang DC (Selang untuk BAK), pasien
masih berat menggerakan kakinya karena post
oprasi (efek obat anastesi)
d. Pola latihan-aktivitas
Sebelum MRS : Selama hamil pasien hanya berjalan-jalan disekitar
rumah dan istirahat yang cukup, suaminya
menggantikan keperluan yang dibutuhkan dalam
keluarganya
Setelah MRS : Aktivitas pasien sangat terbatas karena nyeri post
SC dan ekstremitas bawah masih berat untuk
digerakan pasien terpasang DC, infus disebelah
tangan kanan, setelah 6 jam post SC pasien
dianjurkan untuk mengerakan kakinya dan miring
kanan/kiri, keuadian 12 jam kemudian
diperbolehkan untuk setengah duduk (semi fowler),
dan 24 jam kemudian pasien dianjurkan untuk
duduk total, tapi pasien tetap mencoba menggerkan
jari-jari dan sendi-sendi kakinya
Tabel ADL
No Aktivitas 1 2 3 4 5
1 Makan dan minum
2 Mandi
3 Terlentang
4 Berpakaian
5 Mobilisasi ditempat tidur
6 Berpindah
Keterangan:
1. Mandiri
2. Dengan alat bantu
3. Dibantu
4. Dibantu dan alat bantu
5. Tergantung total

e. Pola kognitif-perseptual
Sebelum MRS : Selama kehamilan pasien tidak memiliki gangguan
penglihatan, pendengaran, dan masih hubungan
dengan keluargnya snagat baik
Setelah MRS : Setelah dilakukan oprasi SC, sempat mengalami
penglihatan kabur, pusing dan lemas
f. Pola istirahat-tidur
Sebelum MRS : Selama kehamilan pasien banyak istirahat tapi
sering bangun juga
Setelah MRS : Setelah dilakukan oprasi SC, pasien jam tidurnya
kurang, karena nyeri yang dirasakan pada luka post
oprasi
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Sebelum MRS : Selama kehamilan pasien seorang ibu rumah
tangga dan mempunyai anak pertama dan anak ke
dua yang dikandungnya
Setelah MRS : setelah dirawat pasien merasakn cemas dan
khawatir terhadap anak ke duanya karena reflek
hisapnya lemah dan mencari puting susu (areola
masih lemah
h. Pola peran-hubungan
Sebelum MRS : Selama kehamilan pasien adlah ibu rumah tangga
dengan mempunyai dua anak, anak pertama
berumur 21 tahun dan anak yang ke dua baru saja di
lahirkan ynag berumur 0 hati (± 8 jam)
Setelah MRS : Pasien akan lebih bahagia dan fokus untuk
merawat ke dua anaknya jika sudah pulang ke
rumahnya
i. Pola reproduksi-seksual
Sebelum MRS : Pasien mengatakan haid pertama kaloinya pada
umur 14 tahun, setap mau haid pasien merasakan
nyeri, dengan siklus normal 1 bulan sekali
Setelah MRS : Pasien sudah sudah di sterilkan/MOW, jadi tidak
bisa mempunyai anak lagi, karena sudah 2x
melahirkan secara SC
j. Pola pertahanan diri (coping-toleransi stres)
Sebelum MRS : Pasien mengatakan selama ini hanya dibantu
suaminya unutk mengurus anaknya
Setelah MRS : Pasien sangat perlu bantuan untuk mengurus
anaknya dan dirinya karena keterbatasan dalam
gerak
k. Pola keyakinan-nilai
Sebelum MRS : Pasien mengatakan bangga menjadi seorang
muslim, dan melaksanakan sholat dalam 5 waktu
Setelah MRS : Pasien mengatakan setelah melahirkan anak ke2
nya pasien tidak mengikuti kebiasaan daerahnya
(nganyep/ngadem/mutih), pasien makan sesuai yang
di anjurkan dari RS
N. Pemeriksaan fisik
Status obstretik: NH P2 A0 bayi rawat gabung : Ya
Keadaan umum: Baik Kesadaran: Composmentis (CM)
BB: 65 kg, TB: 157 cm
a. Tanda-tanda vital
TD: 100/87 mmHg, Nadi: 89 x/menit, Suhu: 36,7 0C, RR: 27 x/menit
b. Kepala
Bentuk mesocepal, rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri
tekan, dan berdistribusi normal dna tidak ada jejas
c. Leher
Reflek menelan baik dan nadi karotis teraba
d. Mata
Ke dua mata simetris, seklera anikterik, pupil anisokor, reflek cahaya
baik (2 mm)
e. Hidung
Hidung bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran polip dan
tidak ada nyeri tekan
f. Mulut
Mukosa bibir kering, terdapat karies gigi, stomatitis (-), dan tidak ada
pembesaran tonsil
g. Telinga
Kedua telinga simetris, terdapat seruman, dan tidak ada nyeri tekan
h. Dada
Paru-paru
I : Tidak terlihat ictus cordis, tidak ada lesi/jejas, dan tidak ada
retraksi dinding dada
P : Tidak ada nyeri tekan, stempremitus kanan/kiri, dan krepitasi (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru
A : Suara vesikuler, tidak ada suara tambahan
Jantung
I : Jejas/lesi (-), Ictus cordis (-)
P : Tidak ad ayeri tekan, denyut jantung teraba di ICS ke 5 MS
P : Suara perkusi jantung pekak dari ICS ke 2 parasternal dekstra
sampai ICS ke 5 MCS
A : Suara vesikuler tidak ada suara tambahan
i. Payudara
Puting susu (areola) : Berwarna hitam coklat
Pengeluaran ASI : Belum normal
j. Abdomen
Strecmach (+), terdapat luka SC, interaksi uterus (+), Fundus uteri: 3
cm kontraksi keras
Fungsi pencernaan : Normal
Maslah :-
k. Perineum dan Genital
Vagina : Terpasang DC
Integritas kulit tidak terdapat ruptur, edema (-), memar (-)
Perineum: Tanda REEDA
R : Kemerahan (-)
E : Bengkak (-)
E : Echimosis (-)
D : Discarge (-)
A : Aproksimate (-)
Kebersiahn : (-)
Lockhea jumlah : Jenis rubra, merah segar, dan berbau amis
Hemoroid : (-)
Masalah : (-)
l. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Edema (-), terpasang infus ditangan kanan, RL 20 TPM
Ekstemitas bawah
Kedua kaki tidak dapat digerakan, masih terasa berat, edema (-), tanda
human (-)
Masalah : (-)
m. Keadaan mental
Adaptasi psikologis : Cemas
Penerimaan bayi : Baiyi (sangat diharapkan)
Masalah khusus : (-)
Kemampuan menyusui : kemampuan ibu sudah bisa dalam
memberikan ASI ke bayi langsung tetapi reflek hisap bayi lemah
6. Terapi Farmakologi

No Nama Obat Dosis Indikasi


1 Ketorolak 20 mg 1x/12jam Untuk mengurangi nyeri
2 Adjupan PO 1tab/24jam Kemotapi setelah oprasi
Untuk penyakit jantung
3 Bisuprolol 691x
(berdebar-debar)
4 Furosemide 1tab/hari Diuretik

Untuk mengatasi kadar


5 Kalsium laktat 500mg1x/hari kalsium yang rendah dalam
darah/tubuh

7. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Hasil laboratorium tanggal 28 Agustus 2019, Pukul 18.57 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah lengkap
Hemoglobin 12.4 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 38 % 35-47
Leukosit H 19.810 u/l 3600-11000
Trombosit 237.000 u/l 150.000-440.000
Eritrosit 4.4 10^0/ul 3.8-5.2
MCV 86.1 Fl 80-100
MCH 28.3 P4/cell 26-34
MCHC 32.9 % 32-36
RDW 12.8 % 11.5-14.5
MPV L 9.2 Fl 94-12.3
Hitung jenis
Basofil 0.2 % 0-1
Eosinofil L 0.1 % 1-4
Batang L 0.7 % 3-5
Segmen H 91.7 % 50-70
Lamposit L 5.5 % 25-40
Monosit L 1.8 % 2-8
8. Analisa Data
Tgl/jam Data Fokus Masalah Etiologi
Rabu, DS: Hambatan Program
28/8/19 - Pasien mengatakan mobilitas fisik batasan gerak
kakinya masih berat
untuk digerakan
- Pasien belum bisa
miringkanan/kiri
- Tidak nyaman
DO
- Pasien mencoba
menggerakan jari-jari
kakinya
- Menggerakakn sendi-
sendi kaki
- Gerakan lambat
Rabu, DS: Ketidak Reflek isap bayi
28/8/19 - pasien mengatakan efektifan buruk
bayinya dalam pemberian ASI
mencari puting susu
(areola) masih lemah
- reflek hisap lemah
DO:
- Reflek hisap buruk
- Ketidakadekuatan
pemberian susu
- Tidak mengisap
payudara secara terus
menerus
9. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik b.d program batasan gerak
b. Ketidakefektifan bemberian ASI b.d reflek isap bayi buruk
10. Intervensi

Tgl/Jam DX NOC NIC Ttd


Rabu, Setelah dilakukan tindakan “Perawatan tirah baring”
28/8/19 keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan maslah hambatan 1. Jelaskan/diperlakukan
mobilitas fisik dapat teratasi tirah baring
dengan kriteria hasil 2. Posisikan body
asesment yang tepat
Indikator A T 3. Ajarkan pasien miring
Gerakan sendi 2 4 kanan/kiri
1 Berjalan 2 4 4. Ajarkan latihan
Keseimbangan 2 4 ditempat tidur dengan
Cara berjalan 2 4 cara yang tepat
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Rabu, Setelah dilakukan tindakan “Manajeman nutrisi”
28/8/19 keperawatan selama 3x24 jam 1. Berikan arahan bila
diharapkan maslah diperlukan
ketidakefektifan pemberian ASI
dapat teratasi dengan kriteria “peningkatan kelekatan”
hasil 1. Dorong ibu menyusui
“keberhasilan menyusui bayi” dengan tepat
Indikator A T 2. Sediakan menyusui
Kesejajaran tubuh 2 4 yang cukup dan
yang sesuai (bayi) dukung jika tepat
dengan baik 3. Intruksiakan orang tua
2 Terdengar menelan 2 4 mengenai tanda bayi
Menyusui minimal 5- 2 4 merasa lapar
10 menit
Penempatan lidah 2 4 “konseling laktasi”
yang tepat 1. Intruksikan posisi
Reflek menghisap 2 4 menyusui yang
Keterangan: bervariasi
1. Buruk 2. Monitor kemampuan
2. Cukup buruk bayi untuk menghisap
3. Cukup 3. Ajarkan carang
4. Baik merangsang bayi untuk
5. Sangat baik mencari puting susu
11. Implementasi

Tgl/jam DX Implementasi Respon Ttd


Rabu, 1. Memonitor TTV 1. TD: 100/87, S: 36,7
0
28/8/19 C, RR: 27x/menit
2. Menjelaskan perlunaya tirah 2. DS: kaki masih berat
baring setelah SC untuk digerakan
DO: tampak lemas
3. DS: -
1 3. Posisikan body asesment yang DO: supinasi
tepat senyman mungkin
4. DS: pasien
4. Menganjurkan pasien untuk mengatakan kakinya
menggerakan jari-jari dan berat
sendi kakinya setelah 6 jam DO: pasien koperatif
post oprasi
Rabu, 1. Mengintruksikan orang tua 1. DS: -
28/8/19 mengenai tanda bayi merasa DO: keluarga sudah
lapar melakukannya dan
2. Intruksikan posisi menyusui paham
yang bervariasi 2. DS: -
3. Tunjukan cara merangsang DO: pasien tampak
2 bayi untuk mencari puting masih keksusahan
(areola) dalam posisi
menyusui
3. DS: -
DO: pasein
mempraktekan
apayang diajarkan
Kamis, 1. Memonitor TTV 1. TD: 110/80 mmHg, S
29/8/19 36,5, RR 25 x/m, N
93 x/m
2. Ajarkan pasien latihan 2. DS: -
ditempat tidur dengan cara DO: pasein
yang tepat melakukannya
- 6 jam setelah oprasi mulai dengan bantuan
1 menggerakan kak/sendi petugas
dan miring kanan/kiri
- 12 jam kemudian muai
setengah duduk (semi
fowler)
- 24 jam kemudian
dianjurkan untuk duduk
total (tegak lurus)
Kamis, 1. Doong ibu menyusui dengan 1. DS: pasien
29/8/19 tepat mengatakan anakanya
2. Mengevaluasi latihan hisap masih lemah dalam
2
3. Memonitor kemampuan bayi menghisap puting
menghisap DO: ibu
cemas/gelisah
2. DS: -
DO: dirangsang
dalam mencari puting
3. DS: -
DO: bayi masih
lemah dlam
menghisap puting
Jum’at, 1. Memonitor TTV 1. TD 110/85 mmHg, N
30/8/19 89 x/m, S 37.0, RR 24
x/m
2. Memposisikan body asesment 2. DS: pasien
mengatakan nyaman
1
DO: -
3. Mengevaluasi mobilisasi 3. DS: -
DO: pasien sudah
bisa melakukan
sendiri
Jum’at, 1. Memberikan arahan bagaimana 1. DS: -
30/8/19 cara merangsang bayi untuk DO: pasien sudah
mencari areola (puting susu) bisa
2 2. Memonitor kemampuan bayi mempraktekannnya
untuk menghisap 2. DS: -
DO: reflek hisap bayi
sudah mulai bagus
12. Evaluasi
Tgl/jam DX Perkembangan (SOAP) Ttd
Rabu, S: pasien mengatakan kakinya masih berat untuk
digerakan tapi jari kaki sudah bisa di gerakan
28/8/19
O: klien bisa mengerkan sendiri kaki, dan belajar
miring kanan/kiri
A: masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik
belum teratasi
Indikator A T AK
1 Gerakan sendi 2 4 3
Berjalan 2 4 2
Keseimbangan 2 4 2
Cara berjalan 2 4 2
P: lanjutkan intervensi
- Ajarkan latihan ditempat tidur dengan cara yang
tepat
- Posisikan body asesment yang tepat
Rabu, S: ibu pasien mengatakan bayinya belum maksimal
28/8/19 dalam menghisap puting susu
O: reflek hisap masih lemah
A: masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian
ASI belum teratasi
Indikator A T AK
Kesejajaran tubuh 2 4 3
yang sesuai (bayi)
2 dengan baik
Terdengar menelan 2 4 2
Menyusui minimal 5- 2 4 2
10 menit
Penempatan lidah 2 4 3
yang tepat
Reflek menghisap 2 4 2
P: lanjutkan intervensi
- Rangsang bayi untuk mencari puting susu
- Monitor kemampuan bayi menghisap
Kamis, S: pasien mengatakan sudah bisa menggeserkan
29/8/19 kakinya tapi belum bisa mengangkatnya
1 O: pasien menggerakan kakinya kek kanan dan kekiri
dengan mandiri
A: masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik
belum teratasi
Indikator A T AK
Gerakan sendi 2 4 3
Berjalan 2 4 2
Keseimbangan 2 4 2
Cara berjalan 2 4 2
P:
Kamis, S: pasien mengatakan bayinya masih butuh bantuan
29/8/19 untuk mengisap puting dan memposisikan dengan benar
(reposisi)
O:
- ibu tampak khwatir
- reflek hisap masih lemah
A: masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian
ASI belum teratasi
2 Indikator A T AK
Kesejajaran tubuh 2 4 4
yang sesuai (bayi)
dengan baik
Terdengar menelan 2 4 3
Menyusui minimal 5- 2 4 3
10 menit
Penempatan lidah 2 4 4
yang tepat
Reflek menghisap 2 4 3
P: lanjutkan intervensi
- merangsang bayi untuk mencari puting susu
- memonitor reflek hisap bayi
Jum’at, S: pasien mengatakan sudah bisa duduk secara total
30/8/19 dengan bantuan suaminya
O:pasien sudah bisa bergerak dengan leluasa meskipun
pelan-pelan
1 A: masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik
belum teratasi
Indikator A T AK
Gerakan sendi 2 4 4
Berjalan 2 4 3
Keseimbangan 2 4 3
Cara berjalan 2 4 2
P: lanjutkan intervensi
- evaluasi mobilisasi
Jum’at, S: ibu bayi mengatakan bayinya sudah bisa mengisap
30/8/19 tapi dalam durasi pendek
O:
- reflek sudah bagus
- reflek mencari puting sudah bagus
A: masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian
ASI belum teratasi
2 Indikator A T AK
Kesejajaran tubuh 2 4 3
yang sesuai (bayi)
dengan baik
Terdengar menelan 2 4 2
Menyusui minimal 5- 2 4 2
10 menit
Penempatan lidah 2 4 3
yang tepat
Reflek menghisap 2 4 2
P: lanjutkan intervensi
- evaluasi kembali nutrisi bayi
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal dialami
oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di
dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Handayani, 2015). Cara
persalinan ada dua yaitu persalinan normal dan persalinan operasi
sectio caesarea (SC). Sectio caesarea merupakan prosedur
pembedahan, dimana dilakukan pembedahan dibagian abdomen dan
uterus untuk mengeluarkan bayi (Niklasson, 2015). Menurut World
Health Organization (WHO), rata-rata SC 5-15% per 1000 kelahiran
di dunia, angka kejadian di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%,
sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. Permintaan SC di
sejumlah Negara berkembang melonjak pesat setiap tahunnya
(Sriyanti, 2016). Di Jawa Tengah berdasarkan Riskesdas tahun 2015
persalinan yang ditangani oleh tenaga yang kompeten sebesar 87,1%.
Jumlah persalinan yang terjadi di RSUD Temanggung pada tahun
2016 sebanyak 1561 persalinan, dan jumlah persalinan SC sebanyak
507 persalinan. Bulan Januari–Maret 2017 persalinan SC diRSUD
Temanggung sebanyak 121 orang.
B. Implementasi
Mobilisasi adalah adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing pasien untuk
mempertahankan fungsi fisiologisnya (Karlina, 2014). Latihan
mobilisasi dini juga dapat meningkatkan sirkulasi darah, menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal dan memicu penurunan nyeri
(Rustinawati, 2013). Kalisch, Soohee, & Beverly (2013) menyatakan
mobilisasi dini pasca section caesarea merupakan suatu gerakan, atau
kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan.
Menurut Saleha (2009) tahapan mobilisasi dini pada pasien
post SC adalah 6 jam pertama setelah operasi pasien dapat
menggerakkan lengan, tangan dan jari-jari, serta menggerakkan kedua
kaki. Mobilisasi dini pada pasien post SC dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kurang berhasilnya
melakukan mobilisasi dini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
Putinah dan Chabibah (2014) tentang faktorfaktor yang berhubungan
dengan kemandirian ibu post SC menunjukkan bahwa faktor dukungan
tenaga kesehatan, umur, kehamilan, pendidikan, pengalaman SC, gaya
hidup, dan dukungan keluarga mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kemandirian ibu post SC dalam melakukan mobilisasi dini.
C. Kesimpulan
Perawat dan Bidan dapat menerapkan mobilisasi dini dengan
tidak hanya menganjurkan saja melainkan memotivasi dan
mendampingi ibu post sectio caesarea dalam melakukan mobilisasi
dini khususnya pada 24 jam pertama dan setelah 24 jam agar ibu dapat
melakukan mobilisasi dengan baik. Peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian secara observasional,yaitu melakukan observasi
langsung ke pasien pada saat melakukan mobilisasi dini dan mengkaji
secara langsung kemandirian pasien.
Daftar Pustaka

Bobak, L.J. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.

Carpenito, 2007. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta : EGC

Doengoes, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Handayani. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Intensitas Nyeri Post


Operasi Sectio Caecaria di RSUD Dr Muwardi. skripsi. Diakses dari
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-
srihandaya1095-1-skripsi-i.pdf (Diakses pada Tanggal 14 september
2019).

Kalisch et al. (2013). Outcomes of inpatient mobilization. Journal of clinical


nursing. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24028657 (diakses pada
tanggal 14 September 2019).

Karlina. 2014. Ketrampilan Dasar Kebidanan. Bogor: In media.

Manuab&Ida Bagus Gede. 2015. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Niclasson. 2015. Pain Relief following Cesarean Section Short and Long Term
Perspectiv. Sweden University.

Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Editor. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Putinah. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian ibu post


Sectio Caesaria di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Jurnal Keperawatan Bina Husada.

Rustinawati. 2013. Efektivitas Ambulasi Dini Terhadap Penurunan Intensitas


Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi di RSUD Dr Muwardi
Kudus. JIKK. Vol 4.

Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai