DISUSUN OLEH :
i
Halaman Pengesahan
Hari :…………………..
Tanggal :…………………..
(………………….………..) (………………..……….)
ii
JUDUL....................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................1
1. Pengertian..................................................................................................1
2. Etiologi.......................................................................................................1
3. Batasan Karakteristik.................................................................................2
4. Fokus Pengkajian.......................................................................................2
5. Patofisiologi ..............................................................................................4
6. Pathway Keperawatan................................................................................5
7. Masalah Keperawatan Lain Yang Muncul.................................................6
8. Intervensi Keperawatan.............................................................................6
BAB II TINJAUAN KASUS.................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible pada suatu derajat atau
tingkatan yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa
dialisis atau transplantasi ginjal (Smeltzer, 2010).
Sedangkan menurut Muttaqin&Sari (2011) penyakit Gagal Ginjal
Kronik (PGK) merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabollisme dan keseimbangancairan dan elektrolit
akibat dekstruksi struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan
penumpukan sisa metabolise (toksik uremik) di dalam tubuh.
CKD Chronic Kidney Disease yang difinisikan sebagai kerusakan
ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan GFR
(Glomerulus Filtrstion Rate (Nahas & Levin, 2010)
Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan ketidak mampuan
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
memoertahankan bersihan jalan napas, (NANDA 2018-20120).
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu suatu keadaan dimana
seseorang itu individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau
potensial pada struktur pernapasan (Nugroho A.Y 2016).
Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan kondisi pernapasan
tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebih akibat penyakit infeksi,
imbobilisasi, status sekret dan batuk tidak efektif (Hidayat,2017).
Kesimpulan ketidak efektifan bersihan jlan napas merupakan kondisi
dimana ketidakmampuan membersihkan sekresi dan mengalami ancaman
karena ketidakmampuan batuk secara efektif.
1
2. Etiologi
a. Depresi sistem syraf pusat → ventilasi tidak adekuat
b. Kelainan neurologis primer
c. Efusi pleura dan pneumothoraks
d. Trauma
e. Penyakit akut paru
2.1 Faktor yang berhubngan
a. Mukus berlebih
b. Terpajan asap
c. Benda asing dalam jalan napas
d. Sekresi yang tertahan
e. Perokok pasif
f. Perokok
3. Tanda dan gejala
a. Batuk dan produksi sputum
b. Dada terasa berat
c. Mengi
d. Napas yang pendek dan penggunaan otot bantu napas
3.1 Batasan Karakteristik
a. Tidak ada batuk
b. Suara napas tambahan
c. Perubahan pola napas
d. Perubahan frekuensi napas
e. Sianosis
f. Kesulitan verbalisasi
g. Penurunan bunyi napas
h. Dispnea
i. Sputum dalam jumlah berlebih
j. Batuk yang tidak efektif
k. Ortopnea
l. Gelisah dan mata terbuka lebar
4. Fokus Pengkajian
a. Identitas
1) Nama : Tn. R
2) Usia : 71 Tahun
3) Jenis kelamin : laki- laki
4) Pekerjaan : purn. wiraswasta
b. Riawayat kesehatan
1) Keluhan utama → Sesak napas
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
c. Pengkajian fisik
1) GCS : E4 M6 V5 = 15
2
2) Suhu : 36,5˚C, SPO2 : 98 %
3) Kesadaran : Composmentis
4) Kepala : Mesochepal
5) Rambut : Kering
6) Wajah : simetris
7) Mata : konjungtiva anemis, skelera anikterik, respon
cahaya miosis kanan=kiri 2 mm.
8) Telinga : tidak ada penumpukan serumen
9) Hidung :tidak ada nyeri tekan, tidak ada pernapasan
cuping hidung
10) Mulut : bersih, bibir lembab
11) Gigi : tidak ada karies gigi
12) Lidah : mukosa kering
13) Tenggorokan : tidak ada masalah
14) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
15) Dada : terdapat retraksi dinding dada
16) Respirasi : sesak napas 27x/menit
17) Jantung : suara s1/s2 normal lup dup
18) Integumen : kering
19) Ektermitas: atas kana 4 kiri 4 bawah kanan 4 kiri 4 terdapat piting
edema kedalaman 1 mm. CRT 3 detik
20) Genetalia : bersih tidak terpasang Dc
5. Patofisologi dan Pathway
Gagal napas ada dua yaitu gagal napas akut dan gagal napas
kronis dimana masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda.
Gagal napas akut adalah: gagal napas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum penyakit
timbul atau terjadi, sedangkan gagal napas kronik adalah terjadi pada
pasien penyakit paru kronik seperti bronkhitis kronik pasien mengalami
intoleransi hipoleura dan hiperlopuma yang memburuk secara bertahap
setelah gagal napas akut biasanya paru-paru kembali ke asalnya gangguan
yang terjadi dypsnea yaitu kondisi dari difusi gas ke paru-paru. Obstruksi
dari jalan napas misalnya pada bronchopasme dan adanya benda asing,
berkurangnya alveoli ventilasi, misalnya pada edema paru, radang paru,
emfisem. Fungsi retraksi yang berkurang misalnya pada pneumothoraks,
3
efusi pleura, dan barrel chest pengeluaran pada inspirasi yang
menyebabkan ortopnea.
Pathway
CKD
Hb turun
Pasien merasa
lemas Gangguan ventilasi
RR meningkat
Aktifitas
terganggu Ketidakefektifan inspirasi dan ekspirasi
Mobilisasi tidak Penumpukan
adekuat Retraksi dinding dada cairan
DX.Ketidakefektifan Pola Nafas
DX. Resiko DX.
Jatuh Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas
7. Intervensi Keperawatan
4
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napasberhubungan dengan mukus
berlebih
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24jam diharapkan
masalah keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Status pernapasan
NOC (0415):
1. Frekuensi napas
2. Kepatenan napas
3. Irama napas
Tidur
NOC (0004)
1. Pola tidur
2. Kualitas tidur
3. Jam tidur
4. Perasaan segar setelah tidur
5
5. Ajarkan pasien untuk melakukan relaksasi otot seperti memijat
untuk merangsang tidur
6. Jelaskan pasien dan keluarga pentingnya tidur yang cukup
untuk memenuhi relaksasi psikologi pada pasien
7. Kolaborasi pemberian obat tidur jika diperlukan
8. Kolaborasi kepada keluarga pasien untuk mengajarkan teknik
untuk meningkatkan tidur dengan masase dan obat, nutrisi
yang dapat meningkatkan tidur dan istirahat.
BAB II
TINJAUAN KASUS
SKENARIO KASUS
Tn. R (71 tahun) datang ke rumah sakit pada tanggal 24 agustus 2019 jam 11.00 wib
dengan keluhan sesak nafas dan batuk akan tetapi dahak susah keluar dan nyeri
dipinggang kanan, sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. oleh pasien
tidak dirasakan karena pasien menganggap bahwa nanti akan sembuh. Tetapi sejak 1
6
hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas makin dirasa berat bahkan tambah sesak
kalau dengan berbaring, Riwayat kelurga, tidak ada yang menderita sakit seperti yang
pasien rasakan saat ini.TD: 95/65 mmHg, RR 27 X/mnt, N: 85 X/mnt S: 36,5 °C.
SPO2: 98, CRT 3 detik Pasien mendapatkan obat furosemid 40 mg 3x1, ranitidin
2x50 mg, amlodipin 1x10mg, valsartan 1x160 mg, asam folat 3x1 tab, calos 3x1 tab,
Noreprinephrine 1mg 0,05 meg/g/menit. Pasien bingung apa yang harus dilakukan
dengan kondidinya saat ini.
A. PENGKAJIAN
1. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas pasien
Nama : Tn. R
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Sumbang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Diagnose medis : CKD dengan tanda gejala Dyspnea
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Sumbang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
7
Hubungan dengan pasien : Anak
c. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sesak Nafas
Genogram:
8
Keterangan:
: Laki-laki : Menikah
: : Laki-laki meninggal
9
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi
feses lembek dan berwarna kuning. BAK normal
dengan urine berwarna kuning jernih
Saat dikaji : Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi
feses lembek dan berwarna kuning. BAK normal
dengan urine berwarna kuning keruh.
4) Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa keluhaan
Tabel ADL
NO AKTIFITAS 0 1 2 3 4
1 Makan/minum
2 Mandi
3 Toileting
4 Berpakaian
5 Mobilitas di tempat tidur
6 Berpindah
7 Ambulasi/ROM
saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat
beraktifitas seperti biasa dikarenakan sesak nafas dan
sesak tambah berat saat aktifitas
Tabel ADL
NO AKTIFITAS 0 1 2 3 4
1 Makan/minum
2 Mandi
3 Toileting
4 Berpakaian
5 Mobilitas di tempat tidur
6 Berpindah
7 Ambulasi/ROM
Keterangan:
0: mandiri,
1: alat bantu,
10
2: dibantu orang lain,
3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
No Parameter Skor
1 Riwayat jatuh 0
2 Penglihatan/ mata 0
3 Kebiasaan berkemih 0
4 Transfer/ berpindah 7
5 Mobilitas 3
Total 10
Keterangan:
1. 0-5 : Resiko Rendah
2. 6-16 : Resiko Sedang
3. 17-30 : Resiko Tinggi
2) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beristirahat dengan nyaman
dan tidur dengan nyenyak selama 7-8 jam perhari
11
Saat dikaji : asien mengatakan tidak dapat istirahat dengan nyaman
dikarenakan sering terbangun malam hari karena batuk
dan sesak nafas.
3) Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam melakukan personal
hygiene mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari,
dan keramas 2 hari sekali. Dan dilakukan secara
mandiri
Saat dikaji : Pasien dibantu keluarganya dalam melakukan
personal hygienenya karena merasa sulit kalau
melakukan mandiri
4) Pola Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : Pasien mengatakan merasa aman dan nyaman apabila
berada dilingkungan rumahnya bersama anggota
keluarnya dan saudara-saudaranya
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak nyaman karena merasa sesak
napas dan batuk dan tidak bisa bermain bersama cucu-
cucunya
5) Pola Kebutuhan Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berpakaian secara mandiri
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat berpakaian secara
mandiri dan dibantu oleh keluarganya
6) Pola Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan ibadah secara
rutin dan tanpa hambatan
Saat dikaji : Pasien mengatakan dapat melakukan ibadah dengan
berbaring ditempat tidur dengan tayamum
12
Saat dikaji : Pasien tampak bingug dan sering bertanya Tanya saat
perawat tindakan karena tidak mengetahui tentang
penyakitnya
8) Pola Temperatur Tubuh
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bila merasa dingin memakai jaket
atau sweater dan ketika panas memakai kaos
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak merasa kedinginan dan suhu
tubuhnya normal. S: 36,5˚ C
9) Pola Kebutuhan Bekerja
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan pekerjaannya
tanpa ada hambatan apapun
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak dapat melakukan pekerjaan
seperti biasanya
10) Pola Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan rutin
untuk berekreasi, hanya saja biasanya diajak anak untuk
berwisata
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak bisa pergi kemana-mana,
hanya berbaring ditempat tidur
11) Pola Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : Pasien mengatakan memperoleh informasi dari TV,
dan radio
Saat dikaji : Pasien mengatakan memperoleh informasi kesehatan
dari tenaga medis, dan masih bingung dengan apa yang
harus dilakukan tentang penyakitnya dan perawatannya
2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1.Keadaan Umum (KU) : Baik
2.Kesadaran : Composmentis
2.Suhu : 36,5ºC
3.Nadi : 85 x/menit
4.TD : 95/65 mmHg
5.RR : 27 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) Meliputi
Fungsi Bila Merupakan Panca Indra:
13
1. Kepala : Bentuk mesochepal atau normal, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri tekan, rambut mulai beruban dan kotor
2. Mata : Kanan=kiri simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva
anemis sklera unikterik, respon cahaya miosis kanan=kiri
2 mm
3. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada nafas cuping hidunr, keadaan
bersih, tidak ada pembesaran polip, fungsi penciuman
normal.
4. Mulut : Bentuk simetris, keadaan mulut kotor terdapat sekret,
fungsi pengecapan baik, tidak ada caries dan stomatitis.
5. Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran
baik, tidak ada serumen
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, fungsi menelan
baik, tidak ada pembersaran vena jugularis
7. Dada
a. Paru- paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tampak
retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, vokal
fremitus kanan=kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Recles
b. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba di IC ke 4 di midklavikula
sinistra
Perkusi : Pekak di ic ke 2 parasternum dexstra diikuti ic ke 2,
3, dan 4 midklavikula sinistra
Aukultasi : regular s1- s2/normal suara lub-dub tidak diikuti
suara tambahan
c. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas, tidak asites, supel
Aukultasi : Bising usus peristaltic 12 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan pada bagian abdomen ingunial dexstra
dan lumbar dekstra
14
8. Genetalia : bersih, tidak ada luka, tidak terpasang DC
9. Ekstremitas
Atas kanan : Tidak terdapat edema, turgor kulit kering,
kekuatan otot 5, tidak ada piting edema
Atas kiri : Tidak ada edema, turgor kulit kering, kekuatan
otot 5, tidak ada piting edema
Bawah kanan : Terdapat edema pada bagian paha, kekuatan
otot 4, terdapat piting edema kedalaman 1 mm
Bawah kiri : Tidak terdapat edema, kekuatan otot 4,
terdapat piting edema kedalaman 1 mm
5 5
4 4
c.Pemeriksaan Penunjang
15
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Basofil 0,3 % 0-1
Batang 0,5 L % 3-5
Darah lengkap
Eosinofil 10,8 H % 2-4
u
Eritrosit 3,4 L 10ˆ6/ L 4.4-5.9
Glukosa sewaktu 218 H mg/dl <=200
Hematokrit 34 L % 40-52
Hemoglobin 11.1 L g/Dl 13.2-17.3
Hitung jenis
Kalium 2.9 L mEq/L 3.4-4.5
Kreatinin darah 4.89 H mg/dL 0.70-1.30
Leukosit 6310 U/L 3800-1060
Limfosit 11.6 H % 25-40
MCH 32.6 Pg/cell 26-34
MCHC 32.7 % 32-36
MCV 99.7 fl 80-100
Monosit 9.4 H % 2-8
MPV 10.1 fl 9.4-12.4
Neutrofil 67.9 % 50.0-70.0
RDW 13.7 % 11.5-14.5
Segmen 67.4 % 50-70
Trombosit 13.7 /UL 150.00-440.000
Ureum darah 67.4 mg/dl 14.98-38.52
16
6. Asam Folat 1mg 3x1 Tab/ 8 jam 08-16-24 (J.07.56)
7. Calos 3x1 Tab/ 8 jam 08-16-24 (J.07.56)
8. Noreprinephrine 1mg 0,05 meg/g/menit. 4.50 ml/ jam
ANALISA DATA
RR meningkat
Ketidakefektifan
inspirasi dan
ekspirasi
Retraksi rinding
dada
DX.
Ketidakefektifan
Pola Nafas
17
dahak + Penumpukan
cairan
Ketidakefektifan
inspirasi dan
ekspirasi
Retraksi rinding
dada
DX.
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas
Selasa 27, Ds: Pasien mengatakan Resiko Hambatan CKD Resiko Jatuh
Agustus Lemas dan sasah Jatuh mobililisa b.d
Ureum dan
2019 beraktifitas (00155) si kreatinin Hambatan
21.35 WIB Do: Pasien tampak lemas mobililisasi
HB
dan berbaring di tempat
tidur, skor pengkajian Pasien merasa
lemas
resiko jatuh nilai: 10 atau
resiko sedang
Aktifitas
terganggu
Mobilisasi tidak
adekuat
DX. Resiko
Jatuh
18
Selasa 27, Ds: Pasien mengatakan Hambatan Kurang CKD Hambatan
Agustus pola tidur terganggu rasa kontrol rasa nyaman
Ureum dan
2019 karena sesak napas dan nyaman situasi kreatinin b.d Kurang
21.40 WIB
batuk akan tetapi dahak (00214) HB kontrol
susah keluar situasi
Gangguan
Do: Pasien tampak ventilasi
batuk, gelisah,
Penumpukan
berkeluh kesah dan cairan
pasien merasa panas
Ekspansi paru
Dypsnea
Istirahat tidak
adekuat
Merasa cemas
Pola tidur
terganggu
Gelisah
DX. Hambatan
Rasa Nyaman
19
4. Hambatan rasa nyaman b.d Kurang kontrol situasi
20
INTERVENSI
NO DX HARI, NOC KODE NIC KODE
TANGGAL. NOC NIC
JAM
(00032) Selasa 27, Setelah dilakukan tindakan selama 0415 Monitor pernafasan: 3350
Agustus 2019 3x24 jam, diharapkan masalah 1. Monitor pola nafas (bradipneu,
21.30 WIB ketidakefektifan pola nafas dapat takipneu, hiperventilasi, pernafasan
kusmaul)
diatasi dengan kriteria hasil:
2. Monitor saturasi oksigen pada pasien
Status pernafasan 3. Catat perubahan pada saturasi oksigen
4. Berikan posisi yang nyaman untuk
INDIKATOR A T
Frekuensi nafas 1 5 meningkatkan ventilasi (semifowler)
5. Ajarkan pasien untuk menjaga
Irama nafas 1 5
kegiatan yang meningkatkan atau
Kedalaman inspirasi 1 5 memperburuk sesak nafas
Keterangan: 6. Ajarkan pasien untuk miring
1: Berat kesamping, sesuai indikasi untuk
2: Cukup berat mencegah aspirasi
7. Kolaborasi pemberian resusitasi jika
3: Sedang
diperlukan
4: Ringan 8. Kolaborasi pemberian terapi oksigen
5: Tidak ada devitasi
(00031) Selasa 27, Setelah dilakukan tindakan selama 0415 Manajemen jalan nafas: 3140
21
Agustus 2019 3x24 jam, diharapkan masalah 1. Monitor status pernafasan pasien
21.31 WIB ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebelum melakukan batuk efektif
2. Monitor status pernafasan pasien
dapat diatasi dengan kriteria hasil:
sesudah melakukan batuk efektif
Status pernafasan: ventilasi 3. Lakukan fisioterapi dada untuk
INDIKATOR A T memaksimalkan ventilasi
Suara nafas tambahan 1 5 4. Motifasi pasien agar minum hangat
(00155) Selasa 27, Setelah dilakukan tindakan selama 0001 Pencegahan jatuh: 6490
Agustus 2019 3x24 jam, diharapkan masalah resiko 1. Monitor kemampuan pasien untuk
21.36 WIB jatuh dapat diatasi dengan kriteria berpindah dari tempat tidur ke kursi
2. Monitor posisi pasien dalam
hasil:
menggunakan pegangan bed.
22
Daya tahan 3. Bantu pasien untuk menggunakan
INDIKATOR A T pegangan tangan bed saat akan duduk
Aktifitas fisik 1 5 4. Sediakan pencahayaan yang cukup
23
Tidur 3. Bantu untuk menghilangkan situasi
INDIKATOR A T perasaan yang tidak enak terkait stress
Pola tidur 1 5 sebelum tidur
Jam tidur 1 5 4. Anjurkan pasien untuk tidur disiang
hari untuk memenuhi kebutuhan tidur
Perasaan segar setelah 1 5 5. Ajarkan pasien/keluarga untuk
tidur melakukan relaksasi otot seperti
Keterangan:
memijat untuk memancing tidur
1: Sangat terganggu 6. Jelaskan pasien dan keluarga
2: Banyak terganggu pentingnya tidur yang cukup untuk
3: Cukup terganggu memenuhi relaksasi psikologis pada
24
IMPLEMENTASI
NO. HARI, IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX TANGGAL,
JAM
DX 1 Selasa 27, 1. Memonitor pola pernapasan pasien DS: Pasien mengatakan sesak nafas
Agustus 2019 DO: Pasien tampak sesak, retraksi
Jam 21.30 dinding dada +, RR: 27x/menit, O2 3
WIB
liter/menit
Jam 21.33 2.Memposisikan pasien untuk memaksimalkan DS: Pasien mengatakan bersedia untuk
WIB ventilasi diberikan posisi yang nyaman
25
DO: Pasien tampak sesak, semifowler +
DX 2 Jam 21.34 1.Memotifasi pasien untuk minum hangat untuk DS: Pasien mengatakan bersedia untuk
WIB mengeluarkan dahak dengan batuk efektif minum hangat
DO: Pasien meminum air hangat
2.mengajarkan cara melakukan batuk efektif DS: Pasien mengatakan bersedia untuk
Jam 21.35
melakukan batuk efektif
WIB
DO: Pasien tampak melakukan batuk
efektif
3.memberikan terapi obat DS: -
Jam 23.00
DO: Terapi injeksi furosemid 40 mg
WIB
3x1, injeksi ranitidin 2x50 mg, asam
folat 1mg 3x1 tab, calos 3x1 tab,
Noreprinephrine 1mg 0,05 meg/g/menit.
4.50 ml/ jam
26
DO: pasien tampak sesak dan batuk
DX 1
1.memonitor status pernafasan pasien dengan
DS: pasien mengatakan sesak nafas
Rabu 28 oksigenasi
agustus 2019
berkurang saat memakai oksigen
27
folat 1mg 3x1 tab, calos 3x1 tab,
valsartan 1x160 mg, po amlodipin 1x10
mg,
Noreprinephrine 1mg 0,05 meg/g/menit.
4.50 ml/ jam
DX 4 1.mengajarkan pasien untuk tidur siang hari DS: pasien mengatakan bersedia untuk
Jam 11.00 untuk memenuhi kebutuhan tidur istirahat dan tidur
WIB DO: pasien tampak tenang dan
berbaring di tempat tidur
28
WIB masih sulit untuk keluar
DO: pasien tampak sesak, retraksi
dinding dada +, RR: 25x/menit, O2 3
liter/menit
DX 2 1.Memotifasi pasien untuk minum hangat untuk DS: pasien mengatakan bersedia untuk
Jam 20.00 mengeluarkan dahak dengan batuk efektif minum hangat
WIB
2.mengajarkan untuk melakukan batuk efektif DS: pasien mengatakan bersedia untuk
Jam 20.10 melakukan batuk efektif
WIB DO: pasien tampak melakukan batuk
efektif
29
Noreprinephrine 1mg 0,05 meg/g/menit.
4.50 ml/ jam
DX 1
1.memonitor status pernapasan pasien DS: Pasien mengatakan sesak nafas
Kamis 29
agustus 2019 sudah berkurang
jam 07.00 DO: pasien tampak sesak, retraksi
WIB dinding dada +, RR: 26x/menit, O2 3
liter/menit
1.memonitor posisi pasien dalam menggunakan DS: pasien mengatakan saat akan duduk
DX 3
Jam 10.00 pegangan bed pegangan dengan pengaman bed
WIB DO: pasien tampak tenang
30
DX 4 1.mengajarkan pasien untuk tidur siang hari DS: pasien mengatakan bersedia untuk
Jam 13.00 untuk memenuhi kebutuhan tidur istirahat dan tidur
WIB
DO: pasien tampak tenang dan
berbaring di tempat tidur
2.memberikan terapi obat
Jam 15.30
DS: -
WIB
DO: terapi injeksi furosemid 40 mg
3x1, injeksi ranitidin 2x50 mg, asam
folat 1mg 3x1 tab, calos 3x1 tab,
Noreprinephrine 1mg 0,05 meg/g/menit.
4.50 ml/ jam
EVALUASI
31
NO. HARI, EVALUASI PARAF
DX TANGGAL,
WAKTU
DX 1 Kamis 29 S: Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
agustus 2019
jam 21.00 O: Pasien tampak tenang, tidak tampak retraksi dinding dada, RR: 24 x/menit
WIB A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas sudah teratasi sebagian dengan kriteria
hasil
status pernafasan
INDIKATOR A T HASIL
Frekuensi nafas 1 5 5
Irama nafas 1 5 4
Kedalaman inspirasi 1 5 4
Keterangan:
1: Berat
2: Ckup berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada devitasi
P: Pertahankan intervensi
1. Monitor status pernafasan
32
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (semifowler)
3. Berikan terapi obat
DX 2 Kamis 29 S: Pasien mengatakan batuk berdakah dan sesak sudah berkurang
agustus 2019
jam 21.005 O: pasien tampak tenang, tidak tampak retraksi dinding dada, batuk berkurang
WIB A: masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian dengan kriteria hasil:
33
agustus 2019 O: pasien tampak berbaring di tempat tidur, skor pengkajian resiko jatuh nilai: 10 atau resiko
jam 21.10
WIB sedang
A: masalah resiko jatuh teratasi sebagian dengan kriteria hasil
Daya tahan
INDIKATOR A T HASIL
Aktifitas fisik 1 5 4
Hemoglobin 1 5 4
kelelahan 1 5 4
Keterangan:
1: Sangat terganggu
2: Banyak terganggu
3: Cukup terganggu
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu
P: Pertahankan intervensi
1. monitor posisi pasien dalam menggunakan pegangan bed
2. sediakan pencahayaan yang cukup untuk meningkatkan pandangan
DX 4 Kamis 29 S: Pasien mengatakan pola tidur sudah membaik dengan diatasi dengan istirahat tidur di
agustus 2019
jam 21.15 siang hari
WIB
34
O: pasien sudah tidak berkeluh kesah, batuk berkurang
A: masalah hambatan rasa nyaman teratasi dengan kriteria hasil
Tidur
INDIKATOR A T HASIL
Pola tidur 1 5 5
Jam tidur 1 5 4
Perasaan segar setelah 1 5 4
tidur
Keterangan:
1: Sangat terganggu
2: Banyak terganggu
3: Cukup terganggu
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu
P: Pertahankan intervensi
1. monitor pola tidur pasien
2. ajarkan pasien untuk tidur siang hari untuk memenuhi kebutuhan tidur
35
36
BAB III
PEMBAHASAN
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). Dalam kasus CKD, anemia (kekurangan oksigen
pembawa sel-sel darah merah) yang mengakibatkan tubuh anda kekurangan oksigen
dan kehabisan nafas. Akibatnya Penderita menjadi sesak nafas, akibat
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan. Pada kasus ini ciri-ciri penyakit
ginjal dengan sesak nafas diakibatkan karena penurunan HB dan terjainya proses
hipersekresi pada saluran pernafasan.
Dalam kasus ini dapat diambil prioritas diagnosa keperawatan utama
ketidakefektifan bersihan jalan nafas karena pasien mengeluh batuk berdahak akan
tetapi dahak sulit keluar. Adapun intervensi untuk mengatasi hal tersebuat bisa
dilakukan tindakan keperawatan posisikan pasien semifowler untuk memaksimalkan
ventilasi dan ajarkan pasien untuk batuk efektif dan lakukan fisioterapi dada dengan
tujuan untuk mengatasi airway manajemen. Sesuai dengan penelitian yang di lakukan
oleh Miharti S, 2017 yang berjudul Penerapan Fisioterapi Dada (Clapping) Untuk
Mengeluarkan Dahak Pada Anak Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Di Ruang
Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen menyatakan bahwa dari hasil penerapan yang
dilakukan selama 3x7 jam dengan hasil evaluasi bahwa masalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas teratsi. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi A S, 2019 yang
berjudul Penetalaksanaan Nebulizer, Latihan Batuk Efektif, Dan Segmental
Breathing Exercises Pada Efusi Pleura Di Rumah Sakit Paru Dungus Madiun
menyatakan setelah dilakukan fisioterapi 4 kali, latihan ini dapat mengurangi sesak
nafas, membersihkan jalan nafas, meningkatkan ekspansi sangkar toraks dan
meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional.
37
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Miharti Suci & Utami Wuri. (2017). Penerapan Fisioterapi Dada (Clapping) Untuk
Mengeluarkan Dahak Pada Anak Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Di
Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen. KTA. 1-33
Dewi A S & Herawati S (2019). Penetalaksanaan Nebulizer, Latihan Batuk Efektif, Dan
Segmental Breathing Exercises Pada Efusi Pleura Di Rumah Sakit Paru Dungus
Madiun. Naskah Publikasi. 1-10