Anda di halaman 1dari 5

Masalah Gizi Anak (6-12 thn)

Masalah gizi pada anak 6-12 tahun umumnya merupakan dampak dari ketidakseimbangan
antara asupan dan keluaran zat gizi ( nutritional imbalance ) yaitu asupan yang melebihi keluaran
atau sebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap. Hal ini
usia anak-anak dimana suka mencoba mempelajari keterampilan fisik dan menghabiskan banyak
waktu untuk bermain. Dan waktu lebih banyak dihabiskan di sekolah sehingga anak-anak
cenderung mulai menyesuaikan dengan jadwal rutin. Dari ketidakseimbangan zat gizi tersebut
dapat menimbulkan beberapa penyakit, antara lain:
1. Anemia Defisiensi Besi
Keadaan ini terjadi pada anak dengan asupan zat gizi besi yang sedikit atau tidak
mencukupi, terutama pada anak dengan konsumsi susu yang berlebih yang dapat
menyebabkan keinginan makan menurun. Selain itu gangguan penyerapan besi terjadi pada
anak yang mempunyai kebiasaan minum teh setelah makan, karena kandungan tanin dalam
teh mengganggu penyerapan zat besi sampai 80%. Untuk mengatasi hal ini, selain diberikan
suplementasi besi anak juga harus dibiasakan memakan makanan yang banyak mengandung
zat besi, minum teh dianjurkan paling tidak 2 jam sesudah atau sebelum makan. Sementara,
sebagai pengganti susu bisa diberikan air putih atau air jeruk. Meski tidak mengandung zat
besi, air jeruk kaya akan vitamin C sehingga dapat membantu proses penyerapan besi.
(Sulistyoningsih, 2011)
2. Berat Badan Berlebih
Merupakan kondisi dimana konsumsi makanan yang mengandung energi, protein dan
lemak yang melebihi kebutuhan. Gizi lebih menyebabkan obesitas yang merupakan kelebihan
energi yang disimpan di dalam jaringan berupa lemak. Jika tidak teratasi, anak dengan BB
berlebih bahkan obesitas akan berkelanjutan hingga remaja dan dewasa. Kegemukan
merupakan salah satu risiko dalam terjadi berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi
atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dn kantung
empedu. Sama seperti pada umumnya, BB berlebih pada anak disebabkan karena
ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar, terlalu banyak makan, sedikit olahraga,
dan lainnya. Berbeda dengan orang dewasa, kelebihan BB pada anak tidak boleh diturunkan
secara paksa karena akan menyebabkan pengurangan zat gizi yang diperlukan untu
pertumbuhan. (Almatsier, 2001)
Mengatasi persoalan kurang dan kelebihan gizi ini bisa dilakukan dengan memahami dan
mempraktekkan pola makan bergizi seimbang dan memperbanyak olahraga. Caranya,
konsumsi makanan bergizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, usia, jenis
kelamin, aktivitas fisik dan kondisi biologis. (Almatsier, 2001)
Memperhatikan variasi makanan juga penting, selain menerapkan gaya hidup sehat
seperti olahraga rutin, mengontrol berat badan, dan menjaga kebersihan diri. "Berbeda dari
prinsip empat sehat lima semprna, yang hanya memperhatikan prinsip variasi makanan, tanpa
menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan
kondisi biologis". (Almatsier, 2001)
3. Berat Badan Kurang/ Kurang Gizi/ Gizi Buruk
Merupakan permasalahan yang terjadi karena kurangnya menkonsumsi makanan yang
mengandung energi, protein yang tinggi (seperti ikan, telur, daging) serta mineral terutama
kalsium yang mudah diserap oleh tubuh. Selain itu gizi kurang dapat pula disebabkan oleh
cacingan yang diderita 50% oleh anak-anak. Status gizi seseorang dapat dilihat dari tinggi
badan, berat badan, dan lainya. Gangguan pertumbuhan pada usia anak-anak ini terjadi akibat
berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan gizi kurang pada usia balita. Kekurangan gizi
secara umum ( makanan kurang dalam kualitas dan kuantitas ) menyebabkan gangguan pada
proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, serta
perilaku. (Almatsier, 2001)
Jika seseorang mengalami kekurangan gizi, yang terjadi akibat asupan gizi di bawah
kebutuhan, maka ia akan lebih rentan terkena penyakit dan kurang produktif. Untuk itu
dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi banyak makanan yang banyak mengandung
karbohidrat, protein lemak, fitamin mineral dan lain sebagainya. Karena itu, pedoman gizi
seimbang disusun berdasarkan kebutuhan yang berbeda pada setiap golongan usia, status
kesehatan dan aktivitas fisik. (Almatsier, 2001)
Untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat,
kebutuhan asupan gizi divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS), yang
terdiri atas potongan-potongan tumpeng. Luasnya potongan menunjukkan porsi yang harus
dikonsumsi setiap hari. TGS dialasi air putih, artinya air putih merupakan bagian terbesar dari
zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif. Pada bagian bawah tumpeng
terdapat prinsip gizi seimbang yang lain, seperti manjalankan pola hidup bersih, aktivitas fisik
dan olahraga teratur serta senantiasa menjaga dan memantau berat badan. Pahami dan
Praktikkan pola hidup sehat dengan prinsip Gizi Seimbang untuk menjaga keadaan gizi tetap
baik, yang akan bermanfaat bagi kesehatan kita. (Almatsier, 2001)
4. Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang infeksi. Kekurangan vitamin A atau yang sering disebut KVA
sering menyebabkan kematian pada anak-anak. Penyebab KVA di Indonesia kebanyakan
adalah kemiskinan dan kurangnya penegtahuan tentang gizi. (Sulistyoningsih, 2011)
5. Penyakit Gondok
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung iodium menyebabkan penyakit
gondok. Penanggulangan masalah kekurangan iodium umumnya memang dilakukan dengan
iodinisasi garam, yaitu menambahkan kalium iodat, menjadi garam beriodium. Namun
penggunaan garam beriodium itu kurang berhasil dan kurang efektif bagi anak untuk
menyembuhkan gondokan, kekerdilan dan keterbelakangan mental. Iklim yang panas serta
lembab dan cara masak (berbumbu, asam dan panas) yang lazim di Indonesia dapat
menyebabkan penguapan iodium. Ini tentu saja mengurangi atau bahkan menghilangkan
kandungan iodium dalam garam. Demikian pula halnya pada proses pembuatan briket garam
dengan pembakaran. (Sulistyoningsih, 2011)
Sementara injeksi atau implantasi minyak beriodium (lipiodol) masih sulit
dilakukan. Meski efektif cara ini menakutkan dan kurang disukai orang, dan
juga diperlukan petugas terlatih untuk pelaksanaannya. Telah menjadi
kesepakatan dunia dalam KTT untuk Anak di New York tahun 1990,
penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium di seluruh dunia harus
teratasi tahun 2000. Dengan demikian selain garam beriodium, pemasyarakatan
pemanfaatan hasil laut (ikan, udang, cumi, dan rumput laut) sebagai pangan
unggulan perlu lebih digalakkan. (Sulistyoningsih, 2011)

6. Karies Gigi
Karies gigi tidak selalu berupa lubang atau kavitas, namun merupakan suatu proses
seperti gambar berikut ini :
Pada gambar diatas terdapat warna keputihan seperti kapur, yang lebih putih
daripada gigi sekitarnya. Keadaan ini disebut White spot lesion dimana mulai terjadi
proses karies, namun belum terbentuk lubang gigi atau kavitas. Biasanya white spot
terlihat di bagian gigi yang dekat dengan gusi. Orang awam sering menyebutnya gigis
atau gupis. Pada keadaan ini sudah terjadi kehilangan mineral-mineral elemen gigi yang
bila didiamkan akan menjadi lubang atau kavitas (seperti gambar tengah), namun proses
ini bisa dihentikan dengan pembersihan yang tepat dan penghentian faktor-faktor
penyebabnya. (Sulistyoningsih, 2011)
Kavitas terlihat berwarna kekuningan, dan permukaannya tidak rata, lebih cekung
daripada gigi sehat di sekitarnya.Bila orang tua menemukan hal ini pada si kecil, segera
bawa ke dokter gigi anak, karena kavitas ini dapat segera ditambal dan bila didiamkan
dapat semakin parah. (Sulistyoningsih, 2011)
Penyebab karies gigi pada anak sama dengan yang terjadi pada orang dewasa,
yaitu terpaparnya gigi dalam waktu yang lama oleh asam sehingga mineral-mineral email
gigi larut. Bakteri dalam mulut merubah gula yang berasal dari makanan atau minuman
menjadi asam. Namun, spesifik pada anak dapat disebabkan karena seringnya anak
tertidur sambil mengkonsumi minuman nutrisi dalam dot seperti : susu, jus buah, ASI dll.
Sehingga sering juga disebut Karies Susu Botol atau Nursing Bottle Caries Terendamnya
gigi dalam cairan tersebut merupakan tempat yang sangat ideal untuk bakteri berkembang
biak dan menghasilkan asam. Orang tua dapat mengatur kapan dan bagaimana pemberian
minuman tersebut sehingga anak tetap mendapat nutrisi yang cukup sekaligus giginya
tetap sehat. (Sulistyoningsih, 2011)
Cara Mengatasi Anak yang Sulit Makan Agar Gizi Tercukupi
a. Pilih bervariasi buah matang (pepaya, manga, melon, pisang, alpukat, semangka, jeruk)
dengan cara dipotong kecil-kecil, bisa ditambahkan jeli atau agar-agar dan sedikit gula pasir.
Dapat disajikan dalam bentuk juice atau selada buah yang ditambah keju dan susu manis.
b. Pilih sayuran berwarna terang dan padat (wortel, brokoli, sawi, labu kuning, bunga kol,
buncis muda, bayam) dipotong kecil-kecil ditambahkan pada mie atau lauk kesukaannya.
c. Ajak anak makan bersama keluarga.
d. Terapkan jadual makan yaitu 3 kali makan besar dan 2 kali snack sehat atau camilan. Jangan
berikan camilan, susu atau juice dekat dengan waktu makan.
e. Tidak mencemooh atau memarahi bila anak makan masih belum mau makan buah dan
sayuran. Hormati anak bila dia tidak ingin makan dan usahakan lagi diperkenalkan pada
pada waktu makan berikutnya. (Damayanti, 2005)

Daftar rujukan:
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Damayanti, Diana. 2005. Makanan Anak Usia Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi: Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Anda mungkin juga menyukai