Anda di halaman 1dari 12

Nama : Rifda Hanifah

NIM : 165020301111005
Kelas : Teori Akuntansi Keuangan/CF

Bab 5
Teori Akuntansi Normatif – Kasus Perubahan Harga

Current Purchasing Power Accounting (CPPA)

CPPA Sering disebut juga daya beli akuntansi yang berlaku umum atau akuntansi tingkat
harga umum atau akuntansi tingkat dolar konstan. Konsep ini menilai uang menurut daya
belinya pada barang dan jasa secara umum. Tujuan konsep ini untuk mempertahankan nilai
modal menurut harganya yang tetap, dengan ukuran indeks harga. Nilai harta, hutang dan
modal yang terpengaruh oleh perubahan harga disesuaikan dengan faktor indeks harga,
sehingga dapat dinyatakan dengan nilai uang yang sama.

Konsep ini digunakan pada saat kenaikan harga, jika suatu entitas mendistribusikan
keuntungan yang disesuaikan berdasarkan harga perolehan hasilnya bisa menjadi penurunan
nilai riil dari suatu entitas. Dimana secara riil entitas bisa mengambil risiko mendistribusikan
sebagian dari modal. Saat menerapkan konsep ini maka indeks harga dibutuhkan. Indeks
harga adalah rata-rata tertimbang dari harga saat barang dan jasa yang berhubungan dengan
rata-rata tertimbang harga dalam periode sebelumnya (periode dasar). Indeks harga yang
digunakan dalam konsep ini dapat indeks harga umum maupun indeks harga khusus.

Penyesuaian dalam CPPA dilakukan pada akhir periode akuntansi atau yang biasanya
dilakukan pada saat akhir tahun. Penyesuaian ini dapat dilakukan ke semua akun akun biaya
historis sebagai penyesuaian terhadap keadaan saat ini. Akun kewajiban dianggap sebagai
akun moneter, akun moneter yaitu akun yang tidak berpengaruh nilainya terhadap kenaikan
harga, sehingga tingkat kepastiannya menjadi jelas.

Selain itu, pada saat inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan secara riil pemegang
keuntungan kewajiban moneter, mengingat mereka harus mengalami penurunan daya beli
pada akhir periode jika dibandingkan dengan awal periode sedangkan pemegang aktiva non-
moneter tidak mengalami perubahan daya beli. Keuntungan atau kerugian daya beli yang
timbul dicatat dalam laba rugi periode berjalan.
Namun, konsep Current Purchasing Power Accounting (CPPA) tidak terlepas dari
kekurangan. Beberapa kekurangan dari CCPA yaitu Perubahan dalam harga barang dan jasa
yang termasuk dalam indeks harga umum mungkintidak merefleksikan barang dan jasa di
industri yang berbeda. Ini membuat tingkat perbandingan antar industri menjadi berkurang
dan prediksi atau penilaian yang dilakukan menjadi tidak valid. Kekurangan berikutnya yaitu
pengguna akan mengira nilai yang disesuaikan adalah asset tertentu, padahal semua asset
menggunakan indeks yang sama sehingga hal ini akan membuat pengguna menjadi bingung.
Dengan semua kekurangan tersebut maka banyak yang menganggap bahwa data yang
disajikan CPPA tidak relevan terhadap pengambilan keputusan.

Current Cost Accounting (Konsep Akuntansi Nilai Sekarang )

Konsep dimana menyatakan nilai pos-pos laporan keuangan dengan harga perolehan
sekarang yaitu dengan harga perolehan dari pos yang mempunyai umur dan kapasitas yang
sama.

Kelebihan :

 Current cost menunjukan jumlah yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam
periode berjalan untuk memperoleh aktiva atau jasa.
 Current cost memungkinkan identifikasi dari penyimpangan laba atau rugi, sehingga
mencerminkan hasil-hasil keputusan manajamen asset dan dampak dari lingkungan
atas perusahaan yang tidak tercermin dalam transaksi rutin.
 Current cost menggambarkan nilai aktiva pada perusahaan jika perusahaan
melanjutkan untuk memperoleh aktiva tersebut dan jika nilainya belum ditambah
aktiva tersebut.
 Penjumlahan aktiva yang dinyatakan dalam nilai sekarang lebih berarti dari pada
penambahan biaya historis yang terjadi pada periode yang berbeda.
 Current cost memungkinkan pelaporan current operating profit, yang dapat
digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.

Kelemahan :

 Pengguna current cost adalah subyektif karena sangat sulit menentukan harga
perolehan sekarang yang pasti setiap saat.
Masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan Akuntansi Nilai Sekarang adalah
pengukuran dari nilai sekarang (current value) itu sendiri. Menurut Martin A. Miller ada dua
metode yang paling sering digunakan dalam perhitungan yaitu : Sistem Nilai Masukan (Entry
Value System) dari Sistem Nilai Keluaran (Exit Value System).

Entry Value System didasarkan atas dasar harga pokok penggantian (Replacement Cost) atau
harga pokok, untuk memproduksi (Re-production Cost). Yang dimaksud dengan
Replacement Cost adalah estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh aktiva
baru atau ekuivalennya pada harga sekarang (current prices) setelah disesuaikan dengan
depresiasi. Sedangkan Re-production Cost dimaksud sebagai estimasi biaya yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi aktiva baru atau ekuivalennya pada harga sekarang setelah
diasumsikan dengan depresiasinya.

Exit Value System biasanya didasarkan atas nilai bersih yang dapat direalisasi (Net Realizable
Value) dalam keadaan usaha yang biasa atau kadang-kadang berdasarkan atas Discounted
Cash Flow. Yang dimaksudkan dengan Net Realizable Value adalah estimasi harga penjualan
atas aktiva setelah didukungi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual aktiva tersebut.
Sedangkan Discounted Future Cash Flow dimaksudkan sebagai nilai sekarang (present
value) dari estimasi pemasukan kas (Cash Inflow) atau cast saving yang dijual pada tingkat
bunga yang sesuai.

Elemen-Elemen Moneter dan Non Moneter

Dalam current cost accounting elemen-elemen di neraca perlu juga dibedakan dalam elemen
moneter dan non moneter.

Elemen non moneter adalah semua elemen yang bukan merupakan elemen moneter. Seperti
juga halnya dengan elemen moneter, elemen non moneter juga dibagi ke dalam aktiva dan
kewajiban non moneter. Untuk elemen non moneter umumnya ditetapkan kembali untuk
menghadapi perubahan harga sekarang (changes in current value).

Dalam menerapkan metode ini kesimpulan atas aktiva moneter dan non moneter adalah
sebagai berikut:

Karena aktiva moneter telah ditetapkan dalam jumlah uang yang tetap, mereka itu
menggambarkan sejumlah uang yang diharapkan untuk direalisasikan dalam waktu dekat,
oleh karenanya aktiva moneter secara efektif telah ditetapkan kembali untuk current value
financial statement (laporan keuangan dengan nilai sekarang). Namun aktiva non moneter
tidak ditetapkan dalam sejumlah uang yang tetap dan karena itu menggambarkan Net
Realizables Value mereka. Oleh karena itu, aktiva non moneter harus ditetapkan kembali
untuk disajikan pada Current Value.

Holding Gain Or Losses

Holding gain or losses timbul dikarenakan adanya perbedaan antara perbedaan antara harga
pokok historis atau aktiva dengan harga pokoknya sekarang.

Holding gain terdiri atas dua komponen yaitu :

a) Realized Holding Gains yang dihasilkan dari penyelesaian (dispossal) aktiva, apakah
aktiva itu dijual/digunakan dalam suatu periode akuntansi.
b) Unrealized Holding Gains yang dihasilkan dari penambahan dalam nilai sekarang
(current value) suatu aktiva dalam suatu periode akuntansi dimana aktiva tersebut
masih ditahan oleh perusahaan.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengungkapan Akuntansi Biaya Sekarang adalah


sebagai berikut : (Smith-Skousen: 1991:566)

a) Tetapkan jumlah nilai berjalan persediaan, harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan.
b) Terapkan “tes jumlah yang dapat diganti kembali” ke jumlah nilai berjalan dan pilih
yang lebih rendah.
c) Berdasarkan hasil langkah b), hitunglah harga pokok penjualan, penyusutan dan
amortisasi.
d) Tetapkan perubahan dalam nilai berjalan persediaan dan harta tak bergerak, pabrik,
dan peralatan menurut jumlah nominal dan juga rupiah konstan.

Bila perusahaan beranggapan bahwa perubahan nilai sekarang (current cost) atau persediaan,
harta tak gerak, pabrik, dan peralatan tidaklah besar dan tidak memberikan pengaruh yang
berarti atas laporan keuangan, maka pengungkapan atas current cost ini tidak perlu dibuat,
namun dalam catatan informasi tambahan perlu disebutkan alasan yang mendukung.
Continuously Contemporary Accounting (CoCoA)

Menurut Continuously Contemporary Accounting (CoCoA), daya beli uang tidak konstan,
tapi saat ini dan terus berubah. Mengingat lingkungan yang berkembang di mana perusahaan
dan bisnis beroperasi, menurut model, nilai uang atau nilai realisasi bersih dari bisnis adalah
setara kas saat ini aset. Ini adalah sistem akuntansi yang mengukur aktiva dan kewajiban pada
harga tunai mereka saat ini, misalnya, nilai realisasi bersih dari aset jika dijual dalam kondisi
bisnis saat ini.

Sistem Akuntansi Adaptif

Sesuai Continuously Contemporary Accounting (COCOA) : bisnis, untuk bertahan hidup,


harus beradaptasi dengan ekosistem yang terus berubah di mana mereka beroperasi, dan oleh
karena itu harus jadi praktek akuntansi mereka. Untuk perusahaan, adaptasi menyiratkan
penjualan aset dianggap tidak layak dan akuisisi aset lebih cocok dengan lingkungan baru.
Oleh karena itu, tujuan akuntansi harus untuk menawarkan harga tunai saat aset untuk
pembantu suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Continuously
Contemporary Accounting (CoCoA) menegaskan, laporan keuangan bisnis harus mencakup
harga jual prediksi saat ini setiap aset dan karenanya keuntungan harus dihitung sebagai
perubahan modal adaptif perusahaan selama periode tersebut.

Kekuatan dari Model Akuntansi

Continuously Contemporary Accounting (CoCoA) adalah model mudah bagi akuntan untuk
mempekerjakan dalam mengembangkan neraca dan laporan keuangan. Laporan terus
menyarankan perusahaan atas aset yang diperlukan untuk menjual dan membeli dan, karena
itu, membantu badan untuk bertahan hidup dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.
Berbeda dengan sistem biaya historis, di mana ada tingkat error lebih besar, memprediksi
biaya mengalokasikan untuk depresiasi jauh lebih sederhana dan lebih akurat di bawah
Continuously Contemporary Accounting (CoCoA). Karena neraca Continuously
Contemporary Accounting (CoCoA) memperkirakan apa yang perusahaan akan menerima
jika dijual setiap aset pada tanggal saat ini, laporan adalah panduan yang berguna bagi
pemegang saham untuk menilai risiko investasi dan manfaat.
Kelemahan dari Model Akuntansi

Continuously Contemporary Accounting (CoCoA) menuntut perubahan mendasar dalam


praktik akuntansi, dari sistem berbasis biaya untuk keluar dari sistem harga, sehingga
kebanyakan bisnis masih enggan untuk menggunakan Continuously Contemporary
Accounting (CoCoA). Aset mungkin memiliki harga jual rendah di pasar, tapi mungkin nilai
tinggi dalam perusahaan. Neraca Continuously Contemporary Accounting (CoCoA) gagal
untuk memperhitungkan nilai internal aset dan hanya mengukur dengan nilai harga keluar di
pasar. Sementara Continuously Contemporary Accounting (CoCoA) menekankan pada
perlunya suatu entitas untuk beradaptasi dengan lingkungannya, gagal untuk
memperhitungkan pengaruh suatu entitas mungkin pada lingkungan, misalnya, aset kinerja
tinggi dalam perusahaan dapat lembur menaikkan harga jual di pasar .

BAB 6

TEORI AKUNTANSI NORMATIF - KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka Kerja Konseptual

Kerangka Konseptual adalah Suatu sistem yang koheren antara tujuan dan landasan-landasan
yang saling terkait dan diharapkan mengarah kepada suatu standar yang konsisten. (Statement
of Financial Accounting Concepts No. 1 : Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises 1978)

Tujuan kerangka konseptual adalah untuk memberikan teori akuntansi yang terstruktur.

Dasar pemikiran adanya Kerangka Konseptual :

Untuk mengembangkan praktik pelaporan keuangan yang logis dan konsisten, sehingga perlu
mengatasi isu-isu, seperti :
a. Apa yg kita maksud tentang laporan keuangan dan apa saja yg seharusnya dicakup
dalam lap. Keuangan
b. Organisasi seperti apa yang harus menyusun Lap. Keuangann
c. Tujuan Pelaporan Keuangan
d. Karakteristik kualitatif yang harus dimiliki oleh informasi akuntansi
e. Elemen-elemen Laporan Keuangan
f. Cara penghitungan yang digunakan :
 Perlunya kesepakatan mengenai masalah–masalah akuntansi sehingga tidak selalu
mengadakan kesepakatan secara add hoc
 Jika tidak ada kerangka konseptual maka konsistensi menjadi terbatas.

Sejarah Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual

Kerangka Kerja Konseptual telah dikembangkan di berbagai Negara seperti Amerika Serikat,
Inggris, Kanada, Australia, New Zealand, dll. Namun, hingga saat ini belum ada penyusun
standar yang telah mengembangkan Kertas Kerja Konseptual secara lengkap.
Perkembangannya pun terbatas dalam tahun-tahun terakhir ini.

Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual di Amerika

Pada Tahun 1961 dan 1962 Moonitz, dan Moonitz dan Sprouse, menentukan bahwa praktik
akuntansi harus didasarkan pada current value, bukan historical cost. Namun hal ini mendapat
banyak kritikan karena dianggap terlalu ekstrim. Pada 1965, Grady mengembangkan teori
yang didasarkan pada deskripsi praktik yang ada (mendasari munculnya APB Statement No.
4). Namun juga mendapat kritikan.

Pada 1971 dibentuk Trueblood Committee yang menghasilkan Laporan Trueblood di tahun
1973. Lapoarn ini berisi 12 tujuan akuntansi dan 7 karakteristik kualitatif informasi
keuangan yang harus dimiliki. Kemudian tahun 1974 APB digantikan oleh FASB yang
kemudian memulai proyek pembuatan Kerangka Kerja Konseptual. Hasilnya, tahun pada
1978-1985, dirilis 6 Statement of Financial Accounting Concept.

Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual di Australia

Tingkat perkembangan yang lambat dan sampai saat ini hanya 4 SAC yang telah dirilis.
SAC kelima, yang berkaitan dengan masalah pengukuran, belum dirilis. Tahun 2005 ,
Australia mengadopsi Kerangka Kerja IASB, karena Australia memutuskan untuk
menggunakan IFRS.

Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual di Inggris

Pada tahun 1976, Inggris mengembangkan panduan yang berkaitan dengan tujuan dan
identifikasi pengguna Laporan Keuangan (peduli dengan hak-hak masyarakat untuk
mendapatakan akses terhadap informasi keuangan) dan disebut The Corporate Report.
Namun hal tersebut ternyata tidak diterima secara luas oleh profesi akuntansi di Inggris.

Pada tahun1991, ASB mulai mengembangkan Kerangka Kerja Konseptual dan mengadopsi
Kerangka Kerja Konseptualnya IASC. Tahun 2005 IASB dan FASB mulai bekerja sama
mengembangkan kerangka kerja yang dapat diterima oleh keduanya, “Convergent Project”.

“Building Block” Kerangka Kerja Konseptual.

Komponen Kerangka Kerja Konseptual :


1. Definisi entitas pelapor
2. Tujuan umum pelaporan keuangan (Laporan Keuangan)
3. Pengguna Laporan Keuangan
4. Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan
5. Unsur-unsur laporan keuangan
6. Pendekatan yang digunakan terkait pengakuan dan pengukuran
Bagannya adalah sebagai berikut (Deegan; 2007):
1. Definisi Laporan Keuangan

2. Definisi Entitas Pelaporan 3. Definisi Pengguna

4. Tujuan Laporan Keuangan

5. Asumsi-asumsi yang mendasari

6. Karakteristik Kualitatif Lap. Keuangan 7. Elemen-elemen Laporan Keuangan

8. Kriteria Pengakuan 9. Dasar dan Teknik Pengukuran

Definisi Entitas Pelapor

Tidak semua entitas digolongkan sebagai entitas pelaporan. Faktor indikasi dari entitas pelapor
(SAC 1):

1. Pemisahan manajemen dari orang-orang dengan kepentingan ekonomi dalam entitas


2. Pentingnya ekonomi atau politik/pengaruh entitas/pada pihak lain
3. Karakteristik keuangan entitas

Tujuan Umum Pelaporan Keuangan

 Tujuan “tradisional” adalah untuk memungkinkan orang luar untuk menilai


kepengurusan manajemen.
 Tujuan terakhir pelaporan keuangan adalah untuk membantu membuat keputusan
ekonomi bagi pengguna laporan, misalnya :

Tujuan menurut FASB, menyediakan informasi yang berguna untuk ivestor sekarang,
potensial (calon) investor, dan kreditor, dan pengguna lain dalam membuat investasi, kredit,
dan keputusan lainnya. Tujuan menurut IASB, menyediakan informasi tentang posisi
keuangan, performance, dan perubahan posisi keuangan perusahaan, yang bermanfaat secara
luas bagi pengguna untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi.

Pengguna Laporan Keuangan

SAC No. 2 mengidentifikasi tiga kelompok pengguna utama untuk Laporan Keuangan:
1. Penyedia sumber daya
(Karyawan, kreditur, pemasok, investor)
2. Penerima barang dan jasa
(pelanggan dan penerima manfaat )
3. Pihak yang melakukan reviu atau fungsi pengawasan
(Parlemen, pemerintah, lembaga regulator, analis, serikat buruh, kelompok pengusaha,
media dan kelompok kepentingan khusus)
Perspektif internasional pada pengguna Laporan Keuangan :
 IASB
Penggunan Lap. Keuangan : investor, tenaga kerja, pemberi pinjaman, supplier,
konsumen, pemerintah,.
 US SFAC 1:
fokus utama adalah investor potensial dan pengguna lain dengan baik kepentingan
keuangan secara langsung atau terkait dengan orang-orang yang mempunyai
kepentingan keuangan secara langsung
 UK. The Corporate Report
semua kelompok yang terkena dampak operasi organisasi memiliki hak atas informasi
mengenai entitas pelaporan, tidak selalu berhubungan dengan keputusan alokasi sumber
daya
Unsur-unsur Laporan Keuangan
1. Aset

... Manfaat ekonomi masa depan dikendalikan oleh entitas sebagai akibat transaksi
masa lalu dan peristiwa masa lalu lainnya (IASB framework paragraph 49(a))
Tiga karakteristik kunci:
1. Harus menjadi manfaat ekonomis masa depan
2. Entitas pelaporan harus mengontrol manfaat ekonomi masa depan
3. Transaksi atau peristiwa masa lalu lainnya menimbulkan kontrol pelaporan
entitas harus terjadi.
2. Kewajiban
…Kewajiban kini perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang
diharapkan dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya dari perusahaan sumber daya
dan manfaat ekonomi. ((IASB framework paragraph 49(a))
Tiga karakteristik kunci:
1. Harus berupa pengeluaran/transfer di masa mendatang kepada entitas lain.
2. Merupakan kewajiban masa kini/sekarang
3. Akibat dari transaksi masa lalu.
3. Ekuitas:
... Nilai sisa dari aset suatu entitas setelah dikurangi dengan semua kewajiban (IASB
framework paragraph 49(c))
4. Income
… kenaikan keuntungan ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk kas masuk,
atau penambahan aset, atau penurunan kewajiban, yang menyebabkan kenaikan
ekuitas, namun bukan merupakan penambahan kontribusi (modal) oleh pemilik (IASB
framework paragraph 70(a))
5. Biaya
... Penurunan keuntungan ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk kas keluar,
atau pengurangan aset, atau peningkatan kewajiban yang menyebabkan penurunan
ekuitas, namun bukan dalam berupa pembagian kepada pemilik (IASB framework
paragraph 70(b))
Hal-hal yang terkait dengan kerangka kerja konseptual :
1. Standar akuntansi harus lebih konsisten dan logis
2. Standard-setter harus lebih bertanggung jawab atas keputusan mereka
3. komunikasi antara standar-setter dan konstituen mereka harus ditingkatkan
4. Pengembangan standar akuntansi harus lebih ekonomis
5. Terkait isu tertentu, mungkin dapat mengurangi kebutuhan pengembangan standar
tambahan
6. menekankan peran keputusan kegunaan laporan keuangan daripada kekhawatiran untuk
membatasi pengelolaan

Anda mungkin juga menyukai