Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga sebagai alat pendengaran merupakan salah satu indera terpenting yang
berperan dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia karena kemampuannya
dalam mendeteksi atau mengenal suara. Gangguan terhadap fungsi pendengaran
dapat terjadi baik pada sistem konduksi suara maupun sensorineural. Proses Infeksi
merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan telinga baik telinga bagian luar,
tengah dan bagian dalam.

Pada kasus kasus infeksi pada telinga seringkali dilakukan tatalaksana


penyakit dengan terapi medikamentosa. Namun terapi medikamentosa bukanlah satu-
satunya tindakan terapeutik, banyak tindakan medis yang merupakan intervensi bagi
sebagian penyakit pada telinga. Tindakan-tindakan tersebut misalnya : mulai dari ear
toilet, ekstraksi serumen, pemasangan tampon, timpanoplasti, miringotomi bahkan
sampai dengan mastoidektomi.

Tindakan-tindakan yang dilakukan pada kasus-kasus infeksi maupun non-


infeksi telinga memiliki resiko atau komplikasi jika tidak ditangani dengan baik.
Dalam hal ini higienitas dan perawatan pasca tindakan sangat menentukan
keberlangsungan dari proses penyakit telinga yang dialami oleh pasien. Jika
penatalakasanaan atau perawatan pasca tindakan tidak dilakukan dengan baik maka
akan meningkatkan angka terjadinya komplikasi pada area yang dilakukan tindakan
terapeutik (mis: operasi). Infeksi sekunder merupakan salah satu contoh komplikasi
yang bisa terjadi akibat kurangnya pengetahuan atau perawatan pasca tindakan di
bagian telinga.

Maka dari itu perlunya pengetahuan yang baik dan tepat bagi para Dokter
maupun tenaga medis lainnya mengenai penatalaksaan atau perawatan pasca tindakan

1
terapetik (operasi maupun non-operatif) pada telinga, sehingga meningkatkan rasa
nyaman pasien dan pasien pun bisa sembuh dengan sempurna.

2
BAB II
ANATOMI TELINGA

2.1 Anatomi
Telinga (auris) dibagi atas telinga luar, telinga tengah atau cavitas
tympani, dan telinga dalam atau labyrinthus. Telinga dalam berisi organ
pendengaran dan keseimbangan.1

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricula) dan liang telinga
(meatus acusticus externus) sampai membrana tympanica. Auricula/pinna
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit, berfungsi untuk mengumpulkan
getaran udara. Auricula mempunyai otot instrinsik dan ekstrinsik, keduanya
dipersarafi oleh nervus facialis.2
Liang telinga atau meatus acusticus externus (MAE) merupakan
tabung berkelok-kelok yang menghubungkan auricular dengan membran
tympani. Tabung ini befungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular
ke membrane timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 2.5 cmdan
dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik auricular
keatas dan belakang. Pada anak-anak kecil , auricula ditarik lurus ke belakang
atau ke bawah dan belakang. Bagaian meatus yang paling sempit adalah kira-
kira 5 mm dari membrane tympani.4
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n.
auriculotemporalis dan ramus auricularis n.vagus. aliran limfe menuju nodi
parotidei superficiales, mastoidei, dan cervicales superficiales. 4

3
Gambar 1. Auricula2

Membrana tympanica adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna


kelabu mutiara dan mengkilat. Membrana tympanica berbentuk bundar dan
cekung/concave bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik
terhadap sumbu liang telinga membentuk sudut 55°. Diameter membrana
tympanica ± 1 cm (tinggi 9-10 mm dan lebar 8-9 mm), diameter terpanjang
10-11 mm dan terpendek sekitar 9 mm pada orang dewasa dengan
ketebalan 0,1 mm. Bagian atas yang lemas disebut pars flaksida (membran
Shrapnell), sedangkan bagian bawah yang tegang disebut pars tensa
(membran propria). Pars flaksida (flaccida) hanya berlapis dua, yaitu
bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas, dapat
tampak sedikit berwarna merah muda. Pars tensa mempunyai satu lapisan
lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat

4
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam. Pada pars tensa ini terdapat annulus tympanicum (merupakan
fibrocartilaginous ring pada bagian tebal di perifer pars tensa yang melekat
pada sulcus), umbo, dan cone of light. Membrana tympanica sangat peka
terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh nervus
auriculotemporalis (CN V3) pada setengah anterior dari lateral permukaan
membrana tympanica dan ramus auricularis nervi vagi (CN X, Arnold’s
nerve) pada setengah posterior dari permukaan lateral membrana
tympanica, serta nervus glossopharyngeal (CN IX, Jacobson’s nerve) pada
permukaan medial membrana tympanica.2,3
Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membrana
tympanica disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya
(cone of light) ke arah quadran anteroposterior (biasanya tampak pada
otoscopy). Refleks cahaya ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk
membrana tympanica kiri dan pukul 5 untuk membrana tympanica kanan.
Refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh
membrana tympanica. Di membrana tympanica terdapat 2 macam serabut,
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks
cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinik refleks cahaya ini dinilai,
misalnya bila letak refleks cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan
pada tuba Eustachius.3,4,5
Membrana tympanica terdiri atas tiga lapisan: a) lapisan epithelial luar
(lanjutan dari kulit MAE); b) lapisan fibrosa tengah (terdiri atas tiga tipe
serabut: radial, sirkuler, dan parabolic. Dibandingkan pada pars tensa,
lapisan ini sangat tipis pada pars flaccida dan tidak teratur kedalam
berbagai serabut); c) Lapisan mukosa dalam (berlanjut hingga mukosa
telinga tengah).6

5
Membrana tympanica dibagi dalam empat kuadran, dengan menarik
garis searah dengan prosesus longus malleus dan garis yang tegak lurus
pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-
belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak
perforasi membrana tympanica. Bagian posterosuperior lebih lateral
dibandingkan bagian anteroposterior. Membrana tympanica normal bersifat
mobile, yang dapat dites dengan pneumatic otoscope atau Siegel’s
speculum.2,6

A B

Gambar 2. A) Membrana tympanica, otoscopic image; oblique lateral


view (dextra)*klinis: Shrapnell’s membrane; **refleks cahaya:
B) Pembagian kuadran membrana tympanica; lateral view (dextra)4

Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian


bawah belakang membrana tympanica, sesuai dengan arah serabut membrana
tympanica. Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di dalam telinga
tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam,
yaitu malleus, incus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam teling tengah
saling berhubungan. Prosesus longus malleus melekat pada membrana
tympanica, malleus melekat pada incus, dan incus melekat pada stapes. Stapes
terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan cochlea. Hubungan
antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.7

6
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut attic. Area attic
terletak di atas lateral processus malleus dan sedikit berwarna merah muda.
Transparansinya bervariasi dari orang ke orang. Di tempat ini terdapat aditus
ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum
mastoid. Tuba Eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.6,7

2.2.2 Telinga tengah

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi
meneruskan getaran membrana tympanica (gendang telinga) ke perilympha
telinga dalam. Di depan ruang ini berhubungan dengan nasopharynx melalui
tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoideum. 4

Gambar 3. Telinga tengah4

Malleus (hammer) adalah tulang pendengaran terbesar (8 mm), dan


mempunyai caput & collum (terletak di attic), crus longum atau manubrium
(menempel pada lapisan fibrous dari membrana tympanica), sebuah processus

7
anterior dan processus lateralis (tampak seperti knob-like projection pada
permukaan luar membrana tympanica). 4
Caput berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum
adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium berjalan ke bawah dan
belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial membrana
tympanica. Manubrium ini dapat dilihat melalui membrana tympanica pada
pemeriksaan dengan otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil
yang dihubungkan dengan dinding anterior cavitas tympani oleh sebuah
ligamen. Processus lateralis menonjol ke lateral dan melekat pada plica
mallearis anterior dan posterior membrana tympani.1,4

A B
C D

Gambar 4. Malleus. A) lateral view; B) Ventral view; C) lateral view, D)


Dorsal view4

Incus (anvil) mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus
longum berjalan ke bawah belakang di belakang dan sejajar dengan
manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi
dengan caput stapedis (articulatio incudostapedialis). Bayangannya pada
membrana tympanica kadang-kadang dapat dilihat pada pemeriksaan dengan

8
otoskop. Crus breve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding
posterior cavitas tympani oleh sebuah ligament. 4

Gambar 5. Incus, lateral view

Stapes (stirrup) mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah


basis. Caput stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum
sempit dan merupakan tempat insersi musculus stapedius. Kedua lengan
berjalan divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir
basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa,
yang disebut ligamentum annulare. 4

Gambar 6. Stapes (superior view4

Tuba auditiva (pharyngotympanic) /tuba Eustachius/


menghubungkan dinding anterior cavitas tympani ke nasopharynx. Sepertiga
bagian posteriornya adalah tulang dan duapertiga bagian anteriornya adalah
kartilago. Pada saat turun tuba berjalan di pinggir atas musculus constrictor
pharynges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam
cavitas tympani dengan nasopharynx. 4

9
Antrum mastoideum terletak dibelakang cavum tympani didalam
pars petrosa ossis temporalis dan berhubungan dengan telinga tengah melalui
aditus. Diameter aditus kurang lebih 1 cm. 4
Mastoid terdiri atas “honeycomb” air cells. Berdasarkan
perkembangannya terdapat tiga tipe dari mastoid, yaitu a) Cellular (well-
pneumatized); b) Diploeic: umumnya terdapat ruang marrow/sumsum dengan
beberapa air cells; c) Acellular (Sclerotic): tidak ada satupun ruang marrow
ataupun sel.1

2.2.3 Telinga dalam


Telinga dalam/labyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis
temporalis, medial terhadap telinga tengah, dan terdiri dari 1) labyrinthus
osseus, tersusun dari sejumlah rongga di dalam tulang; dan 2) labyrinthus
membranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di
dalam labyrinthus osseus. 4

Gambar 7. Labyrinthus osseus dan labyrinthus membranaceus4

Labyrinthus osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis


semicircularis, dan cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang
terletak di dalam substantia compacta tulang. Mereka dilapisi oleh

10
endosteum dan berisi cairan bening, perilympha, yang di dalamnya terdapat
labyrinthus membranaceus. 4
A

Gambar 8. Labyrinthus osseus; A) Dorsosuperior view;


B) Ventolateral view4

Vestibulum, merupakan bagian tengah labyrinthus osseus (5 mm),


terletak posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis
semicircularis. Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang
ditutupi oleh basis stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra
cochleae yang ditutupi oleh membrana tympanica secundaria. Di dalam
vestibulum terdapat sacculus dan utriculus labyrinthus membranaceus. 4

11
Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior &
posterior (anterior), serta lateral (horizontal) bermuara ke bagian posterior
vetibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah pelebaran diujungnya disebut
ampulla. Canalis bermuara ke dalam vestibulum melalui lima lubang, salah
satunya dipergunakan bersama oleh dua canalis. Di dalam canalis terdapat
ductus semicircularis. 4
Canalis semicircularis superior (15-20 mm) terletak vertikal dan tegak
lurus terhadap sumbu panjang os petrosum. Canalis semicircularis lateralis
(12-15 mm) terletak horizontal pada dinding medial aditus ad antrum, di atas
canalis nervi facialis. 4
Cochlea berbentuk seperti rumah siput yang bermuara ke dalam bagian
anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus
cochleae, dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak
dua setengah putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebih
kecil sehingga bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap
ke anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari
cochlea inilah yang tampak sebagai promontorium pada dinding medial
telinga tengah. 4
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus
acusticus internus. Modiolus ditembus oleh cabang-cabang nervus cochlearis
dan vascular. Apex terletak di medial M. tensor tympani. Pinggir spiral lamina
spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol ke dalam canalis dan membagi
canalis ini. Membrana basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina spiralis
sampai ke dinding luar tulang, sehingga membelah canalis cochlearis menjadi
scala vestibuli di sebelah atas dan scala tympani di sebelah bawah.
Perilympha di dalam scala vestibuli dipisahkan dari cavitas tympani oleh basis
stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra vestibuli. Perilympha di
dalam scala tympani dipisahkan dari cavitas tympani oleh membrana
tympanica secundaria pada fenestra cochleae. 4

12
Labyrinthus membranaceus terletak di dalam labyrinthus osseus.
Labyrinthus ini berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha.
Labyrinthus membranaceus terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat
di dalam vestibulum osseus; tiga ductus semicircularis, yang terletak di dalam
canalis semicircularis osseus; dan ductus cohclearis yang terletak di dalam
cochlea. Struktur-struktur ini saling berhubungan dengan bebas. 4

Gambar 9. Labyrinthus membranaceus; dorsal view4

Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang
ada, dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus
endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis. 4
Sacculus berbentuk bulat (2,4 mm2) dan berhubungan dengan
utriculus. Ductus endolymphaticus, setelah bergabung dengan ductus
utriculosaccularis akan berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus
endolymphaticus yang mengatur tekanan dalam labyrinthus membranous.
Sacculus berhubungan dengan cochlea melalui ductus reunion. Saccus ini
terletak di bawah duramater pada permukaan posterior pars petrosa ossis
temporalis. 4

13
Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari
canalis semicircularis mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun
tegak lurus satu dengan lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali
kepala mulai atau berhenti bergerak, atau jika kecepatan gerak kepala
bertambah atau berkurang, kecepatan gerak endolympha di dalam ductus
semicircularis akan berubah sesuai dengan hal tersebut terhadap dinding
ductus semicircularis. Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensoris di dalam
ampulla ductus semicircularis. 4
Ductus cochlearis (membranous cochlea atau scala media) berbentuk
segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus melalui
ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang terletak di atas membrana basilaris
membentuk organ Corti dan mengandung receptor-receptor sensoris untuk
pendengaran. 4
Cairan dalam telinga tengah berupa perylimpha yang mengisi ruang
antara labyrinthus osseus dan membranous dan endolympha yang mengisi
bagian dalam labyrinthus membranous. Perilympha mirip dengan cairan
ekstraselular dan kaya akan ion sodium/Na, terdapat dua teori tentang sumber
dari cairan ini, yaitu 1) Filtrasi serum darah dari kapiler ligament spiral; 2)
CSF yang mencapai labyrinthus melalui aqueductus cochlea. Sedangkan,
endolympha mirip dengan cairan intraselular dan kaya akan ion potassium/K.
Kandungan protein dan glukosa sedikit dibadingkan pada perilympha. Cairan
endolympha dihasilkan oleh stria vascularis dan dark cell dari utriculus dan
ujung ampulla dari ductus semicircularis. Endolympha diabsorpsi oleh 1)
saccus endolymphaticus (the longitudinal flow theory); 2) Stria vascularis (the
radial flow theory).1
Organ Corti. Organ sensori pendengaran terletak pada membrana
basilar. Komponen penting dari struktur ini adalah tunnel of corti yang berisi
cairan cortilympha (fungsinya belum jelas), sel penyokong (Deiter’s cell,
Hensen’s cell), membrana tectorial, dan sel rambut yang merupakan sel

14
reseptor pendengaran yang mentranduksi energi suara menjadi energi listrik.
Terdapat dua sel rambut yaitu sel rambut luar (outer hair cells/OHCs) dan sel
rambut dalam (inner hair cells/IHCs). 8
Meatus acusticus internal (MAI) memiliki panjang sekitar 1 cm dan
melalui pars petrosa os temporal pada arah lateral. MAI terdiri atas nervus
vestibulocochlearis, nervus facialis termasuk nervus intermedius dan arteri et
vena auditory interna.8

15
BAB III
TINDAKAN DAN
PERAWATAN PASCA TINDAKAN PADA TELINGA

3.1 Ear Toilet


3.1.1 Definisi
Irigasi Telinga/ Ear Toilet adalah proses pembilasan saluran telinga eksternal
dengan air steril atau saline steril. Hal ini digunakan untuk mengobati pasien yang
mengeluh benda asing atau cerumen impaksi. Irigasi telinga adalah Suatu cara untuk
membersihkan dan/atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.9

3.1.2 Prinsip dan Prosedur Kerja


Telinga irigasi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60cc
(suntik 20-30cc untuk anak-anak). Beberapa orang memilih untuk memakai jarum
suntik yang besar dan kateter IV . Dengan menggunakan metode ini, cairan yang
disedot ke dalam jarum suntik kemudian disemprotkan ke dalam liang telinga.
Metode lain menggunakan larutan IV dan tubing, dengan konektor irigasi telinga
pakai yang pas dan disemprotkan ke atas telinga luar. Bila menggunakan metode ini,
larutan disemprotkan dan arus fluida oleh karena gravitasi akan kembali ke liang
telinga, sehingga irigasi bisa terjadi dengan baik. Bila menggunakan metode IV,
harus sekitar 6 inci (15 cm) atau kurang di atas kepala pasien untuk menciptakan
tekanan fluida yang tepat.9
Setelah posisi pasien nyaman, daun telinga dari telinga yang dilakukan
tindakan harus diposisikan kembali. Ujung jarum suntik atau kateter irigasi harus
ditempatkan di pintu masuk ke telinga dan jaringan telinga tidak boleh disentuh.
Saluran telinga tidak boleh tersumbat, jika tidak larutan tidak akan dapat kembali
kembali keluar dari telinga. Dengan lembut mengarahkan aliran larutan irigasi
terhadap aspek atas dari saluran telinga eksternal, petugas medis/dokter harus
menyemprotkan cairan dengan hati-hati, stabil, yang memungkinkan cairan untuk

16
keluar dari saluran telinga dan ke baskom. Mengerahkan terlalu banyak tekanan dapat
memaksa benda asing atau oklusi serumen lebih ke dalam liang telinga. Cairan
kembali kemudian harus diperiksa sebelum jarum suntik diisi ulang-atau setelah
100cc cairan untuk dewasa, dan 30cc cairan bagi seorang anak. Petugas medis harus
menyelidiki apakah objek serumen atau benda asing telah keluar dari telinga. Bila
oklusi sudah tidak ada, 500cc cairan irigasi harus digunakan untuk-dewasa dan 100cc
untuk anak. 9

3.1.3 Pasca Tindakan


Yang perlu diperhatikan pasca tindakan adalah dengan menanyakan apa yang
dirasakan pasien. Jika pasien merasa pusing atau sakit kepala selama prosedur,
prosedur harus dihentikan. Sedangkan jika pasien merasakan pusing setelah tindakan,
maka pasien harus ditenangkan terlebih dahulu, sampai pasien benar-benar stabil dan
merasa nyaman barulah pasien diperkenankan untuk berjalan.9,10

3.2 Ekstraksi Serumen


3.2.1 Definisi
Ekstraksi Serumen adalah tindakan mengeluarkan serumen yang menyumbat
saluran telinga yang menyebabkan suatu penurunan pendengaran bahkan rasa tidak
nyaman pada telinga pasien.10
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat.
Irigasi yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus
eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa
sebelumnya. 10

17
3.2.1 Prinsip dan prosedur tindakan
A. Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga
waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral,
hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex. Pemakaian preparat komersial untuk
jangkan panjang atau tidak tepat dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan
dermatitis kontak.9,10
Pada serumen tipe basah biasanya diperlukan untk melembutkan serumen
sebelum dikeluarkan. Proses ini digantikan oleh zat serumenolisis dan keadaan ini
tercapai dengan mengunakan lautan yang bersifat serumenolytik agen yang
digunakan pada kanalis telinga biasanya dipakai untuk pengobatan di rumah.10

Terdapat 2 tipe seruminolitik yaitu aqueos dan organic.10


Solutio aqueos tersusun atas air yang dapa dengan baik memperbaiki masalah
sumbatan serumen dengan melunakkannya, diantaranya :
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan
glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium
chloride.

Solusio organic dengan penyusun minyak hanya berfungsi sebagai lubrikan, dan tidak
berefek mengubah intergitas keratin skuamosa, antara lain :

- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine


- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral
oil, baby oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)

18
- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleate-
condensate)
- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada laxatives

Seruminolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat menimbulkan


reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Dan pembersihan serumen yang tidak
tuntas dapat menyababkan superinfeksi jamur. Komplikasi lain yang mungkin adalah
ototoksisitas yang dapat terjadi bila terdapat perforasi.10

Zat serumenolitik ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum
pengangkatan serumen.10

B. Penyemprotan telinga

Beberapa serumen bisa dilunakkan, ini bisa dikeluarkan dari kanalis telinga
dengan cara irigasi. Larutan irigasi dialirkan di canalis telinga yang sejajar dengan
lantai, mengambil serumen dan debris dengan larutan irigasi mengunakan air hangat
(37oC), larutan sodium bicarbonate atau larutan dan cuka untuk mencegah sekunder
infeksi.9,10

19
Gambar 3. 1 Cara Penyemprotan Telinga9

C. Metode Kuretase3,11

Gambar 3.2 Metode Kuretase untuk mengambil Serumen10

20
Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret dibawah pengamatan
langsung. Perlu ditekankan disini pentingnya pengamatan dan paparan yang
memadai,. Umumnya kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan penerangan
cermin kepala dan suatu speculum sederhana. Irigasi dengan air memakai spuit logam
khusus juga sering dilakukan. Akhir-akhir ini sebagian dokter lebih memilih suatu
alat irigasi yang biasa digunakan pada kedokteran gigi. Sementara aurikula ditarik ke
atas belakang untuk meluruskan lubang telinga, air dengan suhu tubuh dialirkan
dengan arah posterosuperior agar dapat lewat diantara massa serumen dengan dinding
belakang lubang telinga. Namun pada sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah
beberapa kali dilakukan, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tesumbat dan
pada pemeriksaan masih terdapat sumbat yang besar. Pada kasus demikian, kadang-
kadang dilakukan pengisapan. Forsep alligator tipe Hartmann juga berguna pada
sumbat yag keras. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati agar tidak merusak
membran timpani. Jika tidak dapat memastikan keutuhan membran timpani,
sebaiknya irigasi tidak dilakukan.9,10

Gambar 3.3 Pengambilan Serumen dengan Suction9,10

21
3.3 Tampon Telinga

3.3.1 Definisi

Tampon telinga merupakan suatu tindakan terapeutik pada telinga dengan


memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ataupun larutan lainnya, yang
berfungsi untuk menghindarkan area yang sakit dari paparan bakteri dari luar
sehingga tetap steril.11

3.3.2 Prinsip dan Prosedur Kerja

Tampon telinga biasanya digunakan pada kasus-kasus infeksi yang


membutuhkan antibiotik secara topikal dan menjaga area infeksi tetap bersih
sehingga penyembuhan dapat dicapai dengan baik. Salah satu contoh kasus
infeksi telinga adalah Otitis Eksterna difusa. 11
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian,
biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga
mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat,
tampon kasa disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator.
Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua
kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen
sudah bertambah besar. Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik
yang paling efektif terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum
hidroskopik seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain,
seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa
diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan berkurang,
dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga bersih dan kering.
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya

22
diperlukan jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan
telinga.11

3.3.3 Perawatan Pasca Tindakan


Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan
alkohol encer secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar
tidak menggaruk / membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.11

3.4 Miringotomi
3.4.1 Definisi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,
agar terjadi dreinase sekret dari liang telinga tengah ke liang telinga luar. Istilah
miringotomi sering dikacaukan dengan parasentesis. Timpanosenteis sebetulnya
berarti pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna
pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit dan jarum khusus).12

3.4.2 Prinsip dan Prosedur Kerja


Tindakan Pra Pembedahan12

 Tes darah
 Tes pendengaran
 Timpanogram
 Pemeriksaan telinga dengan otoskop

Tindakan Pembedahan
 Mayoritas dilakukan anestesia umum, bisa juga dengan anestesi lokal

23
 Dokter menggunakan mikroskop
 Insisi dilakukan pada membran timpani dengan menggunakan skapel atau
laser
 Drainase cairan

Prosedur Pembedahan
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan
dengan syarat tindakan ini harus dilakukan secara avue (dilihat langsung),
penderita harus tenang (jika penderita merupakan seorang anak, anak harus dapat
dikuasai) sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran anterior-inferior atau posterior-inferior, sesuai
dengan arah serabut membran timpani. Di daerah ini tidak terdapat tulang
pendengaran. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang
mempunyai sinar yang cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai
dengan besar liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan
berukuran kecil dan steril.12
Awalnya, serumen dibersihkan dari liang telinga untuk lapangan pandang
yang lebih baik sekaligus dapat memberikan gambaran respon dari penderita.
Liang telinga kemudian disterilkan dengan menggunakan alkohol 70% selama 1
menit, setelah itu liang telinga dikeringkan dengan menggunakan penghisap
(suction). Setelah itu, dengan menggunakan miringotom, dilakukan insisi lurus
melengkung sekitar 2 mm pada pars tensa membran timpani. Insisi dibuat pada
kuadran anteroposterior atau posteriorinferior untuk menghindari trauma pada
rangkaian osikula. Secara teknis lebih mudah membuat insisi pada kuadran
posteroinferior, dan daerah ini juga kurang peka. Pisau tidak boleh dimasukkan
lebih dari 2 mm guna mencegah terkenanya dinding medial telinga tengah, yang
dapat menimbulkan nyeri dan perdarahan. Lebih jauh, dapat pula terbentuk celah
atau tonjolan vena jugularis ke dalam basis telinga tengah. Kerusakan fenestra

24
rotundum dihindari dengan insisi hanya melalui membran timpani dan
membatasi kedalaman insisi.12
Setelah berhasil dilakukan insisi, hisap sekret yang keluar dari telinga
tengah sampai tidak ada yang tersisa. Hal ini dilanjutkan dengan pemberian
12
antibiotik topikal pada liang telinga.

Gambar 3.4 Miringotomi.

Gambar 3.5 Insisi Membran Timpani dilanjutkan dengan Pemasangan


Tuba Ventilasi12

25
3.4.3 Pasca Tindakan
 Jika kapas diletakkan di liang telinga untuk drainase pasca pembedahan, ganti
kapas secara teratur 2-3 hari sekali.
 Obat tetes telinga
 Lakukan aktivitas sehari-hari secara normal
 Gunakan alat sumbat ketika mandi, hindari kegiatan berenang/menyelam12

3.5 Timpanoplasti
3.5.1 Definisi
Timpanoplasti adalah prosedur pembedahan atau rekonstruksi pada membran
timpani disertai atau tidak disertai oleh pencangkokan membran timpani, sering kali
harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran .13

3.5.2 Prinsip dan Prosedur Tindakan


Teknik operasi yang digunakan adalah:

A. Teknik medial
Prosedur yang digunakan adalah anestesi lokal dengan
pendekatan transkanal. Corong telinga ditempatkan pada meatus akustikus
eksternus. Seluruh pinggiran perforasi membran timpani dilukai dan
dibuang dengan menggunakan cunam pengungkit dan cunam pemegang.
Sisa membran timpani di atas manubrium malei dibersihkan. Mukosa di
bagian medial sekeliling sisa membran timpani dilukai secukupnya untuk
tempat menempel fasia temporalis. Dibuat jabir timpanomeatal di bagian
posterior dengan cara insisi semisirkuler kulit kanalis akustikus eksternus
sejajar anulus fibrosus dengan jarak 4-5 mm dari membran timpani.
Dengan menggunakan pisau bulat, dibuat insisi pada kulit kanalis dimulai
dari notch Rivinus sampai ke posisi jam 6. Kemudian kulit tersebut

26
dilepaskan dari tulang kanalis akustikus eksternus dengan menggunakan
disektor ke arah medial sampai melepaskan anulus serta sisa membran
timpani. Jabir yang terbentuk dielevasikan ke arah anterior sampai kavum
timpani. Kavum timpani diisi dengan potongan-potongan kecil spongostan
yang telah dicelupkan ke dalam larutan kemisetin. Melalui terowongan
yang terbentuk di bawah jabir timpanomeatal, tandur ditempatkan sedemikian
rupa di bagian medial manubrium malei sehingga menutup seluruh
perforasi membran timpani. Kemudian seluruh pinggiran tandur
ditempatkan serta diselipkan di bagian medial sekeliling sisa membran
timpani sejauh kira-kira 2 mm secara merata kecuali sebagian tandur yang
terletak di bagian posterior diletakkan di atas tulang kanalis akustikus
eksternus di bawah jabir timpanomeatal. Jabir kemudian dikembalikan ke
tempat semula, sehingga sebagian tandur terletak di antara jabir dan
tulang kanalis akustikus eksternus. Pada bagian lateral membran timpani
baru tersebut kemudian diletakkan potongan-potongan spongostan yang
telah dicelupkan ke dalam larutan kemisetin sehingga memenuhi setengah
13
kanalis akustikus eksternus. Telinga kemudian dibalut.

B. Teknik lateral

Prosedur yang digunakan adalah anestesi lokal dengan pendekatan


transkanal. Corong telinga ditempatkan pada meatus akustikus eksternus.
Seluruh pinggiran perforasi membran timpani dilukai dan dibuang dengan
menggunakan cunam pengungkit dan cunam pemegang. Sisa membran
timpani di atas manubrium malei dibersihkan. Mukosa di bagian medial
sekeliling sisa membran timpani dilukai secukupnya untuk tempat menempel
fasia temporalis. Dibuat jabir timpanomeatal di bagian posterior dengan
cara insisi semisirkuler kulit kanalis akustikus eksternus sejajar anulus
fibrosus dengan jarak 4-5 mm dari membran timpani. Dengan

27
menggunakan pisau bulat, dibuat insisi pada kulit kanalis dimulai dari notch
Rivinus sampai ke posisi jam 6. Kemudian kulit tersebut dilepaskan dari
tulang kanalis akustikus eksternus dengan menggunakan disektor ke arah
medial sampai melepaskan anulus serta sisa membran timpani. Jabir yang
terbentuk dielevasikan ke arah anterior sampai kavum timpani. Kavum
timpani diisi dengan potongan-potongan kecil spongostan yang telah
dicelupkan ke dalam larutan kemisetin. Melalui terowongan yang
terbentuk di bawah jabir timpanomeatal, tandur ditempatkan sedemikian rupa
di bagian lateral dari anulus sehingga menutup seluruh perforasi
membran timpani. Jabir kemudian dikembalikan ke tempat semula, sehingga
sebagian tandur terletak di antara jabir dan tulang kanalis akustikus
eksternus.Pada bagian lateral membran timpani baru tersebut kemudian
diletakkan potongan-potongan spongostan yang telah dicelupkan ke
dalam larutan kemisetin sehingga memenuhi setengah kanalis akustikus
13
eksternus. Telinga kemudian dibalut.

Gambar 3.6. Teknik Miringoplasti Medial dan Lateral

28
C. Teknik Mediolateral

Gambar.3.7 Teknik Miringoplasti Mediolateral

Prosedur yang digunakan adalah anestesi lokal dengan pendekatan


transkanal. Fasia temporalis diambil, dipres, dan dikeringkan dibawah
lampu operasi. Tepi perforasi disegarkan dengan cara melukai kembali
tepi perforasi tersebut. Insisi kulit kanalis eksternus secara vertikal dibuat
pada jam 12 dan jam 6. Insisi pada jam 6 bisa dilebarkan sampai ke
kanan atas anulus. Insisi pada jam 12 diperluas ke arah inferior sampai
beberapa millimeter di atas anulus untuk mempertahankan suplai
pembuluh darah kulit kanalis eksternus anterior yang digunakan sebagai
dasar tandur bagian superior. Timpanomeatal flap bagian posterior
dielevasikan, dan tulang-tulang pendengaran dievaluasi . Apabila tidak
terdapat fiksasi pada tulang-tulang pendengaran, pembedahan dilakukan
dengan membuat insisi horizontal menggunakan pisau setengah lingkaran
pada kulit kanalis eksternus anterior. Jarak insisi kanalis anterior-

29
horizontal dari anulus anterior harus sama dengan diameter perforasi.
Setelah insisi, kulit kanalis eksternus bagian anterior dielevasikan ke lateral
dan medial. Kanaloplasti dilakukan dengan membuang tulang anterior
yang berada diatasnya menggunakan bor tulang bermata diamond sehingga
anulus posterior dapat terlihat jelas. Jabir kulit kanalis anteromedial
dielevasikan ke atas sampai mencapai anulus atau tepi membran timpani.
Pada bagian anulus ini, hanya lapisan epitel squamosa membran timpani
saja yang dielevasi dengan hati-hati kearah setengah bagian anterior
tepi perforasi, sehingga bagian anulus anterior tetap intak . Ke dalam
kavum timpani diletakkan potongan-potongan spongostan yang telah dibasahi
tetes telinga antibiotik fluorokuinolon yang bersifat nontoksik. Berbeda
dengan teknik tandur medial, pada teknik ini packing telinga tengah yang
terdiri dari potongan spongostan tersebut tidak harus padat. Tandur fasia
temporalis kemudian ditempatkan di bagian medial perforasi untuk
menutupi setengah bagian posterior perforasi tersebut. Pada perforasi
bagian anterior, tandur diletakkan lateral terhadap pinggir perforasi yaitu
di atas anulus anterior untuk menutupi setengah perforasi sisanya
.Untuk menghindari anterior blunting, tandur ditempatkan hanya sampai
dengan sulkus anterior di atas anulus tersebut. Sebagai lapisan penutup
kedua, kulit kanalis anteromedial dirotasikan untuk menutupi perforasi
dengan fasia sebagai dasar jabir superior. Kulit kanalis anterolateral
dikembalikan ke tempatnya, dan dilanjutkan dengan menempatkan
potongan-potongan spongostan yang telah dibasahi antibiotik pada kanalis
akustikus eksterna yang berfungsi sebagai packing. Pada meatus akustikus
eksternus diletakkan tampon kassa yang telah diberi salep antibiotik.13

30
Material Graft

Tindakan yang pertama dilakukan dalam tindakan penutupan perforasi


membran tympani, adalah membuat graft kulit tipis atau full-thicness. Namun,
akibat rendahnya angka keberhasilan dan sering terjadinya infeksi dan
terbentuk kolesteatoma, teknik graft ini ditinggalkan. Saat ini graft jaringan
ikat adalah yang paling sering digunakan, baik secara tunggal atau
dikombinasikan dengan kulit dinding liang telinga. Pada graft ini jaringan
endotel vena atau fascia paling serin dipakai. Jaringan ikat dipakai untuk
menggantikan jaringan fibrosa dari membran timpani dan dapat menunjang
regenerasi sel epitel skuamosa dan mukosa.proliferasi dari selepitel skuamosa
yang cepat akan membantu pendarahan terhadap jaringan graft dengan cepat,
sehingga jaringan lebih dapat bertahan. Dengan penggunaan fascia temporalis
angka keberhasilan mencapai 98%.13

3.5.3 Pasca Tindakan


Umumnya, pasien dapat kembali ke rumah dalam 2-3 jam pasca
timpanoplasti. Antibiotik dapat diberikan dengan analgetik. Setelah 10 hari, perban
dibuka, telinga dievaluasi untuk melihat apakah graft berhasil tumbuh. Jika terdapat
alergi atau pilek, dapat diberikan antibiotic dan dekongestan. Pasien sudah dapat
kembali bekerja setelah 5-6 hari, dan dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop
untuk melihat keberhasilan timpanoplasti. Perawatan pasca operasi dilakukan demi
kenyamanan pasien. Infeksi dapat dicegah dengan topikal antibiotik pada kanal
telinga. Untuk proses penyembuhan yang sempurna, graft harus bebas dari infeksi.
Aktifitas yang dapat mengubah tekanan timpani harus dihindari, seperti bersin,
menggunakan pipet untuk minum, atau terjadi pembengkakan pada hidung.
Pendengaran akan kembali normal setelah 4-6 minggu setelah operasi. Setelah 2-3
bulan pasca operasi dilakukan audiogram untuk evaluasi kemajuan terapi.
Instruksikan kepada pasien agar telinga tidak masuk air. Ketika insisi dan penutupan

31
liang telinga dilakukan saat selesai operasi, gunakan pakaian pelindung atau kapas
penyumbat kedap air dengan sedikit jel petroleum.13

Risiko pembentukan kolesteatoma dapat melalui proses perjalanan penyakit


atau dari epithelium skuamosa yang terperangkap selama terapi. Kontrol teratur
diperlukan pada pasien post-operasi. Konsultasi ulang jika pendengeran berkurang
atau terdapat drainase persisten telinga. Lokasi perforasi menentukan waktu dan
frekuensi follow up. Perforasi pars tensa (bagian keras dari membran timpani) jarang
menimbulkan komplikasi. Pengecualian adalah perforasi pars tensa berlokasi di
annulus atau membran timpani. Perforasi di lokasi ini merupakan risiko
berkembangnya kolesteatoma di telinga tengah. Perforasi dalam pars flacida (bagian
tanpa lapisan tengah fibrosa) lebih sering berkaitan dengan komplikasi dan butuh
perawatan follow up lebih. 13

3.6 Penggunaan Grommet


3.6.1 Definisi
Suatu tindakan dimana tabung kecil dimasukkan/ditempatkan ke
dalam gendang telinga untuk menjaga telinga tengah tetap teraerasi untuk jangka
waktu lama, dan untuk akumulasi drainase cairan dari telinga tengah.12,14

3.6.2 Prinsip dan Prosedur Tindakan


Awalnya, serumen dibersihkan dari liang telinga untuk lapangan pandang
yang lebih baik sekaligus dapat memberikan gambaran respon dari penderita. Liang
telinga kemudian disterilkan dengan menggunakan alkohol 70% selama 1 menit,
setelah itu liang telinga dikeringkan dengan menggunakan penghisap (suction).
Setelah itu, dengan menggunakan miringotom, dilakukan insisi lurus melengkung
sekitar 2 mm pada pars tensa membran timpani. Insisi dibuat pada kuadran
anteroposterior atau posteriorinferior untuk menghindari trauma pada rangkaian

32
osikula. Secara teknis lebih mudah membuat insisi pada kuadran posteroinferior, dan
daerah ini juga kurang peka. Pisau tidak boleh dimasukkan lebih dari 2 mm guna
mencegah terkenanya dinding medial telinga tengah, yang dapat menimbulkan nyeri
dan perdarahan. Lebih jauh, dapat pula terbentuk celah atau tonjolan vena jugularis
ke dalam basis telinga tengah. Kerusakan fenestra rotundum dihindari dengan insisi
hanya melalui membran timpani dan membatasi kedalaman insisi.12,14
Setelah berhasil dilakukan insisi, hisap sekret yang keluar dari telinga tengah
sampai tidak ada yang tersisa. Hal ini dilanjutkan dengan pemberian antibiotik topikal
12
pada liang telinga.
Pada prinsipnya pemasangan grommet tube diawali dengan tindakan
miringotomi yang kemudian diikuti dengan insersi dari pipa grommet.12

3.6.3 Pasca Tindakan


Dilakukan follow up selama 4-6 Bulan tergantung dengan jenis tube yang
digunakan.12,14

3.7 Fistulektomi
3.7.1 Definisi
Fistulektomi adalah tindakan eksisi sederhana yaitu dengan membuat insisi
oval mengelilingi muara fistula kemudian dilakukan diseksi sampai ke cabang fistula
pada lapisan subkutan dengan tuntunan visual ataupun palpasi15

3.7.2 Prinsip dan Prosedur Tindakan


Operasi dilakukan dengan pendekatan supraaurikula dengan berdasarkan teori
yang menyatakan bahwa fistula hampir selalu melibatkan jaringan subkutan di antara
fasia temporalis dan perikondrium kartilago heliks. Tehnik insisi sama dengan tehnik
standar dimana insisi elips di sekitar muara fistula diperluas lebih tinggi ke atas ke

33
arah pre dan supraaurikula regio temporal . Dengan demikian lapangan operasi
menjadi lebih luas tanpa menimbulkan efek estetika yang merugikan.15

Gambar 3.8. Insisi kulit pre dan supraaurikula15

Diseksi dilanjutkan dengan mengidentifikasi fasia temporalis di medial dari


area fistula. Hanya fasia ini yang menunjukkan batas medial dan kedalaman dari
diseksi yang kemudian dilanjutkan sedikit ke arah lateral sampai mencapai kartilago
heliks . Pada level ini diseksi dilakukan di bawah lapisan perikondrium dan pada titik
maksimum penempelan fistula disarankan untuk mengeksisi sedikit bagian dari
kartilago. Operator selama diseksi tidak mengikuti percabangan fistula, tetapi harus
mengetahui ruangan tempat berkembangnya fistula, membuang seluruh lapisan
subkutan yang terbentuk diantara fasia temporalis dan perikondrium heliks.15

Gambar 3.9. Diseksi fasia temporalis

34
Gambar 3.10. Diseksi di bawah perikondrium15

Gambar 3.11. Eksisi komplit15

Pada waktu pembedahan eksisi komplit, harus diingat bahaya terkenanya


kelenjar parotis dan atau saraf fasialis. Keduanya harus benar-benar dapat
diidentifikasi. Sebelum melakukan pembedahan, sangat penting untuk mengetahui
letak anatomi perjalanan saraf fasialis terutama setelah keluar dari foramen
stilomastoideus.15

3.7.3 Pasca Tindakan


Pascaoperasi pasien tetap diberikan antibiotik cefotaxim 2x500mg, analgetik
asam mefenamat syrup, dan perawatan luka. Pada hari ke-7 jahitan dilepas sebagian
dan hari ke-8 jahitan dilepas semua . Terapi pulang pasien diberi antibiotik cefixime

35
2x50 mg, salep kulit antibiotik dan steroid serta edukasi kepada pasien dan orang tua
agar menjaga telinga anaknya dari sentuhan tangan.15

3.8 Mastoidektomi
3.8.1 Definisi
Mastoidektomi merupakan salah satu prosedur pembedahan yang mengangkat
bagian tulang mastoid yang terinfeksi saat terapi obat tidak lagi efektif.16

3.8.2 Prinsip dan Prosedur Tindakan


Mastoidektomi dilakukan dengan kondisi pasien di bawah pengaruh anestesi
sepenuhnya (anestesi umum). Terdapat beberapa jenis tipe prosedur mastoidektomi,
berdasarkan jumlah infeksi yang diderita:16
1. Mastoidektomi sederhana (tertutup). Operasi ini dilakukan melalui telinga
atau dengan pemotongan (insisi) di belakang telinga. Operator membuka
tulang mastoid dan mengangkat rongga udara yang terinfeksi. Membran
timpani diinsisi untuk membersihkan dan mengeringkan telinga tengah.
Antibiotik topikal kemudian dioleskan pada area telinga tersebut.
2. Mastoidektomi radikal. Prosedur ini mengangkat hampir seluruh tulang
mastoid dan biasanya dilakukan pada kolesteotoma dengan penyebaran yang
luas. Membran timpani dan struktur telinga tengah mungkin diangkat
seluruhnya. Biasanya, jika memungkinkan, tulang stapes dipertahankan untuk
membantu mempertahankan fungsi pendengaran.
3. Mastoidektomi radikal modifikasi. Pada prosedur ini, sebagian tulang telinga
tengah dipertahankan dan membran timpani dibuat kembali dengan
menggunakan prosedur timpanoplasti.

3.8.3 Pasca Tindakan


Selang drainase yang dipasang selama prosedur dilakukan biasanya dilepas
pada hari berikutnya atau dua hari kemudian.16

36
Biasanya dibutuhkan painkiller pada hari pertama hingga dua hari pasca
operasi. Setelah jahitan diangkat, pembalut luka mastoid yang besar dapat diganti
dengan pembalut yang lebih kecil jika telinga masih mengeluarkan cairan. Pasien
diberikan antibiotik selama beberapa hari.16
Selain itu, biasanya juga diberikan tampon di dalam kedua telinga (pada
permukaan membran timpani yang baru) dan juga di saluran telinga. Tampon ini
dipasang dengan periode yang berbeda, biasanya antara 1 hingga 6 minggu. Selama
periode ini, pasien harus menjaga lubang telinga agar tidak terkena air. Jika mandi
atau keramas, pasien disarankan untuk menggunakan cotton ball yang dilapisi dengan
vaselin. Pasien dapat keramas setelah 48 jam pasca operasi untuk membiarkan luka
insisi tetap kering selama periode tersebut.16
Pasien juga diedukasi untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika
ditemukan gejala-gejala seperti:16
1. Darah segar pada pembalut luka
2. Leher kaku atau disorientasi (yang mungkin merupakan tanda dari
meningitis)
3. Kelumpuhan pada wajah, mulut jatuh atau kesulitan untuk menelan

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD (Editor). Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher. Edisi 7. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2014.
2. Bansal M. Diseases of Ear, Nose, And Throat Head and Neck Surgery. 1
edition. New Delhi: Jaype Brothers Medical Publisher Private Limited; 2013.
3. Pirozzo, S., Papinczak, T., Glasziou, P., Whispered voice test for screening
for hearing impairment in adults and children: systematic review. NCBI.
v.327(7421). 2003
4. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012.
5. Putz R, Pabst R. Atlas of human anatomy Sobotta, 13rd Editon. Germany:
Urban & Fischer; 2001.
6. Matter F. Saladin: Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function.
Third Edition. New York: The McGraw−Hill Companies; 2003.
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2011.
8. Adams GL, Boies LR, Higler PH. Boies: Buku Ajar Penyakit THT (Boies
Fundamentals of Otolaryngology). Jakarta: EGC; 1997
9. Spalding, K. Guidelines and procedures for adult ear irrigation. NHS South
Gloucesteshire. 2012.
10. Schwartz, SR. Magit,E. Et al. Clinical Practice Guideline (update) : Earwax
(cerumen impaction). American academy of Ottolaryngology-Head and Neck
surgery.2017.
11. Imanto, M. Radang Telinga Luar. Jurnal Kesehatan. Fakultas Kedokteran ,
Universitas Lampung. 2015.
12. Reily, KB. Meyers, AD. Myringotomy. Article. E-medicine Medscape.
America. 2016.
13. Meyers, AD. Tympanoplasty. Article. E-medicine Medscape. America.2016

38
14. Rusli, RF, Anggaraeni, R. Dewi, YA. Boeseirie, SF. Pemasangan Grommet
Pada Pasien Otitis Media Efusi Dengan Riwayat Karsinoma Nasofaring.
Departemen THT-KL RSUP dr.Hasan Sadikin.Bandung.2015
15. Huang, WJ. Decision Making in the choice of surgical management for
preauricular sinuses with dferent severities. American academy of
Ottolaryngology-Head and Neck surgery.2017.
16. Issacson, B. Meyers, A. Mastoidectomy. Article. E-medicine Medscape.
America. 2016.

39

Anda mungkin juga menyukai