PENDAHULUAN
1.2 Anamnesis:
Keluhan Utama
Bayi dengan berat lahir rendah 2100 gram, persalinan spontan. Usia kehamilan
39-41 minggu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu baru mengetahui kehamilannya setelah usia kehamilan 1 minggu
(karena mengeluh terlambat haid 1 minggu) lalu segera periksa ke puskesmas dan
dinyatakan hamil 1 minggu. Setelah mengetahui kehamilannya, ibu rutin
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas tiap bulan, dan mengetahui bahwa
dalam pemeriksaan janin, didapatkan bayinya memiliki DJJ yang normal serta
dalam posisi yang normal pula. Ibu mengaku sebelumnya tidak pernah menderita
tekanan darah tinggi. Riwayat selama kehamilan ibu sering mengalami mual-
muntah, sehingga selera makan berkurang dan akhirnya makan ibu selama
kehamilan sedikit. Ibu tidak suka minum susu, sebelum hamilpun memang tidak
suka minum susu, jika minum susu terasa mual. Riwayat konsumsi jamu dan
alkohol tidak ada. Riwayat merokok juga tidak ada.
Saat persalinan, usia kehamilan baru menginjak 8 bulan. Pasien
merupakan anak ketiga, lahir spontan di Puskesmas Kampung baru ditolong oleh
Bidan kemudian di rujuk ke RSUD Luwuk. Pasien lahir kurang bulan dengan BB
2100 gram dan PB 43 cm. persalinan anak kedua memiliki riwayat BBLR.
2
Riwayat Persalinan Sekarang
Persalinan berlangsung spontan, dengan air ketuban warna putih keruh dan
cair, bayi ini lahir dengan berat 2100 gram dan panjang badan 43 cm.
Apgar Score :
APGAR MENIT KE 1 MENIT KE 5
Appearance (Warna Kulit) 2 2
Pulse (Laju Jantung) 2 2
Grimace (Refleks) - 2
Activity (Tonus Otot) 2 2
Respiration (Usaha Nafas) 2 2
Total 8 10
3
TOTAL 13
TOTAL 16
4
Kesimpulan klasifikasi bayi meurut Lubchenco : Bayi kurang bulan (BKB) Sesuai
untuk Masa Kehamilan
5
Telinga : othorea (-/-)
Mulut : anemis (-/-), sianosis(-/-).
Leher
Bentuk Normal
Thorax
Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi ( - )
Palpasi : Ictus Cordis teraba
Perkusi : sonor. Batas jantung normal.
Auskultasi : wheezing (-/-), ronki (-/-), bunyi jantung I & II normal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, simetris, datar
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : tympani (+)
Palpasi : nyeri tekan ( - ), organomegali ( - ).
Ekstremitas
akral hangat, CRT <2 detik
1.5 Diagnosis
BBLR, Bayi Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan.
1.6 Penatalaksanaan:
1. O2 0,5 – 2 L/i
2. IVFD D5% 6 TPM
3. Cefotaxime 2 x 100 mg IV
4. Gentamicin 2 x 6 mg IV
1.7 Anjuran
1. bersihkan tali pusat pagi dan sore
2. hangatkan bayi dalam inkubator
1.7 Prognosa
Dubia ad vitam
6
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
2. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir < 2500 gram.
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir <1500 gram.
Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir < 1000
gram.
7
a. Faktor ibu
1) Penyakit kehamilan
2) Ibu
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
dan mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. Aktivitas fisik yang
berlebihan menyebabkan penurunan daya tahan dan menambah
kerentanan pada bayi. Bayi yang tak di inginkan.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
8
4. komplikasi
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang
banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum
stabil (Surasmi, dkk., 2002).
a. termoregulasi
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya
lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan
panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,
sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat
yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh,
rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
b. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu
lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
c. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu.
Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan
seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
9
d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,
lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam
lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya
cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya
resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang
tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
e. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
f. Hipoglikemi
Asupan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar
gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi
juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stres dingin akan direspon
bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi
paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan
glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih
banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat
menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu
timbulnya hipoglikemi.
10
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stres fisik
maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008;
Pillitteri, 2003) :
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko
mengalami defisiensi surfaktan dan periodik apneu. Dalam kondisi seperti
ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan,
diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika
mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi
oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian
oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi
adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas
pada bayi distres sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan
proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan
metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu
suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori
minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam
kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984)
suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.
11
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya.
Pemancar pemanas
Ruangan yang hangat
Inkubator
c. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua
bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR
imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan dengan
penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
antara lain :
Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau
disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun
sarung tangan untuk mencegah penularan.
12
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70%
pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna
sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan
oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring
dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting
untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam
menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi
menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress
dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan
bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi
oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang,
nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi
prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang
dapat mempengaruhi pernafasan.
13
f. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian
, tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan
melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu,
observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas,
minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan
lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih
banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik
dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
Perawatan Metode Kangguru (PMK) akan memberikan rasa nyaman pada
bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress
pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan
gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam
unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan
volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan
stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara
dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau
bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan
rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena
selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut
punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
14
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan
membuat stres bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya
memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di
unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya.
Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi
bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi
memerlukan dukungan dari perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi
krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua
untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini
dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit
antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan
percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang dapat diberikan
perawat adalah dengan menginformasikan kepada orang tua mengenai
kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya
memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat
informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.
15
BAB III
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN
Bayi dengan berat lahir rendah Antropometri
dengan masa kehamilan pendek Berat badan lahir : 2100 gram
menurut kehamilannya mengalami Panjang badan lahir : 43 cm
retardasi pertumbuhan uteri disebut Lingkar kepala: 29 cm
juga sebagai kecil untuk masa Lingkar dada : 28 cm
kehamilan (IUGR/KMK/SGA). Symphysis kaki : 28 cm
IUGR dihubungkan dengan
Apgar Score
berbagai kondisi medis yang dapat
1 Menit : 9
mengganggu sirkulasi dan efisiensi
5 Menit : 10
dari plasenta, dengan pertumbuhan dan
perkembangan janin, serta dengan
Bayi sempat mengalami asfiksia dan
keadaan kesehatan dan nutrisi ibu hiperbilirubin
secara umum.
Terdapat dua tipe penurunan
Pemeriksaan fisik lain dalam
pertumbuhan pada IUGR, yaitu :
batas normal.
1.) Simetrik : lingkar kepala, lengan
dan berat terkena efek yang seimbang,
16
relatif proporsional
2.) Asimetrik : dimana biasanya
terdapat perbedaan relatif pada
pertumbuhan lingkar kepala
IUGR simetrik biasanya
memiliki onset yang lebih dini, dan
dikaitkan dengan berbagai penyakit
yang mempengaruhi jumlah sel janin,
kondisi-kondisi yang lebih berkaitan
dengan kelainan kromosom dan
malformasi genetik. Jika gangguan
terjadi di pada awal kehamilan tampak
pertumbuhan otak dan tulang rangka
pun terganggu.
Sedangkan IUGR asimetrik,
lebih sering terjadi belakangan,
dikaitkan dengan nutrisi ibu yang
buruk, atau pada onset belakangan dari
atau eksaserbasi dari penyakit-penyakit
vaskuler ibu seperti hipertensi kronik
maupun pre-eklampsia dan eklampsia.
Jika gangguan terjadi di akhir
kehamilan, pertumbuhan jantung, otak,
dan tulang rangka tampak paling
sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran
hati, limpa, timus sangat berkurang
Bila dibandingkan dengan bayi
prematur dan sesuai masa kehamilan
(SMK), bayi dengan IUGR memiliki
berat yang lebih rendah dan biasanya
memiliki kepala yang secara
disproporsional lebih besar
17
dibandingkan ukuran tubuhnya; kedua
kelompok ini sama-sama memiliki
sedikit lemak subkutaneus.
Masalah yang sering muncul
pada bayi-bayi yang mengalami IUGR
antara lain asfiksia perinatal dan
hipoglikemia. Asfiksia perinatal
muncul dikarenakan turunnya perfusi
uteroplasenta selama persalinan
hipoksia-asidosis kronis; sindrom
aspirasi mekonium. Hipoglikemi
terjadi karena menurunnya simpanan
glikogen jaringan, menurunkan
glukoneogenesis, terjadi
hiperinsulinemia, kebutuhan glukosa
pada hipoksia meningkat.
Hipoglikemia simtomatis neonatal
dapat ditemui pada 15% bayi kecil
masa kehamilan asimetris.
DIAGNOSIS
Klasifikasi bayi berdasar berat lahir : Bayi kurang bulan – sesuai masa
- Normal : 2500-4000 gram kehamilan (BBLR)
- Bayi berat lahir rendah : 1500-
2499 gram
- Bayi berat lahir sangat rendah :
1000-1499 gram
- Extreme low birth weight :
<1000 gram
Klasifikasi bayi berdasarkan masa
gestasi :
- Bayi kurang bulan : Bayi
18
dilahirkan dengan masa gestasi <
37 minggu
- Bayi cukup bulan : Bayi
dilahirkan dengan masa gestasi
37-42 minggu
- Bayi lebih bulan : Bayi
dilahirkan dengan masa gestasi
> 42 minggu
Klasifikasi bayi menurut grafik
Lubchenco :
- Bayi Kecil untuk Masa
Kehamilan : Bayi dilahirkan
dengan berat lahir <10 persentil
menurut grafik Lubchenco
- Bayi Besar untuk Masa
Kehamilan : Bayi dilahirkan
dengan berat lahir >10 persentil
menurut grafik Lubchenco
PB (cm)3
19
Untuk menegakkan diagnosis bayi
prematur dan BBLR didapatkan dari:
Anamnesis
Usia ibu saat mengandung
HPHT
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran
sebelumnya
Kenaikan BB selama hamil
Aktivitas, penyakit dan obat-
obatan yang diminum selama
hamil.
Pemeriksaan Fisik
BB lahir < 2500 gram
Tanda prematuritas (bila bayi
kurang bulan)
Tanda bayi cukup bulan atau
lebih bulan (bila bayi kecil
untuk masa kehamilan)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan skor Ballard
Tes kocok (shake test) untuk
bayi kurang bulan
Darah rutin dan glukosa darah
Bila perlu dan bila ada fasilitas
dapat diperiksakan elektrolit dan
analisa gas darah
Foto rongten dada untuk bayi
baru lahir yang kurang bulan
dengan gangguan napas
USG kepala terutama pada bayi dengan
20
umur kehamilan < 35 minggu, dimulai
pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai
hasil yang didapat (Pudjiadi & al, 2009)
PENATALAKSANAAN
21
Penatalaksanaan tambahan meliputi :
(1) kontrol suhu dan monitoring
denyut jantung dan pernapasan; hal ini
bisa dilakukan dengan inkubator dan
mempertahankan suhu tubuh bayi di
kisaran 36,5-370C dan kelembaban 40-
60%
(2) Terapi oksigen ; Pemberian
oksigen haruslah diseimbangkan antara
mencegah resiko hipoksia dan
insufisiensi sirkulatorik dengan resiko
hiperoksia pada mata dan paru-paru.
Oksigen haruslah diberikan melalui
masker, nasal kanul, CPAP, atau ETT
untuk mempertahankan kestabilan
konsentrasi oksigen. Konsentrasinya
sendiri diatur berdasar tekanan oksigen
dari darah arteri (Pao2) atau metode
non invasif seperti continuous pulse
oximetry. Analisa gas darah kapiler
tidak cukup untuk memperkirakan
leveloksigen arteri
(3) Perhatian khusus kepada cara
pemberian makan serta penanganan
terhadap resiko infeksi ;
- Slang OGT diberikan karena
refleks menghisap dan menelan
yang belum sempurna
- Ampicillin 50mg/kgbb/hari dan
gentamicin dosis mulai 5
mg/kgBB/hari
- Pemberian ASI diberikan setelah
22
dipastikan tidak ada
kontaraindikasi, dan dipastikan
lewat bising usus. Pada bayi dengan
berat 1500 gram ke atas, dimulai
pada 20-25 mL/kg/24 jam dan
diberikan secara bolus tiap 3 jam.
Volume tidak boleh melebihi 20
mL/kg/24 jam.
Pada beberapa bayi dapat
mengalami periode apneu yang cukup
lama yang bisa menyebabkan sianosis
sentral atau frekuensi jantung
<80x/menit. Untuk bayi sangat kecil
serangan apneu bisa menetap bahkan
setelah pertolongan awal telah
dilakukan (rangsangan pernafasan
manual, resusitasi dengan balon
sungkup) dan infeksi berat telah
teratasi, jika teofilin tidak tersedia atau
pemberian oral belum memungkinkan,
bisa diberikan Aminofilin dosis awal 6
mg/kg IV diteruskan 2 mg/kg IV tiap 8
jam selama 7 hari.
Tidak ada keraguan pemberian
terapi dextrose intravena jika
ditemukan kadar glukosa rendah pada
bayi. Bolus glukosa 10% IV 200
mg/kg (2 ml/kg) efektif untuk
menaikkan kadar glukosa darah. Pasca
terapi pertama harus diberikan infus
glukosa 8 mg/kg/menit. Jika
hipoglikemia terjadi lagi, kecepatan
23
infus harus ditambah lagi
menggunakann glukosa 15-20%
24
BAB IV
KESIMPULAN
25