Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

“INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD)”

Oleh:
dr.David M. Toding
Pembimbing:
dr. Nurhayati Kasim
PENDAHULUAN
 WHO dan American College of Obstetricians and
Gynecologist menyatakan Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
adalah kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau
lebih.1,2,3

 Angka kematian janin termasuk dalam angka kematian


perinatal yang digunakan sebagai ukuran dalam menilai
kualitas pengawasan antenatal. Angka kematian perinatal di
Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada
survei yang menyeluruh.

 Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial baik


dari faktor fetal, maternal, plasenta maupun iatrogenik dengan
25 – 35 % kasus tidak diketahui penyebabnya1,2,3
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

 WHO dan American College of Obstetricians and


Gynecologist (1995) menyatakan Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ialah
kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau lebih

Menurut United States National Center for Health Statistic :


Early Fetal Death
Intermediate Fetal Death
Late Fetal Death
...
 Epidemiologi

 Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui


dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh.
Etiologi
Pada 25 – 60 % kasus penyebab kematian janin dalam kandungan tidak
jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologik plasenta.

 Faktor Maternal :
Post term ( > 42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol,
sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklampsia,
eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura
uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu.

 Faktor Fetal
Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan kongenital, kelainan
genetik, infeksi.

 Faktor Plasenta
Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuba pecah dini, vasa previa.

Faktor Risiko

 Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko 40-50% lebih tinggi


akan terjadinya IUFD dibandingkan dengan wanita pada usia 20-
29 tahun.

 Merokok selama kehamilan berhubungan dengan sejumlah risiko


kematian fetal.

 Faktor sosial seperti status sosioekonomi dan edukasi juga


mempengaruhi risiko terjadinya IUFD
Klasifikasi
Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian
janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: 1

1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20


minggu penuh (early fetal death)

2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu


(intermediate fetal death)

3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu


(late fetal death)

4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada


ketiga golongan di atas.


Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan
sebagai berikut :

1. Rigor mortis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam) :

kulit kemerahan ‘setengah matang’

3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam) :

Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian
menjadi merah dan mulai mengelupas.

4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari) :

kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga toraks dan abdomen. Lepuh-
lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat.

5. Maserasi grade III (durasi >8 hari)

Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi mumifikasi. Badan janin
sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem
dibawah kulit.
DIAGNOSIS

1. Anamnesis

2. Inspeksi

3. Palpasi

4. Auskultasi

5. Rontgen foto abdomen

6. Ultrasonografi
Komplikasi

 Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun


keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan
berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi.
Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu.
Penatalaksanaan

 Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat


janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis
sebelumnya sehingga tidak diobati.

 Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematia janin setelah 5 hari.


Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna
vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

 USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan


kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan,
tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban
berkurang.

 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien


selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar
dapat lahir pervaginam.

 cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.

 Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan


hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi
 Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan
spontan, lakukan penanganan aktif.
 Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu
1. Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.
2. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks
dengan prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan
jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
3. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif
terakhir
 Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit
menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan
misoprostol:
1. Tempatkan misoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat
diulang sesudah 6 jam
2. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol,
naikkan dosis menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan
lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.
 Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
 Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau
bekuan mudah pecah, waspada koagulopati

 Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk


melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang
meninggal tersebut.

 Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk


mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi .
Pencegahan

upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah


atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin
menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras,
perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan
adanya solutio plasenta. Pada gemeli dengan T+T (twin to
twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi
pembuluh anastomosis
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

 Nama : Ny. D

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Umur : 21 Tahun

 Tempat Tanggal Lahir : Malang, 8 Juni 1998

 Pendidikan : SMA

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Agama : Islam

 Suku/bangsa : Indonesia

 Alamat : Biak

 Tgl. Masuk RS : 28 Agustus 2019


Anamnesis

 Keluhan Utama
Gerakan janin sudah tidak terasa sejak 7 hari SMRS

 Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien dengan G1P0A0 datang melalui Poli KIA RSUD Luwuk dengan
keluhan gerakan janin sudah tidak terasa sejak 7 hari SMRS. Pada 7 hari
lalu awalnya pasien sudah merasakan tidak adanya pergerakan janin
namun masih dibiarkan dengan anggapan bahwa ini merupakan hal yang
biasa terjadi. Akhirnya pasien memutuskan ke RS Untuk memeriksakan
kehamilannya ketika perubahan tidak terjadi setelah beberpa hari. Pasien
menyangkal adanya mules-mules, keluar lendir darah dan keluar air-air dari
kemaluan. Pasien juga menyangkal ada riwayat trauma.
 Riwayat pemeriksaan kehamilan

Pasien tidak pernah memeriksakan kehamilannya baik di


Puskesmas maupun di fasilitas kesehatan lainnya.

 Riwayat menstruasi

Haid pertama kali pada umur 13 thn, lama 5-7 hari, siklus haid 28
hari, teratur, banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan
nyeri yang hebat selama haid. Hari Pertama Haid Terakhir, 21 Februari
2019. Haid terakhir selama 5-7 hari banyaknya 2-3 pembalut, tidak
nyeri.

 Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali, pada bulan September 2018.

 Riwayat kehamilan dan persalinan : G1P0A0

Hamil Sekarang
 Riwayat KB : Belum pernah

 Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis disangkal. Riwayat


asthma, dan alergi makanan maupun obat-obatan disangkal. Pasien
belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Belum pernah
mendapat tindakan operasi sebelumnya.

 Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis di keluarga disangkal.
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan di keluarga disangkal, riwayat asthma
di keluarga disangkal. Riwayat kehamilan kembar dalam keluarga disangkal.

 10. Riwayat Kebiasaan


 Pasien tidak merokok. Kebiasaan minum alkohol dan penggunaan obat-obatan
tertentu disangkal
Pemeriksaan Fisik
.....
 Status Obstretikus
 Pemeriksaan luar

 Inspeksi : tampak perut cembung


 Palpasi : Leopold 1 : TFU 2 jari bawah pusat

Leopold 2 :

Leopold 3 : Tidak teraba jelas

Leopold 4 :

 Kontraksi/ his (-),


 Auskultasi : Denyut jantung janin (-) tidak terdengar via doppler

 Pemeriksaan dalam
 Vaginal Toucher: dinding vagina tidak ada kelainan, pembukaan tidak ada, portio
tebal lunak, arah posterior, ketuban (-),

 Taksiran berat janin : -


 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan lab
 Hb : 11,1 gr/dl
 Leukosit : 10.500 /UL

 Trombosit : 231.000 /UL


 Hematokrit: 36,6 %
 GDS : 88 mg/dl

 HbsAg : Non-Reaktif
Diagnosis
 G1P0A0 gravid 24 minggu dengan IUFD, janin tunggal presentasi
kepala, belum inpartu.
Prognosis
 Ibu : Dubia ad Bonam
 Janin : Dubia ad Malam

Penatalaksanaan
 Observasi kemajuan persalinan dan His
 Pematangan serviks pasang kateter Foley dan misoprostol 1
tablet pervaginam/6 jam dan dilanjut dengan induksi persalinan
 Rencana partus pervaginam
 Terapi: - IVFD Dextrose 5% + oxytocin ½ ampul mulai dari 8 tetes
per menit sampai, naikan 4 tetes/menit tiap 30 menit sampai his
adekuat (maximal sampai 40 tetes/menit)
ANALISA KASUS
 Pada kasus ini Ny. D, 18 tahun dengan diagnosa kematian janin
intrauterin atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Dalam kasus ini,
diagnosis Intra Uterine Fetal Death (IUFD) ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
disesuaikan dengan literatur.

 Dari anamnesis, pasien ini tidak melakukan pemeriksaan kehamilan


(antenatal care) secara rutin. Pemeriksaan kehamilan ini tidak sesuai
dengan prosedur frekuensi kunjungan antenatal care, yaitu :

 Usia kehamilan – 28 minggu : 1x / 4 minggu

28 – 36 minggu : 1x / 2 minggu

36 minggu – persalinan : 1x/ 1 minggu


 Pasien dengan G1P0A0 Hamil 24 minggu datang ke
Rumah Sakit dengan kecurigaan IUFD karena gerakan janin
tidak dirasakan ibu 7 hari SMRS. Keadaan ini sesuai dengan
salah satu dasar diagnosis IUFD yang bersifat subjektif. Pasien
menyangkal merasa mules, keluar lendir darah dari
kemaluannya, hal ini menjelaskan bahwa pada pasien ini belum
ada tanda – tanda inpartu. Tanda-tanda inpartu ialah mules-
mules (his) yang teratur, bloody show (lendir darah), serta
pembukaan dan penipisan serviks.
 Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, riwayat penyakit
sistemik, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini. Pasien
juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol,
merokok, dan minum obat- obatan lama. Pasien juga tidak
memiliki binatang peliharaan. Usia kehamilan pada pasien
ini sesuai dengan kehamilan 24 minggu berdasarkan hari
pertama haid terakhir pasien.
 Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi
menjelaskan tanda- tanda kehamilan pada pasien ini sesuai dengan
masa kehamilan. Ukuran tinggi fundus uteri yang berkurang dari usia
kehamilan tidak ditemukan dalam kasus ini mengingat kematian janin
baru berlangsung 7 hari sebelum ke rumah sakit. Pada palpasi, gerak
janin (-), dan pada auskultasi dengan pemeriksaan Doppler tidak
terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut membuktikan adanya
kematian janin intra uterin. Janin IUFD, letak memanjang dengan
presentasi kepala, kepala janin belum masuk pintu atas panggul.
 Pada pemeriksaan laboratorium,
didapatkan pemeriksaan darah dan urine dalam batas
normal pada wanita dengan kehamilan. Pada
pemeriksaan USG, didapatkan kesan janin IUFD,
disertai dengan deskripsi yang menjadi dasar diagnosis
IUFD, seperti tidak adanya gerakan janin dan DJJ (-),
sehingga dapat ditegakkan diagnosis IUFD dengan
pasti.
Penyebab IUFD pada pasien
ini ?
 Faktor Maternal
 Faktor Fetal
 Faktor Plasental
 Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan
literatur, yaitu dilakukan dengan penanganan aktif.
Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih
melalui induksi persalinan pervaginam. Penanganan
secara aktif pada pasien ini juga sudah sesuai dengan
prosedur yang seharusnya. Komplikasi IUFD lebih dari
6 minggu akan mengakibatkan gangguan pembekuan
darah, infeksi dan berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa ibu. Pasien datang dengan
keadaan belum inpartu dan servik belum matang,
maka dilakukan induksi pesalinan.
 Pada pasien ini diteruskan proses induksi
dengan misoprostol. Tindakan induksi dengan
penggunakan prostaglandin sintetis ini menurut
kepustakaan sangat efektif dalam memacu
pematangan servik dan menginduksi persalinan.
ACOG sendiri merekomendasikan penggunaan
misoprostol intravaginal pada dosis 25 mikrogram atau
¼ tablet (100 mg). Aplikasi ini dapat menekan
kebutuhan oksitosin, mencapai persalinan pervaginam
lebih cepat dalam waktu 24 jam setelah induksi dan
menekan interval induksi – persalinan.
 Selain induksi, augmentasi juga diaplikasikan
pada pasien ini. Augmentasi diberikan dengan harapan
akan terbentuknya HIS yang adekuat.
 Penyebab kematian pada janin dalam kasus
ini, kemungkinan besar akibat dari faktor janin, yaitu
hidrops fetalis yaitu karena terjadi pengumpulan cairan
abnormal pada rongga tubuh janin
 Edukasi pada pasien ini :
 penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan
yang lebih baik dan teratur apabila berniat untuk memiliki
anak lagi.
 Memberikan dukungan psikologis agar pasien tidak
terganggu akibat kematian janin yang dialaminya saat ini,
dan menyarankan kepada keluarga pasien untuk
memberikan dukungan yang besar untuk ibu.
 Menjelaskan pentingnya keluarga berencana agar
kehamilan resiko tinggi dapat dihindari


 Winknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi III,cetakan lima. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 1999.
357-8, 785-790.

 Cunningham, FG. Williams Obstetrics 21 st Edition. McGraw Hill.USA.


1073-1078, 1390-94, 1475-77

 De Cherney, Alan. Nathan,Lauren. Current. Obstetry &


Gynecology.LANGE. Diagnosis and Treatment. Page 173-4, 201

 Scott, James. Disaia, Philip. Hammond, B. charles, Danforth Buku Saku


Obstetri dan Ginekologi. Cetakan pertama, Jakarta ; Widya Medika, 2002.

 Ultrasonography in Obstetry and Gynecology. Fifth Edition. Saunders


Elsevier. Page 747.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai