DIagnosis
Diagnosis pasti TBC seperti lazimnya penyakit menular yang lain adalah dengan
menemukan kuman penyebab TBC yaitu kuman Mycobacterium Tuberculosis pada pemeriksaan
sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan (Kemenkes RI,
2013). Diagnosis tuberkulosis ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan, pemeriksaan
fisik, rontgen dada, usap BTA, kultur sputum, dan tes kulit tuberkulin (Smeltzer & Bare, 2002).
PP:
a. Sewaktu (S): pengambilan dahak saat penderita pertama kali berkunjung ke tempat
pengobatan dan dicurigai menderita TBC.
b. Pagi (P): pengambilan dahak pada keesokan harinya, yaitu pada pagi hari segera
setelah bangun tidur.
c. Sewaktu (S): pengambilan dahak saat penderita mengantarkan dahak pagi ke tempat
pengobatan.
TBC anak adalah penyakit TBC yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Diagnosis paling tepat adalah
dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil 19 dari penderita. Tetapi pada anak hal ini
sangat sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran
klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Selain melihat gejala umum TBC anak, seorang anak
harus dicurigai menderita tuberkulosis bila mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita
TBC BTA positif dan terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari) (Depkes RI,
2008)
a. Uji Tuberkulin (Mantoux) Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (pernyuntikan
intrakutan) dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Pembacaan dilakukan 48-72
jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang terjadi. Ukuran
dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm (pada gizi baik ),
atau >5 mm pada gizi buruk. Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC
dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Namun uji tuberkulin dapat negatif pada anak
TBC dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat pemberian imunosupresif, dll). Jika
uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang (Depkes RI, 2008).
b. Reaksi Cepat BCG Saat penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi
Mycobacterium tubercolosis (Depkes RI, 2008).
c. Foto Rontgen dada Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto
biasanya sulit, harus hati-hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling
mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesar kelenjar hilus atau kelenjar
paratrakeal. Gejala lain dari foto rontgen yang mencurigai TBC adalah milier,
atelektasis/kolaps konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal,
konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas,
destroyed lung. Bila ada diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus
dicurigai TBC. Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA (postero-anterior) dan lateral,
tetapi kalau tidak mungkin PA saja (Depkes RI, 2008).
d. Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung
pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama. Cara baru untuk
mendeteksi kuman TBC dengan cara Polymery Chain Reaction (PCR) atau Bactec masih
belum dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga pemeriksaan serologis seperti
Elisa, Pap, Mycodot dan lain-lain masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk
pemakaian dalam klinis praktis (Depkes RI, 2008).
e. Diagnosis TB anak dengan Sistem Skoring Pada waktu menegakkan diagnosis TBC anak,
semua prosedur diagnostik dapat dikerjakan, namun apabila dijumpai keterbatasan sarana
diagnostik yang tersedia, dapat menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai
sistem skoring. Penilaian/pembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai
berikut: parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TBC menular mempunyai
nilai tertinggi yaitu 3, uji tuberkulin bukan merupakan uji penentu utama untuk
menegakkan diagnosis TB pada anak dengan menggunakan sistem skoring, pasien dengan
jumlah skor ≥6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT. Diagnosis TB
Anak ditegakkan oleh Dokter. Jika dijumpai skrofulderma, maka langsung didiagnosis TBC.
Setelah dinyatakan sebagai pasien TBC anak dan diberikan pengobatan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara cermat terhadap
respon klinis pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan baik, maka OAT dapat
dilanjutkan sedangkan apabila didapatkan respons klinis tidak baik maka sebaiknya pasien
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut