Tetanus
Tetanus adalah infeksi bakterial serius yang mengenai sistem syaraf dan
menyebabkan otot di tubuh menjadi kaku. Tetanus sering disebut dengan
lockjaw (dagu terkunci) karena infeksi sering menyebabkan gangguan
kekakuan kotraksi otot di leher dan dagu (mandibula). Meskipun demikian,
infeksi ini dapat menyebar ke bagian lain tubuh anda. Infeksi ini dapat
mengancam jiwa apabila tidak diobati dengan baik.
Tatalaksana
Pengobatan dan terapi bergantung dari derajat keparahan pasien infeksi
ini biasanya diobati dengan berbagai terapi dan pengobatan, seperti :
2. HIV AIDS
Belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan
yang bisa memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa
membuat orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani
pola hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat yang dikombinasikan
untuk mengendalikan virus.
Obat-obatan Darurat Awal HIV
Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu
3x24 jam, obat anti HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini
bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di Indonesia dikenal sebagai
profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang
bertujuan mencegah daripada mengobati.
Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan
(terpapar) terhadap virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah
pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan, maka lebih baik.
Jika hasil tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini
seharusnya disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter. Mereka
akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana
menghadapi situasi yang terjadi saat itu.
Obat-obatan Antiretroviral
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati
infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat
pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu
golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan diberikan
pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan
HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu
kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV
lainnya.
Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV bisa
menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu
konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.
Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak memberi ASI
kepada bayinya. Virus bisa menular melalui proses menyusui. Jika Anda
adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada dokter
sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV.
3. Tension Headache
Tension type headache (TTH) adalah keluhan nyeri kepala yang paling sering
ditemui dalam praktek sehari-hari. Nyeri kepala jenis ini sering dikaitkan
dengan stress dan dikeluhkan menahun. Nyeri kepala jenis TTH memiliki
karakteristik bilateral, terasa seperti tertekan atau diikat dengan intensitas
ringan atau sedang. Mual muntah (-), fonofobia (+) dan fotofobia (+).
Tatalaksana
Pada TTH akut, terapi Analgetik tidak boleh diberikan lebih dari 2
hari/minggu
1. Aspirin 1000 mg/hari
2. Antiansietas: Benzodiazepin
Terapi non-farmakologis dapat diberikan untuk membantu mengontrol nyeri
1. Kontrol diet
3. Terapi perilaku
5. Migrain
Dikenal sebagai tatalaksana akut atau abortif. Terapi ini dapat diberikan
pada saat serangan dan bertujuan untuk mengurangi nyeri kepala dan
gejala yang menyertai migraine. Obat yang dapat diberikan antara lain:
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (Non Steroid Anti Inflammation Drugs /
NSAID)
NSAID secara umum dapat digunakan sebagai terapi abortif pada nyeri
kepala ringan hingga sedang. Beberapa jenis NSAID, seperti ketorolac dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri kepala berat. Contoh obat NSAID yang
dapat digunakan antara lain:
Ibuprofen dengan dosis 400-800mg per oral dapat diberikan per 6 jam
Ketorolac dengan dosis 30 mg dosis tunggal intravena atau 30 mg per 6 jam
tidak lebih dari 120mg/hari
Ketoprofen dengan dosis 50 mg per oral dapat diberikan per 6 jam
Serotonin 5-HT-Receptor Agonist (Triptans)
Triptans digunakan sebagai terapi abortif pada nyeri kepala sedang hingga
berat. Triptans bekerja dengan menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh
darah, menghambat pelepasan neuropeptida dan mengurangi transmisi
nyeri pada jalur trigeminal. Triptans memiliki sediaan oral, spray nasal dan
injeksi. Efek samping pemberian triptan dapat menyebabkan mual muntah,
pusing, asthenia, somnolen, nyeri kepala semakin berat, dan kekakuan pada
rahang. Sedian triptans antara lain :
Sumatriptan dapat diberikan secara oral, spray nasal atau injeksi subkutan.
Pemberian oral dapat dengan dosis 50-100 mg dan dapat diulang 2 jam lagi
jika migraine muncul kembali. Dosis maksimal hingga 300 mg per hari.
Dosis spray nasal sebesar 20 mg pada salah satu lubang hidung, dapat
diulang 2 jam setelah dosis pertama dengan dosis maksimal 40mg per hari.
Dosis injeksi subkutan sebesar 6 mg dan dapat diulang setidaknya 1 jam
setelah pemberian pertama, dengan dosis maksimal hingga 12 mg per hari
Naratriptan memiliki biovailabilitas dan waktu paruh yang lebih lama
dibandingkan sumatriptan. Hal ini menyebabkan Naratriptan memiliki angka
rekurens nyeri kepala yang lebih rendah, sehingga baik digunakan untuk
migraine dengan nyeri yang terus menerus seperti migraine menstrual.
Rizatriptan memiliki waktu kerja yang cepat (30 menit) dan efeknya
mencapai 71% dalam 2 jam. Merupakan golongan triptan dengan onset
kerja yang paling cepat
Ergot alkaloid
Turunan ergot merupakan golongan nonselektif 5-HT1 reseptor agonis.
Dapat digunakan untuk nyeri kepala sedang hingga berat. Ergot
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah kranial dan perifer. Sediaan
ergot dalam bentuk ergotamine tartate, dengan dosis pemberian secara
sublingual 2 mg pada saat onset serangan dan dapat diberikan 2 mg setiap
30 menit. Dosis maksimal 6 mg per 24 jam. Ergotamine dapat memperberat
mual dan muntah yang disebabkan oleh migraine. Sehingga diperlukan
pengawasan setelah pemberian ergotamine.
Opioid
Pemberian kombinasi dengan kodein dapat membantu mengurangi nyeri
kepala. Dosis oral dapat diberikan sebesar 30-60 mg per 6 jam dengan dosis
maksimal hingga 360 mg perhari.
Obat Mual Dan Muntah
Antiemetik biasa diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah yang
timbul saat migraine. Obat antiemetik yang bisa diberikan antara lain
metoclopramide, ondancetron, domperidone atau chlorpromazine.
Metoclopramide dapat diberikan dengan dosis 10-20mg per oral, atau 10 mg
melalu intravena. Domperidone dapat diberikan secara oral dengan dosis 20-
30 mg.
Terapi Profilaksis
6. Bell’s Palsey
Bell’s palsy adalah kelemahan saraf perifer akut dan idiopatik pada nervus
facialis yang mempersarafi semua otot mimik wajah. Nervus facialis juga
mengandung jaras parasimpatis ke glandula lacrimalis dan salivarius, serta
beberapa jaras sensorik yang mempersarafi sensasi kecap di dua pertiga
anterior lidah.
Tatalaksana
2. Medikamentosa
c. Perawatan mata:
· Air mata buatan: digunakan selama masa sadar untuk menggantikan
lakrimasi yang hilang.
3. Fisioterapi
4. Operasi
KOMPLIKASI
Yaitu keluarnya air mata pada saat penderita makan makanan. Ini timbul
beberapa bulan setelah terjadi paresis dan terjadinya akibat dari regenerasi
yang salah dari serabut otonom yang seharusnya ke kelenjar saliva tetapi
menuju ke kelenjar lakrimalis. Lokasi lesi di sekitar ganglion genikulatum.
2. Synkinesis
Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri.
selalu timbul gerakan bersama. Misal bila pasien disuruh memejamkan
mata, maka akan timbul gerakan (involunter) elevasi sudut mulut,kontraksi
platisma, atau berkerutnya dahi. Penyebabnya adalah innervasi yang salah,
serabut saraf yang mengalami regenerasi bersambung dengan serabut-
serabut otot yang salah.
Timbul “kedutan” pada wajah (otot wajah bergerak secara spontan dan tidak
terkendali) dan juga spasme otot wajah, biasanya ringan. Pada stadium awal
hanya mengenai satu sisi wajah saja, tetapi kemudian dapat mengenai pada
sisi lainnya. Kelelahan dan kelainan psikis dapat memperberat spasme ini.
Komplikasi ini terjadi bila penyembuhan tidak sempurna, yang timbul dalam
beberapa bulan atau 1-2 tahun kemudian.