Anda di halaman 1dari 34

KONSEP BERMAIN PADA ANAK

KONSEP BERMAIN PADA ANAK


Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-
kata, belajar memnyesuaikan diri dgn ling, melakukan apa yg dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadarinya .
(Miller dan Keong, 1983).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan.
(Foster, 1989).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah


“” Kegiatan yang tdk dpt dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari krn bermain sama
dgn berja pada org dewasa, yg dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dgn
ling, menyesuaikan diri dgn ling, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan
mental serta sosial anak.””

FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan sensorik motorik
Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik mrpk komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi thp segala sesuatu yg ada di ling sekitarnya,
terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.
3. Perkembangan sosial.
Perkbg sosial ditandai dgnkemampuan berinteraksi dgn lingkungannya.
Bermain dgn orla akan membantu anak utk mengembangkan hub sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hub tersebut.Anak belajar berinteraksi dgn teman, memahami
bahasa lawan bicara, dan belajar ttg nilai sosial yang ada pd kelompok.
4. Perkbg kreatifitas
Kemampuan utk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dlm bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya.
5. Perkembangan kesadaran diri.
Anak akan mengembangkan kemampuannya dlm mengatur t.l.
Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dgn orla dan menguji
kemampuannya dgn mencoba peran baru dan mengetahui dampak t.l terhadap orla.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari ling, terutama dari ortu dan guru.
Anak akan mendapatkan kesempatan utk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima
di ling dan dpt menyesuaikan diri dgn aturan yg ada dikelompoknya.
Anak belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yg akan dilakukan.
7. Terapi
Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yg sangat tidak
menyenangkan, seperti marah,takut,cemas, sedih
dan nyeri, sehinggaanak –anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya dlm bentuk
permainan.

TUJUAN BERMAIN
1. Untuk melanjutkan tukem yg normal pada saat sakit .
2. Mengekspresikan perasaan , keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.

FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN
1.Tahap perkembangan anak
Perawat hrs mengetahui dan memberikan jenis permainan yg tepat utk setiap tahapan
pertumb dan perkem anak.
2. Status kesehatan anak
Perawat hrs mengetahui kondisi ana pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yg
dapat dilakukan anak sesuai dgn prisnsip bermain pd anak yg sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan.
Ada pendapat ygdiyakini bahwa permainan adl salah satu alat
mengenal identitas dirinya.
4. Ling yang mendukung
Ling yg cukup luas utk bermain memungkinkan ana mempunyai cukup ruang utk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dgn tahapan tukem anak
Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.

KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut isinya
 Sosial affective play : hub interpersonal yg menyenangkan antara anak dgn orla
(EX : ciluk-baa).
 Sense of pleasure play : permaianan yg sifatnya memberikan kesenangan pada
anak (EX : main air dan pasir).
 Skiil play : permainan yg sifatnya memberikan keterampilan pada anak (EX: naik
sepeda).
 Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat).
 Games : permaianan yg menggunakan alat tertentu yg menggunakan perhitungan /
skor (EX : ular tangga).
 Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi
situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yg digunakan sebagai alat permainan(EX :
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
b. Karakter sosial
 Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yg sedang bermain, tanpa ada
inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm permainan(EX : Congklak).
 Solitary play : anak tampak berada dlm klp permaianan, tetapi anak bermain
sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya.
 Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yg sama, tetapi antara satu anak
dgn anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dgn lainya
tida ada sosialisasi.
 Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
 dan tujuan permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak).
 Cooperative play : aturan permainan dlm klp tampak lebih jelas pada permaiann
jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).
BENTUK-BENTUK PERMAIANAN BERDASARKAN KELOMPOK USIA
a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
- Visual :dpt melihat dgn jarak dekat
- Audio : berbicara dgn bayi
- Taktil : memeluk, menggendong
- Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
b. Umur 2-3 bln
- Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruang yang berbeda .
- Audio :berbicara dgn bayi,memyanyi
- Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
c. Umur 4-6 bln
- Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nontong TV.
- Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
- Kinetik : bantu bayitengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
- Taktil : memberikan bayi bermain air.
d. Umur 7-9 bln
- Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dgn kaca serta berbicara sendiri.
- Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yg diucapkan seperti mama,papa.
- Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
e. Umur 10-12 bln
- Visual : Memperlihatkan gambar terang dlm buku.
- Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya.
- Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan
angin.
- Kinetik : memberikan anak mainan besar yg dapat ditarik atau didorong, seperti sepeda
atau kereta.
- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
f. Umur 2-3 tahun
- Paralel play dan sollatary play
- Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
merusak mainan)
- Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
g. Preschool 3-5 thn
- Associative play , dramatik play dan skill play.
- Sudah dapat bermain kelompok
- Jenis mainan : roda tiga, balok besar dgn macam-macam ukuran.
h. Usia sekolah
- Cooperative play
- Kumpul prangko, olra.
i. Masa remaja
- Anak lebih dekat dgn kelompok
- Olra, musik,komputer, dan bermain drama.

PRINSIP BERMAIN DI RS
Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
Kelompok umur yg sama.
Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
Semua alat permaianan dpt dicuci
Melibatkan ortu.
KONSEP BERMAIN PADA ANAK
KONSEP BERMAIN PADA ANAK
By : Maria Sulanti D.Heret S.Kep,Ns
A. KONSEP BERMAIN.
1. PENGERTIAN.
Bemain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social, dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain,
anak-anak akan berkata-kata(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, mengenal
waktu, jarak serta suara(Wong,2000).
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak serta
merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada
anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional
anak.(Champbell dan Glaser,1995).
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena
bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa yang dapat
menurunkan stress anak, media yang baik bagi anak untuk belajar
berkomunikasi dengan lingkungannya, menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar kehidupannya dan penting
untuk meningkatkan kesejahteraan mental serta social anak.
2. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social,
perkembangan kreatifitas,perkembangan kesadaran diri, perkembangan
moral, dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan sensorik motorik.
Aktivitas sensorik dan motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang
mengembangkan kemampuan sensorik motorik dan alat permainan
untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakumbedakan eksploitasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
3. Perkembangan social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memesahkan masalah
dari hubungan tersebut. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah
dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah
adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya di
luar lingkungan keluarga.
4. Perkembangan kreatifitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain anak akan belajar dan mencoba
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai dasar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Denagan melakukan aktivitas bermain, anak
akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui
kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
7. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresorr
yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permaianan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenanganya melakukan permainan. Dengan demkian
permainan adalah media komunikasi antara anak dengan orang lain,
termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah sakit.
Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi
nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui
interaksi yang ditunjukan anak dengan orang tua dan teman kelompok
bermainnya.
3. TUJUAN BERMAIN.
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Seperti yang telah di uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di
rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya.
c. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada saat
melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah dalam
konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin
tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit
tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tua.
Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang
tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah
sakit secara efeAKTORktif. Permainan adalah media yang efektif untuk
beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut,
nyeri dan marah.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak,
jenis kelamin anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis
permainan yang cocok atau sesuai bagi anak.
a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan
anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak usia sekolah. Permainan adalah stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus
mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Status kesehatan anak


Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energy. Walaupun
demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang
sakit. Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan
bekerja pada orang dewasa. Yang terpenting pada saat kondisi anak
sedang menurun atau anak terkena sakit bahkan dirawat di rumah sakit
orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang
di rawat di rumah sakit.
c. Jenis kelamin anak
Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dlm kaitannya dengan
permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak
membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.untuk
mengembangkan daya piker, imajinatif, kreativitas, dan kemampuan
social anak. Akan tetapi ada pendapat lain yang meyakini bahwa
permainan adalah salah satu untuk membantu anak mengenal identitas
diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan
untuk digunakan oleh anak laki-laki.
d. Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan
anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan
fisik rumah. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain
memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain,
berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat, dan bermain dengan teman
sekelompoknya.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk
anak. Label yang tertera pada permainan harus di baca terlebih dahulu
sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia
anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan
jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulasi imajinasi dan
kreativitas anak, bahkan sering kali disekitar kehidupan anak , akan
lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus
didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan
membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal
norma dan aturan serta interkasi social dengan orang lain.

5. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Berdasarkan isi permainan
1) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenagan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain.permainan
yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba” berbicara sambil
tersenyum/tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi dan
menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum
dan tertawa.
2) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikan. Misalnya, dengan menggunakan
pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apasaja
yang dapat dibentuknya dengan pasir. Bias juga dengan menggunakan
air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya
memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain. Ciri khas permainan ini
adalah anak akan semakin lama semakin asyik bersentuhan dengan
alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukan sehingga
susah dihentikkan.
3) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalkan bayi
akan trampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari
tempat yang satu ke tempat yang lain, dan anak trampil naik sepeda.
4) Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan dan/skor. Permainan ini bias
dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern.
Misalnya : ular tangga, congkla, puzzle,dll.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa
saja yang ada disekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan
alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang ada disekelilingnya
yang digunakannnya sebagai alat permainan. Anak tampak senang,
gembira dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya pada permainan ini anak memainkan peran
sebagai orang lain melalui permainan. Anak berceloteh sambil
berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya,
kakanya, dan sebagainya yang ia tiru.

b. Berdasarkan karakter soaial


1) Onlooker play
Pada jenis permainan ini anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan, jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temanya.
2) Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan
alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang
digunakan temannya, tidak ada kerja sama, atau komunikasi dengan
teman sepermainan.
3) Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak
satu sama lain sehingga antara anak yang satu dengan anak yang lain
tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan
oleh anak usia toddler.
4) Assosiatif play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak yang lain, tetapi tidak terorganisasi tidak ada pemimpin atau yang
memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
bermain boneka, bermain hujan-hujanan, bermain masak-masakan.
5) Cooperative play
Aturan permainan dlam kelompok tampak lebih jelas pada permainan
jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin
permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya,untuk bertindak
dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam
permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola.
c. Berdasarkan kelompok usia anak
1) Anak usia bayi
Bayi usia 0-3 bulan.seperti yang disinggung pada uraian sebelumnya
karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi
social yang menyenangkan antara bayi dan orang tua dan atau orang
dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi cirri khas
dan permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan
misalnya mainan gantung yang berwarna terang dan bunyi music yang
menarik.
Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan dapat dilakukan
permainan seperti mengajak bayi menonton TV, member mainan yang
mudah dipeganggnya dan berwarna terang, serrta dapat pula dengan
cara member cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga
memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin.stimulasi
pendengaran dapat dilakukan dengan cara selalu membiasakan
memanggil namaya. Untuk stimulasi taktil berikan mainan yang dapat
digenggamnya lembut dan lentur, atau pada saat memandikan biar bayi
bermain air di dalam bak mandi.
Bayi usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi penglihatan dapat dilakukan dengan
memberikan mainan yang berwarna terang atau berikan kepadanya
kertas dan alat tulis biarkan ia mencoret-coret sesuai keinginannya.
2) Anak usia toddler(>1 tahun-3tahun)
Anak usia toddler kegiatan belajar menunjukan karakteristik yang khas
yaitu banyak bergerak, tidak bias diam, dan mulai mengembangkan
otonomi dan kemampuannya untuk dapat mandiri.jenis permainan yang
tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah solitary play dan parallel
play.
3) Anak usia pra sekolah (>3 tahun-6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia
prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih
matang daripada anak usia toddler.anak sudah lebih aktif, kreatif dan
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan social
dengan temannya semakin meningkat. Oleh karena itu jenis permainan
yang sesuai adalah associative play, dramatic play, dan skill play.
4) Anak usia sekolah(6-12tahun)
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut
jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika diberikan mainan jenis
mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam
berkreasi sebagai seorang laki-laki misalnya mobil-mobilan. Ank
perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapt menstimulasi
untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan sikapnya dalam
menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk
memasak dan boneka.
5) Anak usia remaja (13-18 tahun)
Melihat karakteristik ank remaja demikian, mereka perlu mengisi
kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan
berbagai macam olahraga, mendengar, dan atau bermain music serta
melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif serta kelompok
basket, sepak bola, karang taruna dan lain-lain.prinsipnya, kegiatan
bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenagan dan
meningkatkan perkembangan fisiemosional, tetapi juga lebih kearah
menyalurkan minat. Bakat, aspirasi, serta membantu remaja untuk
menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat
bias berupa berbagai macam alat olahraga, alat music, dan alat gambar
atau lukis.
6. PRINSIP-PRINSIP DALAM AKTIVITAS BERMAIN
Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agara aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif
sebagai mana berikut ini :
a. Perlu ekstra energy
Bermain memerlukan energy yang cukup, sehingga anak memerlukan
nutrisi yang memadai.asupan ( intake ) yang kurang dapat menurunkan
gairah anak.anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang
bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari
rasa bosan atau jenuh.
Pada anak yang sakit, keinginan untuk bermain umumnya menurun
karena energy yang digunakan untuk mengatasi penyakitnya. Aktivitas
bermain anak sakit yang bias dilakukan adalah bermain pasif, misalnya :
menonton tv, mendengarkan music dan menggambar
b. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai waktu yang cukup waktu untuk bermain
sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.selain itu, anak akan
mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat – alat
permainanya.
c. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal
ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan
benar. Yang perlu diperhatikan adalah alat permainan tersebut harus
aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Aktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, diruang tamu, dihalaman
bahkan diruang tidur. Diperlukan suatu ruanganan atau tempat khhusus
untuk bermain bila memungkinkan, dimana ruangan tersebut sekaligus
juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan mainanya.
e. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba – coba sendiri, meniru teman –
temannya atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terakhir adalah
yang terbaik karena anak lebih terarah dan lebih berkembang
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang
tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan
yang diberikan umumnya membuat hubungannya dengan anak
cenderung menjadi kurang hangat.
f. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan bisa teman sebaya, saudara, atau
orang tuanya. Ada saat – saat tertentu dimana anak bermain sendiri
agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan
bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan
sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui
setiap kelainan yang dialami oleh anaknya.
7. ALAT PERMAINAN EDUKATIF
Alat permainan edukatif ( APE ) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik,
bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995)
Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada
anaknya, syarat – syarat berikut ini yang perlu diperhatikan adalah :
a. Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak
terlalu kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak
mudah pecah, karena pada usia ini anak kadang – kadang suka
memasukkan benda kedalam mulut.
b. Ukuran dan berat
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak.
Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau
atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan
mudah tertelan.
c. Desain
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran,
susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain
itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari kebingungan
anak.
d. Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli
perkembangan anak.
e. Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar
pasang), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak
terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan.
f. Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan
bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang
bisa dimengerti oleh semua orang.
g. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat
luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak,
maka setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social
ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya.
APE bias didesain sendiri asal memenuhi persyaratan.

8. BERMAIN UNTUK ANAK YANG DIRAWAT DIRUMAH SAKIT


Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh
dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah,
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan
penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik
rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas,
pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti
sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu
sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan
yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas
kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling efektif adalah
melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh
pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat
dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan
dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan
pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit
akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluaarga ) dan perawat
karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai
kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan
dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi
yang elektif antara perawat dank klien.
2) Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan
rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan
nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada anak yang kurang
dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau
melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
4) Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada
anak dan keluarganya.
Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :
1) Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan
yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring,
harus dipilih permainan yang dapat dilakukan ditempat tidur dan anak
tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya ditempat bermain
khusus yang ada diruang rawat. Misalnya, sambil tiduran anak dapat
dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik anak-anak, mobil-
mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan permainan
lain yang dapat dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran.
2) Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana.
Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat
permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia diruangan.
Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana,
supaya tidak melelahkan anak (misalnya, menggambar / mewarnai,
bermain boneka dan membaca buku cerita )
3) Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang
aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari –
lari dan bergerak secara berlebihan.
4) Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan
dilakukan khusus di kamar bermain secara berkelompok dirumah,
permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya,
permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
5) Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain
anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila
permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus terlibat secara aktif
dan mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi
permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.

Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak


yang di rawat di rumah sakit :
a. Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak,
sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip
bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan pada upaya
ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas,
sedih, tegang dan nyeri
b. Proses kegiatan bermain
Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan yang akan dilakukan dalam
kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota kelompok
dalam permainan dan kegiatan
orang tua setiap anak.
c. Alat permainan yang diperlukan
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang
rawat. Apabila anak akan diajak bermain melipat kertas, gunakan bahan
yang murah dan haga yang terjangkau.
d. Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi
dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak
adanya
e. Evaluasi atau penilaian
konsep bermain pada anak

KONSEP BERMAIN

OLEH: KELOMPOK 2

DARMI (11-071-014-003)

PROGRAM STUDI KEPERATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul “ Konsep bermain “. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah.
Atas dorongan dan bimbingannya serta semua pihak yang ikut berperan
dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan yang lebih baik di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Makassar, 14 November 2013


DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .....................................................................................................
....iii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................i
v
BAB I
PEMBAHASAN ..................................................................................................
A.PENGERTIAN BERMAIN PADA ANAK.................................................
B. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK……………………………...
C. PANDANGAN ISLAM TENTANG BERMAIN PADA ANAK………………...
D. JENIS-JENIS PERMAINAN ANAK SESUAI PERPERKEMBANGANNYA….
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN PADA ANAK
BAB II
PENUTUP...........................................................................................................
...........
DAFTAR
PUSTAKA ..........................................................................................................
..

BAB I
PEMBAHASAN
Konsep Bermain Pada Anak
A. PENGERTIAN BERMAIN PADA ANAK
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan ataumempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan
stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan
suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya
sebagaimana kebutuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kebutuhan rasa aman dan nyaman,
kabutuhan kasih sayang dan lain-lain. Sebagai suatu kebutuhan sebaiknya juga perlu
diperhatikan secaracermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu
luang.
Bagi orang tua bermain pada anak harus selalu diperhatikan sebagaimana memperhatikan
terhadap pemenuhan kebutuhan lainnya. Dengan bermain anak akan selalu mengenal dunia,
mampu mengembangkan kematangan dari fisik, emosional dan mental sehingga akan
membuatanak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami perlambatan yang
dapat disebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pada anak termasuk didalamnya adalah
kebutuhan bermain, yang seharusnya pada masa tersebut merupakan masa bermain yang
diharapkan menumbuhkan kematangan, pertumbuhan serta perkembangannya karena masa
tersebut tidak digunakan ssebaik mungkin akhirnya mengganggu tumbuh kembangnya.

B. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK


Sebelum memberikan berbagai jenis mainan pada anak, amak orang tua seharusnya
mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui
perkembangan anak lebi lanjut, mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh
kembangyang membutuhkan stimulasi dalam pencapaian puncaknyaseperti masa kritis, dan
sensitif.

Dibawah ini beberapa fungsi bermain pada anak yaitu:


Pertama: membantu perkembangan sensorik dan motorik. Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat
dilakukan dengan memberi rangsangan pada sensorik dan motorik melaului ransangan ini
aktivitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh, bayi dapat dilakukan
dengan rangsangan taktil, audio dan visual melalui ransangan ini perkembangan sensorik dan
motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir. Anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak dikemudian hari kemampuan visualnya
akan lebih menonjol seperti akan lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.
Demikian pula pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang dengan suara-
suara maka daya pendegaran dikemudian hari akan lebih cepat berkembang dibanding anak
yang tidak ada stimulus sejak dini. Kemudian pada perkembangan motorik apabilasejak usia
bayi kemampuan motorik sudah diberi stimulus maka kemampuan motorik akan cepat
berkembangdibanding dengan tanpa stimulus seperti rangsangan kemampuan menggenggam
ini akan memberikan dasar kemampuan motorik selanjutnya. Jadi rangsangan atau stimulus
yang dimaksud melaului permainan.
Kedua : membantu perkembangan kognitif, perkembangan kognitif dapat dirangsang melaului
permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami objek permainan seperti
dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan. Mampu belajar warna,
memahami bentuk ukuran dan manfaat beberapa benda, mampu belajar warna sehingga funsi
bermain saat ini akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
Ketiga : Pada usia todler anak akan mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses
sosialisasi dengan orang lain. Kemudian bermain peran seperti berpura-pura jadi seorang
guru, jadi seorang anak, jadi seorang bapak, jadi seorang ibu dan lain-lain. Kemudian pada
usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan
anak sudah mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
Keempat: meningkatkan kreatifitas, bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas,
dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang dan mampu
memodifikasi objk yang digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
Kelima: meningkatkan kesadaran diri, bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak
untuk eksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan
bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar, mengatur perilaku, dan
membandingkan dengan perilaku orang lain.
Keenam: memiliki nilai terapeutik, bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman
sehingga adanya stress dan ketegangan dapat dihindarkan, meningkatkan bermain dapat
menghibur diri anak terhadap dunianya.
Ketujuh: mempunyai nilai moral pada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar
atau salah dari budaya dirumah, disekolah atau ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga
ada beberapa permainan yang memiki aturan aturan yang harus dilakukan tidak boleh
dilanggar.
C. PANDANGAN ISLAM TENTANG BERMAIN PADA ANAK
Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?"
Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)."(HR.-Aththusi).
Ada beragam boneka, di antaranya yang terbuat dari kapas yang memiliki kepala, dua
tangan, dan dua kaki. Ada pula yang sempurna menyerupai manusia. Ada yang bisa bicara,
menangis, atau berjalan. Lalu apa hukum membuat atau membeli boneka semacam itu untuk
anak-anak perempuan dalam rangka pengajaran sekaligus mainan.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin t menjawab: “Boneka yang tidak detail
bentuknya menyerupai manusia/ makhluk hidup (secara sempurna) namun hanya berbentuk
anggota tubuh dan kepala yang tidak begitu jelas maka tidak diragukan kebolehannya dan ini
termasuk jenis anak-anakan yang dimainkan Aisyah Adapun bila boneka itu bentuknya detail,
mirip sekali dengan manusia sehingga seakan-akan kita melihat sosok seorang manusia,
apalagi bila dapat bergerak atau bersuara, maka ada keraguan di jiwa saya untuk
membolehkannya. Karena boneka itu menyerupai makhluk Allah secara sempurna.
Sedangkan yang dzahir, boneka yang dimainkan `Aisyah, tidaklah demikian modelnya
(tidaklah rinci/ detail bentuknya). Dengan demikian menghindarinya lebih utama. Namun
saya juga tidak bisa memastikan keharamannya, karena memandang, anak-anak kecil itu
diberikan rukhshah/ keringanan yang tidak diberikan kepada orang dewasa seperti perkara
ini. Disebabkan anak-anak memang tabiatnya suka bermain dan hiburan, mereka tidaklah
dibebani dengan satu macam ibadah pun sehingga kita tidak dapat berkomentar bahwa waktu
si anak sia-sia terbuang percuma dengan main-main. Jika seseorang ingin berhati-hati dalam
hal ini, hendaknya ia melepas kepala boneka itu atau melelehkannya di atas api hingga lumer,
kemudian menekannya hingga hilang bentuk wajah boneka tersebut (tidak lagi
tampak/berbentuk hidung, mata, mulutnya, dsb, -pent.).”(Majmu’ Fatawa wa Rasa`il
Fadhilatusy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, no. 329, 2/277-278)
Banyak sekali dijumpai pendapat dan fatwa seputar permainan anak-anak. Lalu apa
hukum boneka/ anak-anakan dan boneka hewan? Bagaimana pula hukumnya menggunakan
kartu bergambar guna mengajari huruf dan angka?
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjawab: “Tidak boleh mengambil/
menyimpan gambar makhluk yang memiliki nyawa (kecuali gambar yang darurat seperti foto
di KTP, SIM). Adapun yang selain itu tidaklah diperbolehkan. Termasuk pula dalam hal ini
boneka untuk mainan anak-anak atau gambar yang digunakan untuk mengajari mereka
(seperti memperkenalkan bentuk-bentuk hewan dengan memperlihatkan gambarnya), karena
keumuman larangan membuat gambar dan memanfaatkannya. Padahal banyak kita dapatkan
mainan anak-anak tanpa gambar/ berbentuk makhluk hidup. Dan masih banyak sarana yang
bisa kita gunakan untuk mengajari mereka
adapun pendapat yang membolehkan mainan boneka untuk anak-anak, maka pendapatnya
lemah karena bersandar dengan hadits tentang mainan ‘Aisyah ketika ia masih kecil. Namun
ada yang mengatakan hadits ‘Aisyah tersebut mansukh (dihapus hukumnya) dengan hadits-
hadits yang menunjukkan diharamkannya gambar. Ada pula yang mengatakan bentuk
boneka/ anak-anakan ‘Aisyah tidaklah seperti boneka yang ada sekarang, karena boneka
‘Aisyah terbuat dari kain dan tidak mirip dengan boneka berbentuk makhluk hidup yang ada
sekarang. Inilah pendapat yang kuat, wallahu a’lam. Sementara boneka yang ada sekarang
sangat mirip dengan makhluk hidup (detail/ rinci bentuknya). Bahkan ada yang bisa bergerak
seperti gerakan makhluk hidup.”(Kitabud Da’wah, 8/23-24, seperti dinukil dalam Fatawa
‘Ulama` Al-Baladil Haram hal. 1228-1229)
D. JENIS-JENIS PERMAINAN ANAK SESUAI PERIODE PERKEMBANGANNYA
Memilih mainan anak yang tepat untuk anak dapat menjadi salah satu hal yang paling
penting yang harus kitalakukan untuk anak-anak kita.
.Anak anak sangat identik dengan bermain.Bermain adalah dunia anak yang paling
dominan.Bahkan untuk dapat lebih maksimal dalam menyampaikan pelajaran, pendidikan
anak usia dini menerapkan sistem belajar sambil bermain. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan dari otak anak itu sendiri yang sedang gemar melakukan hal-hal yang
menyenangkan seperti bermain.Maka dari itu,metode pembelajaran pun harus disesuaikan
dengan kemampuan anak-anak sesuai usianya.Dengan bermain, dipercaya bahwa pelajaran
yang disampaikan akan lebih mudah diterima dan diserap oleh anak. Namun, sebagai orang
tua, kita perlu menjadi lebih bijak dalam memilihkan jenis mainan yang tepat untuk anak-
anak kita
di sini berarti kita mampu memilih jenis mainan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan anak-anak kita dalam menggunakannya dan sekaligus memanfaatkan nya
sebagai media belajar.Sehingg kegiatan bermain anak akan berjalan dengan lebih efektif dan
efisien sesuia dengan kebutuhan dan kemampuan otaknya. Ada beberapa fase penting dalam
usia anak yang perlu kita jadikan sebagai bahan pertimbangan saat memilih mainan yang
tepat untuk anak kita. Fase-fasetersebutantaralainadalah:
1. Fase 0-2 tahun. Dalam fase awal ini anak memiliki kemampuan yang di dominasi
olehkemampuan sensor motorik pada otak anak. Sehingga akan lebih efektif jika kita
memberikan mainan pada anak dengan wujud yang lebih mencolok seperti pada warna, bau
dan tekstur. Mainan yang menggunakan ekspresi juga dapat menjadi salah satua
ternatifnya. Misalnya :Buku bergambar yang berwarna-warni, menyusun balok, bermain
dengan kaca, air, telepon mainan. Lempar bola, mainan yang dapat didorong dan ditarik,
puzzle sederhana. Bermain pasir dan air, boneka, miniatur binatang.
2. Fase 3-6 tahun. Pada usia-usia tersebut anak sudah mulai tertarik untuk bereksplorasi
sehingga permainan yang memancing minat petualangan Mereka akan sangat mendukung
minat anak-anak kita. Hal ini dapat kita gunakan juga sebagai sarana untuk mendorong rasa
percaya diri anak sehingga mereka tida kragu-ragu untuk mengeksplorasi hal-hal
baru. Misalnya, mulai mengembangkan permainan imajinasi: rumah boneka, bermain perang-
perangan, bermain dengan sepeda (mulai mengayuh sendiri), mewarnai, melukis, meronce,
memotong dan menempel, mulai menyukai permainan yang mempunyai aturan sederhana,
misalnya ular tangga, smart board.
3. Faseprasekolah. Padafaseini, yang anak butuhkan adalah jenis permainan yang dapat
mengembangkan rasa kerja sama dan kemampuan sosialisasi mereka. Hal ini sangat
diperlukan oleh anak-anak kita karena mereka akan membutuhkan kemampuan untuk
bersosialisasi dengan lingkungan barunya di sekolah.
Untuk fase berikutnya, permainan yang cocok untuk anak anak kitaa dalah permainan
yang memiliki kemampuan untuk merangsang kemampuan peran, ketangkasan, dan
kreativitas pada anak.Dengan memilih mainan yang tepat untuk anak, berarti kita sama juga
dengan mendukung kesempatan mereka untuk belajar dengan lebih efektif dan efisien sesuai
dengan fase usia mereka masing-masing. Pemilihan mainan untuk anak secara bijak juga
dapat membantu mereka untuk memiliki hidup yang lebih seimbang ke depannya.Dengan
kata lain, kita sebagia orang tua
Memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan apa yang perlu anak kita
dapatkan salah satunya dengancara memilih mainan yang tepat untuk anak kita.Melalui
bermain, anak dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya. Dari psikoanalisa, bermain
dapat membantu anak mengatasi kecemasan.
Beberapa tips untuk bermain dengan anak, walaupun Anda sibuk bekerja:
1) Pilih satu waktu sepulang Anda bekerja, sekitar 20-30 menit, di mana dalam waktu tersebut,
Anda tidak terganggu dengan hal lain, dan pastikan waktu itu hanya untuk Anda dan buah
hati Anda.
2) Relaks, sabar dan waspada pada suasana hati Anda. Apabila Anda merasa tertekan, marah
atau kesal, sebaiknya Anda menjauh untuk sementara waktu, tenangkan diri terlebih dahulu
sebelum Anda bermain dengan anak, karena perasaan-perasaan itu dapat mempengaruhi cara
bermain Anda, sehingga pada saat bermain, anak akan menjadi tertekan atau takut karena
Anda marah-marah ketika anak tidak mengerti apa yang Anda maksud.
3) Pahami kebutuhan anak. Berikan permainan yang memang sesuai dengan kebutuhan anak
saat itu. Misalnya anak yang masih mencari permainan yang berbentuk fisik, misalnya
berlari-larian, melompat, tapi permainan yang tersedia lebih menuntut anak untuk diam.
Sesuaikan dengan tahap perkembangan anak (dalam insert box).
4) Perhatikan suara dan bahasa tubuh Anda. Dalam bermain, sebaiknya Anda menunjukkan
kehangatan dan keterlibatan secara utuh, serta menunjukkan ketertarikan bukan dengan
perintah dan suara tinggi. Jadi dalam bermain, orang tua diharapkan dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan untuk anak bukan menyenangkan untuk orang tua (FUN FOR
CHILD).
5) Bagi orang tua yang super sibuk: pilihlah satu kegiatan yang secara konsisten dilakukan
hanya antara Anda dan anak (tidak ada keterlibatan orang lain), misalnya: setiap bangun pagi,
mama selalu bermain petak umpet dengan menggunakan selimut. Hal ini dimaksudkan agar
anak mempunyai anggapan bahwa pada saat itu hanya ada aku dan mama (kedekatan spesial).
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN PADA ANAK
1. Faktor kesehatan.
Anak-anak yang memiliki kesehatan yang baik tentu saja memiliki lebih banyak energi untuk
bermain daripada anak-anak yang kurang sehat dan sering sakit-sakitan, sehingga anak-anak
yang sehat biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan permainan yang
membutuhkan energi yang lebih banyak.
2. Faktor intelegensi.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan biasanya lebih aktif dalam bermain dibandingkan
dengan anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang kurang. Anak-anak yang cerdas
biasanya lebih memilih permainan yang bersifat intelektual dan merangsang daya fikir
mereka, sementara anak-anak yang kurang cerdas biasanya memilih permainan yang
monoton.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang menyediakan fasilitas, ruang maupun waktu bermain bagi anak-anak
biasanya merangsang anak-anak untuk banyak bermain. Karena itu penting bagi orang tua
untuk memilih kompleks perumahan yang menyediakan lokasi perumahan yang menyediakan
lokasi permainan umum.
4. Faktor jenis kelamin
Biasanya anak-anak perempuan lebih senang melakukan permainan yang tidak menghabiskan
energi yang lebih banyak, seperti bermain boneka, rumah-rumahan, dan biasanya mereka
malas melakukan permainan seperti memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain
karena lebih menghabiskan banyak energi, hal tersebut berbeda dengan anak laki-laki.
5. Faktor ekonomi
Status ekonomi seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga berada, yang
difasilitas dengan mainan, berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan status
ekonomi yang lebih terbatas.
KONSEP BERMAIN PADA ANAK

2.1. DEFINISI BERMAIN


Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2000).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya . (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain
sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

2.2. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK


Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar
diketahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam
tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa
kritis,optimal dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak
diantaranya :
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan
alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual
melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut
dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka
anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi
dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari
anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2. Membantu Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa
anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu
membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada
model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan Sosialisasi Anak


Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada
teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan
sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah
mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan
sosialisasi dengan teman dan orang lain.

4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan
ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5. Meningkatkan Kesadaran Diri


Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang
saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku
orang lain.

6. Mempunyai Nilai Terapeutik


Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.

7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak


Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan
ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki
aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

2.3. KECENDERUNGAN UMUM SELAMA ANAK-ANAK


Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat
aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda,
dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan
rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka
anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam
dari permainan diantaranya:

Berdasarkan isinya :

a. Bermain Afektif Sosial


Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang
lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara, bersandung
kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain.
Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons
terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.

b. Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga
anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini
adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini
hanya memberikan kesenangan pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti
bermain boneka-bonekaan, binatang-binatangan, dan lain-lain.

c. Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak
yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini
adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu
seperti bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil
dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju
dan lain-lain.

d. Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura
dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru
dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam
memerankan sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan social.

e. Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui
isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi
dari orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.

f. Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi sebuah
konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan ini adalah
aktif di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan
akan dapat membangun kecerdasan pada anak.

Berdasarkan jenis permainan :

a. Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah
aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan
akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi
pada anak.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied
behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai
alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya.
Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas
anak lain.

Berdasarkan karakteristik sosial :

a. Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan
sendiri atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal
ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya
adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena
dilakukan sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian
dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.

b. Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang
bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari
bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam
satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam
menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih
dengan baik.

c. Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari
usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan
permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisir secara formal.

d. Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan
kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah.
Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak
ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan
biasanya dimulai pada usia toddler.

f. Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi.
Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan
perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh
Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik
dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri
pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus
diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk
melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan
gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan
sebagainya.

2.4. PEDOMAN UNTUK KEAMANAN BERMAIN


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain
dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman,
bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak
dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan
anak menjadi lebih akrab.

Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat
permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan
anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan
fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi
perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan
usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat
kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa
memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga
terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang
dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau
dua,bola,mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam
pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin
jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku
bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan
seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan
dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok,
baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan
menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara
bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan
kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain
seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk
mandiri.

2.5. KARAKTERISTIK BERMAIN (USIA BAYI-PRASEKOLAH)


Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang
melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu
memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam
setiap tahap usia tumbuh kembang anak:

a. Usia 0-1 tahun


Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih
kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari
objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan
perabaan, keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia
ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda
(permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka
orang dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat
permaian berupa selimut, boneka, dan lai-lain.

b. Usia 1-2 tahun


Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk
melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi,
melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan
mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat
didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil
berwarna, dan lain-lain.

c. Usia 3-6 tahun


Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan,
menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis
permainan yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah,
buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

2.6. TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG DIHOSPITALISASI


Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap
membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan
kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan
secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan,
kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi
(Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan
emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab
bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak
menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian
diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku
agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu
rumah sakit, antara lain:
a). Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
b). Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c). Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
d). Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
e). Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
prosedur medis
f). Memberi peralihan dan relaksasi
g). Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
h). Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
i). Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang
lain
j). Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
k). Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

PRINSIP BERMAIN DI RS :

1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.


2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur yg sama.
4. Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
5. Semua alat permaianan dpt dicuci
6. Melibatkan ortu.
DAFTAR PUSTAKA

- Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
- Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC
- Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika.
- Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.
- Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai
- Wong,D.L (1995), Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby.

Anda mungkin juga menyukai