Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadarinya .
(Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan.
(Foster, 1989).
FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan sensorik motorik
Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik mrpk komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi thp segala sesuatu yg ada di ling sekitarnya,
terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.
3. Perkembangan sosial.
Perkbg sosial ditandai dgnkemampuan berinteraksi dgn lingkungannya.
Bermain dgn orla akan membantu anak utk mengembangkan hub sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hub tersebut.Anak belajar berinteraksi dgn teman, memahami
bahasa lawan bicara, dan belajar ttg nilai sosial yang ada pd kelompok.
4. Perkbg kreatifitas
Kemampuan utk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dlm bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya.
5. Perkembangan kesadaran diri.
Anak akan mengembangkan kemampuannya dlm mengatur t.l.
Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dgn orla dan menguji
kemampuannya dgn mencoba peran baru dan mengetahui dampak t.l terhadap orla.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari ling, terutama dari ortu dan guru.
Anak akan mendapatkan kesempatan utk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima
di ling dan dpt menyesuaikan diri dgn aturan yg ada dikelompoknya.
Anak belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yg akan dilakukan.
7. Terapi
Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yg sangat tidak
menyenangkan, seperti marah,takut,cemas, sedih
dan nyeri, sehinggaanak –anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya dlm bentuk
permainan.
TUJUAN BERMAIN
1. Untuk melanjutkan tukem yg normal pada saat sakit .
2. Mengekspresikan perasaan , keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN
1.Tahap perkembangan anak
Perawat hrs mengetahui dan memberikan jenis permainan yg tepat utk setiap tahapan
pertumb dan perkem anak.
2. Status kesehatan anak
Perawat hrs mengetahui kondisi ana pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yg
dapat dilakukan anak sesuai dgn prisnsip bermain pd anak yg sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki atau
perempuan.
Ada pendapat ygdiyakini bahwa permainan adl salah satu alat
mengenal identitas dirinya.
4. Ling yang mendukung
Ling yg cukup luas utk bermain memungkinkan ana mempunyai cukup ruang utk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dgn tahapan tukem anak
Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.
KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut isinya
Sosial affective play : hub interpersonal yg menyenangkan antara anak dgn orla
(EX : ciluk-baa).
Sense of pleasure play : permaianan yg sifatnya memberikan kesenangan pada
anak (EX : main air dan pasir).
Skiil play : permainan yg sifatnya memberikan keterampilan pada anak (EX: naik
sepeda).
Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat).
Games : permaianan yg menggunakan alat tertentu yg menggunakan perhitungan /
skor (EX : ular tangga).
Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi
situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yg digunakan sebagai alat permainan(EX :
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
b. Karakter sosial
Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yg sedang bermain, tanpa ada
inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm permainan(EX : Congklak).
Solitary play : anak tampak berada dlm klp permaianan, tetapi anak bermain
sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya.
Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yg sama, tetapi antara satu anak
dgn anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dgn lainya
tida ada sosialisasi.
Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
dan tujuan permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak).
Cooperative play : aturan permainan dlm klp tampak lebih jelas pada permaiann
jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).
BENTUK-BENTUK PERMAIANAN BERDASARKAN KELOMPOK USIA
a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
- Visual :dpt melihat dgn jarak dekat
- Audio : berbicara dgn bayi
- Taktil : memeluk, menggendong
- Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
b. Umur 2-3 bln
- Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruang yang berbeda .
- Audio :berbicara dgn bayi,memyanyi
- Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
c. Umur 4-6 bln
- Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nontong TV.
- Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
- Kinetik : bantu bayitengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
- Taktil : memberikan bayi bermain air.
d. Umur 7-9 bln
- Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dgn kaca serta berbicara sendiri.
- Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yg diucapkan seperti mama,papa.
- Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
e. Umur 10-12 bln
- Visual : Memperlihatkan gambar terang dlm buku.
- Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya.
- Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan
angin.
- Kinetik : memberikan anak mainan besar yg dapat ditarik atau didorong, seperti sepeda
atau kereta.
- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
f. Umur 2-3 tahun
- Paralel play dan sollatary play
- Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
merusak mainan)
- Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
g. Preschool 3-5 thn
- Associative play , dramatik play dan skill play.
- Sudah dapat bermain kelompok
- Jenis mainan : roda tiga, balok besar dgn macam-macam ukuran.
h. Usia sekolah
- Cooperative play
- Kumpul prangko, olra.
i. Masa remaja
- Anak lebih dekat dgn kelompok
- Olra, musik,komputer, dan bermain drama.
PRINSIP BERMAIN DI RS
Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
Kelompok umur yg sama.
Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
Semua alat permaianan dpt dicuci
Melibatkan ortu.
KONSEP BERMAIN PADA ANAK
KONSEP BERMAIN PADA ANAK
By : Maria Sulanti D.Heret S.Kep,Ns
A. KONSEP BERMAIN.
1. PENGERTIAN.
Bemain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social, dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain,
anak-anak akan berkata-kata(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, mengenal
waktu, jarak serta suara(Wong,2000).
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak serta
merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada
anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional
anak.(Champbell dan Glaser,1995).
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena
bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa yang dapat
menurunkan stress anak, media yang baik bagi anak untuk belajar
berkomunikasi dengan lingkungannya, menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar kehidupannya dan penting
untuk meningkatkan kesejahteraan mental serta social anak.
2. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social,
perkembangan kreatifitas,perkembangan kesadaran diri, perkembangan
moral, dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan sensorik motorik.
Aktivitas sensorik dan motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang
mengembangkan kemampuan sensorik motorik dan alat permainan
untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakumbedakan eksploitasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
3. Perkembangan social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memesahkan masalah
dari hubungan tersebut. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah
dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah
adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya di
luar lingkungan keluarga.
4. Perkembangan kreatifitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain anak akan belajar dan mencoba
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai dasar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Denagan melakukan aktivitas bermain, anak
akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui
kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
7. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresorr
yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permaianan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenanganya melakukan permainan. Dengan demkian
permainan adalah media komunikasi antara anak dengan orang lain,
termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah sakit.
Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi
nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui
interaksi yang ditunjukan anak dengan orang tua dan teman kelompok
bermainnya.
3. TUJUAN BERMAIN.
Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Seperti yang telah di uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di
rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya.
c. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada saat
melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah dalam
konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin
tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat di rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit
tidak dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tua.
Untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang
tua untuk dapat beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah
sakit secara efeAKTORktif. Permainan adalah media yang efektif untuk
beradaptasi karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut,
nyeri dan marah.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak,
jenis kelamin anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis
permainan yang cocok atau sesuai bagi anak.
a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan
anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak usia sekolah. Permainan adalah stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus
mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Berdasarkan isi permainan
1) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenagan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain.permainan
yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba” berbicara sambil
tersenyum/tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi dan
menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum
dan tertawa.
2) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikan. Misalnya, dengan menggunakan
pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apasaja
yang dapat dibentuknya dengan pasir. Bias juga dengan menggunakan
air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya
memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain. Ciri khas permainan ini
adalah anak akan semakin lama semakin asyik bersentuhan dengan
alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukan sehingga
susah dihentikkan.
3) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalkan bayi
akan trampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari
tempat yang satu ke tempat yang lain, dan anak trampil naik sepeda.
4) Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan dan/skor. Permainan ini bias
dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern.
Misalnya : ular tangga, congkla, puzzle,dll.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa
saja yang ada disekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan
alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang ada disekelilingnya
yang digunakannnya sebagai alat permainan. Anak tampak senang,
gembira dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya pada permainan ini anak memainkan peran
sebagai orang lain melalui permainan. Anak berceloteh sambil
berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya,
kakanya, dan sebagainya yang ia tiru.
KONSEP BERMAIN
OLEH: KELOMPOK 2
DARMI (11-071-014-003)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul “ Konsep bermain “. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah.
Atas dorongan dan bimbingannya serta semua pihak yang ikut berperan
dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan yang lebih baik di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
BAB I
PEMBAHASAN
Konsep Bermain Pada Anak
A. PENGERTIAN BERMAIN PADA ANAK
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan ataumempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan
stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan
suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya
sebagaimana kebutuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kebutuhan rasa aman dan nyaman,
kabutuhan kasih sayang dan lain-lain. Sebagai suatu kebutuhan sebaiknya juga perlu
diperhatikan secaracermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu
luang.
Bagi orang tua bermain pada anak harus selalu diperhatikan sebagaimana memperhatikan
terhadap pemenuhan kebutuhan lainnya. Dengan bermain anak akan selalu mengenal dunia,
mampu mengembangkan kematangan dari fisik, emosional dan mental sehingga akan
membuatanak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami perlambatan yang
dapat disebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pada anak termasuk didalamnya adalah
kebutuhan bermain, yang seharusnya pada masa tersebut merupakan masa bermain yang
diharapkan menumbuhkan kematangan, pertumbuhan serta perkembangannya karena masa
tersebut tidak digunakan ssebaik mungkin akhirnya mengganggu tumbuh kembangnya.
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya . (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain
sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan
ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
Berdasarkan isinya :
b. Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga
anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini
adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini
hanya memberikan kesenangan pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti
bermain boneka-bonekaan, binatang-binatangan, dan lain-lain.
c. Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak
yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini
adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu
seperti bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil
dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju
dan lain-lain.
d. Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura
dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru
dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam
memerankan sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan social.
e. Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui
isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi
dari orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.
f. Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi sebuah
konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan ini adalah
aktif di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan
akan dapat membangun kecerdasan pada anak.
a. Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah
aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan
akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi
pada anak.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied
behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai
alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya.
Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas
anak lain.
a. Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan
sendiri atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal
ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya
adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena
dilakukan sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian
dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.
b. Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang
bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari
bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam
satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam
menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih
dengan baik.
c. Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari
usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan
permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisir secara formal.
d. Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan
kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah.
Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak
ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan
biasanya dimulai pada usia toddler.
f. Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi.
Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan
perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh
Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik
dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri
pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus
diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk
melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan
gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan
sebagainya.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat
permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan
anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan
fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi
perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan
usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat
kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa
memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga
terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang
dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau
dua,bola,mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam
pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin
jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku
bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan
seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan
dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok,
baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan
menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara
bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan
kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain
seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk
mandiri.
PRINSIP BERMAIN DI RS :
- Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
- Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC
- Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika.
- Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.
- Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai
- Wong,D.L (1995), Nursing Care of Instants and Children,St. Louis Mosby.