PENDAHULUAN
kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung kurang
sendiri. Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan
pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter
(Shankar, et al., 2016). Swamedikasi adalah salah satu pengobatan yang paling
banyak dilakukan dan bermacam pilihan obat sudah tersedia, sehingga diperlukan
Obat yang dikonsumsi harus selalu digunakan secara benar dan tepat agar
memberikan manfaat klinik yang optimal pada tubuh (Badan POM, 2015)
bersifat aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif, hemat waktu, dan
Tiga puluh delapan persen dari pasar produk farmasi merupakan produk obat
bebas atau Over-The-Counter (OTC) (World Bank, 2009). Banyaknya jenis obat yang
1
2
melalui iklan, baik dari media cetak maupun elektronik yang merupakan jenis
informasi paling berkesan, sangat mudah ditangkap serta sifatnya yang komersial.
Ketidaksempurnaan iklan obat yang mudah diterima oleh masyarakat, salah satunya
tidak adanya informasi obat mengenai kandungan bahan aktif. Dengan demikian
informasi yang sangat penting yaitu jenis obat yang dibutuhkan untuk mengatasi
Hasil survey pada tahun 2002 memperkirakan ada lebih dari 92% orang di
dunia pernah menggunakan paling tidak satu jenis obat bebas ditahun sebelumnya
dan 55% orang pernah menggunakan lebih dari satu jenis obat bebas (World Self-
keluhan dan penyakit ringan yang banyak di alami masyarakat, seperti demam, batuk,
Bila digunakan secara benar, obat bebas dan obat bebas terbatas seharusnya
bisa sangat membantu masyarakat dalam pengobatan sendiri secara aman dan efektif.
boros karena mengkonsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah
bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai.
Bagaimanapun, obat bebas dan bebas terbatas bukan berarti bebas efek samping,
sehingga pemakaiannya pun harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian yang
3
benar, disertai dengan pengetahuan pengguna tentang risiko efek samping dan
tepat akan melakukan kesalahan dalam penggunaan obat dan kurangnya kontrol pada
kesehatan, seperti reaksi obat yang tidak diinginkan, perpanjangangan masa sakit,
dilakukan biasanya didasari atas beberapa pertimbangan antara lain mudah dilakukan,
mudah dicapai, tidak mahal, dan sebagai tindakan alternatif dari konsultasi kepada
tenaga medis, meskipun disadari bahwa obat-obat tersebut hanya sebatas mengatasi
gejala dari suatu penyakit. Swamedikasi dengan obat bebas dan bebas terbats yang
dilakukan dapat menjadi beresiko apabila dilakukan secara terus menerus untuk
menyadari bahwa obat bebas dan obat bebas terbatas yang dikonsumsinya dapat
menimbulkan efek samping yang merugikan bagi tubuh. Dosis dari beberapa obat
yang dapat digunakan secara bebas terkadang tidak seaman obat dengan resep dokter,
sehingga ketika seseorang menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas lebih dari
merugikan lainnya, dan keracunan (Schlaadt, et.al., 1990 dalam Hidayati, 2017).
Dampak buruk dari swamedikasi yaitu dapat terjadi salah obat, timbul efek samping
4
yang merugikan, dan dapat pula terjadi penutupan gejala gejala yang dibutuhkan
terapi akibat penggunaan obat yang tidak sesuai. Menurut WHO (2012) pengetahuan
sesuatu.
Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang sesuai dengan aturan dan
Kerasionalan penggunaan obat menurut Cipolle, et. al., (2012) terdiri dari beberapa
ada tidaknya efek samping dan interaksi dengan obat dan makanan, serta ada tidaknya
polifarmasi (penggunaan lebih dari dua obat untuk indikasi penyakit yang sama).
bulan November 2018 diketahui bahwa jumlah rata-rata perhari pembelian obat
swamedikasi di salah satu apotek di Kota Bandung adalah sebanyak 242 obat dari
berbagai macam ketegori jenis obat, bentuk dan merk obat. Dari berbagai kategori
jenis, bentuk dan merk obat tersebut jumlah terbanyak yang dibeli oleh konsumen
adalah obat untuk demam yaitu dengan rata-rata jumlah pembelian sebanyak 38
dalam bentuk tablet dan cair, obat batuk pilek sebanyak 42 dalam bentuk tablet dan
cair, obat lambung sebanyak 38 dalam bentuk tablet dan cair, obat diare sebanyak 29
dalam bentuk obat tablet dan cair, obat vitamin sebanyak 23 dalam bentuk tablet dan
cair, obat sakit badan dan persendian sebanyak 18 dalam bentuk tablet dan cairan,
5
obat mata dalam bentuk salep dan cair, obat luka sebanyak 17 dalam bentuk salep dan
cair serta obat sembelit sebanyak 12 dalam bentuk kapsul dan cair.
2018 ?.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsumsi obat Over-The-
Counter (OTC) pada swamedikasi di Salah Satu Apotek Kota Bandung periode
Oktober-November 2018.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut ialah sebagai berikut:
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
a. Untuk Penulis
b. Untuk institusi