Anda di halaman 1dari 23

STUDIO PERANCANGAN

ARSITEKTUR
“MUSEUM TSUNAMI ACEH”

DOSEN :

1. ALTIM SETIAWAN, S.T., M.T.


2. RACHMAT SALEH, S.T., M.T.
3. SYTRATI MELISSA MALIK, S.T., M.T.

MAHASISWA :

KELAS : B

HERI RAHMAN : F221 18 032

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TADULAKO

2019
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
“Museum Tsunami Aceh”

Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu , kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami megundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstroktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Palu , 26 Desember 2019

Heri Rahman
NIM : F221 18 032

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….…….1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………...…...1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….1

1.3Tujuan……………………………………………………………...….2

1.4 Manfaat……………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………3

2.1 Lingkungan danFasilitasnya…………………………………………...3

2.2 Pemukiman(proses terbentuknya,orientasi,pola dan hierarki)..…....…..5

2.3 Stuktur Bangunan…………………………………………………..….6

2.4 Pola Ruang Rumah (vertikal/horizontal) bentuk dan fungsi ruang…….6

2.5 Material Bangunan (tiang,dinding,lantai,atap dan ornamennya)…..…13

BAB III PENUTUP……………………………………………………...……...16

3.1 Kesimpulan…………………………………………………......…….16

3.2 Saran……………………………………………………………….....17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…..18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu yang menjadi ikon bagi sebuah kota adalah objek wisatanya.
Beberapa kota di Indonesia memiliki ikonnya masing-masing sebagai objek
wisata yang populer dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Untuk ikon objek wisata bisa berupa objek wisata alam maupun objek wisata
sejarah. Pada pembahasan makalah ini membahas satu objek wisata yang
menjadi ikon bagi Kota Banda Aceh menjadi topik pembahasan makalah kami,
yakni Museum Tsunami Aceh.

Desain dan pembangunan Museum Aceh dengan konsep ‘Rumoh Aceh as


Escape Building’ mempunyai beragam filosofi. Pada lantai dasar museum ini
menceritakan bagaimana tsunami terjadi melalui arsitektur yang didesain secara
unik. Pada masing-masing ruangan memiliki filosofi tersendiri yang
mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagai memorial dari bencana
besar yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan korban
jiwa dalam jumlah yang cukup besar mencapai kurang lebih 240.000 jiwa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah lingkungan dan fasilitasnya?

2. Bagaimanakah pemukiman(proses terbentuknya, orientasi pola dan hirarki)?

3. Bagaimanakah sruktur bangunan?

4. Bagaimanakah pola ruang rumah (horizontal / vertikal) bentuk dan fungsi

ruang?

5. Apa saja material bangunan (tiang,dinding,lantai,atap,dan ornamennya?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk memahami lingkungan dan fasilitas museum tsunami aceh.

2. Untuk memahami pemukiman bangunan museum tsunami aceh.

3. Untuk memahami kontruksi bangunan museum tsunami aceh

4. Untuk memahami pola ruang yang ada didalam museum tsunami aceh.

5. Untuk memahami material bangunan dalam museum tsunami aceh.

1.4 Manfaat

Manfaat makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan ajar tambahan
bagi mahasiswa mengenai rumah ramah lingkungan dibidang pendidikan maupun
pengajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan Dan Fasilitasnya

Nama Bangunan : Museum Tsunami Aceh

Lokasi : Nagroeh Aceh Darussalam

Arsitek : Ridwan Kamil

Tahun : 2009

Site Area : 2.500 M²

Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang disebabkan oleh
berbagai macam gangguan dari dasar laut. Gangguan tersebut dapat berupa gempa
bumi, pergeseran lempeng dan gunung api yang meletus. Dampak dari Tsunami itu
sendiri adalah dapat merusak apa saja yang dilaluinya, mulai dari bangunan,
tumbuhan serta menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Tsunami telah melanda
berbagai tempat, pada tahun 1755 bencana alam ini terjadi di Lisboa, ibu kota
Portugal, pada tahun 1883 letusan gunung Krakatau di Indonesia juga telah
menyebabkan Tsunami dan beberapa tempat lainnya. (Nanin, 2008: 5).

3
Pada tanggal 26 Desember 2004, gempa melanda pulau Aceh dengan
kekuatan 9.0 skala Richter dan gempa tersebut mengakibatkan Tsunami yang
melanda daerah Banda Aceh dan sekitarnya. Merujuk kepada data BAKORNAS
pada Maret 2005, jumlah korban yang meninggal sebanyak 128.645 orang dan
sebanyak 37.063 orang dinyatakan hilang. Selain banyaknya korban, Tsunami juga
menyebabkan banyak rumah serta bangunan-bangunan rusak. Hal-hal tersebut
memberikan duka yang mendalam bagi rakyat dan Aceh dan menjadikan Tsunami
Aceh sebagai peristiwa yang tidak dapat terlupakan meskipun 9 tahun telah berlalu
semenjak kejadian tersebut. (Rofi, 2006: 341)

Setelah peristiwa Tsunami yang memilukan tersebut berlalu, pemerintah


membangun monumen-monumen untuk mengenang peristiwa tersebut, mulai dari
monumen ombak Tsunami yang dibangun dipemakaman korban Tsunami di
Lambaroo Aceh besar, ada juga PLTD apung yang terbawa oleh ombak Tsunami
yang sekarang sudah dijadikan monumen di daerah Punge Blang Cut, serta
dibangunnya Museum Tsunami di jln.Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Museum
Tsunami dibangun oleh Arsitek, M. Ridwan Kamil. Desain yang berjudul Rumoh
Aceh as Escape Hill ini mengambil ide dasar Rumoh Aceh yaitu rumah tradisional
masyarakat Aceh berupa bangunan rumah panggung. Adapun tujuan pembangunan
museum ini tidak hanya menjadi sebuah bangunan monumen, tetapi juga sebagai
objek wisata sejarah dan edukasi, dimana bangunan ini menjadi tempat pusat
penelitian dan pembelajaran tentang bencana Tsunami sebagai simbol kekuatan
masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana Tsunami. Selain itu bangunan ini
diharapkan menjadi warisan untuk generasi Aceh di masa mendatang sebagai pesan
dan pelajaran bahwa Tsunami pernah melanda Aceh yang telah menelan banyak
korban. Pembangunan museum ini telah menghabiskan anggaran mencapai 140
milyar rupiah.

Pembangunan museum ini bertujuan tidak hanya menjadi sebuah bangunan


monumen, tetapi juga sebagai objek sejarah, dimana bangunan ini menjadi tempat
pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana tsunami sebagai simbol
kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami. Selain itu
bangunan ini diharapkan menjadi warisan untuk generasi Aceh di masa mendatang

4
sebagai pesan dan pelajaran bahwa tsunami pernah melanda Aceh yang telah
menelan banyak korban. Bangunan museum ini terdiri dari 4 tingkat dengan hiasan
dekorasi bernuansa islam. Dari arah luar dapat terlihat bangunan ini berbentuk
seperti kapal, dengan sebuah mencu suar berdiri tegak di atasnya. Tampilan
eksterior yang luar biasa yang mengekspresikan keberagaman budaya Aceh terlihat
dari ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar
bangunan. Ornamen ini melambangkan tarian saman sebagai cerminan Hablummi
nannas, yaitu konsep hubungan antar manusia dalam Islam.
Pada lantai 3 Museum Tsunami Aceh, terdapat beberapa fasilitas seperti
ruang geologi, perpustakaan, musalla, dan souvenir. Pada ruang geologi,
pengunjung dapat memperoleh informasi mengenai kebencanaan, bagaimana
gempa dan tsunami terjadi, melalui penjelasan dari beberapa display dan alat
simulasi yang terdapat dalam ruangan tersebut.
Di tingkat akhir gedung Museum Tsunami Aceh, difungsikan sebagai escape
building atau penyelamatan diri ketika tsunami terjadi lagi di masa yang akan
datang. Tingkat atap ini tidak dibuka untuk umum karena mengingat konsep
keselamatan dan keamanan. Dari tingkat atap ini, hampir keseluruhan daerah kota
Banda Aceh dapat terlihat dari atas gedung.

2.2 Pemukiman (Proses Terbentuknya, Orientasi, Pola Dan Hirarki)

Salah satu bangunan yang menjadi destinasi wisata yang bisa dibilang
cukup baru di Kota Banda Aceh adalah Museum Tsunami Aceh. Museum ini
terletak kota Banda Aceh, tepatnya Jalan Sultan Iskandar Muda No. 3, Sukaramai,
Baiturrahman, dekat Simpang Jam dan berseberangan dengan Lapangan Blang
Padang dan Kherkoff, Kota Banda Aceh ini dibangun pasca peristiwa bencana
hebat dan dahsyat melanda Aceh; Gempa bumi dan Tsunami 26 Desember 2004.
Museum ini diresmikan pada bulan Februari tahun 2009. Kita tahu peristiwa itulah
yang membuat kita semua sadar kembali ada bahaya besar melanda masyarakat kita
setiap waktunya. Peristiwa Gempa bumi dan tsunami tersebut meluluh lantakkan
Aceh dan juga sebagian wilayah pesisir barat Sumatera Utara. Tidak hanya itu
peristiwa bencana alam ini termasuk salah satu bencana alam paling mematikan di

5
dunia dan merupakan salah satu gempa terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah
pada abad 21. Bencana alam ini mendapat respon yang luar biasa bahkan menjadi
trending topic dunia selain Perang Irak. Gempa dan tsunami ini tidak hanya
berdampak bagi Indonesia, tapi juga melanda hingga ke kawasan pesisir timur
Afrika, seperti Somalia hingga Madagaskar.

2.3 Struktur Bangunan

Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai dengan luas 2.500 m²
yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Di dalamnya, pengunjung
masuk melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi untuk
menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi
gambar orang-orang menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan,
disiplin, dan kepercayaan religius suku Aceh. Dari atas, atapnya membentuk
gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh
yang selamat dari terjangan tsunami.

Bangunan ini memperingati para korban, yang namanya dicantumkan di


dinding salah satu ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat
dari bencana ini.Selain perannya sebagai tugu peringatan bagi korban tewas,
museum ini juga berguna sebagai tempat perlindungan dari bencana semacam ini
pada masa depan, termasuk "bukit pengungsian" bagi pengunjung jika tsunami
terjadi lagi.

2.4 Pola Ruang

Pada masing-masing ruangan memiliki filosofi tersendiri yang


mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagai memorial dari bencana besar
yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan korban jiwa dalam
jumlah yang cukup besar mencapai kurang lebih 240.000 jiwa.

6
Berikut filosofi dari design lantai dasar Museum Tsunami Aceh :

1. Space of Fear (Lorong Tsunami)

Lorong Tsunami merupakan akses awal pengunjung untuk memasuki


Museum Tsunami. Memiliki panjang 30 m dan tinggi mencapai 19-23 m
melambangkan tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004
silam. Air mengalir di kedua sisi dinding museum, suara gemuruh air, cahaya yang
remang dan gelap, lorong yang sempit dan lembab, mendeskripsikan ketakutan
masyarakat Aceh pada saat tsunami terjadi, atau disebut space of fear.

7
2. Space of Memory (Ruang Kenangan)

Setelah berjalan melewati Lorong Tsunami, pengunjung akan memasuki


Ruang Kenangan (Memorial Hall). Ruangan ini memiliki 26 monitor sebagai
lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember 2004. Setiap
monitor menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang
melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam
bentuk slide. Gambar dan foto ini seakan mengingatkan kembali kenangan tsunami
yang melanda Aceh atau disebut space of memory yang tidak mudah untuk
dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian tersebut.
Ruang dengan dinding kaca ini memiliki filosofi keberadaan di dalam laut
(gelombang tsunami). Ketika memasuki ruangan ini, pengunjung seolah-olah
tengah berada di dalam laut, dilambangkan dengan dinding-dinding kaca yang
menggambarkan luasnya dasar laut, monitor-monitor yang ada di dalam ruangan
dilambangkan sebagai bebatuan yang ada di dalam air, dan lampu-lampu remang
yang ada di atap ruangan dilambangkan sebagai cahaya dari atas permukaan air
yang masuk ke dasar laut.

8
3.Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa)

Melalui Ruang Kenangan (Memorial Hall), pengunjung akan memasuki


Ruang Sumur Doa (Chamber of Blessing). Ruangan berbentuk silinder dengan
cahaya remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-
nama koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya,yang didapat dari Palang
Merah Indonesia. Ruangan ini difilosofikan sebagai kuburan massal tsunami dan
pengunjung yang memasuki ruanga ini dianjurkan untuk mendoakan para korban
menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Ruangan ini juga menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya


(hablumminallah) yang dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah yang tertera
di atas cerobong dengan cahaya yang mengarah ke atas dan lantunan ayat-ayat Al-
Qur’an. Ini melambangkan bahwa setiap manusia pasti akan kembali kepada Allah
(penciptanya)

9
4.Space of Confuse (Lorong Cerobong)

Setelah Sumur Doa, pengunjung akan melewati Lorong Cerobong (Romp


Cerobong) menuju Jembatan Harapan. Lorong ini sengaja didesain dengan lantai
yang bekelok dan tidak rata sebagai bentuk filosofi dari kebingungan dan
keputusasaan masyarakat Aceh saat didera tsunami pada tahun 2004 silam,
kebingungan akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak saudara yang hilang,
dan kebingungan karena kehilangan harta dan benda, maka filosofi lorong ini
disebut Space of Confuse. Lorong gelap yang membawa pengunjung menuju
cahaya alami melambangkan sebuah harapan bahwa masyarakat Aceh pada saat itu
masih memiki harapan dari adanya bantuan dunia untuk Aceh guna membantu
memulihkan kondisi fisik dan psikologis masyarakat Aceh yang pada saat usai
bencana mengalami trauma dan kehilangan yang besar

10
5.Space of Hope (Jembatan Harapan)

Lorong cerobong membawa pengunjung ke arah Jembatan Harapan (space


of hope). Disebut jembatan harapan karena melalui jembatan ini pengunjung dapat
melihat 55 bendera dari 55 negara yang ikut membantu Aceh pasca tsunami, jumlah
bendera sama denga jumlah batu yang tersusun di pinggiran kolam. Di setiap
bendera dan batu bertuliskan kata ‘Damai’ dengan bahasa dari masing-masing
negara sebagai refleksi perdamaian Aceh dari peperangan dan konflik sebelum
tsunami terjadi. Dengan adanya bencana gempa dan tsunami, dunia melihat secara
langsung kondisi Aceh, mendukung dan membantu perdamaian Aceh, serta turut
andil dalam membangun (merekontruksi) Aceh setelah bencana terjadi.
Bangunan museum ini didesain oleh seorang dosen arsitektur ITB Bandung,
M. Ridwan Kamil. Desain yang berjudul Rumoh Aceh as Escape Hill ini
mengambil ide dasar rumoh Aceh yaitu rumah tradisional masyarakat Aceh berupa
bangunan rumah panggung. Museum ini dibangun dengan dana sekitar Rp 70 miliar
dan memiliki 2 lantai. Lantai 1 merupakan area terbuka yang bisa dilihat dari luar
dan fungsinya sebagai tempat untuk mengenang peristiwa tsunam

11
Di Lantai 1 ini terdapat beberapa ruangan yang berisi rekam jejak kejadian
tsunami 2004. Antara lain ruang pamer tsunami, pratsunami, saat tsunami dan ruang
pasca tsunami. Selain itu, beberapa gambar peristiwa tsunami, artefak jejak
tsunami, dan diorama juga ada di lantai ini. Salah satunya adalah diorama kapal
nelayan yang diterjang gelombang tsunami dan diorama kapal PLTD Apung yang
terdampar di Punge Blang Cut.

Di lantai 2 museum ini berisi media-media pembelajaran berupa


perpustakaan, ruang alat peraga, ruang 4D (empat dimensi), dan souvenir shop. Alat
peraga yang ditampilkan antara lain yaitu : rancangan bangunan yang tahan gempa,
serta model diagram patahan bumi. Selain itu juga ada beberapa fasilitas terus
disempurnakan seperti ruang lukisan bencana, diorama, pustaka, ruang 4 dimensi,
serta cafe.

Eksterior museum ini mengekspresikan keberagaman budaya Aceh dengan


ornamen dekoratif berunsur transparansi seperti anyaman bambu. Tampilan
interiornya akan menggiring Anda pada perenungan atas musibah dahsyat yang
diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan
kekuasaan Tuhan.

12
Bangunan museum ini terdiri dari 4 tingkat dengan hiasan dekorasi
bernuansa islam. Dari arah luar dapat terlihat bangunan ini berbentuk seperti kapal,
dengan sebuah mencu suar berdiri tegak di atasnya. Tampilan eksterior yang luar
biasa yang mengekspresikan keberagaman budaya Aceh terlihat dari ornamen
dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar bangunan. Ornamen ini
melambangkan tarian saman sebagai cerminan Hablumminannas, yaitu konsep
hubungan antar manusia dalam Islam.

2.5 Material Bangunan

Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai yang dinding


lengkungnya ditutupi relief geometris. Ketika masuk ke dalam museum,
pengunjung harus melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang
tinggi. Desain ruang tersebut bertujuan untuk mengingatkan kembali suasana dan
kepanikan saat terjadi tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang
menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan
kepercayaan religius masyarakat Aceh. Dari atas, atapnya terbentuk gelombang
laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional khas Aceh yang
selamat dari terjangan gelombang tsunami. Desain dari museum ini mengutamakan
secondary skin yang terbuat dari GRC dengan motif geometris.

13
Bangunan museum di lantai tiga diberi hiasan dekorasi bernuansa Islam.
Bangunan ini dari arah luar terlihat berbentuk seperti kapal, dengan sebuah
mercusuar berdiri tegak di atasnya. Tampilan eksterior yang luar biasa unik
mengekspresikan keberagaman budaya Aceh yang terlihat dari ornamen dekoratif
unsur transparansi elemen kulit luar bangunan.

Pada lantai tiga ini, terdapat beberapa fasilitas seperti ruang geologi, ruang
perpustakaan, musala, dan area cenderamata. Pada ruang geologi, pengunjung dapat
memperoleh berbagai informasi tentang bencana, tentang gempa, dan sebab
tsunami terjadi, melalui penjelasan dari beberapa display, dan alat simulasi yang
terdapat dalam ruangan tersebut.

14
Adapun di lantai paling atas, difungsikan sebagai escape building atau
tempat penyelamatan diri apabila tsunami terjadi lagi di masa yang akan datang.
Bagian atap museum yang berbentuk datar dan lapang ini dirancang sebagai zona
evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi gempa. Lantai atas ini tidak dibuka untuk
umum karena mengingat faktor keselamatan dan keamanan pengunjung. Dari lantai
atas ini pula pengunjung dapat melihat hampir seluruh wilayah Kota Banda Aceh.

Ridwan Kamil mengatakan bahwa Aceh adalah “rumah” keduanya. Ridwan


juga mengatakan bahwa banyak momen emosional dan banyak air mata yang
tertumpah selama mengerjakan desain Museum Tsunami Aceh ini. Itulah sebabnya,
mengapa Aceh menjadi sangat spesial bagi seorang Ridwan Kamil.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pada tanggal 26 Desember 2004, bencana alam tsunami melanda Aceh.


Indonesia sangat berduka atas peristiwa itu. Untuk mengingat peristiwa tersebut,
maka didirikanlah sebuah museum oleh Pemerintah Republik Indonesia. Museum
itu bernama museum tsunami Aceh. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun
2009. Yang merancang museum ini adalah Ridwan Kamil, yang sekarang menjadi
Wali Kota Bandung periode 2013 -2018. Museum tsunami Aceh terletak di Jalan
Iskandar Muda, Banda Aceh. Tempatnya tidak jauh dari Masjid Raya
Baiturrahman. Banyak benda yang di pajang di sana. Mulai dari foto korban hingga
kisah-kisah yang diceritakan oleh para korban yang selamat.

Museum tsunami Aceh menjadi sarana untuk mengenang para korban


bencana. Tempat ini juga dijadikan sebagai pusat penelitian dan pembelajaran
tentang tsunami. Selain itu, museum tsunami Aceh sekaligus menjadi tempat
penyelamatan pertama jika sewaktu-waktu tsunami terjadi lagi di sana. Museum ini
memiliki empat lantai dengan bentuk bangunan yang melengkung. Ketika masuk
ke museum ini, pengunjung akan menghadapi sebuah lorong yang sempit dan gelap
di antara dua dinding yang tinggi. Dibuat seperti ini bertujuan untuk mengingatkan
kembali suasana kepanikan yang terjadi pada saat tsunami.

Dinding museum dihiasi dengan gambar orang-orang yang sedang menari


saman. Tari saman merupkan simbol kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religious
masyarakat Aceh. Sedangkan bentuk atapnya bergelombang menyerupai
gelombang laut.Bagian lantai didesain mirip rumah panggung tradisional khas
Aceh yang selamat dari gelombang tsunami. Dilihat dari luar, bangunan museum
ini terlihat seperti kapal dengan sebuah mercusuar yang ada di atasnya.

Di lantai tiga museum tsunami Aceh terdapat beberapa fasilitas seperti


ruang geologi, ruang perpustakaan, musala, dan area cenderamata. Pada ruang
geologi, pengunjung bisa mendapatkan berbagai informasi tentang bencana,

16
tentang gempa, dan penyebab tsunami terjadi. Penjelasan ini didapatkan
berdasarkan pajangan dan alat simulasi yang terdapat dalam ruangan tersebut.

Lantai paling atas tidak dibuka untuk umum karena fungsinya


sebagai escape building atau tempat penyelamatan diri apabila tsunamiterjadi lagi
di masa yang akan datang. Dari lantai atas ini, pengunjung dapat melihat hampir
seluruh wilayah Kota Banda Aceh.

3.2 SARAN
Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga pembaca dapat
mendapatkan informasi informasi tentang museum aceh Tentunya, makalah ini jauh
dari kesempurnaan karena akan ditemukan banyak kelemahan atau bahkan kekeliruan, baik
dalam kepenulisan ataupun penyajian. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan
dari para pembaca sehingga kedepan mampu lebih baik dalam penyelesaiannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/350287341?extension=docx&ft=1551016012&lt=1551
019622&user_id=435988074&uahk=m_sYdtPpGTWQaGHj85I-9whNoGQ

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/282322363?extension=pptx&ft=1551016324&lt=15510
19934&user_id=435988074&uahk=Ya6Ss8ftwivD1L3z10V3kDc6AvQ

https://www.google.com/search?q=lorong+cerobong&safe=strict&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=X7Blg
8E8SNay2M%253A%252CyeO3pLJ00CQdFM%252C_&usg=AI4_-
kSfoTL9Zx4uV10_OlX8mg8oSoLTuQ&sa=X&ved=2ahUKEwi2htOD_tbgAhVMP48KHcpZC_sQ9QEwA
HoECAYQBA&biw=1366&bih=657#imgrc=_

http://majalahasri.com/museum-tsunami-aceh-karya-arsitek-ridwan-kamil/

18
19

Anda mungkin juga menyukai